Anda di halaman 1dari 22

“SISTEM KESEHATAN NASIONAL (SKN)“

Mata Kuliah: Kebijakan Bidang Pembangunan Kesehatan

Dosen M.K : D.P.Tetelepta.S.Kep.,Ns.,M.Kes

Disusun Oleh : Kelompok III

1. Asni Liza Gay


2. Marpua Tuheteru
3. Wahyuni Sari Rahayaan
4. Carolin Y. Lakotany
5. Samuel Kapitan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
PRODI KEPERAWATAN MASOHI
T.A 2019 / 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-nya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis yakin masih banyak


kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Masohi..........agustus 2019

Penyusun

Kelompok III
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan umum
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Kesehatan Nasional

B. Maksud Dan Kegunaan Sistem Kesehatan Nasional

C. Landasan Sistem Kesehatan Nasional

D. Asas Sistem Kesehatan Nasional

E. Bentuk Pokok Sistem Kesehatan Nasional

F. Cara Penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional

G. Dukungan Penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia sekaligus investasi dalam pembangunan bangsa.
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan dilakukan secara menyeluruh dan
berkesinambungan, dengan tujuan guna meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Kesehatan mempunyai peranan besar dalam meningkatkan derajat hidup masyarakat, maka
dari itu semua negara berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya.
Pelayanan kesehatan berarti setiap upaya yang sendiri atau bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati
penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, kelompok ataupun masyarakat.
Di Indonesia sendiri pembangunan kesehatan secara berkesinambungan telah dimulai sejak
dicanangkannya Rencana Pembangunan Lima Tahun I pada tahun 1969 yang secara nyata
telah berhasil mengembangkan berbagai sumber daya kesehatan, serta melaksanakan upaya
kesehatan yang berdampak pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Kesehatan Nasional

2. Apa Maksud Dan Kegunaan Sistem Kesehatan Nasional

3. Bagaimana Landasan Sistem Kesehatan Nasional

4. Bagaimana Asas Sistem Kesehatan Nasional

5. Bagaimana Bentuk Pokok Sistem Kesehatan Nasional

6. Bagaimana Cara Penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional

7. Bagaiaman Dukungan Penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Sistem Kesehatan Nasional

2. Untuk mengetahui Apa Maksud Dan Kegunaan Sistem Kesehatan Nasional

3. Untuk mengetahui Bagaimana Landasan Sistem Kesehatan Nasional

4. Untuk mengetahui Bagaimana Asas Sistem Kesehatan Nasional

5. Untuk mengetahui Bagaimana Bentuk Pokok Sistem Kesehatan Nasional

6. Untuk mengetahui Bagaimana Cara Penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional

7. Untuk mengetahui Bagaiaman Dukungan Penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional


BAB II : PEMBAHASAN

H. Pengertian Sistem Kesehatan Nasional

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan
kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna
menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan
kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945.
Pengelolaan kesehatan adalah proses atau cara mencapai tujuan pembangunan kesehatan
melalui pengelolaan upaya kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan, pembiayaan
kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan,
manajemen, informasi dan regulasi kesehatan serta pemberdayaan masyarakat.
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa
Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomis. SKN perlu dilaksanakan dalam konteks pembangunan kesehatan secara keseluruhan
dengan mempertimbangkan determinan sosial, antara lain kondisi kehidupan sehari-hari, tingkat
pendidikan, pendapatan keluarga, distribusi kewenangan, keamanan, sumber daya, kesadaran
masyarakat, serta kemampuan tenaga kesehatan dalam mengatasi masalah-masalah tersebut.
Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua komponen
bangsa, baik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan / atau masyarakat termasuk badan hukum,
badan usaha, dan lembaga swasta secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Penyusunan SKN ini dimaksudkan untuk menyesuaikan SKN 2009 dengan berbagai
perubahan dan tantangan eksternal dan internal, agar dapat dipergunakan sebagai pedoman
dalam pengelolaan kesehatan baik oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat
termasuk badan hukum, badan usaha, dan lembaga swasta.

