Anda di halaman 1dari 58

PENGARUH ATTITUDE, SUBJETIVE NORM, DAN PERCEIVED

BEHAVIORAL CONTROL TERHADAP INTENSI DALAM

MENGGUNAAN KARTU ELEKTRONIK PEMBAYARAN TOL

SEMINAR MANAJEMEN PEMASARAN

Oleh

DEBBY ARIYANTO

NIM 14080574021

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

1
FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN MANAJEMEN

PRODI MANAJEMEN

2017

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian tentang perilaku sosial yang membahas mengenai intensi

penggunaan e-money sudah cukup banyak, baik dilakukan secara online

(Liebana, Munoz, dan Sanchez, 2015; Shin, Chia, dan Shao, 2013) maupun

offline (Husnil dan Fairol, 2016; Paul, Oliver, dan Bernd, 2010; Shabrina,

Djamaludin, 2016; Maya, Rizki, 2015). Hal ini mengindikasikan bahwa

masih pentingnya penelitian berkelanjutan mengenai intensi penggunaan e-

money di era teknologi seperti saat ini. Banyak hal yang menjadikan e-money

sebagai primadona dalam penelitian mereka. Salah satu aspek yang sering

dicermati adalah perilaku masyarakat dalam mengubah kebiasaan tunai ke

non tunai.

Berdasarkan data dari dari liputan.com, faktor kebiasaan masyarakat

dalam suatu negara dinilai sebagai faktor penentu berkembang dan tidaknya

penggunaan teknologi non tunai dalam sistem pembayaran suatu transaksi.

Hal ini mengindikasikan bahwa mengubah kebiasaan masyarakat

memerlukan waktu yang cukup serta kebijakan pendukung yang sistematis

2
dan komprehensif. Sehingga kebanyakan peneliti menggunakan teori

perilaku terencana dalam analisis.

Teori Perilaku Terencana (Theory Planned Behaviour/ TPB) sendiri

adalah model sikap yang memperkirakan minat atau niat konsumen untuk

melakukan suatu perilaku atau tindakan (Sumarwan, 2011). Niat tidak hanya

bergantung kepada sikap, tetapi juga norma-norma subjektif atau tekanan

sosial yang dilakukan oleh orang lain, seperti orang tua dan teman, untuk

melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku (Haryono, 2013).

Perilaku masyarakat ditentukan oleh intensi mereka (Linden, 2011).

Theory of planned behavior mengemukakan bahwa terdapat tiga faktor

penentu terhadap intensi yaitu sikap, norma subjektif dan perceived

behavioral control (Ajzen, 1991). Sikap merupakan evaluasi atau penilaian

dari target perilaku, norma subjektif merupakan tekanan sosial yang

dirasakan mengenai dari adanya penampilan perilaku dan perceived

behavioral control merupakan kontrol yang dirasakan dari perilaku. Ketiga

hal tersebut mempengaruhi perilaku terutama melalui dampaknya terhadap

intensi perilaku (Smith & McSweeney, 2007).

Ada beberapa literatur terdahulu yang mencoba melakukan penelitian

mengenai intensi penggunaan e-money. Salah satunya Theory Planned

Behaviour (TPB) dalam penelitan Matheison (1991), yang dikutip oleh

Rochmawati (2013), terbukti mampu menyediakan informasi yang lebih

spesifik mengenai perilaku individu dibandingkan teori yang lain. Hasil

penelitian Park et al. (2012) bahkan menunjukkan bahwa TPB dapat

menjelaskan mengenai intention (minat) dengan cukup baik. Dalam

3
penelitian Rochmawati (2013) mengenai pengaruh sikap, norma subjektif,

kontrol perilaku persepsian, persepsi risiko, persepsi kebermanfaatan

terhadap niat penggunaan kartu kredit, menunjukkan bahwa niat seseorang

ditentukan oleh norma subjektif (subjective norm), persepsi risiko (perceived

risk), dan persepsi kebermanfaatan (perceived benefit).

Sementara penelitian dari Shin-Yuan Hung, Chia-Ming Chang, dan

Shao-Rong Kuo (2013) untuk mengetahui faktor-faktor yang menentukan

penerimaan pengguna terhadap layanan m-goverment di Taiwan terhadap

berberapa variabel penelitian yang diujikan diantaranya : perceived

usefulness, perceived ease of use, compatibility, trust, interactivity, external

influence, interpersonal influence, self efficacy, dan facilitating dengan

menggunakan Theory Planned Behavior. Penelitian ini menghasilkan temuan

bahwa semua variabel yang diuji berpengaruh signifikan positif dan

merupakan faktor penting dalam menentukan penerimaan pengguna terhadap

layanan m-goverment.

Selanjutnya Liebana-Cabanillas Francisco, Muñoz-Leiva Franciscon,

dan Sanchez-Fernandez Juan (2015) juga melakukan penelitian mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pengguna terhadap sistem

pembayaran mobile dengan menggunakan perspektif teori Technological

Acceptance Model (TAM), dan Theory of Reasoned Action (TRA). Penelitian

dengan variabel subjective norms, ease of use, usefullness, attitude, trust,

perceived risk, perceived quality, dan intention of use ini menggunakan

jumlah sampel sebesar 2587 dari jumlah populasi pengguna internet dengan

sebuah profil facebook sebesar 14.372.260. Penelitian ini menghasilkan

4
temuan bahwa keseluruhan variabel memberikan dampak positif terhadap

intensi seseorang dalam mmenggunakan sistem pembayaran mobile, dimana

subjective norm paling dominan.

Sedangkan Maya Indriastuti dan Rizki Herdian Wicaksono (2015)

juga melakukan penelitian untuk menganalisis variabel perceived

usefullness, perceived ease of use, subjective norm, technological

innovativeness dan perceived credibility dalam penggunaan e-money.

Penelitian tersebut menggunakan analisis Multiple Regression Method yang

menghasilkan temuan bahwa dari kelima variabel yang diuji, hanya

perception of credibility yang berpengaruh positif terhadap penggunaan e-

money.

Dari beberapa penelitian terdahulu mengenai intensi masyarakat

menggunakan e-money menunjukkan hal yang beragam. Akan tetapi yang

paling menjadi perhatian peneliti adalah temuan dari Husnil Khotimah dan

Fairol Halim (2016) serta temuan Shabrina Prayidyaningrum dan MD

Djamaludin (2016). Dimana kedua penelitian tersebut sama-sama memiliki 3

variabel independen yaitu attitude, subjective norms, dan perceived

behavioral control terhadap intensi dalam menggunakan e-money akan tetapi

memiliki temuan yang berbeda.

Secara lebih mendalam, penelitian yang dilakukan Husnil Khotimah

dan Fairol Halim pada tahun 2016 dengan menggunakan Decomposed Theory

Planned Behavior (DTPB) menunjukkan bahwa keseluruhan variabel yang

diteliti dimana beberapa diantaranya yaitu, attitude, subjective norms, dan

5
perceived bahavioral control memiliki pengaruh yang signifikan positif

terhadap penggunaan e-money di Indonesia

Sedangkan penelitian kedua dari Shabrina Prayidyaningrum dan MD

Djamaludin pada tahun 2016 dengan menggunakan Theory Planned Behavior

menghasilkan temuan bahwa dua variabel independen yang diteliti yaitu

attitude dan subjective norms memiliki pengaruh yang signifikan positif

terhadap penggunaan e-money. Sedangkan perceived behavioral control

tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan.

Dari kedua penelitian ini dapat diketahui, bahwa sejauh ini penelitian

mengenai intensi seseorang dalam menggunakan e-money berdasar Theory

Planned Behavior masih perlu dilakukan lebih dalam. Hal ini dikarenakan

masih terlalu luasnya konsep e-money di dalam kehidupan sehari-hari

masyarakat. Tidak hanya dalam pembayaran dalam skala kecil saja, saat ini

e-money juga telah terintegrasi dalam sistem pembayaran dan pelayanan

publik skala nasional.

Salah satu diantaranya adalah karena adanya regulasi dari Bank

Indonesia melalui penggunaan instrumen pembayaran non-tunai yang biasa

disebut “Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT)”. Gerakan ini bertujuan

meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan instrumen non

tunai, sehingga berangsur-angsur diharapkan terbentuk suatu komunitas atau

masyarakat yang lebih menggunakan instrumen non tunai (Less Cash

Society/LCS) khususnya dalam melakukan transaksi atas kegiatan ekonomi.

Alasan dasar Bank Indonesia menerapkan program ini adalah

berdasar studi yang dipublikasikan oleh MasterCard yang berjudul “The

6
Global Journey From Cash to Cashless” tahun 2013, beberapa negara seperti

Belgia, Perancis, dan Kanada telah menerapkan less cash society secara

dominan. Ketiga negara tersebut paling banyak menggunakan transaksi

pembayaran non-tunai dan berada pada peringkat teratas penerapan less cash

society. Belgia dengan volume pembayaran non-tunai mencapai 93%,

Perancis 92%, dan Kanada 90%. Sementara besar pembayaran non-tunai di

Indonesia mencakup 31% dari total pembayaran yang dilakukan konsumen.

Angka tersebut menunjukkan bahwa Indonesia baru berada pada tahap

insepsi (inception) atau baru memulai beralih menuju less cash society.

