KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
PRODI KEPERAWATAN MASOHI
T.A 2019 / 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-nya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Masohi..........agustus 2019
Penyusun
Kelompok III
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan umum
BAB II PEMBAHASAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia sekaligus investasi dalam pembangunan bangsa.
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan dilakukan secara menyeluruh dan
berkesinambungan, dengan tujuan guna meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Kesehatan mempunyai peranan besar dalam meningkatkan derajat hidup masyarakat, maka
dari itu semua negara berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya.
Pelayanan kesehatan berarti setiap upaya yang sendiri atau bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati
penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, kelompok ataupun masyarakat.
Di Indonesia sendiri pembangunan kesehatan secara berkesinambungan telah dimulai sejak
dicanangkannya Rencana Pembangunan Lima Tahun I pada tahun 1969 yang secara nyata
telah berhasil mengembangkan berbagai sumber daya kesehatan, serta melaksanakan upaya
kesehatan yang berdampak pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Kesehatan Nasional
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Sistem Kesehatan Nasional
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan
kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna
menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan
kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945.
Pengelolaan kesehatan adalah proses atau cara mencapai tujuan pembangunan kesehatan
melalui pengelolaan upaya kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan, pembiayaan
kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan,
manajemen, informasi dan regulasi kesehatan serta pemberdayaan masyarakat.
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa
Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomis. SKN perlu dilaksanakan dalam konteks pembangunan kesehatan secara keseluruhan
dengan mempertimbangkan determinan sosial, antara lain kondisi kehidupan sehari-hari, tingkat
pendidikan, pendapatan keluarga, distribusi kewenangan, keamanan, sumber daya, kesadaran
masyarakat, serta kemampuan tenaga kesehatan dalam mengatasi masalah-masalah tersebut.
Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua komponen
bangsa, baik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan / atau masyarakat termasuk badan hukum,
badan usaha, dan lembaga swasta secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Penyusunan SKN ini dimaksudkan untuk menyesuaikan SKN 2009 dengan berbagai
perubahan dan tantangan eksternal dan internal, agar dapat dipergunakan sebagai pedoman
dalam pengelolaan kesehatan baik oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat
termasuk badan hukum, badan usaha, dan lembaga swasta.
Maksud dan Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua
komponen bangsa, baik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat termasuk badan
hukum, badan usaha, dan lembaga swasta secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna,
sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. ( Perpres 72, 2012)
Kegunaan Penyusunan SKN ini dimaksudkan untuk menyesuaikan SKN 2009 dengan
berbagai perubahan dan tantangan eksternal dan internal, agar dapat dipergunakan sebagai
pedoman dalam pengelolaan kesehatan baik oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat termasuk badan hukum, badan usaha, dan lembaga swasta.
SKN ini merupakan dokumen kebijakan pengelolaan kesehatan sebagai acuan dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan ( Perpres 72, 2012)
Untuk menjamin efektifitas SKN, maka setiap pelaku pembangunan kesehatan harus taat pada
asas yang menjadi landasan bagi setiap program dan kegiatan pembangunan kesehatan.
1. Dasar Pembangunan Kesehatan
a. Perikemanusiaan
Tenaga kesehatan harus berbudi luhur, memegang teguh etika profesi, dan selalu
menerapkan prinsip perikemanusiaan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan
serta memiliki kepedulian sosial terhadap lingkungan sekitar.
Setiap orang dan masyarakat bersama dengan Pemerintah dan Pemerintah Daerah
berperan, berkewajiban, dan bertanggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungannya.
Dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, tanpa memandang suku, agama,
golongan, dan status sosial ekonominya. Setiap orang berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.
Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan kembang, serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Perlu diupayakan pembangunan kesehatan secara terintegrasi antara pusat dan daerah
dengan mengedepankan nilai-nilai pembangunan kesehatan, yaitu: berpihak pada rakyat,
bertindak cepat dan tepat, kerja sama tim, integritas yang tinggi, dan transparansi serta
akuntabilitas.
2. Dasar
Dalam penyelenggaraan, SKN harus mengacu pada dasar-dasar atau asas-asas sebagai
berikut:
a. Perikemanusiaan
Setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKN harus dilandasi atas perikemanusiaan yang
berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa dengan tidak membedakan golongan agama
dan bangsa.