I. Maksud Dan Kegunaan Sistem Kesehatan Nasional

Maksud dan Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua
komponen bangsa, baik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat termasuk badan
hukum, badan usaha, dan lembaga swasta secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna,
sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. ( Perpres 72, 2012)
Kegunaan Penyusunan SKN ini dimaksudkan untuk menyesuaikan SKN 2009 dengan
berbagai perubahan dan tantangan eksternal dan internal, agar dapat dipergunakan sebagai
pedoman dalam pengelolaan kesehatan baik oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat termasuk badan hukum, badan usaha, dan lembaga swasta.

Tersusunnya SKN ini mempertegas makna pembangunan kesehatan dalam rangka


pemenuhan hak asasi manusia, memperjelas penyelenggaraan pembangunan kesehatan sesuai
dengan visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-
2025 (RPJP-K), memantapkan kemitraan dan kepemimpinan yang transformatif, melaksanakan
pemerataan upaya kesehatan yang terjangkau dan bermutu, meningkatkan investasi kesehatan
untuk keberhasilan pembangunan nasional.

SKN ini merupakan dokumen kebijakan pengelolaan kesehatan sebagai acuan dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan ( Perpres 72, 2012)

J. Landasan Sistem Kesehatan Nasional

1. Landasan idil : Pancasila


2. Landasan konstitusional : UUD 1945, khususnya :
a. Pasal 28 A; setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya
b. Pasal 28 B ayat (2); setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang
c. Pasal 28 C ayat (1); setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan
demi kesejahteraan umat manusia
d. Pasal 28 H ayat (1); setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan, dan ayat (3); setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat
e. Pasal 34 ayat (2); negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memperdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan, dan ayat (3); negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

K. Asas Sistem Kesehatan Nasional

Untuk menjamin efektifitas SKN, maka setiap pelaku pembangunan kesehatan harus taat pada
asas yang menjadi landasan bagi setiap program dan kegiatan pembangunan kesehatan.
1. Dasar Pembangunan Kesehatan

Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025


(RPJP-N), pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya dapat terwujud.

Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan mengacu pada dasar:

a. Perikemanusiaan

Pembangunan kesehatan harus berlandaskan pada prinsip perikemanusiaan yang dijiwai,


digerakkan, dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.

Tenaga kesehatan harus berbudi luhur, memegang teguh etika profesi, dan selalu
menerapkan prinsip perikemanusiaan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan
serta memiliki kepedulian sosial terhadap lingkungan sekitar.

b. Pemberdayaan dan Kemandirian

Setiap orang dan masyarakat bersama dengan Pemerintah dan Pemerintah Daerah
berperan, berkewajiban, dan bertanggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungannya.

Pembangunan kesehatan harus mampu meningkatkan dan mendorong peran aktif


masyarakat.

Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan berlandaskan pada kepercayaan atas


kemampuan dan kekuatan sendiri, kepribadian bangsa, semangat solidaritas sosial, gotong
royong, dan penguatan kesehatan sebagai ketahanan nasional.

c. Adil dan Merata

Dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, tanpa memandang suku, agama,
golongan, dan status sosial ekonominya. Setiap orang berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.

Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan kembang, serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

d. Pengutamaan dan Manfaat

Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan umum


daripada kepentingan perorangan atau golongan.

Upaya kesehatan yang bermutu diselenggarakan dengan memanfaatkan perkembangan


ilmu pengetahuan dan teknologi serta harus lebih mengutamakan pendekatan peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit.

Pembangunan kesehatan diselenggarakan berlandaskan pada dasar kemitraan atau


sinergisme yang dinamis dan tata penyelenggaraan yang baik, sehingga secara berhasil
guna dan bertahap dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan
derajat kesehatan masyarakat, beserta lingkungannya.

Pembangunan kesehatan diarahkan agar memberikan perhatian khusus pada penduduk


rentan, antara lain: ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut, dan masyarakat miskin.

Perlu diupayakan pembangunan kesehatan secara terintegrasi antara pusat dan daerah
dengan mengedepankan nilai-nilai pembangunan kesehatan, yaitu: berpihak pada rakyat,
bertindak cepat dan tepat, kerja sama tim, integritas yang tinggi, dan transparansi serta
akuntabilitas.

2. Dasar

Dalam penyelenggaraan, SKN harus mengacu pada dasar-dasar atau asas-asas sebagai
berikut:

a. Perikemanusiaan

Setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKN harus dilandasi atas perikemanusiaan yang
berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa dengan tidak membedakan golongan agama
dan bangsa.

