File PDF
File PDF
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa, karena atas
berkat dan kasih setiaNya saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners
(KIAN) ini. Penulisan KIAN ini dilakukan dalam rangka menyelesaikan
pendidikan profesi dan mendapatkan gelar Ners Keperawatan pada Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa penulisan
KIAN ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
(1) Ibu F, selaku klien dalam pemberian asuhan keperawatan dalam karya
ilmiah akhir ini;
(2) Ibu Hayuni Rahmah, S.Kp., MNS., selaku dosen pembimbing
peminatan maternitas dan juga dosen pembimbing karya tulis ilmiah
akhir ners yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
mengarahkan saya dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini;
(3) Ibu Tri Budiati., S.Kep., M.Kep., Sp.Mat., selaku dosen pembimbing
selama praktik peminatan maternitas dan penguji sidang karya ilmiah
akhir ini;
(4) Ibu Ariesta Milanti, S.Kep., M.Sc., selaku dosen pembimbing selama
praktik peminatan maternitas;
(5) Ibu Mardiana, AMKeb., S.Kep., selaku pembimbing di lapangan praktik
dan penguji sidang karya ilmiah akhir ini;
(6) Dra. Junaiti Sahar, Ph.D, selaku dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia;
(7) Ibu Fajar Tri Waluyanti, M.Kep., Sp.Kep.An., IBCLC, selaku
koordinator mata kuliah Karya Ilmiah Akhir Ners yang telah membantu
mengarahkan selama mata kuliah ini;
(8) Orangtua terkasih, Bapak Sulastro M. Siregar dan Ibu Theresiana yang
selalu mendoakan, memberikan bantuan material dan dukungan moral
untuk saya;
x Universitas Indonesia
(9) Keluarga besar saya terkasih (Kak Ren dan suami, Kak Dut dan suami,
Ito Vandi, Dekti, Zhufie, Meymey, Limlim, Rafael, Helen) yang selalu
mendoakan, memotivasi dan memberikan semangat untuk saya;
(10) Kakak rohani terkasih, G. Ning Rolyn yang selalu memberikan
dukungan semangat, memotivasi dan mendoakan serta menjadi sahabat
dan seperti saudara bagi saya dalam kesesakan;
(11) Sahabat-sahabat di Fellowship El-shaddai dan Center UBF Depok yang
selalu mendoakan dan memberikan dukungan semangat kepada saya
untuk menyelesaikan karya ilmiah akhir ini;
(12) Teman-teman profesi 2014 yang telah banyak membantu selama praktik
dan memberikan masukan dalam karya ilmiah akhir ini.
Saya berharap Tuhan Yang Maha Kasih berkenan membalas kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga Karya Ilmiah Akhir Ners ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu khususnya ilmu keperawatan.
Penulis
xi Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
x Universitas Indonesia
3.2.4 Evaluasi asuhan keperawatan pada periode prenatal ................. 32
3.3 Laporan kondisi intranatal dengan persalinan spontan .......................... 32
3.4 Asuhan Keperawatan Pada Periode Postnatal ........................................ 33
3.4.1 Pengkajian pada periode postnatal ............................................. 34
3.4.2 Diagnosa keperawatan pada periode postnatal ........................... 34
3.4.3 Intervensi dan implementasi keperawatan pada periode
postnatal ..................................................................................... 34
3.4.4 Evaluasi asuhan keperawatan pada periode postnatal ................ 35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Urbanisasi menjadi tren pada kota-kota besar di negara Asia Timur dan Asia
Tenggara termasuk Jakarta. Akibatnya, jumlah penduduk di Jakarta semakin
meningkat. Berdasarkan data Sensus Penduduk tahun 2010 dalam Profil
Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2012, jumlah penduduk meningkat
dalam kurun waktu 10 tahun yaitu sebesar 8,2 juta jiwa pada tahun 1990 dan
mencapai 9,6 juta jiwa pada tahun 2010. Adapun berdasarkan dara
Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri) saat ini jumlah penduduk di Jakarta
telah mencapai 9.988.495 jiwa dengan luas wilayah 664,01 km2.
1 Universitas Indonesia
2
Secara fisik, biologis maupun sosial pekerja wanita berbeda dengan pekerja
laki-laki (Sulaksmono, 2011). Perbedaan tersebut antara lain terletak pada
kekuatan tubuh fisik wanita yang lebih rendah daripada laki-laki. Rata-rata
kekuatan tubuh wanita adalah sekitar dua per tiga dari laki-laki. Selain itu,
secara biologis wanita mengalami haid, kehamilan, masa nifas, menyusui dan
menopause yang tidak dialami oleh pria. Penelitian menunjukkan bahwa
wanita bekerja memiliki resiko kesehatan yang lebih tinggi dari lingkungan
maupun karakteristik jenis pekerjaannya (Widyaningsing, 2013). Umumnya,
masalah yang dialami wanita akibat bekerja adalah kesulitan dalam
menjalankan perannya sebagai ibu. Menurut Sulaksmono (2011) ada empat
masalah utama pada pekerja wanita yaitu kekurangan gizi, stres akibat kerja,
gangguan kesehatan akibat faktor ergonomik dan gangguan kesehatan
reproduksi.
Sebagian besar wanita bekerja pada usia produktif dan Lupus Eritematosus
Sistemik (LES) merupakan salah satu penyakit yang menyerang wanita pada
usia tersebut (Varghese, Crocker, Bruce & Tower, 2011). Biasanya penyakit
LES tersebut menyerang pada masa mengasuh anak atau childbearing (Arfaj
& Khalil, 2010; Stojan & Baer, 2012). LES atau yang lebih dikenal dengan
Universitas Indonesia
3
Penderita LES di seluruh dunia diperkirakan mencapai 5 juta orang dan terus
meningkat setiap tahun (Cruz, Khamashta & Hughes, 2007). Prevalensi LES
di Inggris dilaporkan 49,6 kasus per 100.000 populasi (Roy, Das & Datta,
2010). Berdasarkan data dari Danchenko dan Antthony dalam Cruz dkk.
(2007), diketahui prevalensi LES per 100.000 populasi di Amerika Serikat
(52,2), Kanada (42,3), Finlandia (28), Francis (40), Islandia (35,9), Italia (71),
Irlandia Utara (25.5), Spanyol (91), Swedia (42), Australia (63,1), dan Jepang
(28,4). Data tahun 2002 di RSUP Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta
didapatkan 1,4% kasus LES dari total kunjungan pasien di poliklinik
Reumatologi Penyakit Dalam, sementara di RS Hasan Sadikin Bandung
terdapat 291 Pasien SLE atau 10.5% dari total pasien yang berobat ke
poliklinik reumatologi selama tahun 2010. Berdasarkan data Yayasan Lupus
Indonesia (YLI) diketahui bahwa jumlah penderita penyakit lupus di Indonesia
meningkat dari 12.700 jiwa pada 2012 menjadi 13.300 jiwa per April 2013.
Universitas Indonesia
4
Universitas Indonesia
5
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
7 Universitas Indonesia
8
Aturan hukum untuk pekerja perempuan ada yang berbeda dengan pekerja
laki-laki. Perbedaan aturan hukum tersebut disebabkan oleh perbedaan
secara biologis antara laki-laki dan perempuan. Pelaksanaan perlindungan
hukum terhadap pekerja wanita berpedoman pada Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan khususnya Pasal 76, 81, 82, 83, 84,
Pasal 93 Kepmenaker No. 224 tahun 2003 serta Peraturan Perusahaan atau
perjanjian kerja bersama perusahaan yang meliputi cuti melahirkan,
pelecehan seksual di tempat kerja, jam perlindungan dan lain-lain.
Perlindungan dalam hal kerja malam bagi pekerja wanita (pukul 23.00
sampai pukul 07.00). Hal ini diatur pada pasal 76 Undang-Undang Nomor
13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Tetapi dalam hal ini ada
pengecualiannya yaitu pengusaha yang mempekerjakan wanita pada jam
tersebut wajib: 1) memberikan makanan dan minuman bergizi; 2) menjaga
kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja; 3) menyediakan antar
jemput bagi pekerja perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara
Universitas Indonesia
11
pukul 23.00 – 05.00. Akan tetapi, pengecualian ini tidak berlaku bagi
pekerja perempuan yang berumur di bawah 18 (delapan belas) tahun ataupun
perempuan hamil yang berdasarkan keterangan dokter berbahaya bagi
kesehatan dan keselamatan kandungannya apabila bekerja antara pukul
23.00-07.00. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya masih ada perusahaan yang
tidak memberikan makanan dan minuman bergizi tetapi diganti dengan uang
padahal ketentuannya tidak boleh diganti dengan uang.
2.2.1 Definisi
Lupus Eritematosus Sistemik (LES) merupakan salah satu penyakit
reaksi autoimun. Penyakit autoimun ini bersifat kronis dan multi sistem
yang disebabkan oleh pengendapan kompleks imun dengan manifestasi
klinik yang beragam pada beberapa organ tubuh (C. Zhao dkk., 2012).
Antibodi yang seharusnya melindungi tubuh terhadap berbagai antigen
asing yang mengakibatkan gangguan pada tubuh malah merusak organ
tubuh itu sendiri (Kwok dkk., 2011). Beberapa organ tubuh yang terkena
diantaranya kulit, sistem syaraf, darah, muskuloskeletal, ginjal, jantung,
paru dan bahkan bisa menyebabkan terjadinya kelumpuhan (Varghese
dkk., 2011; C. Zhao dkk., 2012).
2.2.2 Etiologi
Hingga kini penyebab LES belum diketahui dengan jelas (C. Zhao dkk.,
2012; Cruz dkk., 2007). Namun diperkirakan berkaitan erat dengan
beberapa faktor, antara lain autoimun, kelainan genetik, faktor lingkungan,
obat-obatan (Simon, 2000).