Setiap tenaga pengelola dan pelaksana SKN harus berbudi luhur, memegang teguh etika
profesi, dan selalu menerapkan prinsip perikemanusiaan dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan.
b. Keseimbangan
c. Manfaat
Setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKN harus memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi kemanusiaan dan perikehidupan yang sehat bagi setiap warga negara.
d. Perlindungan
Setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKN harus dapat memberikan perlindungan dan
kepastian hukum kepada pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.
e. Keadilan
Setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKN harus dapat memberikan pelayanan yang adil
dan merata kepada semua lapisan masyarakat dengan pembiayaan yang terjangkau tanpa
memandang suku, agama, golongan, dan status sosial ekonominya.
Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 antara
lain mengamanatkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
Agar SKN berfungsi baik, diperlukan komitmen yang tinggi, dukungan, dan kerjasama yang
baik dari para pelaku untuk menghasilkan tata penyelenggaraan pembangunan kesehatan
yang baik (good govermance).
I. Legalitas
Setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKN harus didasarkan pada ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dalam penyelenggaraan SKN, setiap penyusunan rencana kebijakan dan program serta
dalam pelaksanaan program kesehatan harus responsif gender.
Kesetaraan gender dalam pembangunan kesehatan adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki
dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar
mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan kesehatan serta
kesamaan dalam memperoleh manfaat pembangunan kesehatan.
Keadilan gender adalah suatu proses untuk menjadi adil terhadap laki-laki dan perempuan
dalam pembangunan kesehatan. Setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKN tidak
membedakan perlakuan terhadap perempuan dan laki-laki.
l. Kearifan Lokal
1. Tujuan SKN
Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua komponen bangsa,
baik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat termasuk badan hukum, badan
usaha, dan lembaga swasta secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
2. Kedudukan SKN
a. Suprasistem SKN
Suprasistem SKN adalah Sistem Ketahanan Nasional. SKN bersama dengan berbagai
sistem nasional lainnya diarahkan untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia seperti yang
tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial. Dalam kaitan ini, undang-undang yang berkaitan dengan kesehatan
merupakan kebijakan strategis dalam pembangunan kesehatan.
Terwujudnya keadaan sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tidak hanya menjadi
tanggung jawab sektor/urusan kesehatan, melainkan juga tanggung jawab berbagai
sektor/urusan terkait.
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh dukungan sistem nilai dan
budaya masyarakat yang secara bersama terhimpun dalam berbagai sistem
kemasyarakatan. Di lain pihak, sebagai sistem kemasyarakatan yang ada, termasuk potensi
swasta berperan aktif sebagai mitra dalam pembangunan kesehatan yang dilaksanakan
sesuai SKN. Dalam kaitan ini SKN dipergunakan sebagai acuan bagi masyarakat dalam
berbagai upaya kesehatan.
Keberhasilan pembangunan kesehatan juga ditentukan oleh peran aktif swasta. Dalam
kaitan ini potensi swasta merupakan bagian integral dari SKN. Untuk keberhasilan
pembangunan kesehatan perlu digalang kemitraan yang setara, terbuka, dan saling
menguntungkan dengan berbagai potensi swasta. Sistem Kesehatan Nasional dapat
mewarnai potensi swasta, sehingga sejalan dengan tujuan pembangunan nasional yang
berwawasan kesehatan.
Penyelenggaraan upaya kesehatan meliputi upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat. Adanya sumber daya dalam penyelenggaraan upaya kesehatan ditujukan untuk
keberhasilan penyelenggaraan upaya kesehatan. Sumber daya dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan meliputi terutama tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan, perbekalan kesehatan, dan
teknologi serta produk teknologi.
Penyelenggaraan SKN dilaksanakan secara berjenjang dari tingkat pusat sampai daerah.
Pemerintah membuat kebijakan yang dapat dilaksanakan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Penyelenggaraan SKN mempertimbangkan komitmen global dan komponennya yang relevan dan
berpengaruh secara mendasar dan bermakna terhadap peningkatan derajat kesehatan
masyarakat.
SKN diupayakan agar mampu menyesuaikan dengan perkembangan dan dinamika pembangunan
kesehatan yang dihadapi dalam penyelenggaraannya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan. Bila terjadi perubahan paradigma dan lingkungan strategis, SKN dapat
disesuaikan dan disempurnakan dengan kondisi dan situasi yang berkembang.