Setiap tenaga pengelola dan pelaksana SKN harus berbudi luhur, memegang teguh etika
profesi, dan selalu menerapkan prinsip perikemanusiaan dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan.
b. Keseimbangan

Setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKN harus dilaksanakan dengan memperhatikan


keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat, antara fisik dan mental, serta
antara material dan spiritual.

c. Manfaat

Setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKN harus memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi kemanusiaan dan perikehidupan yang sehat bagi setiap warga negara.

d. Perlindungan

Setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKN harus dapat memberikan perlindungan dan
kepastian hukum kepada pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.

e. Keadilan

Setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKN harus dapat memberikan pelayanan yang adil
dan merata kepada semua lapisan masyarakat dengan pembiayaan yang terjangkau tanpa
memandang suku, agama, golongan, dan status sosial ekonominya.

f. Penghormatan Hak Asasi Manusia (HAM)

Sesuai dengan tujuan pembangunan nasional dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu untuk meningkatkan kecerdasan bangsa dan
kesejahteraan rakyat, maka setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKN harus berdasarkan
pada prinsip hak asasi manusia.

Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 antara
lain mengamanatkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.

Pelayanan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang


setinggi-tingginya dengan tanpa membedakan suku, agama, golongan, jenis kelamin, dan
status sosial ekonomi. Begitu juga bahwa setiap anak dan perempuan berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

g. Sinergisme dan Kemitraan yang Dinamis


SKN akan berfungsi baik untuk mencapai tujuannya apabila terjadi Koordinasi, Integrasi,
Sinkronisasi, dan Sinergisme (KISS), baik antar pelaku, antar subsistem SKN, maupun
dengan sistem serta subsistem lain di luar SKN. Dengan tatanan ini, maka sistem atau
seluruh sektor terkait, seperti pembangunan prasarana, keuangan, dan pendidikan perlu
berperan bersama dengan sektor kesehatan untuk mencapai tujuan nasional.

Pembangunan kesehatan harus diselenggarakan dengan menggalang kemitraan yang


dinamis dan harmonis antara pemerintah dan masyarakat, termasuk swasta dengan
mendayagunakan potensi yang dimiliki masing-masing. Kemitraan tersebut diwujudkan
dengan mengembangkan jejaring yang berhasil guna dan berdaya guna, agar diperoleh
sinergisme yang lebih mantap dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.

h. Komitmen dan Tata Pemerintahan Yang Baik (Good Govermance)

Agar SKN berfungsi baik, diperlukan komitmen yang tinggi, dukungan, dan kerjasama yang
baik dari para pelaku untuk menghasilkan tata penyelenggaraan pembangunan kesehatan
yang baik (good govermance).

Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara demokratis, berkepastian hukum,


terbuka (transparan), rasional, profesional, serta bertanggung jawab dan bertanggung
gugat (akuntabel).

I. Legalitas

Setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKN harus didasarkan pada ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Dalam menyelenggarakan SKN, diperlukan dukungan regulasi berupa adanya berbagai


peraturan perundang-undangan yang responsif, memperhatikan kaidah dasar bioetika dan
mendukung penyelenggaraan SKN dan penerapannya (law enforcement) dalam menjamin
tata tertib pelayanan kesehatan untuk kepentingan terbaik bagi masyarakat.

j. Antisipatif dan Proaktif

Setiap pelaku pembangunan kesehatan harus mampu melakukan antisipasi atas


perubahan yang akan terjadi, yang didasarkan pada pengalaman masa lalu atau
pengalaman yang terjadi di negara lain.
Dengan mengacu pada antisipasi tersebut, pelaku pembangunan kesehatan perlu lebih
proaktif terhadap perubahan lingkungan strategis baik yang bersifat internal maupun
eksternal.

k. Gender dan Nondiskriminatif

Dalam penyelenggaraan SKN, setiap penyusunan rencana kebijakan dan program serta
dalam pelaksanaan program kesehatan harus responsif gender.

Kesetaraan gender dalam pembangunan kesehatan adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki
dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar
mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan kesehatan serta
kesamaan dalam memperoleh manfaat pembangunan kesehatan.