Data dari Bank Indonesia pada tahun 2015 juga menunjukkan hal yang

serupa, dimana transaksi dengan uang tunai di Indonesia mencapai 99,4

persen dari total transaksi nasional atau lebih tinggi dibandingkan dengan

penggunaan tunai di negara kawasan ASEAN lainnya seperti Thailand,

Malaysia yang sekitar 97,2 persen dan 92,3 persen, serta Singapura yang

bahkan hanya 55,5 persen.

Berdasar pada hal tersebut, saat ini telah banyak instrumen nyata yang

mendukung program Gerakan Nasional Non Tunai ini. Tidak hanya dalam

sistem pembayaran saja, tetapi Bank Indonesia juga telah bekerjasama

dengan berbagai stakeholder yang ada dalam rangka meningkatkan visi

GNNT yakni menciptakan less cash society bagi seluruh masyarakat

Indonesia. Salah satu perusahaan yang digandeng Bank Indonesia dalam hal

ini adalah PT. Jasa Marga (Persero).

PT. Jasa Marga (Persero) merupakan salah satu BUMN di Indonesia

yang bergerak dalam bidang pengelola jalan tol. Bank Indonesia

7
menggandeng PT. Jasa Marga (Persero) mengingat adanya masalah serius

yakni dalam memaksimalkan penggunaan jalur bebas hambatan atau jalan tol

sebagai alternatif dalam meminimalisir kemacetan. Masalah yang terjadi

adalah kurangnya kesadaran pengguna layanan jalan tol, dimana telah adanya

pemberitahuan bahwa bayarlah tarif tol dengan uang pas sesuai dengan tarif

yang telah ditentukan, akan tetapi para pengguna layanan masih banyak yang

tidak menghiraukan dan membayar dengan uang lebih. Maka mereka harus

menerima uang kembalian dan hal tersebut memakan waktu yang lama

sehingga menyebabkan kemacetan yang tidak diinginkan.

Berdasar pada hal tersebut, pemerintah mulai tanggal 31 Oktober 2017

telah memberlakukan pembayaran jalan tol menggunakan kartu atau uang

elektronik (e-money). Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Herry

Trisaputra Zuna mengimbau kepada masyarakat pengguna jalan tol agar

segera mempersiapkan uang elektronik sebelum tanggal 31 Oktober

mendatang jika ingin menggunakan akses jalan tol. Herry juga

mengungkapkan bahwa hingga saat ini kesiapan infrastruktur gerbang tol

telah rampung dan siap 100 persen digunakan dalam pembayaran non tunai.

Yang perlu diperhatikan adalah kesiapan masyarakat untuk menggunakan

kartu untuk mengakses jalan tol (kumparan.com, 2017)

Sebagai bentuk realisasi nyata, saat ini Bank Indonesia telah

bekerjasama dengan beberapa stakeholder dalam mempermudah masyarakat

dalam mendapatkan kartu elektronik pembayaran tol. Dan berikut adalah

beberapa e-money yang dapat digunakan diantaranya :

Tabel 1.1

8
Jenis E-Money yang dapat digunakan pembayaran tol

No Jenis Kartu Keluaran

1 E-Toll Card BPJT Badan Pengatur Jalan Tol

2 Mandiri E-Money Bank Mandiri

3 Brizzi Bank BRI

4 Tap Cash Bank Mandiri

5 Blink Bank BTN

6 Flazz Bank BCA

7 Gaz Card Bank Mandiri

8 Indomart Card Indomart

Sumber: https://cermati.com (data diolah)

Jika diperhatikan secara mendalam, penggunaan transaksi non tunai

dalam pembayaran tol memiliki banyak manfaat baik bagi pihak pengelola

dan masyarakat pengguna tol. Regional Transaction And Consumer Head

Bank Mandiri Region VII Jawa 2 Jateng dan DIY Zedo Faly menjelaskan

dari sisi masyarakat, membayar tol melalui transaksi nontunai lebih

memberikan rasa aman. Sebab, jumlah uang yang dibayarkan lebih akurat,

tidak perlu penghitungan uang kembali, uang kembalian jatuh, dan lain

sebagainya. Sementara dari sisi pengelola, elektronifikasi pembayaran tol

bisa menurunkan risiko, antara lain fraud karena proses manual oleh

manusia, kesalahan penerimaan dan pengembalian, uang palsu, dan

keamanan saat pengumpulan uang tunai (okezone.com, 2017).

9
Jika dikaitkan dengan adanya kebijakan yang jelas, elektronifikasi

yang merata, serta manfaat yang akan didapat seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya, seharusnya hal ini dapat terealisasi lebih mudah. Akan tetapi

fakta dilapangan menunjukkan hal yang berbeda. Dimana PT Jasa Marga

(Persero) Tbk (JSMR) melalui Direktur Utama Jasa Marga Desi Arryani

mengungkapkan jumlah masyarakat yang memanfaatkan uang elektronik

atau non tunai untuk transaksi di Gerbang Tol (GT) di Indonesia masih

minim, yakni sekitar 33 persen. Padahal, operator jalan tol itu menargetkan

transaksi uang tunai di jalan tol tidak dapat digunakan lagi pada 31 Oktober

mendatang. (www.cnnindonesia.com, 2017)

Hal serupa juga terjadi di Surabaya yang merupakan kota

metropolitan terbesar kedua setelah Jakarta dengan populasi kendaraan

bermotor (mobil) yang tinggi. Hal ini disampaikan langsung oleh Humas PT

Jasa Marga Surabaya-Gempol Agus Tri Antio, yang menyebutkan pengguna

transaksi elektronik di tol Surabaya-Gempol meliputi Dupak-Porong dan

Japanan-Gempol masih 17,5 persen. Sementara itu, Agus mengaku pihaknya

sudah siap 100 persen guna menyambut penerapan kebijakan ari pemerintah

itu. Dia menceritakan, di tol Surabaya-Gempol, penggunaan e-toll sudah

dilaunching sejak 2012 lalu. Disamping itu ia turut menghimbau kepada

masyarakat untuk beralih dari transaksi cash ke transaksi elektronik e-toll.

(www.ngopibareng.co.id, 2017)

Hal diatas juga didukung dengan hasil rekapitulasi kuesioner Data

Temu Pelanggan PT.Jasa Marga Surabaya Gempol tahun 2017. Hasil

menunjukkan bahwa sebanyak lebih dari 50 persen pengendara gerbang tol

10
Surabaya – Gempol tidak puas terhadap aspek layanan transaksi

menggunakan E-Toll Card (data diolah).

Berdasar pada perbedaan hasil temuan serta fenomena yang telah

dijelaskan diatas, maka Menurut Theory of Planned Behavior seseorang

dapat bertindak berdasarkan intensi atau niatnya hanya jika ia memiliki

kontrol terhadap perilakunya (Ajzen, 2005). Teori ini tidak hanya

menekankan pada rasionalitas dari tingkah laku manusia, tetapi juga pada

keyakinan bahwa target tingkah laku berada di bawah kontrol kesadaran

individu tersebut atau suatu tingkah laku tidak hanya bergantung pada intensi

seseorang, melainkan juga pada faktor lain yang tidak ada dibawah kontrol

dari individu, misalnya ketersediaan sumber dan kesempatan untuk

menampilkan tingkah laku tersebut (Ajzen, 2005).

Berdasarkan Theory of Planed Behavior, intensi merupakan fungsi

dari tiga determinan, yang satu yang bersifat personal, kedua merefleksikan

pengaruh sosial dan ketiga berhubungan dengan masalah kontrol (Ajzen,

2005). Berikut ini adalah penjabaran dari variabel utama dari Theory of

Planned Behavior yang terdiri dari: intensi, attitude toward behavior,

subjective norms, dan perceived behavioral control.

Berdasarkan paparan serta penelitian terdahulu diatas, penulis sangat

tertarik untuk melakukan penelitian terhadap pengaruh ketiga variabel inti

dalam Theory Planned Behavior (TPB) dengan objek penelitian yaitu

pengguna kartu elektronik pembayaran tol . Adapun skripsi ini memiliki judul

: Pengaruh Attitude, Subjetive Norm, dan Perceived Behavioral Control

Terhadap Intensi Dalam Penggunaan Kartu Elektronik Pembayaran Tol.

11
B. Rumusan Masalah

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor–faktor yang

mempengaruhi intention to use terhadap salah satu sistem electronic money

(e-money) yakni kartu elektronik pembayaran tol serta meneliti model yang

digunakan dalam penelitian. Faktor–faktor yang dianalisis adalah attitude,

subjective norms, dan perceived behavioral control. Berdasarkan uraian

latar belakang masalah yang diteliti dirumuskan dalam pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Apakah attitude memiliki pengaruh positif terhadap intensi

sesorang dalam menggunakan kartu elektronik pembayaran tol ?

2. Apakah subjective norms memiliki pengaruh positif terhadap

intensi seseorang dalam penggunaan kartu elektronik

pembayaran tol ?

3. Apakah perceived behavioral control memiliki pengaruh positif

terhadap intensi penggunaan kartu elektronik pembayaran tol ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan tiga rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis pengaruh attitude terhadap intensi penggunaan

kartu elektronik pembayaran tol.

2. Menganalisis pengaruh subjective norms terhadap intensi

penggunaan kartu elektronik pembayaran tol.

