Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH KENAIKAN FREKUENSI GETARAN AKUSTIK

TERHADAP JUMLAH PERGESERAN FRINJI


PADA INTERFEROMETER MICHELSON

Nurilda Hayani1, Nurma Sari2, Arfan Eko Fahrudin2

Abstrak: Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh kenaikan frekuensi getaran


akustik terhadap jumlah pergeseran frinji pada interferometer Michelson. Dalam
penelitian ini digunakan program MATLAB 7.0 untuk membangkitkan getaran akustik
dengan frekuensi (fMATLAB) 8 s.d 40 Hz. Cermin getar digetarkan dengan bantuan
speaker yang sudah terhubung ke program MATLAB 7.0 pada PC, sedangkan cermin
geser digeser dengan bantuan mikrometer sekrup sejauh 10-6 m. Berdasarkan data
pengamatan, semakin besar nilai fMATLAB maka semakin banyak jumlah pergeseran frinji
(ΔN) yang terjadi. Hasil plot grafik hubungan fMATLAB dan ΔN memberikan persamaan
karakteristik grafik ΔN = 1,054 fMATLAB + 14,57. Nilai error akurasi data terbesar adalah
18,900 sedangkan nilai error akurasi data terkecil adalah 0,633. Nilai error akurasi data
rata-rata adalah 5,351 sehingga diperoleh ketelitian sebesar 94,649%. Nilai f’ dihitung
berdasarkan nilai pergeseran cermin (Δd) dan jumlah pergeseran frinji (ΔN). Nilai f’ yang
diperoleh saat cermin getar tidak digetarkan (fMATLAB = 0) adalah nilai frekuensi laser
helium neon (fHeNe), sedangkan nilai f’ yang diperoleh saat cermin getar digetarkan
(fMATLAB ≠ 0) adalah frekuensi gabungan dari nilai frekuensi laser helium neon (fHeNe) dan
nilai frekuensi getaran akustik (fMATLAB).

Kata kunci: getaran akustik, frinji, Interferometer Michelson.

PENDAHULUAN kesejajaran, serta mendeteksi adanya


Peristiwa interferensi cahaya getaran.
dapat diamati dengan alat optik Prajitno S., 2007, menyatakan
Interferometer Michelson. Peristiwa bahwa sistem interferometer yang
interferensi cahaya akan digunakan untuk mendeteksi getaran
menghasilkan pola gelap terang akustik dapat juga mendeteksi sinyal
(Soedojo, 1992). Seiring dengan getaran akustik yang dikirim. Pada
perkembangan zaman, aplikasi penelitiannya, salah satu cermin
interferometer semakin meluas, Interferometer Michelson digetarkan
diantaranya dapat digunakan untuk dengan getaran akustik berfrekuensi
menentukan panjang gelombang 180 dan 290 Hz. Pergeseran frinji
sumber cahaya, sebagai sensor diamati dengan detektor PIN diode
pergeseran, menentukan tebal bahan sehingga sinyal dapat diterima
tipis, mengukur kerataan dan selanjutnya diolah dengan bantuan

1 Alumni Mahasiswa Program Studi Fisika FMIPA UNLAM


2 Staff Pengajar Mahasiswa Program Studi Fisika FMIPA UNLAM
166
167 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 10 No. 2, Agustus 2013 (166–178)

Fast Fourier Transform (FFT). Analisa Pada penelitian ini, pengambilan


sinyal dalam spektrum frekuensi data dilakukan dengan variasi
menunjukkan bahwa sinyal getaran frekuensi secara acak (20, 25, 30, 75,
akustik 180 dan 290 Hz dapat 90, 100, 120 dan 140Hz). Dalam hasil
dideteksi walaupun masih banyak perhitungan, selisih nilai frekuensi awal
noise (berupa sekumpulan sumber dan nilai frekuensi yang terdeteksi
frekuensi yang muncul bersama-sama semakin besar untuk nilai frekuensi
dengan frekuensi sinyal sebesar 180 awal yang cukup besar seperti 100,
dan 290 Hz) yang ikut terdeteksi. 120, dan 140 Hz.
Penelitian Kosijanto, dkk., 1999, Berdasarkan beberapa penelitian
menyebutkan bahwa variasi intensitas tersebut, maka dilakukan kajian awal
interferensi muncul akibat adanya pengaruh kenaikan frekuensi getaran
modulasi fasa. Modulasi fasa dapat akustik terhadap jumlah pergeseran frinji
timbul bila salah satu cermin pada dengan, getaran akustik dibangkitkan
lengan Interferometer Michelson dengan menggunakan program MATLAB
bergetar. Dengan kata lain, jika salah 7.0.
satu cermin Interferometer Michelson Gelombang bunyi adalah
digetarkan, maka terjadi modulasi gelombang yang dirambatkan sebagai
fasa yang menyebabkan variasi gelombang mekanik longitudinal yang
intensitas interferensi. Variasi dapat menjalar dalam medium padat,
interferensi ini akan tampak pada pola cair dan gas. Medium gelombang bunyi
frinji yang terbentuk pada layar. adalah molekul yang membentuk bahan
Proses penelitian yang dilakukan medium mekanik (Sutrisno, 1988). Kone
Kosijanto ini hampir sama dengan dan Sterheim, 1988, mendefinisikan
proses penelitian yang dilakukan oleh bahwa sebuah gelombang suara yaitu,
Santoso Prajitno. Kosijanto terjadinya sebuah gangguan mekanika
menggunakan bantuan komputer dan yang terkoordinasi dan melibatkan
bahasa Pascal untuk pengamatan sejumlah banyak molekul, dimana
frinji. Sinyal yang telah dideteksi tidak molekul tersebut bergerak dan
dapat langsung menunjukkan nilai bertumbukan ketika sebuah gangguan
frekuensi sehingga diperlukan gelombang datang dan melewatinya.
perhitungan tersendiri untuk Cahaya merupakan gelombang
mengetahui nilai frekuensi yang transversal. Berbagai teori tentang
terdeteksi. fenomena cahaya diantaranya.
Handayani, N., dkk., Pengaruh Kenaikan Frekuensi Getaran Akustik.............168