Keadilan gender adalah suatu proses untuk menjadi adil terhadap laki-laki dan perempuan
dalam pembangunan kesehatan. Setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKN tidak
membedakan perlakuan terhadap perempuan dan laki-laki.

l. Kearifan Lokal

Penyelenggaraan SKN di daerah harus memperhatikan dan menggunakan potensi daerah


yang secara positif dapat meningkatkan hasil guna dan daya guna pembangunan
kesehatan, yang dapat diukur secara kuantitatif dari meningkatnya peran serta masyarakat
dan secara kualitatif dari meningkatnya kualitas hidup jasmani dan rohani.

Dengan demikian kebijakan pembangunan daerah di bidang kesehatan harus sejalan


dengan SKN, walaupun dalam praktiknya, dapat disesuaikan dengan potensi dan kondisi
serta kebutuhan masyarakat di daerah terutama dalam penyediaan pelayanan kesehatan
dasar bagi rakyat.

L. Bentuk Pokok Sistem Kesehatan Nasional

1. Tujuan SKN

Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua komponen bangsa,
baik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat termasuk badan hukum, badan
usaha, dan lembaga swasta secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
2. Kedudukan SKN

a. Suprasistem SKN

Suprasistem SKN adalah Sistem Ketahanan Nasional. SKN bersama dengan berbagai
sistem nasional lainnya diarahkan untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia seperti yang
tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial. Dalam kaitan ini, undang-undang yang berkaitan dengan kesehatan
merupakan kebijakan strategis dalam pembangunan kesehatan.

b. Kedudukan SKN dalam Sistem Nasional Lainnya

Terwujudnya keadaan sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tidak hanya menjadi
tanggung jawab sektor/urusan kesehatan, melainkan juga tanggung jawab berbagai
sektor/urusan terkait.

Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, SKN perlu menjadi acuan bagi


sektor/urusan lain.

Dalam penyelenggaraan pembangunan nasional, SKN dapat bersinergi secara dinamis


dengan berbagai sistem nasional lainnya, seperti: Sistem Pendidikan Nasional, Sistem
Perekonomian Nasional, Sistem Ketahanan Pangan Nasional, Sistem Pertahanan dan
Keamanan Nasional (Hankamnas), dan sistem nasional lainnya.

Pelaksanaan pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan dengan


mengikutsertakan seluruh sektor/urusan terkait kesehatan sejak awal perencanaan agar
dampak pembangunan yang dilakukan tidak merugikan derajat kesehatan masyarakat
secara langsung maupun tidak langsung dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

c. Kedudukan SKN terhadap Penyelenggaraan Pembangunan Kesehatan di Daerah

Dalam pembangunan kesehatan, SKN merupakan acuan penyelenggaraan pembangunan


kesehatan di daerah.

d. Kedudukan SKN terhadap berbagai Sistem Kemasyarakatan, termasuk Swasta

Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh dukungan sistem nilai dan
budaya masyarakat yang secara bersama terhimpun dalam berbagai sistem
kemasyarakatan. Di lain pihak, sebagai sistem kemasyarakatan yang ada, termasuk potensi
swasta berperan aktif sebagai mitra dalam pembangunan kesehatan yang dilaksanakan
sesuai SKN. Dalam kaitan ini SKN dipergunakan sebagai acuan bagi masyarakat dalam
berbagai upaya kesehatan.

Keberhasilan pembangunan kesehatan juga ditentukan oleh peran aktif swasta. Dalam
kaitan ini potensi swasta merupakan bagian integral dari SKN. Untuk keberhasilan
pembangunan kesehatan perlu digalang kemitraan yang setara, terbuka, dan saling
menguntungkan dengan berbagai potensi swasta. Sistem Kesehatan Nasional dapat
mewarnai potensi swasta, sehingga sejalan dengan tujuan pembangunan nasional yang
berwawasan kesehatan.

M. Cara Penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional

Pengelolaan kesehatan mencakup kegiatan perencanaan, pengaturan, pembinaan dan


pengawasan serta evaluasi penyelenggaraan upaya kesehatan dan sumber dayanya secara
serasi dan seimbang dengan melibatkan masyarakat.