12
3. Menganalisis pengaruh perceived behavioral control terhadap

intensi penggunaan kartu elektronik pembayaran tol.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta

kontribusi berupa :

1. Manfaat akademis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan

serta menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang faktor–

faktor yang mempengaruhi intensi penggunaan kartu elektronik

pembayaran tol. Kemudian diharapkan penelitian ini dapat

digunakan sebagai tambahan referensi bagi peneliti yang akan

datang khususnya terhadap intensi penggunaan e-money dalam

bentuk yang lain.

2. Manfaat praktik, diharapkan penelitian ini mampu

menggambarkan serta memberi informasi dengan jelas mengenai

persepsi pengguna dalam menggunakan kartu elektronik

pembayaran tol yang ada.

E. Asumsi

Asumsi adalah anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan

pijakan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Dalam

penelitian ini memiliki asumsi bahwa :

13
1. Responden memiliki intensi menggunakan kartu elektronik

pembayaran tol terhitung setelah ditetapkannya pembayaran

elektronik per 1 Oktober 2017.

2. Responden memiliki pengetahuan secara baik mengetahui

pemberlakukan pembayaran tol secara elektronik skala nasional

terhitung per 1 Oktober 2017.

3. Responden memiliki intensi dalam menggunakan salah satu atau

lebih dari kartu pembayaran elektronik diantaranya : e-toll dari

Bank Mandiri, Tap Cash dari BNI, Flash dari BCA, Brizzi dari

BRI, dan Blink dari BTN.

F. Batasan Penelitian

Agar masalah yang diteliti tidak terlalu luas, maka peneliti

mengemukakan batasan terhadap masalah yang diteliti sebagai berikut :

1. Penelitian ini hanya terbatas untuk meneliti mengenai signifikansi

pengaruh ketiga variabel independen (attitude, subjective norms,

dan perceived behavioral control) terhadap variabel dependen

(intention to use).

2. Populasi yang diteliti adalah seluruh masyarakat yang memiliki

intensi dalam menggunakan kartu elektronik pembayaran tol.

3. Kriteria responden yang diteliti adalah seluruh masyarakat yang

melalui ruas tol terhitung mulai 1 Oktober 2017 menggunakan

kartu elektronik pembayaran tol.

14
4. Kriteria responden yang dijadikan subjek penelitian adalah

mereka yang menggunakan kartu elektronik pembayaran tol

tanpa memperhatikan kepemilikan mobil, kepemilikan kartu

elektronik pembayaran tol, jenis pekerjaan, hingga jenis kelamin.

5. Data dalam penelitian ini didapat dari online dan offline.

6. Pengukuran variabel yang ada dalam penelitian ini menggunakan

skala indikator pengukuran dari Ajzen (dalam Smith &

McSweeney, 2007).

7. Penelitian ini menggunakan Semantic differensial scale untuk

mengukur pengertian suatu objek atau konsep oleh seseorang. Ini

merupakan skala yang dikembangkan oleh Osgood, Suci, dan

Tannenbaum. (Nazir, 2009).

8. E-money yang dijadikan objek dalam penelitian ini terbatas pada

kartu elektronik yang digunakan dalam pembayaran toll.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Perilaku Konsumen

2.1.1.1 Definisi Perilaku Konsumen

Schiffman dan Kanuk (2010, dalam Sumarwan 2015:4)

mendefinisikan istilah perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang

diperlihatkan dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan

15
menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan

kebutuhan mereka. Pendapat menguatkan juga diungkapkan oleh Engel,

Blackwell, dan Miniard (1995, dalam Sumarwan 2015:4) yang

mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat

dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa,

termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.

Sementara Sumarwan (2015:5) juga menyatakan bahwa perilaku konsumen

merupakan semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang

mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli,

menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di

atas atau kegiatan evaluasi.

Dari beberapa definisi yang ada, dapat disimpulkan bahwa perilaku

konsumen merupakan suatu proses yang dilakukan konsumen mulai dari

pencarian, memilih, membeli atau mendapatkan, mengonsumsi, sampai

melakukan evaluasi terhadap produk dan jasa yang mereka gunakan untuk

memenuhi kebutuhan mereka. Dalam bentuk rinci, periaku kosumen dapat

disimpulkan berdasarkan beberapa poin diantaranya adalah :

1. Disiplin ilmu yang mempelajari perilaku individu, kelompok atau

organisasi dan proses-proses yang digunakan konsumen untuk

menyeleksi, menggunakan produk, pelayanan, pengalaman (ide)

untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen, dan dampak

dari proses-proses tersebut pada konsumen dan masyarakat.

2. Tindakan yang dilakukan oleh konsumen guna mencapai dan

memenuhi kebutuhannya baik dalam penggunaan, pengonsumsian,

16
dan penghabisan barang dan jasa, termasuk proses keputusan yang

mendahului dan yang menyusul.

3. Tindakan atau perilaku yang dilakukan konsumen yang dimulai

dengan merasakan adanya kebutuhan dan keinginan, kemudian

berusaha mendapatkan produk yang diinginkan,mengonsumsi

produk tersebut, dan berakhir dengan tindakan-tindakan pasca

pembelian, yaitu perasaan puas atau tidak puas.

2.1.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Sumarwan (2015:10) menyatakan bahwa proses keputusan konsumen

dalam membeli dan mengonsumsi barang dan jasa dipengaruhi oleh tiga

faktor utama, yaitu: perbedaan individu, faktor lingkungan, dan strategi

pemasaran. Dari ketiga faktor tersebut dapat diringkas menjadi dua, yaitu

faktor internal yang berasal dari dalam diri konsumen dan faktor eksternal

yaitu faktor yang berasal dari luar diri konsumen.

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri individu. Faktor

internal dapat pula disebut sebagai perbedaan individu. Menurut

Sumarwan (2015:10) perbedaan individu menggambarkan faktor-faktor

karakteristik individu yang muncul dari dalam diri konsumen dan proses

psikologis yang terjadi pada diri konsumen yang sangat bepengaruh

terhadap proses keputusan konsumen. Perbedaan individu merupakan

faktor internal dari dalam diri konsumen yang kemudian akan

mengarahkan konsumen dalam membuat keputusan. Adapun yang

termasuk dalam faktor perbedaan individu antara lain adalah:

17
a. Kebutuhan dan Motivasi

Kebutuhan merupakan perasaan tidak nyaman yang dirasakan

konsumen akibat dari yang seharusnya dirasakan dengan yang

sesungguhnya dirasakan. Kebutuhan dalam diri konsumen

kemudian akan menimbulkan motivasi atau dorongan dalam diri

konsumen untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

b. Kepribadian

Menurut Sumarwan (2015:38) kepribadian berkaitan dengan

adanya perbedaan karakteristik yang paling dalam pada diri,

perbedaan tersebut kemudian menggambarkan ciri unik dari masing-

masing individu.

c. Konsep diri

Konsep diri merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya

yang berkaitan dengan karakteristik atau sifat-sifat dari kepribadian

seseorang.

d. Pengolahan Informasi dan Persepsi

Pengolahan informasi pada diri konsumen terjadi ketika salah

satu panca indera konsumen menerima input dalam bentuk stimulus.

Terdapat lima tahap pengolahan informasi, yaitu: pemaparan,

perhatian, pemahaman, penerimaan, dan retensi (Sumarwan,

2015:11). Sedangkan persepsi merupakan tahap pemaparan,

perhatian, dan pemahaman.

e. Proses belajar

18
Belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh

pengetahuan dan pengalaman (Sumarwan, 2015:12). Pengetahuan

dan pengalaman ini kemudian akan mengakibatkan perubahan sikap

dan perilaku yang relative permanen dalam diri seseorang.

f. Pengetahuan

Menurut Sumarwan (2015:12) pengetahuan konsumen

merupakan semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai

produk atau jasa serta pengetahuan lainnya yang berkaitan dengan

produk dan jasa tersebut dan informasi yang berhubungan dengan

fungsinya sebagai konsumen. pengetahuan konsumen terbagi

menjadi tiga, yaitu: pengetahuan produk, pengetahuan pembelian,

dan pengetahuan pemakaian (Sumarwan, 2015:12).

g. Sikap

Sumarwan (2015:12) menyatakan bahwa sikap merupakan

ungkapan perasaan konsumen terhadap suatu objek apakah disukai

atau tidak serta menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap

berbagai atribut dan manfaat dari objek tersebut.

h. Agama

Menurut Sumarwan (2015:12) agama merupakan sistem

kepercayaan dan keyakinan tentang hakikat adanya Pencipta Alam

Semesta, yaitu kepercayaan tentang Tuhan Yang Maha Esa serta

kepercayaan bahwa terdapat kehidupan setelah kematian. Agama

19
mengatur tentang tata cara manusia untuk hidup di dunia, menjadi

pedoman tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebagai

hamba yang mempercayai adanya Tuhan di dunia ini.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor dari luar yang mempengaruhi

perilaku individu. Faktor eksternal dapat berupa faktor lingkungan

konsumen maupun faktor yang diciptakan oleh pemasar untuk

mempengaruhi perilaku konsumen. faktor eksternal yang

mempengaruhi perilaku konsumen antara lain:

a. Budaya

Menurut Sumarwan (2015:13) Budaya merupakan segara

nilai, pemikiran, symbol, yang mempengaruhi perilaku, sikap,

kepercayaan, dan kebiasaan seseorang dan masyarakat. Artinya,

budaya merupakan nilai-nilai yang kemudian dipahami secara sama

dalam sebuah masyarakat.

b. Karakteristik Demografi, social, dan ekonomi.