2.2.2.1 Autoimun
Mekanisme primer LES adalah autoimunitas, suatu proses kompleks
dimana sistem imun pasien menyerang selnya sendiri. Pada LES, sel-T
menganggap sel tubuhnya sendiri sebagai antigen asing dan berusaha
mengeluarkannya dari tubuh. Diantara kejadian tersebut terjadi stimulasi
limfosit sel B untuk menghasilkan antibodi, suatu molekul yang dibentuk
untuk menyerang antigen spesifik. Ketika antibodi tersebut menyerang sel
tubuhnya sendiri, maka disebut autoantibodi. Sel B menghasilkan sitokin.
Sitokin tertentu disebut interleukin, seperti IL 10 dan IL 6, memegang
peranan penting dalam LES yaitu dengan mengatur sekresi autoantibodi
oleh sel B (Simon, 2000).
Terdapat dua tipe ANA, yaitu anti-doule stranded DNA (anti-ds DNA)
yang memegang peranan penting pada proses autoimun dan anti-Sm
antibodies yang hanya spesifik untuk pasien LES (Simon , 2000). Bersama
dengan antigen yang spesifik, ANA membentuk kompleks imun yang
beredar dalam sirkulasi sehingga pengaturan sistem imun pada LES
terganggu yaitu berupa gangguan klirens kompleks imun besar yang larut,
gangguan pemrosesan kompleks imun dalam hati, dan penurunan uptake
kompleks imun oleh ginjal. Sehingga menyebabkan terbentuknya deposit
kompleks imun di luar sistem fagosit mononuklear. Kompleks ini akan
mengendap pada berbagai macam organ dan menyebabkan terjadinya
fiksasi komplemen pada organ tersebut dan aktivasinya menghasilkan
substansi yang menyebabkan radang. Reaksi radang inilah yang
menyebabkan keluhan pada organ yang bersangkutan. Sekitar setengah
dari pasien LES memiliki antibodi antifosfolipid. Antibodi ini menyerang
fosfolipid, suatu kumpulan lemak pada membran sel. Antifosfolipid
meningkatkan resiko menggumpalnya darah, dan mungkin berperan dalam
penyempitan pembuluh darah serta rendahnya jumlah hitung darah
(Simon, 2000).
2.2.2.2 Genetik
Faktor genetik memegang peranan penting dalam kerentanan dan ekspresi
penyakit. Menurut Lamont (2004), saudara kembar identik sekitar 25-70%
Universitas Indonesia
14
2.2.2.3 Lingkungan
Satu atau lebih faktor eksternal dapat memicu terjadinya respon autoimun
pada seseorang dengan kerentanan genetik. Pemicu LES termasuk, flu,
kelelahan, stres, kontrasepsi oral, bahan kimia, sinar matahari dan
beberapa obat-obatan ginjal (Simon, 2000). Pemicu yang paling sering
menyebabkan gangguan pada sel T adalah virus. Beberapa penelitian
menyebutkan adanya hubungan antara virus Epstein-Barr,
cytomegalovirus dan parvovirus-B19 dengan LES (Simon, 2000).
Selain virus, sinar ultraviolet (UV) juga sangat penting sebagai pemicu
tejadinya LES. Ketika mengenai kulit, UV dapat mengubah struktur DNA
dari sel di bawah kulit dan sistem imun menganggap perubahan tersebut
sebagai antigen asing dan memberikan respon autoimun (Simon, 2000).
National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases
menjelaskan tentang drug-induced lupus. Drug-induced lupus merupakan
lupus yang terjadi setelah pasien menggunakan obat-obatan tertentu dan
mempunyai gejala yang sama dengan LES. Karakteristik sindrom ini
adalah radang pleuroperikardial, demam, ruam dan artritis. Lupus jenis ini
jarang terjadi nefritis dan gangguan SSP. Jika obat-obatan tersebut
Universitas Indonesia
15
dihentikan, maka dapat terjadi perbaikan manifestasi klinik dan dan hasil
laboratoium (Lamont, 2001).
2.2.3.1 Muskuloskeletal
Gejala yang paling sering berupa artritis atau atralgia (53-95%) dan
biasanya mengawali gejala yang lain. Menurut Lamont (2001) selain
kelemahan dan edema dapat pula terjadi efusi bersamaan dengan
poliartritis yang bersifat simetris, nonerosif, dan biasanya tanpa
deformitas, bukan kontraktur atau ankilosis. Kaku pagi hari jarang
ditemukan. Adakalanya terdapat nodul reumatoid. Mungkin juga terdapat
nyeri otot dan miositis. Paling sering mengenai interfalangeal proksimal
dan metakarpofalangeal, pergelangan tangan, siku dan lutut (Lamont,
2001).
Universitas Indonesia
16
Vaskulitis kulit dapat berupa memar yang dalam dan bisa menyebabkan
ulserasi serta perdarahan jika terjadi pada membran mukosa mulut, hidung,
atau vagina. Pada beberapa orang dapat terjadi livido retikularis, lesi ungu
kemerahan pada jari-jari tangan dan kaki atau dekat kuku jari (Simon,
2000). Alopesia dapat pulih kembali jika penyakit mengalami remisi.
Kadang-kadang terdapat urtikaria yang tidak dipengaruhi oleh
kortikosteroid dan antihistamin. Biasanya hilang beberapa bulan setelah
penyakit tenang secara klinis dan serologis.
2.2.3.3 Ginjal
Sebanyak 70% pasien LES akan mengalami kelainan ginjal. Pengendapan
komplek imun yang mungkin mengandung ds-DNA, bertanggung jawab
atas terjadinya kelainan ginjal. Bentuk in situ kompleks imun
memungkinkan pengikatan DNA ke membran basalis glomeruluis dan
matriks ekstraseluler. Dengan mikroskop elektron, kompleks imun akan
tampak dalam pola kristalin di daerah mesangeal, subendotelial atau
subepitelial. IgG merupakan imunoglobulin yang paling sering tampak
diikuti oleh IgA dan IgM. Kadang-kadang tampak IgG, IgA, IgM, C3, C4
dan C1q pada glomerulus yang sama (Simon, 2000).
Universitas Indonesia
17
2.2.3.5 Kardiovaskuler
Kelainan jantung dapat berupa perikarditis ringan sampai berat (efusi
perikardium), iskemia miokard dan endokarditis verukosa atau Libman
Sacks (Simon, 2000). Keadaan tersebut dapat menimbulkan nyeri dan
aritmia (Nirula, 2002).
2.2.3.6 Paru
Efusi pleura, dan pleuritis dapat terjadi pada LES (Nirula, 2002).
Diagnosis pneumonitis lupus baru dapat ditegakkan jika faktor-faktor lain
telah disingirkan seperti infeksi, virus jamur, tuberculosis. Gejalanya
berupa takipnea, batuk, dan demam. Hemoptisis menandakan terjadinya
pulmonary hemorrhage (Lamont, 2001). Nyeri dada dan pernapasan
pendek sering tejadi bersama gangguan tersebut (Nirula, 2002).
Universitas Indonesia
18
2.2.3.8 Mata
Peradangan pembuluh darah pada mata dapat mengurangi suplai darah ke
retina, sehingga menyebabkan degenerasi sel saraf dan resiko terjadinya
perdarahan retina. Gejala yang paling umum adalah cotton-wool-like spots
pada retina. Sekitar 5% pasien mengalami kebutaan sementara yang terjadi
secara tiba-tiba. Kelainan lain berupa konjungtivitis, edema periorbital,
perdarahan subkonjungtival, uveitis dan adanya badan sitoid di retina.
Tingginya resiko kehamilan bagi ibu maupun janin pada penderita LES
dipengaruhi oleh kondisi ibu sebelum hamil yaitu pada saat konsepsi.
Beberapa penelitian mendapatkan kekambuhan lupus selama kehamilan
namun umumnya ringan, tetapi jika kehamilan terjadi pada saat nefritis masih
aktif maka 50-60% eksaserbasi, sementara jika nefritis lupus dalam keadaan
remisi 3-6 bulan sebelum konsepsi hanya 7-10% yang mengalami
kekambuhan (Cruz dkk., 2007). Kemungkinan untuk mengalami preeklampsia
dan eklampsia juga meningkat pada penderita dengan nefritis lupus dengan
faktor predisposisi yaitu hipertensi dan sindroma anti fosfolipid (APS).
remisi total. Pada lupus nefritis jangka waktu lebih lama sampai 12
bulan remisi total. Hal ini dapat mengurangi kekambuhan lupus
selama hamil.
2. Medikamentosa:
• Dosis kortikosteroid diusahakan sekecil mungkin yaitu tidak
melebihi 7,5 mg/hari prednison atau setara.
• DMARDs atau obat-obatan lain seyogyanya diberikan
dengan penuh kehati-hatian. Perhatikan rekomendasi sebelum
memberikan obat-obat tersebut seperti tertera pada tabel 2.1
berikut ini.
3. Gagal jantung
4. Gagal ginjal kronis (kreatinin > 2,8 mg/dl)
5. Adanya riwayat preeklamsia berat sebelumnya atau sindroma HELLP
(hemolytic anemia, elevated liver function test, low platelet) walaupun
sudah diterapi dengan aspirin dan heparin
6. Stroke dalam 6 bulan terakhir
2.4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari rangkaian proses keperawatan.
Pada tahap ini, perawat melakukan pengumpulan data dari berbagai
sumber, memvalidasi data, mengorganisasikan data, mengkategorisasikan
atau mengidentifikasi berdasarkan pola yang ditemukan, membuat
masalah-masalah awal dan melaporkan dan mendaftar data (Delaune &
Ladner, 2011).