Penyelenggaraan upaya kesehatan meliputi upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat. Adanya sumber daya dalam penyelenggaraan upaya kesehatan ditujukan untuk
keberhasilan penyelenggaraan upaya kesehatan. Sumber daya dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan meliputi terutama tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan, perbekalan kesehatan, dan
teknologi serta produk teknologi.

Penyelenggaraan SKN dilaksanakan secara berjenjang dari tingkat pusat sampai daerah.
Pemerintah membuat kebijakan yang dapat dilaksanakan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

Penyelenggaraan SKN mempertimbangkan komitmen global dan komponennya yang relevan dan
berpengaruh secara mendasar dan bermakna terhadap peningkatan derajat kesehatan
masyarakat.

N. Dukungan Penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional

SKN diupayakan agar mampu menyesuaikan dengan perkembangan dan dinamika pembangunan
kesehatan yang dihadapi dalam penyelenggaraannya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan. Bila terjadi perubahan paradigma dan lingkungan strategis, SKN dapat
disesuaikan dan disempurnakan dengan kondisi dan situasi yang berkembang.
1. Proses Penyelenggaraan SKN

Penyelenggaraan SKN menerapkan pendekatan kesisteman yang meliputi masukan, proses,


luaran, dan lingkungan serta keterkaitannya satu sama lain, sebagai berikut:

a. masukan dalam SKN meliputi subsistem sumber daya manusia, subsistem pembiayaan
kesehatan, dan subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan;

b. proses dalam SKN meliputi subsistem upaya kesehatan, subsistem penelitian dan
pengembangan kesehatan, subsistem pemberdayaan masyarakat, dan subsistem
manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan;

c. keluaran dari SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan yang berhasil


guna dan berdaya guna, bermutu, merata, dan berkeadilan;

d. lingkungan SKN meliputi berbagai keadaan yang menyangkut ideologi, politik, ekonomi,
ilmu pengetahuan dan teknologi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan baik
nasional, regional maupun global, dan tingkat fisik/alam yang berdampak terhadap
pembangunan kesehatan. Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional merupakan
landasan bagi penyelenggaraan SKN.

Penyelenggaraan SKN memerlukan penerapan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi,


dan sinergisme yang dinamis, baik antar pelaku, antar subsistem SKN, maupun dengan
sistem serta subsistem lain di luar SKN.

Pengelolaan kesehatan mencakup kegiatan perencanaan, pengaturan, pembinaan dan


pengawasan serta penilaian penyelenggaraan upaya kesehatan dan sumber dayanya
secara sistematis, berjenjang, transparan, akuntabel, dan berkelanjutan dengan
memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-
2025 (RPJP-K).

Penyelenggaraan SKN dilaksanakan secara bertahap, sebagai berikut:

a. Penetapan SKN

Untuk memperoleh kepastian hukum yang mengikat semua pihak, SKN perlu ditetapkan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berbagai materi SKN yang terpilih dapat digunakan untuk penyusunan dan penetapan
peraturan perundang-undangan pada tingkat kebijakan strategis, kebijakan manajerial,
dan kebijakan teknis operasional.

b. Sosialisasi dan Advokasi SKN

SKN perlu disosialisasikan dan diadvokasikan ke seluruh pelaku pembangunan


kesehatan dan seluruh pemangku kepentingan kesehatan untuk memperoleh komitmen
dan dukungan dari semua pihak.

Sasaran sosialisasi dan advokasi SKN adalah semua penentu kebijakan, baik di pusat
maupun daerah, baik di sektor publik maupun di sektor swasta.

c. Fasilitasi Pengembangan Kebijakan Kesehatan di Daerah

Dalam pembangunan kesehatan di daerah perlu dikembangkan kebijakan kesehatan,


seperti: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP-D), Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM-D), Rencana Strategis Satuan Kerja
Perangkat Daerah (Renstra SKPD) yang penyelenggaraannya disesuaikan dengan
kondisi, dinamika, dan masalah spesifik daerah dalam kerangka SKN.

Pemerintah memfasilitasi pengembangan kebijakan kesehatan di daerah, memfasilitasi


pengukuhannya dalam bentuk peraturan perundang-undangan daerah, serta
memfasilitasi sosialisasi dan advokasi penyelenggaraan pembangunan kesehatan di
daerah sesuai kebutuhan.