1. Proses Penyelenggaraan SKN
a. masukan dalam SKN meliputi subsistem sumber daya manusia, subsistem pembiayaan
kesehatan, dan subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan;
b. proses dalam SKN meliputi subsistem upaya kesehatan, subsistem penelitian dan
pengembangan kesehatan, subsistem pemberdayaan masyarakat, dan subsistem
manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan;
d. lingkungan SKN meliputi berbagai keadaan yang menyangkut ideologi, politik, ekonomi,
ilmu pengetahuan dan teknologi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan baik
nasional, regional maupun global, dan tingkat fisik/alam yang berdampak terhadap
pembangunan kesehatan. Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional merupakan
landasan bagi penyelenggaraan SKN.
a. Penetapan SKN
Untuk memperoleh kepastian hukum yang mengikat semua pihak, SKN perlu ditetapkan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berbagai materi SKN yang terpilih dapat digunakan untuk penyusunan dan penetapan
peraturan perundang-undangan pada tingkat kebijakan strategis, kebijakan manajerial,
dan kebijakan teknis operasional.
Sasaran sosialisasi dan advokasi SKN adalah semua penentu kebijakan, baik di pusat
maupun daerah, baik di sektor publik maupun di sektor swasta.
Dalam rangka menyesuaikan dengan perkembangan global, regional, nasional, dan lokal
yang dinamis dan cepat berubah, maka dilakukan pengendalian dan penilaian SKN sebagai
berikut:
Indikator kinerja SKN menjadi rekomendasi untuk upaya perbaikan yang harus
didokumentasikan dan disebarluaskan. Indikator tersebut menjadi acuan segenap pelaku
pembangunan kesehatan di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota sampai ke tingkat
desa, guna penyesuaian penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berbasis fakta.
Unsur dari tata pemerintahan yang baik, meliputi partisipatif, berorientasi pada konsensus,
efektif, efisien, inklusif, transparan, dan mengikuti kaidah hukum yang berlaku. Untuk
menjaga kepentingan rakyat, penyelenggaraan SKN memerlukan peran regulasi dari
pemerintah sesuai dengan tingkatannya (pusat, provinsi, kabupaten/kota). Tata
pemerintahan yang baik disertai regulasi pada ketujuh subsistem SKN merupakan langkah
menuju kesinambungan pelaksanaan sistem kesehatan.
Selain tata pemerintahan yang baik, pemerintah juga harus secara konsisten dan konsekuen
mengawasi kepatuhan hukum masyarakat, swasta, dan organisasi bukan pemerintah
lainnya. Pelaku pelanggaran peraturan perundang-undangan harus ditindak secara tegas.
Dalam penyelenggaraan SKN perlu kejelasan dan ketegasan tentang pelimpahan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan sampai kabupaten/kota, termasuk sumber daya manusia
yang melaksanakannya. Untuk itu, pengaturan lebih lanjutnya perlu dikoordinasikan dengan
Kementerian Dalam Negeri. Masyarakat madani dan seluruh sektor terkait perlu secara jelas
dan tegas diberi peran dalam pelaksanaan berbagai subsistem SKN. Pemerintah daerah,
dalam konteks desentralisasi perlu jelas dan tegas dalam memberikan arahan untuk
pembangunan kesehatan di daerahnya.
3. Penyelenggara SKN
Di sektor publik, SKN tidak bisa dijalankan hanya oleh Kementerian Kesehatan atau dinas
yang mengurus kesehatan di daerah. Penyelenggaraan SKN dapat berjalan dengan baik
apabila melibatkan, antara lain bidang/urusan pendidikan, urusan pembangunan fasilitas
umum, urusan pertanian, urusan keuangan, urusan perdagangan, urusan keamanan, urusan
perikanan dan ke lautan, dan urusan terkait lainnya.
a. individu, keluarga, dan masyarakat yang meliputi tokoh masyarakat, lembaga swadaya
masyarakat, media massa, organisasi profesi, akademisi, praktisi, serta masyarakat
luas, termasuk swasta yang berperan dalam advokasi, pengawasan sosial, dan
penyelenggaraan berbagai pelayanan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan
kemampuan masing-masing;
c. badan legislatif di pusat dan perangkat pemerintahan daerah yang menjalankan fungsi
legislatif, yang berperan melakukan persetujuan anggaran dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, melalui penyusunan produk-produk hukum
dan mekanisme kemitraan antara eksekutif dan legislatif;
e. sektor swasta yang memiliki atau mengembangkan industri kesehatan, seperti: industri
farmasi, alat-alat kesehatan, jamu, makanan sehat, asuransi kesehatan, dan industri
pada umumnya. Industri pada umumnya berperan besar dalam memungut iuran dari
para pekerja dan menambah iuran yang menjadi kewajibannya; dan
f. lembaga pendidikan, baik pada tingkat sekolah dasar sampai tingkat perguruan tinggi,
baik milik publik maupun swasta. Sebagian besar masalah kesehatan berhubungan
dengan perilaku dan pemahaman. Pendidikan memegang kunci untuk menyadarkan
masyarakat akan berbagai risiko kesehatan dan peran masyarakat dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
SKN merupakan pengelolaan kesehatan yang bekerja secara sinergis, harmonis, dan
menuju satu tujuan.bPemerintah wajib melakukan koordinasi agar semua subsistem dan
semua pelaku berfungsi dan bekerja secara sinergis. Kepincangan pada salah satu
subsistem atau pelaku akan mengganggu kerja SKN.