Karakteristik demografi menggambarkan karakteristik suatu

penduduk seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama,

suku bangsa, dan lain sebagainya. Sedangkan kelas social

merupakan pengelompokan masyarakat kedalam kelas atau

kelompok-kelompok yang berbeda yang kemudian akan

mempengaruhi jenis produk dan jasa yang akan mereka konsumsi.

c. Keluarga

20
Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dengan

konsumen yaitu lingkungan dimana sebagain besar konsumen

tinggal dan berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya.

d. Kelompok Acuan

Kelompok acuan merupakan perkumpulan dari dua orang atau

lebih yang berinteraksi untuk mencapai tujuan yang sama.

Kelompok acuan akan memberikan standar penilaian tersendiri bagi

anggota kelompoknya yang kemudian akan mempengaruhi pola

perilaku antar anggota kelompok.

e. Lingkungan Sosial dan lingkungan fisik

Lingkungan sosial merupakan lingkungan dimana konsumen

melakukan interaksi dengan orang di sekelilingnya. Sedangkan

lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang berbentuk fisik di

sekitar konsumen.

2.1.2 Theory of Planned Behavior

Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan pengembangan lebih

lanjut dari TRA. Ajzen (1988) menambahkan konstruk yang belum ada dalam

TRA, yaitu kontrol perilaku yang dipersepsi (perceived behavioral control).

Konstruk ini ditambahkan dalam upaya memahami keterbatasan yang

dimiliki individu dalam rangka melakukan perilaku tertentu (Chau & Hu,

2002). Dengan kata lain, dilakukan atau tidak dilakukannya suatu perilaku

tidak hanya ditentukan olehsikap dan norma subjektif semata, tetapi juga

21
persepsi individu terhadap kontrol yang dapat dilakukannya yang bersumber

pada keyakinannya terhadap kontrol tersebut (control beliefs).

Ajzen (2002) mengungkapkan Theory of Planned Behavior

merupakan teori yang meramalkan pertimbangan perilaku karena perilaku

dapat dipertimbangkan dan direncanakan. Ia juga mengemukakan bahwa

Theory of Planned Behavior telah muncul sebagai salah satu dari kerangka

kerja yang paling berpengaruh dan konsep yang populer pada penelitian di

bidang kemanusiaan. Menurut teori ini, perilaku manusia dipandu oleh 3 jenis

pertimbangan:

1. Kepercayaan mengenai kemungkinan akibat atau tanggapan lain dari

perilaku (kepercayaan perilaku).

2. Kepercayaan mengenai harapan normatif dari orang lain dan motivasi

untuk menyetujui harapan – harapan yang dimiliki berdasarkan

kepercayaan normatif.

3. Kepercayaan mengenai kehadiran faktor – faktor yang mungkin lebih

jauh melintang dari perilaku (kepercayaan pengendalian).

22
Gambar 2.1.2 Model Theory Of Planned Behavior

Sumber: Ajzen, 2005

Model teoritik dari Teori Planned Behavior (Perilaku yang

direncanakan) mengandung berbagai variabel yaitu :

1. Latar belakang (background factors)

Seperti usia, jenis kelamin, suku, status sosial ekonomi,

suasana hati, sifat kepribadian, dan pengetahuan)

mempengaruhi sikap dan perilaku individu terhadap sesuatu hal.

Faktor latar belakang pada dasarnya adalah sifat yang hadir di

dalam diri seseorang, yang dalam model Kurt Lewin

dikategorikan ke dalam aspek O (organism). Dalam kategori ini

Ajzen (2005), memasukkan tiga faktor latar belakang, yakni

personal, sosial, dan informasi. Faktor personal adalah sikap

umum seseorang terhadap sesuatu, sifat kepribadian(personality

23
traits), nilai hidup (values), emosi, dan kecerdasan yang

dimilikinya. Faktor sosial antara lain adalah usia, jenis kelamin

(gender), etnis, pendidikan, penghasilan, dan agama. Faktor

informasi adalah pengalaman, pengetahuan, dan ekspose pada

media.

2. Keyakinan perilaku (behavioral belief)

Hal-hal yang diyakini oleh individu mengenai sebuah

perilaku dari segi positif dan negatif, sikap terhadap perilaku

atau kecenderungan untuk bereaksi secara afektif terhadap suatu

perilaku, dalam bentuk suka atau tidak suka pada perilaku

tersebut.

3. Keyakinan normatif (normative beliefs)

Berkaitan langsung dengan pengaruh lingkungan yang

secara tegas dikemukakan oleh Lewin dalam Field Theory.

Pendapat Lewin ini digaris bawahi juga oleh Ajzen melalui

perceived behavioral control. Menurut Ajzen (2005), faktor

lingkungan sosial khususnya orang-orang yang berpengaruh

bagi kehidupan individu (significant others) dapat

mempengaruhi keputusan individu.

4. Norma subjektif (subjective norm)

Sejauh mana seseorang memiliki motivasi untuk

mengikuti pandangan orang terhadap perilaku yang akan

dilakukannya (normative belief). Kalau individu merasa itu

adalah hak pribadinya untuk menentukan apa yang akan dia

24
lakukan, bukan ditentukan oleh orang lain disekitarnya, maka

dia akan mengabaikan pandangan orang tentang perilaku yang

akan dilakukannya. Fishbein dan Ajzen (1975), menggunakan

istilah ”motivation to comply” untuk menggambarkan

fenomena ini, yaitu apakah individu mematuhi pandangan orang

lain yang berpengaruh dalam hidupnya atau tidak.

5. Keyakinan dari dalam diri individu bahwa suatu perilaku yang

dilaksanakan (control beliefs) dapat diperoleh dari berbagai hal,

pertama adalah pengalaman melakukan perilaku yang sama

sebelumnya atau pengalaman yang diperoleh karena melihat

orang lain misalnya, teman, keluarga dekat dalam melaksanakan

perilaku itu sehingga ia memiliki keyakinan bahwa ia pun akan

dapat melaksanakannya. Selain pengetahuan, ketrampilan, dan

pengalaman, keyakinan individu mengenai suatu perilaku akan

dapat dilaksanakan ditentukan juga oleh ketersediaan waktu

untuk melaksanakan perilaku tersebut, tersedianya fasilitas

untuk melaksanakannya, dan memiliki kemampuan untuk

mengatasi setiap kesulitan yang menghambat pelaksanaan

perilaku.

6. Persepsi kemampuan mengontrol tingkah laku (perceived

behavioral control). Keyakinan (beliefs) bahwa individu pernah

melaksanakan atau tidak pernah melaksanakan perilaku

tertentu, individu memiliki fasilitas dan waktu untuk melakukan

perilaku itu, kemudian individu melakukan estimasi atas

25
kemampuan dirinya apakah dia punya kemampuan atau tidak

memiliki kemampuan untuk melaksanakan perilaku tersebut.

Ajzen (2005) menamakan kondisi ini dengan “persepsi

kemampuan mengontrol” (perceived behavioral control). Niat

untuk melakukan perilaku (intention) adalah kecenderungan

seseorang untuk memilih melakukan atau tidak melakukan

sesuatu pekerjaan. Niat ini ditentukan oleh sejauh mana individu

memiliki sikap positif pada perilaku tertentu, dan sejauh mana

kalau dia memilih untuk melakukan perilaku tertentu itu dia

mendapat dukungan dari orang-orang lain yang berpengaruh

dalam kehidupannya.

2.1.3 Attitude (Sikap)

Menurut Ajzen (2005) sikap adalah suatu disposisi untuk respon

positif atau negatif terhadap benda, orang, institusi atau peristiwa. Kemudian

definisi sikap menurut Smith dan McSweeney (2007) sikap merupakan

evaluasi dari target perilaku. Selanjutnya Allport (dalam Hogg & Vaughan,

2011) menjelaskan sikap adalah : “A mental and neural state of readiness,

organised through experience, exerting a directive or dynamic influence upon

the individual's response to all objects and situations with which it is related”.

Sikap adalah kondisi mental dan neural dari kesiapan, yang diatur

melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah

terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang terkait.

26
Berdasarkan definisi menurut para ahli, penulis menyimpulkan sikap

merupakan evaluasi atau penilaian dari target suatu perilaku. Menurut

Fishbein dan Ajzen (1975), terdapat tiga komponen dalam sikap yaitu;

1. Kognitif, yaitu mencerminkan persepsi dan pemikiran mengenai

objek sikap.

2. Afek, yaitu suatu perasaan atau evaluasi terhadap objek, meliputi

perasaan dan evaluasi (sikap)

3. Konasi, yaitu intensi berprilaku yang ditampilkan terhadap objek

sikap.

2.1.4 Subjective Norms (Norma Subyektif)

Norma subjektif merupakan faktor sosial yang mengacu pada

tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan suatu

perilaku (Ajzen, 1991). Smith dan McSweneey (2007) menjelaskan norma

subjektif merupakan tekanan sosial yang dirasakan mengenai tampilan dari

perilaku tersebut.

Menurut White, Smith, Terry, Greenslade dan McKimmie (2009),

menyatakan bahwa pengaruh sosial diwakili oleh konsep norma subjektif

yaitu yang menggambarkan sejumlah tekanan dari seseorang untuk

melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Sedangkan Bidin et.al

(dalam Falahuddin, Heikal, Khaddafi, 2014) norma subjektif dikaitkan

dengan keyakinan yang disampaikan oleh orang lain, baik secara individu

atau melalui respon kelompok.