Dalam pelaksanaan desentralisasi pembangunan kesehatan perlu adanya registrasi sumber


daya, registrasi komoditi, standar pelayanan, sinergi pelaksanaan kegiatan dan adanya
pencatatan serta pelaporan yang dilaksanakan secara tertib.

Penyelenggaraan SKN dalam kaitannya dengan pengembangan kebijakan kesehatan di


daerah dilakukan dengan berbagai kegiatan, yaitu:

a. penyelenggaraan SKN, termasuk pengembangan kebijakan di daerah diwujudkan


dalam kerangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan, baik secara nasional
maupun dalam lingkup daerah;

b. penyelenggaraan SKN, termasuk pengembangan kebijakan di daerah diselenggarakan


melalui penataan ulang ketujuh subsistemnya secara bertahap, sistematis, terpadu,
dan berkelanjutan;
c. penyelenggaraan SKN, termasuk pengembangan kebijakan di daerah didukung dengan
penyusunan kebijakan, standar, dan pedoman dalam bentuk berbagai peraturan
perundang-undangan;

d. penyelenggaraan SKN, termasuk pengembangan kebijakan kesehatan di daerah


diselenggarakan sesuai dengan asas desentralisasi yang bertanggung jawab,
demokratisasi, dan good governance dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).

Dalam rangka menyesuaikan dengan perkembangan global, regional, nasional, dan lokal
yang dinamis dan cepat berubah, maka dilakukan pengendalian dan penilaian SKN sebagai
berikut:

a. pengendalian dan penilaian SKN termasuk kebijakan kesehatan di daerah bertujuan


untuk memantau dan menilai keberhasilan penyelenggaraan pembangunan kesehatan
berdasarkan sistem kesehatan yang berlaku;

b. pengendalian dan penilaian SKN termasuk kebijakan kesehatan di daerah


diselenggarakan secara berjenjang dan berkelanjutan dengan menggunakan tolok ukur
keberhasilan pembangunan kesehatan, baik tingkat nasional maupun tingkat daerah;

c. pengendalian dan penilaian SKN termasuk kebijakan kesehatan di daerah perlu


didukung dengan pengembangan sistem monitoring dan evaluasi di tingkat nasional dan
daerah secara terpadu.

Setiap tahun seluruh pelaku pembangunan kesehatan dengan koordinasi pemerintah


melakukan pengukuran pencapaian/kinerja SKN dengan beberapa indikator yang akurat dan
terpercaya.

Indikator kinerja SKN menjadi rekomendasi untuk upaya perbaikan yang harus
didokumentasikan dan disebarluaskan. Indikator tersebut menjadi acuan segenap pelaku
pembangunan kesehatan di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota sampai ke tingkat
desa, guna penyesuaian penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berbasis fakta.

2. Tata Penyelenggaraan SKN

Penyelenggaraan SKN harus memperhatikan semua peraturan perundang-undangan yang


berlaku.Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di daerah perlu memperhatikan
SKN dan peraturan daerah setempat.Secara operasional, semua peraturan perundang-
undangan yang berkaitan harus dilaksanakan secara konsisten dengan tata pemerintahan
yang baik (good governance).

Unsur dari tata pemerintahan yang baik, meliputi partisipatif, berorientasi pada konsensus,
efektif, efisien, inklusif, transparan, dan mengikuti kaidah hukum yang berlaku. Untuk
menjaga kepentingan rakyat, penyelenggaraan SKN memerlukan peran regulasi dari
pemerintah sesuai dengan tingkatannya (pusat, provinsi, kabupaten/kota). Tata
pemerintahan yang baik disertai regulasi pada ketujuh subsistem SKN merupakan langkah
menuju kesinambungan pelaksanaan sistem kesehatan.

Selain tata pemerintahan yang baik, pemerintah juga harus secara konsisten dan konsekuen
mengawasi kepatuhan hukum masyarakat, swasta, dan organisasi bukan pemerintah
lainnya. Pelaku pelanggaran peraturan perundang-undangan harus ditindak secara tegas.