Pemerintah harus menjamin tersedianya dana, sumber daya manusia yang memadai dan
profesional, fasilitas pelayanan kesehatan sesuai keperluannya, sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan makanan yang dikelola dengan manajemen kesehatan yang baik, terutama
yang berkaitan dengan administrasi kesehatan dan pengaturan hukum kesehatan serta
didukung dengan informasi yang akurat, valid, tepat waktu, dan tepat kebutuhan.
Pemerintah juga mengembangkan sistem insentif / reward dan sistem sanksi bagi setiap
pelaku yang tidak menggunakan informasi yang akurat, tepat waktu, dan tepat kebutuhan
(relevan).
Pemerintah juga mengharuskan fasilitas pelayanan kesehatan publik maupun swasta untuk
menyediakan informasi melalui situs yang mudah diakses dan terbuka, sebagai cara untuk
mendidik masyarakat.
Tersedianya pembiayaan kesehatan dalam jumlah yang memadai teralokasi secara adil,
merata, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna, sangat penting dalam
pembangunan kesehatan. Pemerintah harus menjamin tersedianya dana untuk penelitian,
pengembangan, dan penapisan teknologi dan produk teknologi kesehatan. Sumber daya
manusia merupakan komponen kunci keberhasilan SKN.
SKN merupakan bagian dari sistem nasional, maka wajib berperan aktif sesuai dengan
bidangnya guna mewujudkan tujuan SKN.
Para pelaku SKN berkewajiban mengembangkan diri agar mampu berperan di tingkat
internasional dalam rangka menjaga agar SKN dapat berjalan dengan baik. Perubahan
lingkungan strategis regional maupun global dapat mengancam keberhasilan SKN.
Para pelaku SKN wajib berperan aktif di lingkungan internasional untuk mewujudkan
kepemimpinan Indonesia di dunia internasional guna menghasilkan kebijakan yang kondusif
bagi pengembangan SKN. Peran Indonesia dalam upaya mereformasi World Health
Organisation (WHO) perlu terus dilakukan agar transparansi dan keadilan dari organisasi
internasional tersebut dapat tercapai.
BAB III :
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan
kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna
menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan
kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945. Sistem
Kesehatan Nasional terus menerus mengalami perubahan sesuai dengan dinamika yang terjadi di
masyarakat. Seperti yang telah kami jelaskan pada latar belakang di atas bahwa SKN ditetapkan
pertama kali pada tahun 1982. Lalu pada tahun 2004 terdapat SKN 2004 sebagai pengganti SKN
1982. SKN 2004 ini kemudian diganti dengan SKN 2009 hingga akhirnya SKN 2009 ini
dimutakhirkan menjadi SKN 2012. Penyusunan SKN tersebut mengacu pada dasar-dasar hukum
yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2009 sebagai penyempurnaan dari SKN sebelumnya
merupakan bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang dilakukan oleh
pemerintah bersama seluruh elemen bangsa dalam rangka untuk meningkatkan tercapainya
pembangunan kesehatan dalam mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Sistim
Kesehatan Nasional (SKN) 2009 yang disempurnakan ini diharapkan mampu menjawab dan
merespon berbagai tantangan pembangunan kesehatan di masa kini maupun di masa yang akan
datang. Adanya SKN yang disempurnakan tersebut menjadi sangat penting kedudukannya
mengingat penyelenggaraan pembangunan kesehatan pada saat ini semakin kompleks sejalan
dengan kompleksitas perkembangan demokrasi, desentralisasi, dan globalisasi serta tantangan
lainnya yang juga semakin berat, cepat berubah dan, sering tidak menentu.
B. Saran
Pembaca yang budiman, kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik
dari segi tulisan maupun bahasa yang kami sajikan, oleh karena itu kami berpesan kepada
pembaca, ambilah sesuatu yang positif dari sebuah coretan yang kami buat,dan semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi kami maupun pembaca. Dan menjadi wawasan kita dalam memahami
bahasa kita sendiri dan sebagai kata,marilah terus berusaha untuk menggapai sebuah cita-cita
yang luhur.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Presiden RI Nomor 72 Tahun 2012 Rancangan Final Sistem Kesehatan Nasional