2.4.2 Diagnosa
Pada umumnya masalah-masalah keperawatan yang mungkin dialami oleh
ibu bukan LES selama periode perinatal juga dialami oleh ibu dengan
LES. Selain itu, pada ibu dengan LES terdapat kemungkinan masalah
Universitas Indonesia
23
tentang perawatan diri dan bayi, resiko infeksi, gangguan proses keluarga
(mengasuh anak), resiko harga diri rendah situasional dan resiko retensi
urin (Ward & Hisley, 2009).
2.4.3 Intervensi
Intervensi keperawatan dirumuskan berdasarkan masalah atau diagnosa
keperawatan yang dialami klien. Pada bagian ini juga perawat menetapkan
tujuan dan merumuskan kriteria hasil untuk diagnosa keperawatan yang
muncul pada klien. Terdapat berbagai pedoman referensi bagi perawatan
untuk merumuskan kriteria hasil dan intervensi keperawatan diantaranya
berdasarkan Nursing Interventions Classification (NIC) dan Nursing
Outcoming Classification (NOC).
Intervensi pada masa post partum diberikan kepada ibu, bayi dan juga
keluarga. Menurut Klossner dan Hatfield (2010) tindakan keperawatan
yang dapat diberikan antara lain mengupayakan hemostatis, menyediakan
dan memfasilitasi manajemen nyeri seperti nyeri pada payudara, afterpain
dan nyeri perineum, tindakan-tindakan untuk mencegah infeksi dan cedera
(jatuh, pembentukan thrombus, hipotermi pada bayi), tindakan untuk
mengupayakan elimiasi urin dan fekal pada ibu kembali normal seperti
sebelum hamil, mengupayakan istirahat dan tidur yang cukup, serta
memaksimalkan bounding antara orangtua-bayi.
2.4.4 Evaluasi
Evaluasi dalam asuhan keperawatan menjadi langkah akhir dari proses
keperawatan. Pada dasarnya evaluasi memberikan informasi yang
mempengaruhi intervensi yang telah direncanakan sebelumnya terhadap
kesehatan klien (Nursalam, 2001). Pada tahap evaluasi, perawat dapat
mencatat sejauh mana tujuan yang sudah tercapai dan mencatat jika
adanya kasus keperawatan baru yang muncul.
Universitas Indonesia
27
Pada periode intranatal fase laten hasil evaluasi yang diharapkan menurut
Klossner dan Hatfield (2010) yaitu: 1) ibu bebas dari cedera dengan
kriteria hasil antara lain pada ibu: TTV dalam batas normal, TD
dipertahankan stabil, irama jantung sinus normal; 2) bayi bebas dari cedera
dengan kriteria hasil denyut jantung bayi dalam rentang normal, gerakan
bayi aktif, tidak ada deselerasi atau tanda distress janin lainnya; 3) ansietas
berkurang dengan kriteria hasil secara verbal ibu menunjukkan
kepercayaan diri dan kemampuan koping yang baik, menggunakan teknik
relaksasi dengan efektif; 4) nyeri berkurang atau dapat diatasi dengan
kriteria hasil: secara verbal menyatakan puas dengan manajemen nyeri
yang diajarkan, menunjukkan kemampuan koping terhadap nyeri,
mendemonstrasikan penggunaan strategi koping yang efektif dalam
menghadapi persalinan; 5) ibu dan keluarga memiliki pengetahuan yang
adekut tentang proses persalinan.
Universitas Indonesia
BAB 3
LAPORAN KASUS
Pada bagian ini akan dideskripsikan gambaran kasus yaitu klien dengan Lupus
Eritematosus Sistemik (LES), asuhan keperawatan prenatal, kondisi intrapartum
dan asuhan keperawatan postnatal.
28 Universitas Indonesia
29
transportasi dan jarak yang cukup jauh dari tempat klien tinggal dengan
RSCM, klien tidak melakukan pemeriksaan di RSCM tetapi tetap rutin
melakukan pemeriksaan kehamilan setiap bulan di RSUD Budi Asih tempat
klien bekerja. Meskipun demikian, setiap bulan klien tetap datang ke
poliklinik reumatologi penyakit dalam RSCM untuk melakukan kontrol
penyakit LES.
Memasuki usia kehamilan 34 minggu klien kembali di rujuk RSUD Budi Asih
untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di poliklinik obstetri RSCM atas
indikasi kehamilan beresiko dan supaya dapat dilakukan USG Fetomaternal.
Sejak usia kehamilan tersebut, klien kembali melakukan pemeriksaan
kehamilan rutin di poliklinik obstetri RSCM.
Pada saat pengkajian, ditanyakan keluhan klien saat ini. Klien mengatakan
selama kehamilan klien merasa semakin cepat lelah dan bertambah parah
Universitas Indonesia
30
Klien juga mengeluhkan sakit pada pinggang kiri, seperti tertusuk dan
tertekan, rasa sakit menjalar ke paha dan kaki sampai ke jari-jari
ekstremitas kiri. Nyeri hilang timbul, skala nyeri 4-5. Keluhan nyeri ini
menurut klien sudah dirasakan sebelum hamil akibat LES sehingga klien
tidak dapat membedakan apakah nyeri yang saat ini dirasakan akibat
kehamilan atau karena penyakit LES. Saat dilakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital diketahui TD: 116/60 mmHg, DN: 80 x/menit RR: 26 x/menit,
T: 36 oC.
Universitas Indonesia
31
palpasi diketahui TFU 29 cm, puka, presentasi kepala, masuk PAP 4/5. Klien
malaporkan adanya bercak berwarna kuning kecoklatan dan menanyakan
apakah itu lendir darah tanda persalinan sehingga dokter kemudian melakukan
VT pada klien untuk memeriksa apakah sudah ada pembukaan. Hasil
pemeriksaan belum ada pembukaan. Oleh dokter klien dianjurkan pulang dan
melakukan pemeriksaan lagi 1 minggu berikutnya.
Pada pukul 23.55 klien menghubungi penulis via telepon dan mengatakan
perut mulas dan keluar air ketuban. Klien dibawa ke RSUD Budi Asih yang
letaknya lebih dekat dengan kosan klien. Alasan klien tidak dibawa ke RSCM
adalah karena tidak ada alat transportasi dan suami klien tidak ada ditempat,
masih bekerja dan belum dapat dihubungi. Penulis berkomunikasi dengan Ibu
F via telepon dan dari perbincangan tersebut tergambar bahwa Ibu F cemas
terhadap proses persalinan yang akan dihadapi dan juga sedih karena masuk
rumah sakit tanpa di damping suami atau keluarga.
Universitas Indonesia
34
Universitas Indonesia
35
kebutuhan klien seperti cara perawatan bayi baru lahir, cara memandikan,
cara merawat tali pusat.
Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan dipaparkan analisa penulis tentang masalah ibu dengan LES
dalam periode perinatal pada konteks kesehatan masyarakat perkotaan, analisis
asuhan keperawatan ibu dengan LES dan analisis intervensi active listening pada
ibu dengan LES selama periode perinatal.
4.1 Analisis Masalah Ibu F dengan LES dalam Periode Perinatal pada
Konteks Kesehatan Masyarakat Perkotaan
Lupus merupakan salah satu penyakit reaksi autoimun yang bersifat kronis
dan menyerang berbagai sistem tubuh seperti muskuloskeletal, kulit, jantung,
sistem syaraf dan ginjal. Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti,
namun Simon (2000) mengatakan bahwa faktor lingkungan diperkirakan
sebagai penyebab dari penyakit ini, selain faktor genetik dan obat-obatan.
Penelitian Kusuma (2007) menjelaskan bahwa kekambuhan LES pada masa
kehamilan dapat disebabkan oleh adanya stres fisik dan mental pada ibu
hamil. Hal ini memiliki kesamaan dengan apa yang dialami Ibu F. Kehamilan
Ibu F merupakan primigravida (kehamilan pertama) dan Ibu memiliki tingkat
stresor yang tinggi. Stresor tersebut terutama bersumber dari pekerjaan dan
aktivitasnya sehari-hari.
36 Universitas Indonesia
37
Semenjak menderita LES ibu F merasa fisiknya menjadi lemah dan mudah
lelah. Apalagi dengan adanya kehamilan Ibu F mengeluh kondisi fisik menjadi
semakin lemah dan cepat lelah. Oleh karena kesulitan ini, Ibu F beserta suami
akhirnya memutuskan untuk pindah rumah. Keluarga ini mencari tempat
tinggal yang lebih dekat dengan tempat bekerja Ibu F supaya tidak perlu
menggunakan angkutan umum untuk mencapai tempat kerja.
Permasalahan lain yang muncul kemudian adalah kesulitan Ibu F dan suami
menemukan tempat tinggal yang layak dengan harga terjangkau di daerah
sekitar tempat bekerja. Jakarta adalah kota dengan luas wilayah 664,01 km2
sedangkan jumlah penduduk yang tinggal didalamnya mencapai 988.495 jiwa.
Hal ini berakibat dengan banyaknya tempat tinggal atau pemukiman yang
tidak memenuhi syarat menjadi tempat tinggal masyarakat. Demikian pula
halnya dengan keluarga Bapak N dan Ibu F yang akhirnya terpaksa memilih
tinggal di kamar kos berukuran 3m x 4m supaya dapat tinggal di lingkungan
yang dekat dengan tempat bekerja klien yaitu RSUD Budi Asih. Kondisi
kamar kos tidak memenuhi syarat kesehatan diantaranya seperti kamar terlalu
sempit, dengan kamar mandi dan WC di dalam, penerangan serta sirkulasi
udara kurang serta jarak antara satu kamar kos dan kamar kos lain tidak ada.
Kondisi ini merupakan ciri khas daerah perkotaan yang menambah stresor
bagi klien selain kondisi kehamilannya sendiri.