Persamaan umum gelombang Persamaan 6 adalah persamaan


memenuhi bentuk persamaan 1: getaran sinusoidal di suatu titik. Periode

= (1) getarnya (T) diberikan oleh:


≡ = ⇔ = = 2 (7)
χ adalah persamaan gelombang dalam
yang bergerak sepanjang sumbu z f adalah frekuensi gelombang dalam
dalam waktu t dan v adalah cepat satuan Hertz. Untuk suatu fase tertentu
rambat gelombang dalam satuan m/s. dari gelombang, pola gelombang
Bentuk umum penyelesaian persamaan tersebut akan tetap selama nilai kx − ωt
(1) adalah semua fungsi yang tetap, sehingga dengan berjalannya
berbentuk waktu, nilai kz juga harus bertambah
χ , = χ ± (2) dan pola gelombang akan merambat ke
Bentuk yang cukup sederhana yang kanan dengan kecepatan (v) yang
menggambarkan gelombang sinusoidal diberikan oleh
adalah penyelesaian yang berbentuk = ⇔ = = (8)
, = sin( ± + ) (3) (Satriawan, 2007)
dengan A adalah amplitudo gelombang
dalam satuan meter, k adalah jumlah Superposisi Gelombang
gelombang atau bilangan gelombang Dua buah gelombang dapat
per 2π satuan panjang, ω adalah dijumlahkan atau disuperposisikan. Ada
frekuensi sudut dalam satuan rad/sekon beberapa keadaan yang ditinjau, yang
dan φ adalah fase gelombang. Untuk pertama adalah keadaan dua
suatu waktu t tertentu (misalkan t = 0, gelombang dengan frekuensi sudut (ω)
dan φ = 0) maka dan bilangan gelombang (k) sama
, = sin( ) (4) tetapi fase (φ) berbeda. Keadaan kedua
Berikut adalah persamaan sinusoidal adalah keadaan dua gelombang
dengan jarak dari satu fase ke fase dengan frekuensi sudut (ω) dan
berikutnya diberikan oleh bilangan gelombang (k) sama, tetapi
≡ = ⇔ = (5) arah gerak (v) berlawanan. Keadaan

λ adalah panjang gelombang dalam ketiga adalah keadaan dua gelombang

meter. Untuk suatu posisi tertentu dengan frekuensi sudut (ω) dan
(misalkan z = 0, dan φ = 0) maka, bilangan gelombang (k) berbeda.

, = − sin (6) Dua gelombang dengan


frekuensi sudut (ω) dan bilangan
gelombang (k) sama tetapi fase (φ) = (22)
berbeda ( )
= (23)
= sin − + (9)
(Satriawan, 2007)
= sin − + (10)
Penjumlahan kedua gelombang ini Interferensi Cahaya
menghasilkan Interferensi adalah superposisi
= + = 2 sin − + dua gelombang atau lebih yang
cos ( ) (11) bertemu pada satu titik di ruang.
Dengan Apabila dua gelombang yang
( ) berfrekuensi dan berpanjang
= (12)
( )
gelombang sama tapi berbeda fase
= (13)
bergabung, maka gelombang yang
Dua gelombang dengan frekuensi sudut dihasilkan merupakan gelombang yang
(ω) dan bilangan gelombang (k) sama, amplitudonya tergantung pada
tetapi arah gerak (v) berlawanan perbedaan fasenya. Jika perbedaan
= sin − (14) fasenya 0 atau bilangan bulat kelipatan
= sin + (15) 3600, maka gelombang akan sefase
Penjumlahan kedua gelombang ini dan berinterferensi secara saling
menghasilkan menguatkan (interferensi konstruktif)
= + = 2 sin cos (16) dan amplitudonya sama dengan
Dua gelombang dengan frekuensi sudut penjumlahan amplitudo masing-masing
(ω) dan bilangan gelombang (k) gelombang. Jika perbedaan fasenya
berbeda 1800 atau bilangan ganjil kali 1800,
= sin − (17) maka gelombang yang dihasilkan akan
= sin − (18) berbeda fase dan berinterferensi secara
Penjumlahan kedua gelombang ini saling melemahkan (interferensi
menghasilkan destruktif). Amplitudo yang dihasilkan
= + = 2 sin − + merupakan perbedaan amplitude
cos − (19) masing-masing gelombang (Tipler,

dengan 1991).

