S. Asikin
Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra)
Jl. Kebun Karet, Loktabat Banjarbaru, Kalimantan Selatan
e-mail :
ABSTRAK
Serangga merupakan makhluk yang paling banyak menghuni permukaan bumi ada yang
hidup di air, tanah dan tanaman. Serangga ada yang bersifat merugikan manusia yang
disebut dengan hama dan ada yang menguntungkan bagi manusia seperti hama penyerbuk,
parasitoid dan predator. Umumnya hama maupun serangga yang menguntungkan
mempunyai tempat berlindung atau inang alternatif. Makalah ini bertujuan untuk
mengetahui keanekaragaman serangga yang berasosiasi pada tumbuhan liar dominan di
lahan rawa pasang surut. Hasil penelitian Balittra (Balai Penelitian Tanaman Pangan Lahan
Rawa), bahwa di lahan rawa pasang surut cukup beraneka ragam serangga yang ditemukan
pada padi maupun pada inang alternatif lainnya yang tumbuh dominan seperti rumput purun
tikus (Eleocharis dulcis), rumput bulu babi (Eleocharis retroflata), kelakai (Stenochiaena
palutris), perupuk (Phragmites karka), rumput bundung (Scirpus grosus), rumput purun
kudung (Lepironea articulata), banta (Leersia hexandra) dan kumpai bura-bura (Panicum
refens). Serangga yang ditemukan pada gulma-gulma yang dominan tersebut antara lain
yaitu jenis serangga hama adalah jenis wereng, hama putih palsu, kepik, jenis belalang
perusak daun dan penggerek batang padi. Jenis serangga yang menguntungkan antara lain
jenis parasitoid yaitu ordo Hymenoptera (Telenomus rowani, Tetrastichus schoenobii,
Trichogramma sp, Elasmus sp), ordo Deptera (Pipunculus mutillatus), dan beberapa jenis
parasitoid lainnya. Jenis predator antara lain Ordo Arachnida (Tetragnatha japonica, T.
mandibulata, T. maxillosa, Lycosa pseodoannulata, Agriope sp., Oxyopes sp.) Coleaoptera
(Paederus sp., Ophionea indica, O. ishii-ishii), Odonata (Orthetrum Sabina-sabina,
Ischnura senegalensis, Agriocnemis femina femina), Orthoptera (Conoepalus longipenis),
Diptera (Anatrichus pygmaeus) dan Hymenoptera. Oleh karena itu gulma-gulma tersebut
harus dipertahankan keberadaannya sebatas untuk keperluan konservasi musuh alami.
Kata kunci : Serangga, musuh alami, asosiasi, tumbuhan liar, pasang surut.
Pendahuluan
Serangga merupakan kelas terbesar dari filum artropoda dan makhluk yang paling
banyak menghuni permukaan bumi ini ada yang hidup di air, tanah dan tanaman. Sebagian
besar dari kelas serangga tersebut ada yang bersifat merugikan manusia yang disebut dengan
hama dan ada yang menguntungkan seperti hama penyerbuk, penghasil madu, penghasil
benag sutera, sebagai sumber bahan makanan, parasitoid dan predator.
Kesimpulan
Serangga yang berasosiasi dengan tumbuhan atau gulma dominan lahan rawa pasang
surut cukup bervasiasi dari ordo Arachnida, Hemiptera, Orthoptera, Diptera, Lepidoptera,
Coleoptera, Homoptera, dan Odonata, dan dijumpai sebagain besar merupakan habitat bagi
musuh-musuh alai seperti jenis predator seperti beberapa jenis laba-laba, capung, kumbang
karabit ,belalang dan jenis semut, sedangkan parasitoid adalah yang terbanyak parasitoid
telur dan larva. Untuk memelihara beberapa jenis musuh alami tersebut selalu ada di
ekosistem semi alami perlu memelihara gulma-gulma pada daerah yang bukan explosif
tikus, gulma-gulma tersebut digunakan untuk konservasi musuh-musuh alami.
Asikin, S. dan M. Thamrin. 1999. Peranan Purun tikus (Eleocharis dulcis) Sebagai
Tanaman Perangkap Hama Penggerek Batang Padi Putih. Disampaikan pada
Seminar 27 – 28 Juli. Balai Penelitian Tanaman Pangan Lahan Rawa. Banjarbaru.
9p.
Asikin, S., M.Thamrin dan A. Budiman. 2000/2001. Purun Tikus (Eleocharis dulcis)
(Burm.F.) Henschell Sebagai Agensia Pengendali Hama Penggerek Batang Padi dan
Konservasi Musuh Alami di Lahan Rawa Pasang Surut. Prosiding Simposium
Keanekagaragam Hayati dan Sistem Produksi Pertanian Cipayung, 16-18 Nopember
2000.
Asikin dan M.Thamrin. 2001. Observasi Peletakkan Kelompok Telur Penggerek Batang
Padi Putih di Lahan Rawa. Hasil Penelitian Balittra.
Budiman., A., M.Thamrin dan S.Asikin. 1988. Beberapa Jenis Gulma di Lahan Pasang
Surut Kalimantan Selatan dan Tengah Dengan Tingkat Kemasaman Tanah Yang
Berbeda. Prosiding Konperensi KeIX HIGI. Bogor 22-24 Maret 1988.
Baehaki. SE. 2001. Peningkatan Agens Hayati Dalam Pengelolaan Ekosistem Secara
Kuantitatif. Makalah disampaikan Pada Simposium Pengendalian Hayati Serangga.
Sukamandi, 14-15 Maret 2001.
DeBach P. 1974. Biological Control by Natural Enemies, Cambridge Univ, Press. 323 pp.
Kalshoven, L.G.E. and P.A. van der Laan. 1981. The pest of crops in Indonesia. P.T.
Ichtiar Baru. Van Hoeve, Jakarta.
van den Bosch R and AD Telford. 1964. Environmental modification and biological
control, pp 459-488. In DeBach P. (ed.). Biological Control of Insect Pest and Weed.
Chapman and Hall, Ltd. London
Sunjaya, P.I. 1970. Dasar-Dasar Serangga. Bagian Ilmu Hama Tanaman Pertanian. IPB.
Bogor.
Seigber, D.S. 1983. Role of Lipid in Plant Resistance to Insect. Pp 303-327. In P.A.
Herdin (eds). Plant Resistance to Insect, Amr, Chem. Soc. Ser. Washington D.C.
p208.
Siswanto dan I. M.Trisawa. 2001. Keanekaragaman Serangga yang Berasosiasi dengan
Tanaman Obat di Kebun Koleksi Balittro. Prosiding Simposium Kearekaragaman
Hayati Artropoda pada Sistem Produksi Pertanian. Perhimpunan Entomologi
Indonesia dan Yayasan Kearekaragaman Hayati Indonesia. Cipayung, 16-18 Oktober
2000.