Universitas Indonesia
38
4.2.1 Pengkajian
Tahapan pertama dari proses keperawatan adalah pengkajian. Pada tahap
ini, sesuai dengan teori Delaune dan Ladner (2011), penulis melakukan
kegiatan pengumpulan data dari berbagai sumber, memvalidasi data,
Universitas Indonesia
39
Masalah nyeri, resiko cedera dan keletihan adalah masalah khas yang
dialami wanita hamil dengan LES. Ini sesuai dengan Ward dan Hisley
(2009) yang mengatakan bahwa masalah utama pada ibu hamil dengan
Universitas Indonesia
40
Pada periode intrantal, diagnosa yang ditegakkan pada klien adalah nyeri
berhubungan dengan peningkatan frekuensi dan intensitas kontraksi serta
ansietas berhubungan dengan proses persalinan. Data-data yang
didapatkan untuk menegakkan kedua diagnosa tersebut adalah data
subjektif dan data sekunder dari catatan rekam medis klien. Hal ini karena
Ibu F tidak melahirkan di RSCM, tempat praktik penulis. Sekalipun Ibu F
sudah merencanakan untuk bersalin di RSCM tetapi diluar rencana
akhirnya Ibu F melahirkan di RSUD Budi Asih. Adapun secara teori
diagnosa yang mungkin pada ibu pada masa intranatal terbagi ke dalam
empat kala.
Universitas Indonesia
42
4.2.4 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam rangkaian proses keparawatan.
Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Asmadi (2005) bahwa evaluasi
terdiri atas evaluasi proses dan evaluasi sumatif, penulis juga melakukan
kedua evaluasi ini untuk masing-masing diagnosa keperawatan yang
muncul.
kondisi khusus. Diagnosa ansietas juga muncul pada setiap tahap yaitu
mulai dari tahap prenatal sampai dengan postnatal meskipun dengan
etiologi yang berbeda.
4.3 Analisis Intervensi Active Listening pada Ibu dengan LES dalam Periode
Perinatal
Tindakan keperawatan khusus yang diberikan penulis pada klien adalah
“active listening”. Active listening atau mendengarkan secara aktif adalah
salah satu teknik komunikasi terapeutik dalam komunikasi keperawatan.
Perawat berperan sebagai pendengar yang aktif mendengarkan keluhan atau
perasaan klien. Intervensi ini merupakan salah satu intervensi yang ditujukan
untuk mengatasi masalah kecemasan yang dialami oleh klien. Sesuai dengan
penelitian Sari (2014) bahwa ada perbedaan ekspektasi atau harapan setiap ibu
terhadap kehamilan dan persalinan. Oleh karena itulah penting bagi perawat
untuk aktif mendengarkan keluhan klien.
postnatal. Beberapa hal terkait praktik yang menjadi masalah pada Ibu F
adalah tentang sistem pelayanan dan komunikasi yang belum efektif di tempat
klien mendapatkan layanan kesehatan yaitu rumah sakit tempat penulis
praktik. Klien melakukan pemeriksaan antenatal di poliklinik setiap 2 atau 1
minggu sekali sesuai dengan saran dokter yang memeriksa. Alur pelayanan di
poliklinik yang belum efektif contohnya adalah ketika klien harus melakukan
pemeriksaan laboratorium. Klien harus berjalan menuju ke laboratorium yang
jaraknya cukup jauh tanpa didampingi petugas sementara kondisi klien dengan
masalah keletihan yang berat akibat LES dan hamil pada trimester. Hal ini
dapat memperburuk kondisi klien. Selain itu, sistem administrasi pelayanan
yang banyak juga membuat klien harus menunggu lama dari pagi sampai sore
sementara tidak ada tempat klien untuk berstirahat. Untuk mengatasi
permasalahan ini upaya yang dilakukan penulis adalah dengan mendampingi
klien setiap kali melakukan pemeriksaan antenatal.
Universitas Indonesia
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Wanita bekerja merupakan kelompok yang rentan mengalami masalah
kesehatan, terutama selama masa perinatal. Kehidupan masyarakat perkotaan
menjadi sumber stresor yang mempengaruhi status kesehatan dan
kesejahteraan wanita, khususnya pada Ibu dengan penyakit kronis seperti LES.
Masalah-masalah masyarakat perkotaan yang menjadi stresor bagi Ibu selama
periode perinatal diantaranya adalah transportasi yang buruk, sulitnya
mendapatkan tempat tinggal (perumahan) yang memenuhi syarat kesehatan di
daerah padat penduduk, biaya hidup yang besar sehingga baik suami maupun
istri memilih bekerja sekalipun dengan jam kerja tinggi, dan stesor dari
lingkungan atau tempat bekerja.
Hasil analisis asuhan keperawatan pada Ibu dengan LES selama masa
perinatal ditemukan banyak mengalami masalah keperawatan. Pada masa
prenatal masalah yang dialami klien adalah nyeri berhubungan dengan proses
penyakit LES, resiko cedera berhubungan dengan faktor resiko disfungsi
autoimun (LES), keletihan berhubungan dengan peningkatan berat badan dan
proses penyakit LES, ansietas berhubungan dengan perubahan status
kesehatan: hamil dengan LES dan kesiapan meningkatkan proses kehamilan-
melahirkan. Diagnosa pada periode intranatal adalah nyeri berhubungan
dengan peningkatan frekuensi dan intensitas kontraksi serta ansietas
berhubungan dengan proses persalinan. Adapun pada masa postnatal masalah
keperawatan yang dialami ibu adalah nyeri berhubungan dengan episiotomi,
ansietas berhubungan dengan peran orangtua baru, bayi beresiko tinggi pada
Ibu F di keluarga Bapak N dan resiko infeksi dengan faktor resiko trauma
jalan lahir.
45 Universitas Indonesia
46
listening” pada Ibu dengan LES selama periode perinatal terbukti dapat
mengurangi ansietas pada ibu.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis penulis dalam karya ilmiah ini, penulis memberikan
saran bagi pendidikan dan institusi pelayanan (Rumah Sakit).
Universitas Indonesia
47
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. (2010, Oktober 27). Jakarta, ibukota dengan 1000 masalah. BBC
Indonesia, artikel. Diterima dari
http://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2010/10/101027_jakartasat
u.shtml. Diakses tanggal 1 Juli 2015.
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta (2012, Mei 07). Keadaan
ketenagakerjaan di DKI Jakarta februari 2012. Juni 5, 2013.
http://jakarta.bps.go.id/fileupload/brs/2012_05_07_13_29_11.pdf.
Bobak, Lowdermilk & Jensen (2005). Buku ajar keperawatan maternitas. Jakarta:
EGC Kedokteran.
Bulechek, G.M., Butcher, H.K. & Dochterman, J.M. (2013). Nursing intervention
classification (NIC). St. Louis: Mosby Elsevier.
Cunningham, F. G., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Hauth, J. C., Gilstrap, L. C.,
Wenstrom, K. D. (2005). Williams obstetrics. USA: McGraw Hill
Companies.
Dewi, R., I. (2000). Lingkungan kerja wanita pekerja dalam posisi rawan serta
dampaknya bagi kesehatan. Laporan penelitian UI. Depok: FH UI.
DW. (2015, Februari 6). Ini 10 kota paling macet di dunia. Suara Pembaharuan,
artikel. Diterima dari http://sp.beritasatu.com/home/ini-10-kota-paling-
macet-di-dunia/77172. Diakses tanggal 1 Juli 2015.
Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E. (2003). Family nursing: Research,
theory, and practice(5th ed.). Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall.
Galea, S. & Vlahov, D. (2005). Urban health: Evidence, challenges and directions.
Annu. Rev. Public Health, 26: 341-365.
doi: 10.1146/annurev.publhealth.26.021304.144708.
.
Gibbins, J. & Thomson, A. M. (2001). Women's expectations and experiences of
childbirth. Midwifery,17, 302-313.
doi: 10.1054/midw.2001.0263
Jorgenson, A.K. & Rice, J. (2012). Urban slums and children’s health in less-
developed countries. American Sociological Association, XVIII (1), 103-
116. ISSN 1076-156X.
Kao, Bi-Chin, Gau, Meei-Ling, Wu, Shian-Feng, Kuo, Bih-Jaw, & Lee, Tsorng-
Yeh (2004). A Comparative Study of Expectant Parents' Childbirth
Expectations. Journal Of Nursing Research (Taiwan Nurses Association),
12(3), 191-201.
Maherani, 2008. Pengaruh konflik peran ganda dan fear of success terhadap
kinerja perempuan berperan ganda. Tesis. Universitas Gunadarma, Depok.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L. & Swanson, E. (2013). Nursing outcomes
classification (NOC). St. Louis: Mosby Elsevier.
Pillitteri, Adele (2010). Maternal & child health nursing: Care of the
childbearing & childrearing family. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.
Roy, S.J., Das, P.P. & Datta, A. (2010). SLE in Pregnancy. BSMMU Journal
2010. Diunduh tanggal 21 Maret 2012.
Universitas Indonesia
Simon H, editor-in-chief. Sistemic Lupus Erythematosus. 2000 March. Diterima
dari:http://wellness.ucdavis.edu/medical_conditions_az/sistemic
lupus63.html. Diakses tanggal 20 Juni 2015.
Varghese, S., Crocker, I., Bruce, N., and Tower, C. (2011). Systemic Lupus
Erythematosus: Regulatory T Cells and pregnancy.
www.expertreviews.com/toc/eci/7/5.
White, L., Duncan, G., & Baumle, W. (2011). Foundations of maternal &
pediatric nursing 3rd edition. USA: Cengage Learning.
Wong, W.S. & Mok, C.C. (2000). Pregnancy in systemic lupus erythematosus.