27
Berdasarkan pendapat di atas menurut para ahli bahwa kesimpulan

dari pengertian norma subjektif atau norma sosial merupakan faktor sosial

yang mengacu pada tekanan sosial yang dirasakan mengenai tampilan dari

perilaku tersebut, untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku.

2.1.5 Perceived Behavioral Control (Kontrol Perilaku yang Diterima)

Menurut Ajzen (1991) perceived behavioral control yaitu mengacu

pada persepsi individu terhadap kemudahan atau kesulitan melakukan

perilaku yang menarik. Perceived behavioral control menunjuk suatu derajat

dimana seorang individu merasa bahwa tampil atau tidaknya suatu perilaku

yang dimaksud adalah di bawah pengendaliannya. Orang cenderung tidak

akan membentuk suatu intensi yang kuat untuk menampilkan suatu perilaku

tertentu jika ia percaya bahwa ia tidak memiliki sumber atau kesempatan

untuk melakukannya meskipun ia memiliki sikap yang positif dan ia percaya

bahwa orang-orang lain yang penting baginya akan menyetujuinya.

Perceived Behavioral Control dapat mempengaruhi perilaku secara

langsung atau tidak langsung melalui intensi. Jalur langsung dari PBC ke

perilaku diharapkan muncul ketika terdapat keselarasan antara persepsi

mengenai kendali dan kendali yang aktual dari seseorang atas suatu perilaku

(Achmat, 2010).

Selanjutnya Smith dan McSweeney (2007) mengemukakan bahwa

Perceived behavioral control merupakan kontrol yang dirasakan atas

tampilan perilaku untuk melakukan, atau berniat untuk melakukan dan

perilaku yang dianggap sebagai relatif mudah atau dalam kendali seseorang

28
Berdasarkan definisi menurut para ahli dapat disimpulkan perceived

behavioral control adalah kontrol yang dirasakan atas tampilan perilaku

untuk melakukan atau tidak dalam perilaku yang dianggap sebagai relatif

mudah dalam kendali seseorang.

2.1.6 Intention to Use (Intensi dalam menggunakan)

Intensi adalah letak dimensi subyektif seseorang yang melibatkan

hubungan antara dirinya dengan perbuatan tertentu, oleh karena itu, mengarah

pada probabilitas subyektif seseorang yang akan menunjukkan perilaku

(Fishbein & Ajzen, 1975). Ajzen (1991) menjelaskan "intentions are assumed

to capture the motivational factors that influence a behaviour and to indicate

how hard people are willing to try or how much effort they would exert to

perform the behaviour" intensi diasumsikan faktor – faktor motivasi yang

berdampak pada perilaku, sebagai indikasi, seberapa kuat keinginan individu

untuk mencoba dan berapa banyak usaha untuk menampilkan perilaku

tersebut.

Fishbein dan Ajzen (1975) mengemukakan bahwa terdapat empat

elemen penting dalam pembentukan intensi yaitu perilaku (behavior), objek

atau target dimana perilaku ditunjukkan (target), situasi dimana perilaku

ditampilkan (situation) dan waktu dimana perilaku yang akan dilakukan

(time). Pada tingkat yang paling spesifik, seseorang akan menampilkan

perilaku tertentu tergantung objeknya dalam situasi dan waktu tertentu.

29
Teori intensi dapat dijelaskan melalui theory of planned behavior.

Theory of planned behavior merupakan perluasan dari theory of reason

action,dibuat karena adanya keterbatasan dalam menangani perilaku

seseorang, dimana individu tidak memiliki kontrol kehendak (volitional

control) sehingga menambahkan konsep perceived behavioral control.

Sesuai dengan tujuannya untuk menjelaskan perilaku manusia dan seperti

dalam teori aslinya yaitu theory of reason action bahwa faktor utama dalam

theory of planned behavior adalah intensi individu untuk melakukan perilaku

tertentu.

Theory of Planned Behavior didasarkan pada asumsi bahwa manusia

adalah makhluk yang rasional dan menggunakan informasi-informasi yang

mungkin baginya, secara sistematis. Orang memikirkan implikasi dari

tindakan mereka sebelum mereka memutuskan untuk melakukan atau tidak

melakukan perilaku tertentu. Ada beberapa tujuan dan manfaat dari teori ini,

antara lain adalah untuk meramalkan dan memahami pengaruh-pengaruh

motivasional terhadap perilaku yang bukan dibawah kendali atau kemauan

individu sendiri. Untuk mengidentifikasi bagaimana dan kemana

mengarahkan strategi-strategi untuk perubahan perilaku dan juga untuk

menjelaskan pada tiap aspek penting beberapa perilaku manusia (Achmat,

2010).

Intensi diasumsikan sebagai faktor – faktor motivasi yang

berdampak pada perilaku, sebagai indikasi, seberapa kuat keinginan individu

untuk mencoba dan berapa banyak usaha untuk menampilkan perilaku

tersebut. Theory of planned behavior mengemukakan bahwa terdapat tiga

30
faktor penentu terhadap intensi yaitu sikap, norma subjektif dan perceived

behavioral control (Ajzen, 1991).

2.1.7 Hubungan Antar Variabel Penelitian

2.1.7.1 Hubungan Attitude terhadap Intention to Use

Ajzen (1991) menyatakan bahwa variabel yang mempengaruhi niat

individu (intention to use) dalam melakukan sesuatu adalah variabel

attitude, subjective norm, dan perceived behavior control. Hasil penelitian

Ajzen ini merupakan pengembangan dari theory of reasoned action

(Fisbein and Ajzen, 1975; Ajzen and Fisbein, 1980 dalam Ajzen, 1991).

Sikap merupakan hasil dari faktor genetik dan proses belajar serta selalu

beruhubungan dengan suatu objek. Sikap biasanya memberikan penilaian

(menerima/menolak) terhadap objek yang dihadapi (Dharmmesta dan

Handoko, 1997).

2.1.7.2 Hubungan Subjective Norms terhadap Intention to Use

Subjective norms diartikan sebagai aturan, baik secara eksplisit

ataupun implisit yang mampu mengatur pikiran dan perilaku seseorang

(Fransson dan biel, 2007). Sementara itu, norma dalam Theory of Planned

Behavior adalah sebuah faktor sosial dan merupakan norma subjektif, yang

mengacu pada perasaan seseorang tentang cara dia mempersepsikan

tekanan dari lingkungan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu atau nilai

normatif yang berlaku di masyarakat/lingkungan (Ajzen, 1991). Ajzen

(1991) juga menyatakan bahwa variabel yang mempengaruhi niat individu

31
(intention to use) dalam melakukan sesuatu adalah variabel attitude,

subjective norm, dan perceived behavior control.

2.1.7.3 Hubungan Perceived Behavior Control terhadap Intention to Use

Satu faktor lain yang menjadi pertimbangan seseorang untuk

melakukan suatu perilaku (intention) dalam Theory of Planned Behavior

adalah faktor persepsi (perceived behavior control) tentang kemampuan

seseorang dalam mengendalikan perilaku yang akan dikerjakan (planned

behavior control). Persepsi tersebut ditentukan oleh keyakinan seseorang

untuk mengendalikan faktor – faktor yang menghambat ataupun yang

mendorong perilaku (Ajzen,1991). Barnet dan Persley (2004) menyatakan

bahwa variabel yang mempengaruhi niat individu (intention to use) dalam

melakukan sesuatu adalah perceived behavior control.

32
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan kajian teoretis yang telah di jabarkan sebelumnya, adapun

penelitian yang relevan dengan variabel dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

33
No Penulis dan Judul Tujuan Populasi Variabel Alat Hasil Temuan

Penelitian Penelitian / Sampel Analisis

1 Husnil Khotimah, Untuk 1300 Kompleksitas, Mengguna Kompleksitas, sikap,

Fairol Halim mengetahui orang sikap, kan kepercayaan diri, kondisi

intensi dari dengan kepercayaan diri, Dekompos fasilitas sumber daya,

The effect of attitude penggunaan metode kondisi fasilitas isi Teori kontrol perilaku yang

and its decomposed, server e- purposiv sumber daya, Perilaku dirasakan, kesadaran

perceived behavioral money di e kontrol perilaku Terencana memiliki pengaruh yang

control, and its Indonesia sampling yang dirasakan, (DTPB) signifikan positif

decomposed and kesadaran, dan . terhadap penggunaan e-

awareness on intensi dalam money mobile di

intention to use e- menggunakan Indonesia

money mobile in

Indonesia

2 Paul Gerhardt Schierz, Untuk Sampel Sikap Mengguna kompatibilitas yang

Oliver Schilke, Bernd mengatahui sentimen menggunakan, kan dirasakan memiliki

W. Wirtz analisis tal norma subjektif, Technolog dampak terbesar niat

empiris sejumlah kesuaian yang y untuk menggunakan

Understanding faktor-faktor 1447 diterima, Acceptanc layanan pembayaran

consumer acceptance yang orang keamanan yang e Model mobile.

of mobile payment menentukan dirasakan, (TAM) Mobilitas individu

services: An empirical penerimaan kegunaan yang adalah pendorong utama

analysis konsumen dirasakan, penerimaan pembayaran

dalam kemudahan mobile.

