Disusun Oleh:
841419088: Sabrina Auliya Monoarfa
841419059: Almalia Ahmad
841419084: Alvina Agnesia Ramumpuk
841419057: Isniyati Yasin
841419055: Halim B. Nasir
الر ِحيْم
ّ حمن
ِ الر
ّ ِِب ْسم هللا
Assalamu’alaikum wr. wb
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Sholawat dan salam semoga selalu
tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, serta kepada keluarga,
sahabat, kerabat beliau sekalian.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan
kami semua kekuatan dan kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah
Agama Islam yang berjudul “Fiqih dan Permasalahan Kontemporer” dapat selesai
sesuai waktu yang telah kami rencanakan. Tersusunnya makalah ini tidak lepas dari
berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Agil Bahsoan, S.Ag, M.Ag selaku dosen mata kuliah agama Islam Universiatas
Negeri Gorontalo
2. Kedua orang tua.
3. Teman teman sekalian
Yang mana telah memberikan dukungan, bantuan, beserta dorongan semangat agar
makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tapi penulis tentunya bertujuan untuk
menjelaskan atau memaparkan point-point di makalah ini, sesuai dengan pengetahuan
yang kami peroleh, baik dari buku maupun sumber-sumber yang lain. Semoga
semuanya memberikan manfaat bagi kita. Bila ada kesalahan tulisan ataukata-kata di
dalam makalah ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….……..ii
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………2
3.1 KESIMPULAN………………………………………………………………….14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dunia saat ini memasuki era globalisasi dengan dampak positif dan negatifnya.
Sejak kelahirannya belasan abad yang lalu, Islam telah tampil sebagai agama yang
memberi perhatian pada keseimbangan hidup antara hubungan manusia dengan Tuhan,
hubungan manusia dengan manusia, antara ibadah dengan urusan muamalah.
Kita mengetahui bahwa manusia menghadapi berbagai macam persoalan yang
benar-benar membutuhkan pemecahan segera. Berbagai kasus penyimpangan dalam
berbagai sektor dan lini kehidupan terjadi, termasuk misalnya penyimpangan yang
berkaitan dengan praktik kedokteran.
Pada zaman yang kian berkembang ini telah banyak terjadi berbagai macam
kasus, di antaranya, seperti perbuatan mencegah kehamilan, pengguguran kandungan,
transplantasi organ tubuh maupun euthanasia. Dalam memecahkan masalah ini,
bagaimana pandangan Islam tentang hukum-hukum perbuatan tersebut, untuk itu, dalam
tulisan singkat ini, kami mencoba menjelaskan hasil pemikiran-pemikiran para ulama
mengenai masalah tersebut dalam fiqih kontemporer.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN FIQH KONTEMPORER
Fiqh menurut bahasa adalah mengetahui seusatu dengan mengerti. Adapun fiqh
menurut istilah adalah ilmu tentang hukum syara yang bersifat amali diambil dari dalil-
dalil yang tafsili.
Perkembangan kehidupan manusia selalu berjalan sesuai dengan ruang dan waktu,
dan ilmu fiqh adalah ilmu yang selalu berkembang karena tuntutan kehidupan zaman. Fiqh
adalah ilmu yang sangat penting bagi kehidupan umat Islam. Dengan semakin
berkembangnya arus informasi dan jaringan komunikasi dunia, terjadi pulalah apa yang
disebut dengan proses modernisasi. Modernisasi tersebut melahirkan berbagai macam
bentuk perubahan baik secara structural maupun kultural.
Berdasarkan hal di atas, bahwa perubahan yang dimaksud bukanlah perubahan secara
tekstual tetapi secara kontekstual. Teks Al-Qur’an tentunya tidak mengalami perubahan,
tetapi pemahaman dan penerapannya dapat disesuaikan dengan konteks perkembangan
zaman. Karena perubahan social merupakan suatu proses kemasyarakatan yang berjalan
secara terus menerus, maka perubahan penerapan dan pemahaman ajaran Islam juga harus
bersifat kontinnu sepanjang zaman. Dengan demikian Islam akan tetap relevan dan actual,
serta mampu menjawab tantangan modernitas.
2
pengaruh dari masyarakat lain (faktor ekstern) seperti terjadinya peperangan dan pengaruh
kebudayaan masyarakat lain.
Dr. Yusuf Qardlawi dalam salah satu kitabnya secara implisit mengungkapkan betapa
perlunya fiqh kontemporer. Dengan adanya kemajuan yang cukup mendasar, timbul
pertanyaan bagi kita, mampukan ilmu fiqh menghadapi zaman modern? Hukum Islam
mampu menghadapi zaman, dan masih relevan untuk diterapkan. Tapi, untuk menuju
kesana, perlu syarat yang harus dijalani secara konsekuen. Untuk merealisir tujuan
penciptaan fiqh kontemporer tersebut Qardlawi menawarkan konsep ijtihad. Ijtihad yang
perlu dibuka kembali. Menapak-tilasi apa yang telah dilakukan ulama salaf. Dalam hal
yang berkaitan dengan hukum kemasyarakatan, kita perlu bebas madzhab. Pandangan Prof.