Postgrad Med J (2001), 77: 175-165. www.postgradmedj.com
Yuliva. (2007). Hubungan status pekerjaan ibu dengan berat lahir bayi Di RSUP
Dr. M. Djamil Padang. Tesis. www.etd.ugm.ac.id.
Zhao, C., Zhao, J., Huang, Y., Wang, Z., Wang, H., Zhang, H., Xu, H. and Yang,
N. (2012). New onset systemic lupus erythematosus during pregnancy.
Cinical Rheumatology (2013), 32: 815-822.
doi: 10.1007/s10067-013-2180-z.
Universitas Indonesia
Lampiran 1
November 1989
Kal-Bar
Email : vey.boreg@gmail.com
Riwayat Pendidikan:
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI), tahun 2012 - 2014
Riwayat Pekerjaan:
Motto:
Bersukacita senantiasa, tetap berdoa dan mengucap syukur di dalam segala hal.
“Karena kita ini ciptaan Tuhan, diciptakan untuk melakukan pekerjaan baik.”
Lampiran 2
PENGKAJIAN PRENATAL
Pengalaman menyusui
Klien belum memiliki pengalaman menyusui.
Riwayat Ginekologi
1. Masalah ginekologi : tidak ada
2. Riwayat KB: belum pernah KB
3. Riwayat menarche 11 tahun, haid 1x/bulan, lamanya 5-6 hari , 2-3 kali
ganti pembalut
Riwayat Penyakit
Tahun 2000-2001 benjolan di leher (TB kelenjar, menjalani terapi OAT 6 bulan
dan dinyatakan telah sembuh.
Sejak tahun 2012 (11 tahun yang lalu) sering demam hilang timbul, nyeri-nyeri
sendi yang berpindah di kedua tangan dan kaki, kaku sendi, bengkak sendi hilang
timbul. Kaku sendi terutama pada pagi hari berkurang jika beraktivitas. Beberapa
kali di rawat di rumah sakit dikatakan DBD dan thypoid dengan trombosit rendah.
Pulang karena dikatakan sudah normal. Tahun 2008 pernah kejang dilakukan CT-
Scan tetpi hasil normal, di rawat di RSUD Budi Asih. Sering sesak nafas dan
cepat lelah jika beraktivitas sejak 1 tahun. Mata dan badan kuning disangkal.
Lampiran 2
Diketahui SLE sejak 2013 gejala wajah merah, rambut rontok, tangan bengkak
dan lemas. Berobat teratur di RSCM, minum obat metilprednisolon, kloroquin.
Letak/Presentasi Usia
Tgl TD BB/TB TFU DJJ Keluhan
Janin Gestasi
18/10/14 108/67 39kg/14 - Balotemen (+) (+) 7 Keputihan
mmHg 8 cm minggu,
3 hari
06/11/14 110/69 39,5 - Balotemen (+) (+) 10 Keputihan
mmHg kg/148 minggu,
cm 4 hari
22/12/14 110/70 42,5 sepusat Balotemen (+) 154 16 Keputihan
kg/148 dpm minggu
cm
24/04/15 100/60 48 kg/ 27 cm Punggung kanan/ 140 34 Cepat
mmHg 148 cm kepala dpm minggu lelah,
Keputihan
07/05/15 116/60 50 kg/ 28 cm Punggung kanan/ 152 36 Cepat
mmHg 148 cm kepala dpm minggu lelah,
Keputihan
Thoraks (Dada)
• Jantung: kardiomegali (-), S1 S2 (+), murmur (-), gallop (-)
Lampiran 2
• Paru: pergerakan dada simetris, jejas (-), vesikuler (+), wheezing (-),
ronchi (-/-)
• Payudara : areola menghitam dan membesar, massa/benjolan (-), nyeri (-),
puting susu : tenggelam, pengeluaran ASI : belum ada
Masalah khusus : resiko ketidakberhasilan menyusui
Abdomen
• Uterus
TFU: 28 cm, kontraksi : tidak
Leopold I: bokong
Leopold II: kanan: punggung, kiri: bagian-bagian kecil
Leopold III: kepala, penurunan kepala belum masuk PAP
Leopold IV: bagian masuk PAP 5/5
• Pigmentasi: Lineanigra (+), striae (+),
• Fungsi pencernaan : BU (+) 8x/mnt
Masalah khusus : tidak ada
Perineum dan Genital
• Vagina: varises (-)
• Kebersihan : bersih
• Keputihan : ya, warna putih kekuningan, kental, tidak berbau
• Hemoroid : (-)
Masalah khusus: tidak ada
Ektermitas
• Ektremitas atas : edema (-), varises (-)
• Ektermitas bawah : edema derajat 2, varises (-)
• Refleks patela (+/2)
Masalah khusus: tidak ada
Eliminasi
• Urin: kebiasaan BAK sering dan sedikit-sedikit terutama pada malam hari
dapat BAK sampai 6-10 kali
• Kebiasaan BAB dua hari sekali, tidak ada keluhan susah BAB
Masalah khusus : tidak ada
Keadaan Mental
• Adaptasi psikologis: klien senang terhadap kehamilannya tetapi juga
sering cemas mengkhawatirkan kondisi janin karena dokter mengatakan
kehamilan saat ini sangat rentan (resiko tinggi) sehubungan dengan
penyakit SLE yang dideritanya.
• Penerimaan terhadap kehamilan: sangat baik karena ini adalah kehamilan
yang sangat dinantikan dan direncanakan oleh klien. Klien telah menjalani
pengobatan SLE selama 6 bulan dan diperbolehkan untuk hamil karena
telah dalam masa remisi.
Masalah khusus: ansietas
Pola hidup yang meningkatkan risiko kehamilan: klien bekerja, masih harus shif
sore dan malam, klien dengan penyakit kronis SLE.
Masalah khusus: resiko cedera
Persiapan persalinan:
1. Senam hamil tidak dilakukan
2. Rencana tempat melahirkan di RSCM
3. Perlengkapan kebutuhan bayi dan ibu: sudah dipersiapkan
4. Kesiapan mental ibu dan keluarga: mental ibu baik tetapi, keluarga belum
menjadi system pendukung bagi ibu karena suami sibuk bekerja
5. Pengetahuan tentang tanda-tanda melahirkan, cara menangani nyeri,
proses persalinan: klien sudah tahu tetapi belum yakin karena mendapat
informasi dengan mencari sendiri di internet.
6. Perawatan payudara: sudah tahu dan sudah melakukan
Lampiran 2
Rute
Nama Obat Dosis Jenis Terapi Indikasi
pemberian
Folamil genio 1 x 1 tab Per oral Mutivitamin Suplemen
untuk
kehamilan
Cavit D3 1 x 1 tab Per oral Vitamin Tambahan/
suplemen vit
D
Metilprednisolon 1 x 4 mg Per oral Kortikosteroid SLE
(menekan
imun)
Klorokuin 1 x 250 mg Per oral Antimalaria SLE
Hasil
Tanggal Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Interpretasi
Pemeriksaan
06/03/15 DPL:
Hemoglobin 10.2 g/dL 1-15 Abnormal
Hematokrit 29,7 % 36-46
Eritrosit 3,25 x 106 g/dL 3.80 – 4.80
Trombosit 242 x 103/µL 150-400
Leukosit 5,66 x 103/µL 5.0 – 10
Hitung Jenis
Basofil 0,2 % 0.5 – 1
Eosinofil 0,9 % 1–4 Abnormal
Neutrofil 72,9 % 55 – 70
Limfosit 12,2 % 20 – 40
Monosit 13,8 % 2–8
Laju Endap Darah 75 mm 0 - 20
Gambaran darah
tepi: Jumlah cukup,
Eritrosit Normositik morfologi
Leukosit normokrom normal,
Trombosit limfopenia
Darah retikulosit
Absolute 41300 24000-95000
Relatif 1.,27 0,9 – 2,0
GTT
Gluokose puasa 71 mg/dL < 100
GTT 1 jam 120 mg/dL 70 – 200 Normal
GTT 2 jam 95 mg/dL 70 – 140
Urin Lengkap
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Sedimen
Leukosit 4-5/ LPB 0-5/ LPB
Eritrosit 0 -1/LPB 0 -2/LPB
Silinder Negatif Negatif
Sel epitel +1 +1
Kristal Negative Negatif Normal
Bakteria Negative Negatif
Berat jenis 1.010 1005 - 1030
pH 6.5 4.5 - 8
Albumin Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Darah/ Hb Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen 3.2 3.2 - 16
Nitrit Negatif Negatif
Leukosit esterase Negatif Negatif
Pemeriksaan USG
1. Tanggal 24 April 2014, kesimpulan hasil USG: sesuai usia kehamilan 34
minggu (USG serial). Pertumbuhan dan aktifitas janin normal. Tidak ada
kelainan anatomi janin.
2. Tanggal 22 Mei 2015, kesimpulan hasil USG: hamil 37 minggu (serial)
dengan aktifitas dn pertumbuhan janin normal. Tidak tampak tanda
hipoperfusi janin.
Lampiran 3
DATA UMUM
Nama KK : Bapak N
Usia : 30 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan terakhir : S1
Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Jl.Pulo Gebang RT 08/06 No 31, Cakung, Jakarta Timur
Komposisi keluarga
Genogram
U, 60 B, 58
HTN,
S, 56 A, 52
HTN
DM
M, 38
L, 35 N, 32 F, 29 H, 37 N, 30 M, 23
SLE
Jenis keluarga
Saat dilakukan pengkajian jenis keluarga klien adalah keluarga inti yang terdiri
dari suami dan istri. Sebelum hamil klien tinggal bersama suami dan kedua
orangtuanya.