Dalam penyelenggaraan SKN perlu kejelasan dan ketegasan tentang pelimpahan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan sampai kabupaten/kota, termasuk sumber daya manusia
yang melaksanakannya. Untuk itu, pengaturan lebih lanjutnya perlu dikoordinasikan dengan
Kementerian Dalam Negeri. Masyarakat madani dan seluruh sektor terkait perlu secara jelas
dan tegas diberi peran dalam pelaksanaan berbagai subsistem SKN. Pemerintah daerah,
dalam konteks desentralisasi perlu jelas dan tegas dalam memberikan arahan untuk
pembangunan kesehatan di daerahnya.

3. Penyelenggara SKN

Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat termasuk swasta bertanggung jawab


atas penyelenggaraan pembangunan kesehatan sesuai peran dan fungsinya masing-
masing.

Di sektor publik, SKN tidak bisa dijalankan hanya oleh Kementerian Kesehatan atau dinas
yang mengurus kesehatan di daerah. Penyelenggaraan SKN dapat berjalan dengan baik
apabila melibatkan, antara lain bidang/urusan pendidikan, urusan pembangunan fasilitas
umum, urusan pertanian, urusan keuangan, urusan perdagangan, urusan keamanan, urusan
perikanan dan ke lautan, dan urusan terkait lainnya.

Pelaku penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah:

a. individu, keluarga, dan masyarakat yang meliputi tokoh masyarakat, lembaga swadaya
masyarakat, media massa, organisasi profesi, akademisi, praktisi, serta masyarakat
luas, termasuk swasta yang berperan dalam advokasi, pengawasan sosial, dan
penyelenggaraan berbagai pelayanan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan
kemampuan masing-masing;

b. Pemerintah dan pemerintah daerah berperan sebagai penanggung jawab, penggerak,


pelaksana, dan pembina pembangunan kesehatan dalam lingkup wilayah kerja dan
kewenangan masing-masing. Urusan kesehatan adalah urusan pemerintahan yang
wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah
kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. Penyelenggaraan urusan
kesehatan tersebut perlu berpedoman pada kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan. Dalam kaitan ini peran Pemerintah menetapkan kebijakan yang digunakan
sebagai acuan dalam penyelenggaraan urusan kesehatan di daerah;

c. badan legislatif di pusat dan perangkat pemerintahan daerah yang menjalankan fungsi
legislatif, yang berperan melakukan persetujuan anggaran dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, melalui penyusunan produk-produk hukum
dan mekanisme kemitraan antara eksekutif dan legislatif;

d. badan yudikatif, termasuk kepolisian, kejaksaan dan kehakiman berperan menegakan


pelaksanaan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang
kesehatan;

e. sektor swasta yang memiliki atau mengembangkan industri kesehatan, seperti: industri
farmasi, alat-alat kesehatan, jamu, makanan sehat, asuransi kesehatan, dan industri
pada umumnya. Industri pada umumnya berperan besar dalam memungut iuran dari
para pekerja dan menambah iuran yang menjadi kewajibannya; dan

f. lembaga pendidikan, baik pada tingkat sekolah dasar sampai tingkat perguruan tinggi,
baik milik publik maupun swasta. Sebagian besar masalah kesehatan berhubungan
dengan perilaku dan pemahaman. Pendidikan memegang kunci untuk menyadarkan
masyarakat akan berbagai risiko kesehatan dan peran masyarakat dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.

4. Sumber Daya Penyelenggaraan SKN

SKN merupakan pengelolaan kesehatan yang bekerja secara sinergis, harmonis, dan
menuju satu tujuan.bPemerintah wajib melakukan koordinasi agar semua subsistem dan
semua pelaku berfungsi dan bekerja secara sinergis. Kepincangan pada salah satu
subsistem atau pelaku akan mengganggu kerja SKN.
Pemerintah harus menjamin tersedianya dana, sumber daya manusia yang memadai dan
profesional, fasilitas pelayanan kesehatan sesuai keperluannya, sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan makanan yang dikelola dengan manajemen kesehatan yang baik, terutama
yang berkaitan dengan administrasi kesehatan dan pengaturan hukum kesehatan serta
didukung dengan informasi yang akurat, valid, tepat waktu, dan tepat kebutuhan.

Pemerintah juga mengembangkan sistem insentif / reward dan sistem sanksi bagi setiap
pelaku yang tidak menggunakan informasi yang akurat, tepat waktu, dan tepat kebutuhan
(relevan).