Said Ramadan tentang hal serupa. Semua pendapat yang harus ditimbang dengan kriteria
Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan semua manusia sesudah Rasulullah saw. Dapat berbuat
keliru. Dalam segala hal dimana tidak ada teks yang mengikat, maka pertimbangan
masalah sajalah yang mengikat dan bahwa aturan demi masalah dapat berubah bersama
perubahan kedaan di masa terdahulu.
1. Aspek hukum keluarga, seperti ; akad nikah melalui telepon, penggunaan alat kontra
sepsi, dan lain-lain.
3
2. Aspek ekonomi, seperti ; system bunga dalam bank, zakat profesi, asuransi, dan lain-
lain.
3. Aspek pidana , seperti ; hukum pidana islam dalam sistem hukum nasional
4. Aspek kewanitaan, seperti ; busana muslimah (jilbab), wanita karir, kepemimpinan
wanita, dan lain-lain.
5. Aspek medis, seperti ; pencangkokan organ tubuh atau bagian organ tubuh,
pembedahan mayat, euthanasia, ramalan genetika, cloning, penyebrangan jenis
kelamin dari pria ke wanita atau sebaliknya, bayi tabung, percobaan-percobaan
dengan tubuh manusia dan lain-lain.
6. Aspek teknologi, seperti ; menyembelih hewan secara mekanis, seruan adzan atau
ikrar basmalah dengan kaset, makmum kepada radio atau televisi, dan lain-lain.
7. Aspek politik (kenegaraan), seperti ; yakni perdebatan tentang perdebatan sekitar
istilah “Negara islam”, proses pemilihan pemimpin, loyalitas kepada penguasa
(kekuasaan), dan lain sebagainya.
8. Aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah, seperti ; tayammum dengan selain
tanah (debu), ibadah kurban dengan uang, menahan haid karena demi ibadah haji, dan
lain sebagainya.
4
kesehatan dan pendidikannya, bahkan menjadi dosa baginya jika dia melahirkan
anak yang tidak terurus masa depannya, yang pada akhirnya menjadi beban bagi
masyarakat, karena orang tuannya tidak sanggup membiayai hidupnya, kesehatan
dan pendidikannya. Firman Allah ta’ala:
2. Alat kontrasepsi
Alat kontrasepsi adalah alat untuk mencegah atau mengatur terjadinya
kehamilan, alat-alat kontrasepsi ditinjau dari segi fungsinya dapat dibagi menjadi 3
macam:
Mencegah terjadinya ovulasi
Melumpuhkan sperma
Menghalangi pertemuan antara sel telur dengan sperma.
5
1) Tidak permanen: pil, IUD (intra Uterine Device), suntikan.
2) Permanen: tubektomi (Sterilisasi untuk wanita), vasektomi (sterilisasi untuk
pria).
3) Cara keluarga berencana lainnya yang dapat digunakan untuk mengendalikan
kelahiran: abortus, induksi haid (menstrual regulation).
3. Pengguguran Kandungan
Aborsi adalah pengguguran janin dari rahim ibu hamil baik sudah berbentuk
sempurna atau belum atau mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim sebelum waktunya
atau sebelum bayi itu dapat lahir secara alamiah.
Aborsi(pengguguran) ada 2 macam:
1. Abortus spontan ialah yang tidak disengaja. Abortus spontan bisa terjadi karena
penyakit syphilis, kecelakaan dan sebagainya.
2. Abortus provokatus atau disebut pula abortus dengan sengaja. Abortus dengan
sengaja ini dibagi kedalam 2 bagian yaitu:
a. Abortus artificialis therapicus, yaitu abortus yang dilakukan oleh dokter atas
indikasi medis.
Abortus provokatus criminalis, yaitu abortus yang dilakukan tanpa dasar indikasi
medis.
6
haram, sedangkan para ulama fiqh dari kalangan Hanafiyah berpendapat bahwa
pengguguran kandungan yang belum berusia 4 bulan dibolehkan.
Seseorang tidak boleh mengorbankan orang lain demi kepentingan dirinya sendiri.
Mengambil organ orang lain ketika ada hajat atau dalam kondisi darurat dapat
menimbulkan mafsadah bagi orang lain. Donor akan kehilangan salah satu organ
tubuhnya. Dengan demikian jika pengambilan organ tersebut tidak mengandung
mafsadah, berarti boleh-boleh saja. Maka dari itu, transplantasi dari organ tubuh orang
lain tak dilarang, selama tidak menimbulkan mafsadah.