Lampiran 3
Penghasilan per bulan baik Bapak N maupun Ibu N, masing-masing di atas upah
minimum rata-rata (UMR) kota Jakarta. Akan tetapi keduanya tetap bekerja
karena menurut Ibu F biaya dan tuntutan hidup di kota Jakarta besar. Dengan
penghasilan saat inipun menurut Ibu F kebutuhan keluarga masih belum dapat
terpenuhi.
Tahap Perkembangan
Tahap dan tugas perkembangan keluarga saat ini adalah tahap keluarga mengasuh
anak
Lingkungan
Keluarga Bapak N belum memiliki rumah sendiri. Sebelum Ibu F hamil, keluarga
tinggal menumpang di rumah mertua. Akan tetapi sejak Ibu F hamil keduanya
memutuskan untuk tinggal di kos. Hal ini dilakukan untuk kebaikan dan kesehatan
Ibu F karena jarak antara rumah mertua dan tempat kerja Ibu F yang jauh. Selain
itu, transportasi yang sulit karena harus naik kereta yang padat setiap dinas dan
hal tersebut dirasakan mengganggu kesehatan dan kehamilan Ibu F. Saat
dilakukan pengkajian klien tinggal di kamar kos dengan ukuran 3 x 4 m. Kondisi
kamar kos tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu sirkulasi udara kurang dan sinar
matahari tidak masuk ke dalam kamar.
Struktur Keluarga
Ibu F mengatakan komunikasi di dalam keluarga baik. Akan tetapi saat ini Ibu F
dan Bapak N jarang berkomunikasi karena Bapak N jarang di rumah akibat
Lampiran 3
Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga untuk mengenal masalah kesehatan telah berjalan karena Ibu F
aktif mencari sendiri informasi kesehatan terlebih dengan latar belakang
pendidikan di bidang kesehatan. Akan tetapi dalam melakukan fungsi perawatan
keluarga, keluarga Bapak N belum mampu melaksanakan ini. Ibu F selalu
memeriksakan kehamilan sendiri ke poliklinik RSCM dengan kendaraan umum.
Hal ini karena tingkat aktivitas keluarga yang tinggi baik Bapak N maupun Ibu F
yang harus bekerja sebagai tuntutan kehidupan di masyarakat perkotaan. Beberapa
kendala juga dihadapi keluarga untuk melakukan fungsi perawatan keluarga
dengan baik seperti sulitnya transportasi dan perumahan yang sehat dengan harga
terjangkau di daerah perkotaan.
PENGKAJIAN POSTPARTUM
Pengalaman menyusui
Klien belum memiliki pengalaman menyusui.
Riwayat Persalinan
1. Jenis Persalinan : spontan dengan episiotomy tanggal 23 Mei 2015 pukul
08.30 WIB
2. Jenis kelamin bayi : Perempuan, BB/PB: 2300/ 46cm, A/S: 7/9
3. Perdarahan: 150 cc
4. Masalah dalam persalinan: tidak ada
Riwayat Ginekologi
1. Masalah ginekologi : tidak ada
2. Riwayat KB: belum pernah KB
3. Riwayat menarche 11 tahun, haid 1x/bulan, lamanya 5-6 hari , 2-3 kali
ganti pembalut
Lampiran 4
Thoraks (Dada)
• Jantung: kardiomegali (-), S1 S2 (+), murmur (-), gallop (-)
• Paru: pergerakan dada simetris, jejas (-), vesikuler (+), wheezing (-),
ronchi (-/-)
• Payudara : areola menghitam dan membesar, massa/benjolan (-), nyeri (-),
puting susu : tenggelam, pengeluaran ASI (+)
Masalah khusus: tidak ada
Abdomen
• Involusi Uteri
Fundus Uteri: setinggi pusat, kontraksi: padat dan keras seperti batu,
posisi: di tengah
Kandung Kemih: kosong
Diastasis Rektus Abdominis : 6 x 10 cm
Fungsi pencernaan: BU (+) 8x/mnt
Masalah khusus: tidak ada
Ekstremitas
• Ektremitas atas : edema (-), varises (-)
• Ektermitas bawah : edema (-), varises (-), tanda homan (-)
Masalah khusus: tidak ada
Eliminasi
• Urin: kebiasaan BAK sering dan sedikit-sedikit terutama pada malam hari
dapat BAK sampai 6-10 kali, saat ini sudah BAK 4 kali
• Kebiasaan BAB dua hari sekali, belum BAB setelah melahirkan.
Masalah khusus : tidak ada
Keadaan Mental
• Adaptasi psikologis: 24 jam setelah melahirkan menurut klien
perhatiannya berpusat pada dirinya, kemudian merasa cemas terhadap
kondisi bayi karena menurut dokter bayinya kemungkinan sepsis dan berat
badan tidak mencapai 2500 gram
• Penerimaan terhadap bayi: klien merasa senang karena akhirnya bayi yang
ditunggu-tunggu lahir.
Masalah khusus: ansietas
Lampiran 4
Kemampuan menyusui:
Klien bisa menyusui bayinya dan marasa senang bayi menyusu. Walaupun putting
susu klien terbenam tetapi klien tetap dapat menyusui dengan terlebih dulu
menarik putting dengan spuit seperti yang diajarkan perawat. Selain itu, klien juga
memompa ASI nya dan memberikan ASI memakai feeding cup.
Rute Jenis
Nama Obat Dosis Indikasi
pemberian Terapi
Amoksisilin 2 x 1 tab Per oral Antibotik Mencegah
infeksi
Metilprednisolon 1 x 4 mg Per oral SLE
Klorokuin 1 x 250 mg Per oral Antimalaria SLE
Lampiran 5
LAPORAN PERSALINAN
PENGKAJIAN AWAL
1. Tanggal: 22 Mei 2015 Jam: 14.30
2. Tanda-tanda vital: TD 110/70 mmHg, DN: 88x/menit, Suhu: 36.6oC, RR: 20
x/menit
3. Pemeriksaan palpasi
Abdomen LI
4. Hasil pemeriksaan dalam: belum ada pembukaan
5. Persiapan perineum: dilakukan perineum hiegine
6. Klisma tidak dilakukan
7. Pengeluaran per vaginam: tidak ada
8. Perdarahan per vaginam: tidak ada
9. Kontraksi uterus: mulai mulas-mulas (his palsu)
10. Denyut jantung janin (frekuensi, kualitas): 132 dpm, kuat dan teratur
11. Status janin: hidup, tunggal, presentasi kepala
KALA PERSALINAN
KALA I
1. Mulai persalinan: tanggal 22 Mei 2015 pukul 23.55
2. Tanda dan gejala: keluar air ketuban, perut mulas-mulas
3. TTV: TD 110/70 mmHg, DN 84 x/menit, RR 24 x/menit, Suhu 36,6 oC
4. Lama kala I 23.55 s/d 08.10 (8 jam 15 menit)
5. Keadaan psikososial: ibu cemas dan sedih karena tidak didampingi suami
6. Kebutuhan khusus klien: perhatian dan manajemen nyeri
7. Tindakan: memotivasi klien via telepon
8. Pengobatan: tidak ada
9. Observasi kemajuan persalinan: tidak terkaji
KALA II
1. Kala II dimulai tanggal 23 Mei 2015 pukul 08.10
2. TTV: TD 110/70 mmHg, DN 86 x/menit, RR 24 x/menit, Suhu 36,3 oC
3. Lama kala II 20 menit
4. Tanda dan gejala: ada rasa ingin menerean, mulas semakin sering dan sakit
5. Jelaskan upaya meneran: dilakukan bidan RSUD Budiasih
6. Keadaan psikososial: cemas
7. Kebutuhan khusus memerlukan dukungan suami atau keluarga
8. Tindakan: - (dilakukan oleh bidan RSUD Budiasih
CATATAN KELAHIRAN
1. Bayi lahir jam: 08.30
2. Nilai APGAR menit 1: 7, menit ke 5: 9
Lampiran 5
3. Perineum: episiotomi
4. Bonding ibu dan bayi dilakukan inisiasi menyusui dini
5. TTV: TD 106/60 mmHg, DN 86 x/menit, RR 22 x/menit, Suhu 36,3 oC
6. Pengobatan: infuse D5% terpasang
KALA III
1. Tanda dan gejala: keluar semburan darah dari jalan lahir
2. Plasenta lahir jam 08.45
3. Cara lahir plasenta normal
4. Karakteristik plasenta: (tidak terkaji)
5. Perdarahan 150 cc
6. Keadaan psikososial ibu merasa senang bayinya lahir selamat
7. Kebutuhan khusus nutrisi dan cairan
8. Tindakan: dilakukan oleh bidan RSUD Budi Asih menganjurkan klien minum
teh manis
9. Pengobatan: oksitosin 1 ampul
KALA IV
1. Mulai jam 08.45
2. TTV: TD 100/60 mmHg, DN 82 x/menit, RR 20 x/menit, Suhu 36,3 oC
3. Kontraksi uterus baik (keras)
4. Perdarahan 20 cc, karkteristik lochea rubra
5. Bonding ibu dan bayi dilakukan: rawat gabung
6. Tindakan: -
BAYI
1. Bayi lahir tanggal 23 Mei 2015 jam 08.30 WIB
2. Jenis kelamin: perempuan
3. Nilai APGAR: 7/9
4. BB/PB/lingkar kepala: 2300 gram/ 46 cm/ 30 cm
5. Karakteristik khusus bayi: dicurigai sepsis
6. Kaput suksedaneum/cephalhematom tidak ada
7. Suhu: 37.7oC
8. Anus: berlubang
9. Perawatan tali pusat dilakukan dengan kapas alcohol
10. Perawatan mata diberikan salep mata
Lampiran 6
MASALAH
NO DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1. DS: Proses penyakit Nyeri
Klien mengeluhkan sakit pada SLE
pinggang kiri, seperti tertusuk dan
tertekan, rasa sakit menjalar ke paha
dan kaki sampai ke jari-jari kaki kiri,
nyerinya hilang timbul
DO:
skala nyeri 4-5
TD 116/60 mmHg, DN: 80 x/menit
RR: 26 x/menit, T: 36 oC.