Pemerintah juga mengharuskan fasilitas pelayanan kesehatan publik maupun swasta untuk
menyediakan informasi melalui situs yang mudah diakses dan terbuka, sebagai cara untuk
mendidik masyarakat.

Tersedianya pembiayaan kesehatan dalam jumlah yang memadai teralokasi secara adil,
merata, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna, sangat penting dalam
pembangunan kesehatan. Pemerintah harus menjamin tersedianya dana untuk penelitian,
pengembangan, dan penapisan teknologi dan produk teknologi kesehatan. Sumber daya
manusia merupakan komponen kunci keberhasilan SKN.

5. Kerja Sama Internasional

SKN merupakan bagian dari sistem nasional, maka wajib berperan aktif sesuai dengan
bidangnya guna mewujudkan tujuan SKN.

Kewajiban berbagai urusan mencakup pemenuhan logistik yang diperlukan sebagai


masukan dalam SKN, pemenuhan sumber daya manusia dengan kompetensi yang sesuai,
penyediaan insentif finansial dan non-finansial, koordinasi penyelenggaraan, peniadaan atau
pengurangan bahan-bahan ataupun kondisi yang dapat menimbulkan risiko kesehatan, dan
peran lainnya yang berkembang sesuai perubahan lingkungan strategis.

Para pelaku SKN berkewajiban mengembangkan diri agar mampu berperan di tingkat
internasional dalam rangka menjaga agar SKN dapat berjalan dengan baik. Perubahan
lingkungan strategis regional maupun global dapat mengancam keberhasilan SKN.

Para pelaku SKN wajib berperan aktif di lingkungan internasional untuk mewujudkan
kepemimpinan Indonesia di dunia internasional guna menghasilkan kebijakan yang kondusif
bagi pengembangan SKN. Peran Indonesia dalam upaya mereformasi World Health
Organisation (WHO) perlu terus dilakukan agar transparansi dan keadilan dari organisasi
internasional tersebut dapat tercapai.
BAB III :

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan
kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna
menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan
kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945. Sistem
Kesehatan Nasional terus menerus mengalami perubahan sesuai dengan dinamika yang terjadi di
masyarakat. Seperti yang telah kami jelaskan pada latar belakang di atas bahwa SKN ditetapkan
pertama kali pada tahun 1982. Lalu pada tahun 2004 terdapat SKN 2004 sebagai pengganti SKN
1982. SKN 2004 ini kemudian diganti dengan SKN 2009 hingga akhirnya SKN 2009 ini
dimutakhirkan menjadi SKN 2012. Penyusunan SKN tersebut mengacu pada dasar-dasar hukum
yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2009 sebagai penyempurnaan dari SKN sebelumnya
merupakan bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang dilakukan oleh
pemerintah bersama seluruh elemen bangsa dalam rangka untuk meningkatkan tercapainya
pembangunan kesehatan dalam mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Sistim
Kesehatan Nasional (SKN) 2009 yang disempurnakan ini diharapkan mampu menjawab dan
merespon berbagai tantangan pembangunan kesehatan di masa kini maupun di masa yang akan
datang. Adanya SKN yang disempurnakan tersebut menjadi sangat penting kedudukannya
mengingat penyelenggaraan pembangunan kesehatan pada saat ini semakin kompleks sejalan
dengan kompleksitas perkembangan demokrasi, desentralisasi, dan globalisasi serta tantangan
lainnya yang juga semakin berat, cepat berubah dan, sering tidak menentu.

B. Saran

Pembaca yang budiman, kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik
dari segi tulisan maupun bahasa yang kami sajikan, oleh karena itu kami berpesan kepada
pembaca, ambilah sesuatu yang positif dari sebuah coretan yang kami buat,dan semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi kami maupun pembaca. Dan menjadi wawasan kita dalam memahami
bahasa kita sendiri dan sebagai kata,marilah terus berusaha untuk menggapai sebuah cita-cita
yang luhur.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2004. Sistem Kesehatan Nasional.

Jakarta Indrajit, 2001,Analisis Dan Perancangan Berorientasi Object. Bandung, Informatika.

Peraturan Presiden RI Nomor 72 Tahun 2012 Rancangan Final Sistem Kesehatan Nasional

Departemen RI Jakarta, 2009

Anda mungkin juga menyukai