menggunaka penggunaan yang

34
n layanan dirasakan,

pembayaran mobilitas

mobile. individual

3 Liebana-Cabanillas Untuk Dari Subjective Mengguna Keseluruhan variabel

Francisco, Muñoz- menganalisis jumlah Norms, Ease of kan berdampak positif

Leiva Francisco penerimaan 14,372,2 use, Usefulness, Technologi terhadap intensi

dan Sanchez- pengguna 60 Attitude, Trust, cal seseorang dalam

Fernandez Juan terhadap populasi Perceived Risk, Acceptanc penggunaan sistem

sistem penggun Perceived quality, e Model pemyaran mobile,

Payment Systems in pembayaran a internet Intention of use (TAM), dimana Subjective Norm

New Electronic mobile, dengan the Theory paling dominan

Environments: sebuah of

Consumer Behavior in profil Reasoned

Payment Systems via Faceboo Action

SMS k, (TRA)

dengan

jumlah

sampel

sebesar

2587

4 I.O. Akinyemi, E. O. Penelitian Jumlah Perceived Mengguna Perceived Usefulness,

Asani, dan A. A. ini meneliti sampel Usefulness, kan dan Perceived Ease to

Adigun faktor-faktor sebanyak Perceived Ease to Technologi Use tidak berpengaruh

yang dapat 400 Use, Perceived cal terhadap niat. Sedangkan

An Investigation of mempengaru Credibelity, Trust Acceptanc Perceived Credibelity

Users’ Acceptance hi e Model dan Trust berpengaruh

and Satisfaction of E- penerimaan (TAM)

Banking System as a dan

35
Panacea towards a kepuasan

Cashless Economy in pengguna e-

Nigeria banking di

Nigeria

5 I.J. Donald, S.R. Mengidentifi Sampel Attitude, Mengguna Hasil menunjukkan

Cooper, dan S.M. kasi faktor penelitia Subjective kn Theory bahwa menunjukkan

Conchie terpenting n Norms, Perceived of Planned bahwa penggunaan

yang sebanyak Behavioral Behavior mobil ditentukan oleh

An extended theory of mempengaru 827 Control, Habit, (TPB) niat dan kebiasaan tapi

planned behavior hi pekerja responde dan Intention tidak untuk varibel

model of the menggunaka n kontrol perilaku yang

psychological factors n kendaraan dirasakan (PBC),

affecting commuters’ pribadi atau sedangkan penggunaan

transport mode use menggunaka angkutan umum hanya

n angkutan dipengaruhi oleh

umum untuk niat. Analisis juga

berangkat mengungkapkan bahwa

kerja. variabel TPB (sikap,

norma subjektif dan

PBC)

mempengaruhi

penggunaan kedua moda

transportasi secara tidak

langsung melalui

pengaruhnya terhadap

niat dan kebiasaan.

6 Shin-Yuan Hung, penelitian ini Penelitia Perceived Mengguna Temuan pada penelitian

Chia-Ming Chang, adalah untuk n ini Usefulness, kn Theory ini menunjukkan bahwa

dan Shao-Rong Kuo mengetahui memiliki Perceived Ease of of Planned perceived usefulness,

36
faktor- sampel Use, Behavior perceived ease of use,

faktornya sejumlah Compatibility, (TPB) trust, interactivity,

User acceptance of yang 331 Trust, Eksternal influence,

mobile e-government menentukan penggun Interactivity, interpersonal influence,

services: An empirical penerimaan a layanan External self efficacy, dan

study pengguna m- Influence, facilitating condition

terhadap goverme Interpersonal merupakan faktor

layanan m- nt Influence, Self penting dalam

goverment di Efficacy, dan menentukan penerimaan

Taiwan Facilitating penguna terhadap

Condition layanan m-goverment

37
7 Shabrina Tujuan penelitian Populasi Sikap, Norma Menggunakan Ada hubungan

Prayidyaningrum, ini adalah untuk mahasiswa Subjektif, Kontrol TPB (Theory of yang signifikan

MD Djamaludin mengidentifikasi IPB Perilaku, dan Planned antara sikap,

sikap, norma menggunakan Intensi Behavior). norma

Theory of subjektif, dan e-money Intstrumen analsiis subjektif,

Planned kontrol perilaku sebanyak 212 yaitu Microsoft dan kontrol

Behavior to pembentukan orang. Excel untuk perilaku dalam

Analyze the intensi Selanjutnya, Windows dan menggunakan

Intention to Use penggunaan uang dengan Statistik e-

the Electronic elektronik pada rumus Slovin Program untuk money. Namun,

Money kelompok ditentukan Social Seciencies kontrol

mahasiswa IPB sampel (SPSS) untuk perilaku tidak

Menggunakan berjumlah Windows. Analisis menunjukkan

Pendekatan Theory 78 orang termasuk analisis pengaruh yang

Of Planned deskriptif, uji signifikan

Behaviour reabilitas

instrumen, uji

korelasi, dan uji

regresi

8 I Wayan Bayu Penelitian ini Total Perceived Analisis data Perceived

Diatmika, Gugus bertujuan untuk Responden Usefulness, dilakukan dengan Usefulness,

Irianto, Zaki mengetahui faktor- adalah 316 Perceived Ease of metode statistik Subjective

Baridwan faktor yang pengguna IT Use, Subjective Parsial Least Norm, Task

mempengaruhi niat berbasis AIS Norm, Perceived Square dengan Technology Fit

individu untuk di 82 kantor Behavior Control, menggabungkan dan Self

Determinants of menerima LPD Personal Technology Efficacy secara

Behavior Teknologi Innovativeness in Acceptance empiris

Intention Of Informasi (IT) IT, Task Model (TAM), berpengaruh

38
Accounting Berbasis Sistem Technology Fit, Theory of terhadap

Information Informasi dan Self Efficacy Planned Behavior

Systems Based Akuntansi (AIS) to Behavior Behavior (TPB), Intention

Information Intention Innovation dimana, Task

Technology Diffusion Theory Technology Fit

Acceptance (IDT), Task merupakan

Technology Fit variabel terkuat

(TTF) dan Self yang

Efficacy Theory berpengaruh.

(SET) Perceived Ease

of Use,

Perceived

Behavior

Control dan

Personal

Innovativeness

in IT tidak

berpengaruh

terhadap

Behavior

Intention.

9 Maya Indriastuti Menganalisis Sampel Perceived Data dianalisis Dari kelima

dan Rizki Perceived ditentukan Usefullness, melalui Multiple variabel, hanya

Herdian Wicakso Usefullness, dengan Perceived Ease of Regression perception of

Perceived Ease of metode Use, Subjective Method (Multiple credibility

Use, Subjective purposive Norm,Tecnological Regresional yang berparuh

Influencers E- Norm,Tecnological sampling Innovativesness Analysis) positif terhadap

Money In Innovativesness dengan dan Perceived penggunaan e-

Banking Sector and Perceived kriteria terdiri Credibility money

39
Credibility dalam dari: pertama,

penggunaan e- responden

money terdiri dari

17-60 tahun

laki-laki dan

perempuan.

Kedua,

responden

adalah

nasabah Bank

Mandiri,

BCA, dan

BRI. Ketiga,

responden

memiliki

setidaknya

satu dari

kartu ini: e-

toll, Flazz,

dan Brizzi

Card.

Keempat,

responden

harus

memiliki

cukup rata-

rata

pendapatan

rata-rata

40
setiap

bulannya

Sumber : Penulis (data diolah)

2.3 Kerangka Berpikir

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar intensi dan

hubungannya dengan 3 variabel dalam Theory Planned Behavior dalam

mempengaruhi pengguna jalan tol di wilayah Surabaya menggunakan kartu

elektronik pembayaran tol, mengingat aturan pemerintah yang menerapkan

pembayaran ruas jalan tol dengan kartu pembayaran elektronik. Penelitian ini

menggunakan Theory Planned Behavior (Ajzen, 2005). Teori ini bertujuan

untuk memprediksikan perilaku tertentu yang dilakukan secara sengaja,

dikarenakan sebuah perilaku dapat direncanakan dan disengaja yang

dipengaruhi tiga pertimbangan yaitu attitude, subjective norms, dan perceived

behavioral control.

Berikut adalah kerangka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

Pengaruh Attitude, Subjective Norms, dan Perceived Behavioral Control Terhadap


Intensi Dalam Menggunakan Kartu Elektronik Pembayaran Tol

1. Apakah attitude memiliki pengaruh positif terhadap intensi sesorang dalam


menggunakan kartu elektronik pembayaran tol ?
2. Apakah subjective norms memiliki pengaruh positif terhadap intensi seseorang
dalam penggunaan kartu elektronik pembayaran tol ?
3. Apakah perceived behavioral control memiliki pengaruh positif terhadap intensi
penggunaan kartu elektronik pembayaran tol ?