Ekpresi wajah kadang meringis
DO:
- Tampak kelelahan setelah berjalan
dari ruang pemeriksaan ke kamar
mandi, atau ke apotik dengan
jarang ± 10 meter.
- Tampak terengah-engah, RR 28
x/menit, DN 98 x/menit dan
berkeringat dingin.
DO:
- Sering bertanya tentang kondisi
janinnya dan diulang-ulang
- Tampak gelisah
- Skor Hamilton Rating Scale for
Anxiety 31, kategori kecemasan
berat (terlampir)
5. DS: Kesiapan
- Klien mengatakan rutin meningkatkan proses
melakukan pemeriksaan kehamilan-
kehamilan melahirkan
- Klien mengatakan sangat senang
atas kehamilannya dan menanti-
nantikan kelahiran anaknya
- Klien mengatakan telah
menyiapkan segala keperluan
untuk calon bayi
DO:
-
- Tampak aktif bertanya tentang
persiapan-persiapan untuk
melahirkan
- Melakukan diet sesuai anjuran,
- Melakukan perawatan payudara
sesuai anjuran
- Aktif mencari informasi seputar
kehamilan, melahirkan dan
membesarkan anak dari berbagai
sumber seperti internet (browsing)
- Pendidikan terakhir klien SKM
MASALAH
NO DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1. DS: Peningkatan Nyeri
Klien mengatakan seluruh perut sakit, frekuensi dan
mulas dan rasa ingin BAB intensitas
kontraksi
DO: -
2. DS: Proses persalinan Ansietas
Klien mengatakan cemas tentang
proses persalinan yang akan dihadapi
apalagi tanpa di damping keluarga
atau suami
DO: -
MASALAH
NO DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1. DS: Episiotomi Nyeri
Klien mengatakan sakit pada luka epis
terutama ketika BAK
DO:
- Vagina: integritas kulit: luka derajat 3
post perioneorafi, edema : (-), memar (-
), hematoma (-)
- REEDA (-)
DO:
- Klien tampak gelisah
- Bayi klien masih dirawat di RS
sedangkan klien sudah boleh pulang
- Bayi direncanakan echo di polianak
RSCM
- Skor Hamilton Rating Scale for Anxiety
24, kategori kecemasan sedang
(terlampir)
-
3. DS:- Faktor resiko: Resiko infeksi
pertahanan tubuh
DO: primer tidak
- Vagina: integritas kulit: luka derajat 3 adekuat (trauma
post perioneorafi, edema : (-), memar (- jalan lahir),
), hematoma (-) pertahanan tubuh
- REEDA (-) sekunder
- Perineum kurang bersih (imunitas tidak
- Konsumsi obat imunosupresi adekuat,
(metilprednisolon) penggunaan obat
imunosupresi)
berat badan dan • Klien dapat melakukan ADL tanpa keluhan untuk klien memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
proses penyakit atau keluhan minimal
SLE
4. Ansietas Setelah dilakukan intervensi 5 x pertemuan 1. Jelaskan tentang tentang SLE (pengertian, penyebab,
berhubungan selama masa prenatal, ansietas berkurang sampai tanda dan gejala), resiko yang mungkin terjadi pada
dengan perubahan dengan hilang dengan kriteria hasil: kehamilan dengan SLE, hal-hal yang harus
status kesehatan: • Klien melaporkan cemas berkurang diperhatikan dalam kehamilan dengan SLE
hamil dengan SLE • Skor kecemasan (HRS-A) < 14 2. Berikan informasi yang diperlukan klien
• Klien mengerti tentang SLE (pengertian, 3. Gunakan komunikasi terapeutik selama interaksi
penyebab, tanda dan gejala), resiko yang dengan klien
mungkin terjadi pada kehamilan dengan 4. Dengarkan keluhan klien (active listening)
SLE, hal-hal yang harus diperhatikan 5. Anjurkan klien untuk berfikir positif dalam mengatasi
dalam kehamilan dengan SLE kecemasan
6. Anjurkan klien mengatasi kecemasan dengan teknik
religious: berdoa sesuai dengan kepercayaan yang
diyakini klien
5. Kesiapan Setelah dilakukan intervensi 5 x pertemuan 1. Berikan penkes tentang proses persalinan normal
meningkatkan selama masa prenatal, pengetahuan dan perilaku 2. Berikan penkes tentang tanda-tanda persalinan dan
proses kehamilan- mempersiapkan proses kehamilan-melahirkan tanda-tanda bahaya
melahirkan meningkat, dengan kriteria hasil: 3. Berikan penkes perawatan payudara
• Klien tahu tentang proses persalinan 4. Demonstrasikan cara melakukan perawatan payudara
normal 5. Berikan penkes tentang pemberian ASI eksklusif
• Klien tahu tentang tanda-tanda persalinan 6. Motivasi klien untuk memberikan ASI eksklusif
dan tanda-tanda bahaya
• Klien mampu melakukan perawatan
payudara
• Klien mampu memberikan ASI eksklusif
Lampiran 7
Resiko infeksi dengan faktor resiko trauma Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x Mandiri
jalan lahir pertemuan selama masa postnatal, klien 1. Montor tanda-tanda infeksi, pantau
tidak mengalami infeksi dengan kriteria REEDA
hasil: 2. Edukasi dan dorong klien untuk
• Klien bebas dari tanda dan gejala meningkatkan cuci tangan dan
infeksi personal hygiene
• Menunjukkan kemampuan untuk 3. Edukasi klien tentang pentingnya
mencegah timbulnya infeksi: mampu kebersihan daerah perineum
melakukan perawatan perineum 4. Anjurkan klien sering mengganti
pembalut
5. Ajarkan klien cara melakukan
perawatan perineum
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian terapi antibiotik
Lampiran 8
DIAGNOSA
TANGGAL TEMPAT IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
7 Mei 2015 Poliklinik Nyeri berhubungan 1. Mengkaji keluhan nyeri, skala S: “nyeri pada sendi-sendi dan pinggang sejak
obstetri dengan proses nyeri, karakteristik nyeri yang sebelum hamil dan bertambah saat hamil, nyeri
RSCM penyakit SLE dirasakan Ibu seperti terjepit dan kadang terasa kaku, nyeri
2. Menganjurkan tirah baring hilang timbul”
diruang pemeriksaan karena Ibu
merasa nyeri O:
3. Mengajarkan teknik relaksasi - skala nyeri 4
napas dalam dan perubahan - klien dapat mendemonstrasikan ulang cara
posisi relaksasi: tarik nafas dalam
- ekspresi wajah klien rileks
P: intervensi diteruskan
Resiko cedera 1. Melakukan pemeriksaan ANC S: “mau kontrol rutin di poliklinik obstetri
berhubungan dengan 2. Menjelaskan kondisi kehamilan RSCM”
faktor resiko ibu dan faktor-faktor resiko
disfungsi autoimun yang membahayakan janin dan O:
(SLE) ibu • Klien memahami tentang pentingnya
3. Menjelaskan pentingnya pemeriksaan ANC teratur dan rutin
pemeriksaan ANC secara rutin • Klien dapat menyebutkan kembali bahaya
sesuai anjuran yang mungkin terjadi pada kehamilannya
Lampiran 8
P: intervensi diteruskan
Keletihan 1. Menganjurkan klien untuk S : “cape, belum bisa cuti, masuk kerja dan masih
berhubungan dengan istirahat yang cukup dapat shif sore jadi susah istirahat”
peningkatan berat 2. Menganjurkan klien tidak
badan dan proses melakukan aktivitas berat
penyakit SLE O:
- tampak kelelahan, terengah-engah setelah
berjalan dengan jarak > 10 m
- berangkat ke RSCM tanpa didampingi suami
atau keluarga
Lampiran 8
P: intervensi diteruskan
P: intervensi diteruskan
13 Mei Tempat Resiko cedera 1. Melakukan pemeriksaan ANC S: “sehat, tidak ada keluhan fisik yang berarti,
2015 kerja Ibu berhubungan dengan 2. Memotivasi dan mengingatkan besok akan kontrol di poli RSCM dan sudah
F (ruang faktor resiko klien untuk jadwal pemeriksaan dapat izin tempat kerja tapi tidak ada yang
istirahat disfungsi autoimun ANC (14 Mei 2015) mengantar ke RSCM”
karyawan) (SLE)
O:
• Klien berjanji akan meminta suami supaya
mau mengantarkan periksa besok
Lampiran 8
P: intervensi diteruskan
Keletihan Memotivasi suami untuk menjadi S : “akan mengajukan cuti minggu depan, masuk
berhubungan dengan sistem pendukung untuk klien kerja tapi shif pagi”
peningkatan berat memenuhi kebutuhan aktivitas
badan dan proses sehari-hari seperti mengantarkan O:
penyakit SLE Ibu untuk melakukan pemeriksaan - tampak lebih rileks, bisa istirahat (tidur)
kehamilan malam
- ADL dapat terpenuhi dengan bantuan suami
- Suami mau mengantar-jemput istri ke tempat
kerja
- Suami berjanji akan mengantar istri periksa
kehamilan
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
Lampiran 8
Ansietas Memberikan penkes: menjelaskan S: “lebih tenang, ternyata banyak yang normal
berhubungan dengan tentang tentang SLE (pengertian, juga bayinya meskipun ibu SLE”
perubahan status penyebab, tanda dan gejala), resiko
kesehatan: hamil yang mungkin terjadi pada O:
dengan SLE kehamilan dengan SLE, hal-hal - Tampak lebih rileks
yang harus diperhatikan dalam - Klien dapat menyebutkan kembali
kehamilan dengan SLE pengertian, penyebab, tanda dan gejala SLE
- Klien dapat menyebutkan kembali resiko
yang mungkin terjadi pada kehamilan
dengan SLE
- Klien dapat menyebutkan kembali hal-hal
yang harus diperhatikan dalam kehamilan
dengan SLE
- Selama 30 menit klien bercerita tentang
perasaannya dan kesulitannya selama 1
minggu ini
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi diteruskan
14 Mei Poliklinik Nyeri berhubungan 1. Mengajarkan teknik relaksasi: S: “nyeri pada sendi-sendi dan pinggang
2015 obstetri dengan proses distraksi berkurang dengan parktik tarik nafas dalam dan
RSCM penyakit SLE 2. Menganjurkan klien untuk ubah posisi”
berada di lingkungan yang
tenang dan nyaman ketika nyeri O:
- skala nyeri 3
- klien mampu mempraktikkan teknik relaksasi
tarik nafas dalam dan mengubah posisi yang
Lampiran 8
nyaman
- klien memutuskan untuk menggunakan teknik
distraksi mendengarkan musik instrumental
yang disukai dan menonton TV
- ekspresi wajah klien rileks
P: intervensi diteruskan
Resiko cedera 1. Melakukan pemeriksaan ANC S: “mulas-mulas tidak ada, keluar air-air tidak
berhubungan dengan 2. Menjelaskan pentingnya ada, lendir darah tidak ada, gerakan bayi aktif”
faktor resiko menjalani terapi SLE (minum
disfungsi autoimun obat) sesuai anjuran, manfaat
(SLE) serta efek sampingnya O:
3. Menjelaskan pentingnya untuk - Datang periksa ditemani suami
tetap melakukan pemeriksaan - Patuh minum obat yang diberikan
rutin SLE di poli reumatologi - Rutin kontrol di poli reumatologi
- Keadaan umum: baik, CM
- TD 113/62 mmHg DN: 85 x/menit RR: 18
kali/menit. Suhu 36 oC
- Status obstetric: TFU 3 jari bawah prosesus
xipoideus (29 cm) punggung kiri, presentasi
kepala 4/5 His negative, DJJ 139 dpm
- SLEDAI score 3
P: intervensi diteruskan
Ansietas 1. Memberikan informasi yang S: “lebih tenang, ternyata banyak yang normal
berhubungan dengan diperlukan klien juga bayinya meskipun ibu SLE”
perubahan status 2. Menggunakan komunikasi
kesehatan: hamil terapeutik selama interaksi O:
dengan SLE dengan klien - Tampak lebih rileks
3. Mendengarkan keluhan-keluhan - Klien dapat menyebutkan kembali
klien (active listening) pengertian, penyebab, tanda dan gejala SLE
4. Menganjurkan klien untuk - Klien dapat menyebutkan kembali resiko
berfikir positif dalam mengatasi yang mungkin terjadi pada kehamilan
kecemasan dengan SLE
- Klien dapat menyebutkan kembali hal-hal
yang harus diperhatikan dalam kehamilan
dengan SLE
- Selama 30 menit klien bercerita tentang
perasaannya dan kesulitannya selama 1
minggu ini
P: intervensi diteruskan
Kesiapan 1. Memberikan penkes perawatan S: “senang bisa belajar cara perawatan payudara,
meningkatkan proses payudara mau beri ASI ekslusif untuk bayi kalau sudah
kehamilan- 2. Memberikan penkes tentang lahir”
melahirkan pemberian ASI eksklusif
3. Memotivasi klien untuk O:
Lampiran 8
P: intervensi diteruskan
20 Mei Rumah Nyeri berhubungan 1. Melakukan pemeriksaan TTV S: “nyeri berkurang dengan melakukan teknik-
2015 Ibu F dengan proses 2. Mengkaji nyeri dan teknik yang diajarkan”
(kosan) penyakit SLE mengevaluasi penggunaan O:
teknik relaksasi yang telah - skala nyeri 2
diajarkan dan dianjurkan - klien mampu mempraktikkan teknik relaksasi
tarik nafas dalam dan mengubah posisi yang
nyaman
- klien menggunakan teknik distraksi
mendengarkan musik instrumental dan
menonton TV
- ekspresi wajah klien rileks
- TD: 100/60 mmHg, DN: 82 x/menit
P: intervensi dihentikan
Resiko cedera 1. Melakukan pemeriksaan ANC S: “mulas-mulas tidak ada, keluar air-air tidak
berhubungan dengan 2. Mengingatkan klien untuk ada, lendir darah tidak ada, gerakan bayi kurang
faktor resiko melakukan pemeriksaan ANC aktif, tanggal 22 akan datang periksa di poli
Lampiran 8
P: intervensi diteruskan
P: intervensi diteruskan
22 Mei Poliklinik Resiko cedera Melakukan pemeriksaan ANC S: “ada mulas-mulas seperti keram perut, keluar
2015 obstetri berhubungan dengan air-air tidak ada, lendir darah tidak ada, gerakan
RSCM faktor resiko bayi kurang aktif”
disfungsi autoimun
(SLE) O:
- Datang periksa diantar suami
- Patuh minum obat yang diberikan
- Rutin kontrol di poli reumatologi
- Keadaan umum: baik, CM
- TD 113/62 mmHg DN: 85 x/menit RR: 18
kali/menit. Suhu 36 oC
- Status obstetric: TFU 27 cm punggung kanan,
presentasi kepala, masuk PAP 4/5, DJJ 148
dpm
- Braxton his (+)
- Hasil USG: hamil 37 minggu (serial) dengan
aktivitas dan pertumbuhan janin normal, tidak
tampak kelainan anatomi janin, tidak tampak
Lampiran 8
hipoperfusi janin
P: intervensi diteruskan
P: intervensi dihentikan
Lampiran 8
DIAGNOSA
TANGGAL TEMPAT IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
24 Mei Ruang Nyeri berhubungan 1. Mengkaji keluhan nyeri, skala S: “sakit pada luka epis, terutama waktu BAK”
2015 rawat dengan episiotomy nyeri, karakteristik nyeri.
nifas 2. Menganjurkan klien melakukan O:
RSUD teknik relaksasi napas dalam, - Skala nyeri 3
Budi Asih perubahan posisi, dan distraksi - Ekspresi wajah meringis
yang telah diajarkan
3. Menganjurkan klien minum A: masalah belum teratasi
obat analgesik yang diberikan
perawat ruangan P: intervensi diteruskan
26 Mei Kosan Ibu Nyeri berhubungan Memantau nyeri pada klien S: “sakit pada luka epis berkurang dan jarang”
2015 F dengan episiotomi (evaluasi manajemen nyeri yang
dilakukan klien)
O:
- Skala nyeri 1
Lampiran 8
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
P: intervensi diteruskan
Resiko infeksi 1. Montor tanda-tanda infeksi, S: “belum tahu cara perawatan perineum rutin”
dengan faktor resiko pantau REEDA
trauma jalan lahir 2. Edukasi dan dorong klien O:
untuk meningkatkan cuci - Klien mempraktikkan cara cuci tangan yang
Lampiran 8
P: intervensi diteruskan
29 Mei Poliklinik Ansietas 1. Mengkaji tingkat kecemasan S: “deg-degan menunggu bayi diperiksa”
2015 anak berhubungan dengan klien
RSCM peran orangtua baru, 2. Menemani klien melakukan O:
(Gedung bayi beresiko tinggi pemeriksaan bayi - tampak gelisah
Lampiran 8
Kiara) pada Ibu F di 3. Mendengarkan keluhan klien - Klien bercerita tentang proses persalinannya
keluarga Bapak N (active listening)
A: masalah cemas teratasi sebagian
P: intervensi diteruskan.
6 Juni 2015 Rumah Ansietas Mengevaluasi cemas dengan S: “merasa lebih tenang, bayi baik-baik saja”
keluarga berhubungan dengan instrumen HRS-A
Bapak N peran orangtua baru, O:
(rumah bayi beresiko tinggi - Ekspresi wajah rileks
orang tua pada Ibu F di - skor HRS-A: 14
Ibu F) keluarga Bapak N
A: masalah cemas teratasi
P: intervensi dihentikan
Resiko infeksi Melakukan pemeriksaan perineum S: “darah nifas masih ada tapi sedikit, sudah
dengan faktor resiko melakukan perawatan perineum rutin”
trauma jalan lahir O:
Perineum tampak bersih, tidak kemerahan,
edema (-), ekimosis (-), drainase (-), jahitan luka
menutup rapat
P: intervensi dihentikan
Lampiran 9
VARIABEL 0 1 2 3 4
1. Perasaan cemas
a. Cemas
b. Firasat buruk
c. Takut akan pikiran sendiri
d. Mudah tersinggung
2. Ketegangan
a. Merasa tegang
b. Lesu
c. Tidak bisa istirahat dengan tenang
d. Mudah terkejut
e. Mudah menangis
f. Gemetar
g. Gelisah
3. Ketakutan
a. Pada gelap
b. Pada orang asing
c. Ditinggal sendiri
d. Pada binatang besar
e. Pada keramaian lalu lintas
f. Pada kerumunan banyak orang
4. Gangguan tidur
a. Sukar masuk tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidur tidak nyenyak
d. Bangun dengan lesu
e. Banyak mimpi-mimpi
f. Mimpi buruk
g. Mimpi menakutkan
Lampiran 9
5. Gangguan kecerdasan
a. Sukar konsentrasi
b. Daya ingat menurun
c. Daya ingat buruk
Kategori:
< 14 = tidak ada kecemasan
14 – 20 = kecemasan ringan
21- 27 = kecemasan sedang
28 – 41 = kecemasan berat
42 – 56 = kecemasan berat sekali/ panik