Transplantasi organ-organ mati dengan merusak jasad mayyit dengan tegas fiqih
menyatakan tidak boleh. Larangan ini semata-mata demi menjaga kemuliaan mayyit.
7
Akan tetapi, ketika dalam kondisi darurat atau ada keperluan yang mendesak, para
ulama berselisih pendapat.
5. Euthanasia
8
2. Euthanasia tak langsung.
Euthanasia ini terjadi apabila dokter atau tenaga medis lainnya tanpa maksud
mengakhiri hidup pasien melakukan suatu tindakan medis untuk meringankan
hidup pasien. Walaupun mereka mengetahui bahwa tindakan tersebut dapat
memperpendek hidup pasien.
3. Euthanasia pasif.
Yakni apabila dokter atau tenaga medis lainnya secara sengaja tidak lagi
memberikan bantuan yang dapat memperpanjang hidup pasien.
Karena alasan itu pula, seorang pesakitan dalam Islam dianjurkan untuk segera
berobat. Sebab, orang berobat pada hakikatnya dalam rangka mempertahankan
kehidupannya.
Di sisi lain, seseorang juga dilarang keras membunuh orang lain. Secara global,
kalangan syafi’iah menjunjung jumhurul ulama membagi pidana pembunuhan
menjadi 3.
9
Pembunuhan secara sengaja.
Pembunuhan semi sengaja.
Pembunuhan keliru.
Dari penjelasan di atas euthanasia aktif bisa masuk dalam kategori pembunuhan
sengaja. Karena, dokter melakukan hal itu secara sengaja dan jelas-jelas menggunakan
obat yang pada biasanya memang bisa mempercepat kematian si pasien.
Berbeda dengan euthanasia pasif, Dalam kasus ini si dokter sudah tidak mampu
lagi untuk memberikan pertolongan medis. Karena itu, ia tidak bisa dipersalahkan
begitu saja. Lebih-lebih, jika keluarga pasien yang sudah tidak mampu lagi
membiayai pengobatan meminta sendiri agar si pasien tidak diobati.
6. Bedah Mayat
Dalam Islam hukum pembedahan mayat dlihat berdasarkan tujuan dari
dilakukannya pembedahan mayat tersebut. Jika pembedahan mayat dilakukan demi
kebaikan, apalagi demi kebaikan banyak orang maka hal tersebut diperbolehkan.
Namun, jika pembedahan mayat dilakukan semata-mata untuk keburukan dan
pelampiasan dendam maka hal tersebut tidaklah diperbolehkan.
Pembedahan mayat yang diperbolehkan oleh beberapa Ulama adalah sebagai berikut :
10
yaitu untuk menyelidiki penyebab kematian seseorang dan mencari kebenaran hukum
dari peristiwa yang terjadi.
Pada intinya, tujuan pembedahan mayat forensik adalah untuk menetapkan hukum
secara adil seperti yang tertera dalam (QS. An-Nisa[4] : 58) bahwa kita sebagi umat
muslim dianjurkan untuk menetapkan hukum di antara manusia secara adil.
Didunia ini masih ada jenis-jenis penyakit yang belum diketahui obatnya dan
dengan melakukan autopsi klinis, para dokter atau ilmuwan kesehatan akan membedah
mayat untuk mencari tahu jalan keluar dan jawaban dari keraguan atau ketidaktahuan
mengenai persoalan medis yang mereka hadapi. Dalam Islam diperbolehkan untuk
mengembangkan ilmu kesehatan dan pembedahan mayat untuk keilmuan pada dasarnya
bertujuan untuk mengantisipasi dan menemukan obat dari penyakit yang pada saat itu
belum ditemukan obatnya.
Ada beberapa ulama yang tidak memperkenankan pembedahan pada perut mayat
karena hal tersebut dianggap tidak menghormati orang yang sudah meninggal, dan
pembedahan mayat hanya boleh dilakukan jika ada seorang ibu yang meninggal dalam
keadaan hamil dan janin yang ada dalam kandungannya berumur enam bulan keatas serta
memiliki harapan besar untuk hidup, maka harus dilakukan pembedahan untuk
mengeluarkan dan menyelamatkan janin tersebut.
Jadi, pembedahan mayat dalam Islam diperbolehkan namun harus berdasarkan pada
kebutuhan darurat dan haruslah bermanfaat serta sesuai dengan sumber pokok ajaran
Islam dan menggunakan mayat orang yang kafir harbi.