41
Perilaku Konsumen

Theory Reasoned Action Attitude

Subjective
Theory Planned Behavior Norms Intention Behavior

Theory Accaptance Model Perceived


Behavioral
Control

Theory Interpersonal
Behavior

Faktor Internal Faktor Eksternal

1. Kebutuhan dan Motivasi 1. Budaya


2. Kepribadian 2. Karakteristik Demografi,
3. Konsep Diri Sosial, dan Ekonomi
4. Pengolahan Informasi dan 3. Keluarga
Persepsi 4. Kelompok Acuan
5. Proses Belajar 5. Lingkungan Sosial dan
6. Pengetahuan Lingkungan Fisik
7. Sikap 6. Teknologi
8. Agama

Gambar 2.3.1. Kerangka Berpikir

Sumber : Sumarwan (2015) dan Ajzen (2005) (data diolah)

2.4 Hipotesis

42
Berdasarkan pada teori dan fenomena di atas maka dapat diambil

hipotesis penelitian yang sesuai, yaitu:

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan attitude terhadap intensi

menggunakan kartu elektronik pembayaran tol

H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan subjective norms terhadap

intensi menggunakan kartu elektronik pembayaran tol

H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan perceived bahavioral control

terhadap intensi menggunakan kartu elektronik pembayaran tol

43
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah rancangan konklusif. Rancangan riset

konsklusif adalah riset yang dirancang untuk membantu pembuat keputusan

dalam menentukan, mengevaluasi, serta memilih rangkaian tindakan yang

harus diambil pada situasi tertentu (Malhotra, 2009:90). Tujuan dari riset

konklusif adalah untuk menguji hipotesis dan menguji hubungan yang

spesifik. Riset konklusif didasarkan atas sampel besar yang representative,

dan data yang dihasilkan dianalisis secara kuantitatif serta temuan riset

dianggap sebagai sebuah kesimpulan.

Rancangan riset konklusif terdiri dari riset deskriptif dan riset kausal.

Jenis riset konklusif yang digunakan dalam penelitian ini adalah riset

deskriptif. Riset deskriptif bertujuan untuk menjelaskan karakteristik dan

fungsi pasar yang ditandai dengan formulasi hipotesis spesifik serta

44
rancangan riset yang direncanakan dan terstruktur (Malhotra, 2009:90).

Rancangan riset ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui

apakah attitude, subjective norms, dan perceived behavioral control

terhadap intensi dalam menggunakan kartu elektronik pembayaran tol.

2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini terdapat variabel-variabel yang terdiri dari variabel

bebas yaitu attitude, subjective norms, dan perceived behavioral control

serta variabel terikat yaitu intensi dalam menggunakan kartu elektronik

pembayaran tol.. Rancangan penelitian dibuat untuk mengetahui apakah

attitude, subjective norms, dan perceived behavioral control berpengaruh

terhadap intensi dalam menggunakan kartu elektronik pembayaran tol..

Adapun rancangan penelitian yang digunakan adalah ebagai berikut:

Attitude (X1)

Subjective Norms
(X2) Intention (Y)

Perceived
Behavioral Control
(X3)

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

45
Sumber: diolah oleh penulis

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada seluruh pengguna alat elektronik

pembayaran tol yang melakukan transaksi e-toll di seluruh gerbang tol di

wilayah Surabaya. Penentuan lokasi secara luas ini dikarenakan seluruh

gerbag tol diwilayah Surabaya telah menggunakan mesin pembayaran tol

secara elektronik.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan kelompok dari individu-individu,

kejadian-kejadian, atau hal-hal tertentu yang menarik bagi peneliti untuk

diteliti (Maholtra, 2009:364). Populasi dari sampel ini adalah seluruh

masyarakat Indonesia yang menggunakan serta pernah melakukan

pembayaran gerbang tol menggunakan kartu elektronik pembayaran tol.

2. Sampel Penelitian

Menurut Malhotra (2009) sampel merupakan bagian dari populasi yang

terdiri dari beberapa anggota yang dipilih dari populasi untuk diteliti. Syarat

utama dalam pengambilan sampel adalah bahwa sampel harus mewakili

populasi, dan sampel dalam bentuk lebih kecil dari populasi (miniature

population). Malhotra (2009) memberikan pedoman ukuran sampel yang

dapat diambil, yaitu:

a. 100 – 200 sampel untuk teknik Maximum Likelihood

Estimation.

46
b. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi.

Pedomannya adalah 5 – 10 jumlah parameter yang diestimasi.

c. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam

seluruh variabel laten Jumlah sampel adalah jumlah indikator

dikalikan 5 – 10.

d. Bila sampelnya sangat besar, maka peneliti dapat menggunakan

teknik estimasi lainnya.

Berdasarkan pedoman di atas dan alasan prinsip kehati-hatian peneliti,

maka dalam penelitian ini akan diambil 150 responden sebagai sampel,

dengan asumsi kecukupan sampel yang harus dipenuhi berjumlah 5 kali

jumlah parameter yang diestimasi (Hair et. al. 1998).

D. Sumber Data

a. Data Primer

Penelitian ini menggunakan data primer, yang artinya data yang

disusun, diolah, dan disajikan sendiri oleh peneliti (Malhotra, 2009). Data yang

dibutuhkan dikumpulkan dari sampel suatu populasi menggunakan kuesioner.

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden, yaitu laporan tentang pribadinya dan

hal-hal yang ingin diketahui peneliti (Malhotra, 2009). Peneliti melakukan

pembagian kuesioner kepada para pengguna kartu elektoronik pembayaran tol

di wilayah Surabaya baik online maupun offline. Selain itu, data primer juga di

dapat dari wawancara dengan Humas PT. Jasa Marga Cabang Surabaya –

Gempol.

b. Data Sekunder

47
Data sekunder juga digunakan sebagai pendukung dalam penelitian ini.

Pengertian data sekunder adalah data yang dikutip dari sumber lain (Malhotra,

2009). Data sekunder yang mendukung penelitian ini merupakan data yang

diperoleh dari beberapa literatur pendukung diantaranya : hasil olahan

kuesioner Data Temu Pelanggan PT. Jasa Marga Gempol – Surabaya tahun

2017, dan buku pendukung.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini terdapat variabel terikat (dependen) dan variabel bebas

(independen). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain,

sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain.

Variabel terikat (dependen) pada penelitian ini adalah Intention to Use. Sementara

Attitudes, Subjective Norms, dan Perceived Behavior Control adalah variabel

independen. Pengukuran variabel adalah pemberian nilai properti dari suatu objek.

Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala interval mendekati 5 point

Likert (Jogiyanto, 2004). Alternatif jawaban adalah :

1. Poin 5 untuk jawaban sangat setuju (SS)

2. Poin 4 untuk jawaban setuju (S)

3. Poin 3 untuk jawaban netral (N)

4. Poin 2 untuk jawaban tidak setuju (TS)

5. Poin 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS)

Tabel 3.5 Definisi Operasional Penelitian

No Variabel Definisi Indikator

48
1 Attitude Tingkat dimana 1. Menggunakan kartu elektronik

individu memiliki pembayaran tol adalah

evaluasi yang keputusan yang bijak

positif/negatif terhadap 2. Menggunakan kartu elektronik

suatu perilaku tertentu. pembayaran tol adalah

(Ajzen, 1991) keputusan yang positif

3. Menggunakan kartu elektronik

pembayaran tol adalah

keputusan yang bermanfaat

4. Menggunakan kartu elektronik

pembayaran tol adalah

keputusan yang baik dan paling

tepat

( Ajzen, 2006 )

2 Subjective Pertimbangan 1. Menggunakan kartu elektronik

Norms seseorang terkait pembayaran tol meningkatkan

dengan apakah orang status dan kualitas seseorang.

lain beranggapan 2. Menggunakan kartu elektronik

bahwa dia perlu pembayaran tol menjadikan

melakukan hal tersebut saya perintis dalam

atau tidak. mensukseskan program

( Ajzen, 1991) pemerintah untuk less cash

society

3. Menggunakan kartu elektronik

pembayaran tol menjadikan

saya semakin melek teknologi

49
( Ajzen, 2006 )

3 Perceived Kondisi dimana 1. Menggunakan kartu elektronik

Behavioral individu percaya pembayaran tol mempermudah

Control bahwa suatu tindakan proses pembayaran di gerbang

itu mudah atau sulit tol

dilakukan di bawah 2. Menggunakan kartu elektronik

kontrol pembayaran tol adalah hal

individu. yang mudah

(Ajzen, 1991) diimplementasikan

3. Menggunakan kartu elektronik

pembayaran tol merupakan

terobosan mengurangi antrian

panjang di gerbang tol

4. Menggunakan kartu elektronik

pembayaran tol tidak

memerlukan keahlian khusus

( Ajzen, 2006 )

4 Intention to Berhubungan minat 1. Menggunakan kartu elektronik

Use yang dimiliki oleh pembayaran tol memberikan

seseorang untuk dampak yang positif bagi

cenderung mengadopsi semua pihak, baik pemerintah,

suatu perilaku. pengelola, hingga pengguna.

(Ajzen, 1991) 2. Menggunakan kartu elektronik

pembayaran tol adalah cara

baru yang lebih efektif dan

efisien

50
( Ajzen, 2006 )

Sumber: Ajzen, 1991 dan Ajzen 2006 (data diolah)

F. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui teknik

sampling. Teknik pengambilan sampel merupakan teknik pengambilan sampel dari

suatu populasi. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

metode Non-Probabilty Sampling, yang artinya seluruh elemen populasi tidak

mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan subjek sampel (Malhotra,

2009). Setelah kriteria terpenuhi, peneliti mengambil sampel non-probability

dengan metode Convenience Sampling artinya peneliti dengan bebas memilih

responden yang memenuhi syarat. Menurut Malhotra (2009), Convenience

Sampling adalah sampel non-probability yang tidak terbatas atau sampel yang

mudah, peneliti memiliki kebebasan untuk memilih siapa saja yang mereka temui

untuk dijadikan responden. Convenience Sampling adalah metode pengumpulan

informasi dari anggota populasi yang dengan senang hati bersedia memberikan

informasi tersebut (Malhotra, 2009).

G. Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah analisis data dengan cara mengubah data

mentah menjadi bentuk yang lebih mudah dipahami dan diinterprestasikan

(Zikmund, 2000:439). Analisis ini menggambarkan profil dan tanggapan

responden terhadap setiap item pertanyaan pada kuesioner yang diberikan.

51
2. Pengujian Statistik

Pengujian Statistik adalah metode analisis data dengan

menggunakan perhitungan matematis. Pengujian statistik diawali dengan

pengujian validitas dan reliabilitas data penelitian. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui ketepatan dan keandalan data, sehingga data tersebut dapat

diuji dengan menggunakan metode statistik apapun jenisnya. Dengan

demikian, hasil yang diperoleh mampu menggambarkan fenomena yang

diukur.

a. Uji Validitas

Uji validitas disini bertujuan untuk mengetahui

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan

fungsi ukurnya (Malhotra, 2009). Kuesioner dikatakan valid

apabila pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan

sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Malhotra,

2009). Dalam penelitian ini akan digunakan uji validitas dengan

Confirmatory Factor Analysis (CFA) menggunakan software

SPSS 14 di mana setiap item pertanyaan harus mempunyai

factor loading > 0,50. Indikator masing-masing konstruk yang

memiliki loading factor yang signifikan membuktikan bahwa

indikator tersebut merupakan satu kesatuan alat ukur yang

mengukur konstruk yang sama dan dapat memprediksi dengan

baik konstruk yang seharusnya diprediksi.

b. Uji Realibilitas

52
Kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang

terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke

waktu (Malhotra, 2009). Uji reliabilitas dalam penelitian ini

menggunakan cronbach alpha dari software SPSS 14. Indikator

pengukuran reliabilitas menurut Malhotra(2009) yang membagi

tingkatan reliabilitas dengan kriteria sebagai berikut, jika alpha

atau r hitung:

1. 0,8 - 1,0 = Reliabilitas baik

2. 0,6 - 0,799 = Reliabilitas diterima secara moderat

3. < 0,6 = Reliabilitas kurang baik

3. Analisis Structural Equation Model (SEM)

Untuk menguji pengaruh antara variabel Attitude, Subjective

Norm, dan Perceived Behavior Control terhadap intention to use

digunakan analisis Structural Equation Modelling (SEM). Dalam studi

ini, data diolah dengan menggunakan Analysis of Moment Structure atau

AMOS versi 6.0. Pengujian yang dilakukan meliputi :

1. Evaluasi Asumsi Structural Equation Model

a. Asumsi Kecukupan Sampel

Disarankan lebih dari 100 atau minimal 5 kali jumlah

observasi. Namun apabila jumlah sampel terlalu banyak dan tidak

memungkinkan untuk dilakukan penarikan sampel yang ada

seluruhnya, maka penelitian akan menggunakan rekomendasi

untuk menggunakan Maksimum Likelihood yaitu penarikan

sampel antara 100 - 200 sampel (Malhotra, 2009).

53
b. Asumsi Normalitas

Nilai kritis normalitas data dapat ditentukan berdasarkan

tingkat signifikansi 1% yaitu ±2,58 atau berdasarkan Curran et.al.

(dalam Fuad dan Ghozali, 2008) Menyebutkan kriteria normalitas

data yaitu:

a) Normal apabila nilai Z Statistik/Critical Ratio (CR) dari

Skewness < 2 dan nilai kurtosis < 7

b) Moderactely non normal apabila nilai CR Skewness

antara 2-3 dan nilai kurtosis antara 7-21

c) Extremely non normal, apabila CR Skewness dan nilai

kurtosis > 21.

Menurut Malhotra (2009) uji normalitas yang dilakukan

pada SEM mempunyai dua tahapan. Pertama adalah menguji

Normalitas untuk setiap variabel (univariate normality),

sedangkan tahapan kedua adalah pengujian Normalitas semua

variable secara bersama-sama (multivariate normality). Hal ini

disebabkan jika setiap variabel normal secara individu, tidak

berarti jika diuji secara bersama-sama juga pasti berdistribusi

normal. Data yang tidak normal akan menyebabkan menurunnya

nilai indeks Goodness – Of - Fit dari model dan menghasilkan

hasil uji statistik yang bias apabila distribusi data tidak normal

maka sebelum diambil langkah tertentu, dapat dilihat terlebih

dahulu sebaran data, ada data yang terdapat outliers atau tidak.

54
Pengertian ini menggunakan nilai kritis CR Skewness

berdasarkan tingkat signifikansi 1% serta nilai CR kurtosis

berdasarkan kriteria Current et.al. (dalam Fuad dan Ghozali,

2008).

c. Asumsi Outliers

Uji outliers adalah data yang memiliki hasil-hasil observasi

yang menunjukkan nilai-nilai ekstrim dalam distribusinya.

Menurut Hair et.al. (199 8:64) outliers terjadi karena adanya

kombinasi unik dan nilai-nilai yang dihasilkan dari observasi

tersebut sangat berbeda dari observasi-observasi lainnya. Outliers

dalam bentuk ekstrim dapat muncul dalam suatu variabel tunggal

(univariate outlier) maupun dalam kombinasi beberapa variabel

(multivariate outlier). Uji outliers dilakukan dengan kriteria Jarak

Mahalanobis pada tingkat p < 0,001 (Malhotra, 2009). Jarak

Mahalanobis (Mahalanobis Distance) ini dievaluasi pada derajat

bebas dengan menggunakan (χ2) sebesar jumlah indikator

variabel yang digunakan dalam penelitian.

2. Evaluasi Atas Kriteria Goodness of Fit

Model struktural dikategorikan sebagai “good fit”, bila

memenuhi beberapa persyaratan berikut ini :

a. Likelihood ratio chi-square statistic (χ2).

Nilai chi square yang rendah terhadap degree of freedom

menunjukkan bahwa korelasi yang diobservasi dengan yang

diprediksi tidak berbeda secara signifikan (nyata). Nilai yang

55
diharapkan adalah kecil, dan nilai chi-square (χ2) sangat sensitif

terhadap besarnya sampel dan hanya sesuai untuk ukuran sampel

antara 100 – 200. Jika lebih dari 200, maka chi-square (χ2)

statistic ini harus didampingi alat uji lainnya

b. Significance Probability

Nilai level probabilitas minimum yang disyaratkan adalah

0,1 atau 0,2, tetapi untuk level probabilitas sebesar 0,05 masih

diperbolehkan (Hair et.al, 1998:613).

c. Normed Chi Square(CMIN/DF).

CMIN/DF adalah nilai dari pembagian nilai chi-square

dengan degree of freedom. Indeks ini mengukur hubungan

goodness-of-fit model dengan jumlah koefisien-koefisien

estimasi yang diharapkan untuk mencapai tingkat kesesuaian.

Nilai yang diharapkan adalah lebih kecil dari 2 atau 3. (Malhotra,

2009)

d. Menguji kesesuaian model dengan beberapa indeks tambahan,

seperti: Goodness of Fit Index (GFI), Adjusted Goodness of Fit

Index (AGFI), Tucker-Lewis Index (TLI), Comparative Fit Index

(CFI), dan Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA).

a) Root Mean SquareError of Approximation (RMSEA).

RMSEA adalah indeks yang digunakan untuk mengukur

fit model menggantikan chi square statistik dalam jumlah

56
sampel yang besar. Nilai RMSEA < 0,08 mengindikasi indeks

yang baik untuk menerima kesesuaian sebuah model

b) Goodness of fit index (GFI)

GFI mencerminkan tingkat kesesuaian model secara

keseluruhan yang dihitung dari residual kuadrat dari model

yang diprediksi dibandingkan data yang sebenarnya. Nilai

yang mendekati 1 mengisyaratkan model yang diuji memiliki

kesesuaian dengan baik.

c) Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI).

Adalah pengembangan dari GFI yang telah disesuaikan

dengan rasio dari degree of freedom. Indeks ini merupakan

pengembangan dari GFI yang telah disesuaikan dengan rasio

dari degree of freedom model yang diajukan dengan degree of

freedom dari null model (model konstruk tunggal dengan

semua indikator pengukuran konstruk). Nilai yang

direkomendasikan adalah AGFI > 0,90. Semakin besar nilai

AGFI maka semakin baik kesesuaian yang dimiliki model.

d) Tucker Lewis Index (TLI)

TLI merupakan indeks kesesuaian incremental yang

membandingkan model yang diuji dengan null model. Nilai

penerimaan yang direkomendasikan adalah nilai TLI > 0,90.

TLI merupakan indeks kesesuaian yang kurang dipengaruhi

oleh ukuran sampel.

e) Comparative Fit Index (CFI)

57
CFI adalah indeks kesesuaian incremental yang

membandingkan model yang diuji dengan null model. Besaran

indeks ini dalam rentang 0 sampai 1 dan nilai yang mendekati

1 mengindikasikan model memiliki tingkat kesesuaian yang

baik. Nilai penerimaan yang direkomendasikan adalah CFI >

0,90.

58

Anda mungkin juga menyukai