PENDAHULUAN
Tafsir berasal dari akar kata ‘ fassara’ yang berarti menjelaskan maksud dari
suatu lafadz. Sedangkan ta’wil berasal dari akar kata ‘awwala’ yang bermakna
penjelasan dan penafsiran. Oleh karena itu secara bahasa tafsir dan ta’wil adalah
bermakna sama.
Tafsir adalah ilmu syariat yang paling agung dan tinggi kedudukannya.
Karena objek pembahasanya adalah kalamullah. Tujuan utama mempelajari untuk
dapat berpegang pada tali yang kokoh dan mencapai kebenaran yang hakiki.
Kebutuhan akan tafsir adalah mendesak karena segala kesempurnaan agama dan
kehidupan dunia haruslah sejalan dengan apa yang terkandung dalam Al-Qur’an.
B. RUMUSAN MASALAH ?
1. Apa saja Syarat-syarat Menjadi Mufasir?
2. Apa Metode-metode Penafsiran Al-Qur’an?
3. Apa Penyimpangan Pada Penafsiran Al-Qur;an?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Agar mengetahui apa saja syarat-syarat menjadi Mufasir
2. Agar Mengetahui metode-metode penafsiran Al-Qur’an
3. Agar Mengetetahui penyimpangan pada penafsiran Al-Qur’an
BAB 2
PEMBAHASAN
SYARAT MUFASIR
Para ulama telah menyebutkan tentang ilmu yang harus dipenuhi oleh mufassir:
Ilmu ini akan didapat oleh orang yang mengamalkan ilmunya dengan benar
karena Allah SWT membukakan hati orang itu untuk memahami rahasia kalam-
nya. Ilmu ini merupakan buah dari ketaqwaan dan keikhlasan yang tidak akan
didapat oleh orang yang hatinya terdapat bid’ah,takkabur, rakus dunia dan gemar
maksiyat.
Ilmu ini akan didapat oleh orang yang mengamalkan ilmunya dengan benar
karena Allah SWT membukakan hati orang itu untuk memahami rahasia kalam-
nya. Ilmu ini merupakan buah dari ketaqwaan dan keikhlasan yang tidak akan
didapat oleh orang yang hatinya terdapat bid’ah,takkabur, rakus dunia dan gemar
maksiyat.
Nabi SAW bersabda: “siapa yang mengamalkan apa yang diketahuinya. maka
Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang tidak diketahuinya,”(Terdapat
didalam Al-Itqan)
Seorang mufassir hendaklah memperhatikan adap berikut ini: (1) beniat baik
dan bertujuan benar,(2) Berakhlak baik,(3)Taat beramal,(4) jujur dan teliti dalam
pemukiman,(5)Tawadu’,(6) Berjiwa mulia,(7) Vokal dalam menyampaikan
kebenaran,(8) Berpenampilan baik,(9) Bersikap tenang dan mantap,(10)
Mendahulukan orang yang lebih utama daripadanya,(11) Mempersiapkan dan
menempuh langkah-langkah penafsiran secara baik.
a. Metode Tahlili
Ciri utama tafsir dengan metode tahlili adalah menyajikan penafsiran ayat
demi ayat Al-Qur’an dalam berbagai aspeknya secara dengan menjelaskan
pengertian kosa kata,lalu dilanjutkan dengan penjelasannya makna kalimat,
Penggelan ayat dan pengertian global. Dalam Penjelasannya, penafsiran sangat
memperhatikan aspek-aspek eksternal ayat, seperti asbabun nuzul ,riwayat
mengenai nasikh dan Mansukh serta hubungannya dengan ayat-ayat lain maupun
hadis-hadis Nabi. Di antara kitab-kitab tafsir yang memakai metode adalah kitab
tafsir ibnu katsir,tafsir al-maragi, dan lain-lain.
b. Metode Ijmali
Metode ijmali adalah salah satu metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Al-
Quran secara global. Penafsiran terhadap isi kitab suci.dalam karya tafsir yang
mengikuti metode ini tidak bersifat menetap, tetapi hanya menguraikansecara
umum kandungan terpenting yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Quran. Dalam
pengajiannya, tafsir yang menggunakan metode ijmali menggunakan bahasa yang
indah dan padat makna sehingga menyerupai ungkapan-ungkapan sendiri.
Penjelasan terhadap ayat-ayat kitab suci juga dilakukan secara runtun berdasarkan
urutan dan surat didalam mushaf. Salah satu contoh karya tafsir yang meggunakan
metodi adalah kitab Tafsir Al-Jalalain.
c. Metode Muqaran
Secara umum terdapat dua metode muqaran dalam studii tafsir. Pertama,
penafsiran yang bertujuan membandingkan dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang
memiliki kemiripan tertentu, baik segi redaksi maupun kandungannya. Penafsiran
seperti ini amat dibutuhkan guna mengetahui secara menalam pesan-pesan
penting yang terdapat dalam Al-Qr’an yang disampaikan denag aneka redaksinya.
Hal lain yang dapat dilakukan dengan model pertama adalah menelusuri
perbedaan antara ungkapan Al-Qr’an yang membicarakan masalah yang sama
atau sebaliknya. Kedua, metode muqaran dengan membandingkan penafsir yang
memilikilatar belakang yang berbeda, baik secara keilmuan, budaya, mazhab dan
sebagainya. Hal penting yang diperlukan dalam kitan ini adalah melihat sejauh
mana keterpengaruhan seorang mufasir dengan latarbelakang yang meingkupinya.
Elanjutyna yang perlu juga dilakukan adalah menganalisis argumen para penafsir
sehingga sampai pada kesimpulan yang diambilnya.
d. Metode Maudhu’i
Kesimpulan