11
7. Transfusi Darah
Donor darah adalah suatu kegiatan pemberian atau sumbangan darah yang dilakukan
oleh seseorang secara sengaja dan sukarela kepada siapa saja yang membutuhkan
transfusi darah. Transfusi darah adalah memanfaatkan darah manusia dengan cara
memindahkannya dari tubuh orang yang sehat kepada tubuh orang yang
membutuhkannya, untuk mempertahankan hidupnya/menyelamatkan jiwanya.
Pada dasarnya, darah yang dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk najis menurut
hukum Islam. Maka agama Islam melarang mempergunakannya, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Keterangan tentang haramnya mempergunakan darah, terdapat
pada beberapa ayat yang berbunyi:
· ير َو َما أ ُ ِه َّل ِ ت َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةُ َوالدَّ ُم َولَ ْح ُم ْال ِخ
ِ نز ْ ُح ِ ّر َم
[*] Ialah: darah yang keluar dari tubuh, sebagaimana tersebut dalam surah al-An‘am (6)
ayat 145.
12
Dan firman Allah dalam surah al-An’am (6) ayat 119:
“Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya
atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya”.
Tidak ada yang haram bila berhadapan dengan darurat dan tidak ada yang makruh
bila berhadapan dengan hajat (kebutuhan).
Dengan demikian dilihat dari urgensinya, donor darah dalam hukum Islam tidak
lepas dari unsur kemaslahatan yang bersifat dharury, yaitu menyelamatkan jiwa manusia
dalam keadaan darurat. Sebab jika tidak menggunakan sesuatu yang diharamkan, yaitu
darah (benda najis), maka seseorang akan meninggal. Dalam hal ini, orang sakit yang
kekurangan darah harus dibantu dengan donor darah.
8. Bayi Tabung
Bayi tabung dikenal dengan istilah pembuahan in vitro atau dalam bahasa Inggris
dikenal sebagai in vitro fertilisation. Ini adalah sebuah teknik pembuahan sel telur (ovum)
di luar tubuh wanita. Bayi tabung adalah salah satu metode untuk mengatasi masalah
kesuburan ketika metode lainnya tidak berhasil.
Menurut Syekh Ali Jum’ah, salah satu ulama yang menjadi mufti Al-Azhar Mesir
mengatakan bahwa praktik bayi tabung tersebut dibolehkan agama. Tetapi dengan syarat
sperma suami tidak tercampur dengan sperma lain saat proses inseminasi. Jika tercampur
sperma milik orang lain, meskipun sedikit, maka praktik inseminasi haram dilakukan dan
sperma milik orang lain tersebut harus dibuang karena dapat menyebabkan tertukarnya
nasab. Sebab, menukar nasab dengan sengaja adalah tindakan kejahatan yang dilarang
agama dan pelakunya diancam akan diberi siksaan pedih.
Seorang istri yang ingin mengandung lewat inseminasi buatan harus yakin
sepenuhnya bahwa sperma yang akan disuntikkan benar-benar milik suaminya, tidak
tercampur dengan sperma lain, baik sperma milik kerabat dekat maupun kerabat jauh.
Praktik inseminasi ini harus dilakukan dan di bawah arahan dokter yang dapat dipercaya
dan ahli di bidangnya.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dapatlah kita kemukakan bahwa persoalan fiqih kontemporer di masa akan datang
lebih komplit lagi dibanding yang kita hadapi hari ini. Hal tersebut disebabkan arus
perkembangan zaman yang berdampak kepada semakin terungkapnya berbagai persoalan
umat manusia, baik hubungan antara sesame maupun dengan kehidupan alam sekitarnya.
Kompleksitas masalah tersebut tentunya akan membutuhkan pemecahan masalah
berdasarkan nilai-nilai agama. Disinilah letak betapa pentingnya rumusan ideal moral
maupun formal dari fiqih kontemporer tersebut, yang tidak lain bertujuan untuk menjaga
keutuhan nilai ketuhanan, kemanusiaan dan kealaman, terutama yang menyangkut
dengan aspek lahiriyah kehidupan manusia di dunia ini.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://fazarsodik.blogspot.co.id/2016/03/makalah-problematika-fiqih-kontemporer.html
http://diyahhalimatusadiya.blogspot.co.id/2013/05/fiqh-kontemporer.html
http://farisah-amanda.blogspot.com/2010/03/fiqih-kontemporer.html
http://www.umm.ac.id/id/muhammadiyah/13268.html
http://diyahhalimatusadiya.blogspot.com/2013/05/fiqh-kontemporer.html
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-membedah-mayat-dalam-islam
https://fazarsodik.blogspot.com/2016/03/makalah-problematika-fiqih-kontemporer.html
https://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/fatwa/10/05/08/114856-apa-hukum-
bayi-tabung-menurut-islam-
iii