= (20)
Prinsip Interferometer Michelson
= (21) Suatu alat yang dirancang untuk
menghasilkan pola interferensi dari
Handayani, N., dkk., Pengaruh Kenaikan Frekuensi Getaran Akustik.............170

perbedaan panjang lintasan disebut Interferometer dikembangkan


interferometer optik. Interferometer oleh A. A. Michelson tahun 1881
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu menggunakan prinsip membagi
169 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 10 No. 2, Agustus 2013 (166–178)
interferometer pembagi muka amplitudo gelombang cahaya menjadi
gelombang dan interferometer pembagi dua bagian yang berintensitas sama.
amplitudo. Pada pembagi muka Pembelahan amplitudo gelombang
gelombang, muka gelombang pada menjadi dua bagian dilakukan dengan
berkas cahaya pertama di bagi menjadi menggunakan pemecah sinar (beam
dua, sehingga menghasilkan dua buah splitter). Pola interferensi yang
berkas sinar baru yang koheren, dan terbentuk pada interferometer
ketika jatuh di layar akan membentuk Michelson lebih tajam, lebih jelas dan
pola interferensi yang berwujud garis jarak antar frinjinya lebih sempit
gelap terang berselang-seling. Di dibanding interferometer yang lain, baik
tempat garis terang, gelombang- interferometer Fabry Perot maupun
gelombang dari kedua celah sefase Twymen Green (Halliday dan Resnick,
sewaktu tiba di tempat tersebut. 1999).
Sebaliknya di tempat garis gelap, Interferometer Michelson
gelombang-gelombang dari kedua merupakan seperangkat peralatan yang
celah berlawanan fase sewaktu tiba di memanfaatkan gejala interferensi.
tempat tersebut (Soedojo, 1992). Prinsip interferensi adalah kenyataan
Untuk pembagi amplitudo, bahwa beda lintasan optik (d) akan
diumpamakan sebuah gelombang membentuk suatu frinji (Halliday dan
cahaya jatuh pada suatu lempeng kaca Resnick, 1999). Oleh permukaan beam
yang tipis. Sebagian dari gelombang splitter (pembagi berkas) cahaya laser,
akan diteruskan dan sebagian lainnya sebagian dipantulkan ke kanan dan
akan dipantulkan. Kedua gelombang sisanya ditransmisikan ke atas. Bagian
tersebut tentu saja mempunyai yang dipantulkan ke kanan oleh suatu
amplitudo yang lebih kecil dari cermin datar (cermin 1) akan
gelombang sebelumnya. Ini dapat dipantulkan kembali ke beam splitter
dikatakan bahwa amplitude telah yang kemudian menuju ke screen
terbagi. Jika dua gelombang tersebut (layar). Adapun bagian yang
bisa disatukan kembali pada sebuah ditransmisikan ke atas oleh cermin
layar maka akan dihasilkan pola datar (cermin 2) juga akan dipantulkan
interferensi (Hecht, 1992). kembali ke beam splitter, kemudian
171 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 10 No. 2, Agustus 2013 (166–178)

bersatu dengan cahaya dari cermin 1 cahaya yang saling berinterferensi.


menuju layar, sehingga kedua sinar Semakin besar beda lintasan optik
akan berinterferensi yang ditunjukkan antara kedua cahaya akan
dengan adanya pola-pola cincin gelap- menyebabkan pola-pola interferensi
terang (frinji) (Soedojo, 1992). (frinji) semakin banyak. Demikian pula
sebaliknya, semakin kecil beda lintasan
1 lensa optik akan mengakibatkan jumlah frinji
2 semakin sedikit.
beam splitter

4
Metode Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan
3
membuat program pembangkit getaran
Gambar 1. Skema Interferometer
Michelson dengan 1. Laser, 2. Cermin akustik dengan frekuensi 8 s.d 40 Hz
1, 3. Cermin 2 dan 4. Layar dalam program MATLAB 7.0 dengan
(Falah,____)
listing
Pengukuran jarak yang tepat
dapat diperoleh dengan menggerakan
cermin pada Interferometer Michelson
dan menghitung frinji interferensi yang
bergerak atau berpindah, dengan
acuan suatu titik pusat, sehingga Selanjutnya menyusun peralatan
diperoleh jarak pergeseran yang seperti Gambar 2 pada meja optik
berhubungan dengan perubahan frinji dengan keterangan gambar adalah 1.
sebesar Laser He-Ne, 2. Cermin geser, 3. Beam
= ⇔ = (24) splitter, 4. Cermin getar 5. Layar, 6.
dengan ∆d adalah perubahan lintasan Speaker, 7. Lensa ,
optis, λ adalah nilai panjang gelombang
sumber cahaya dan ∆N adalah
perubahan jumlah frinji (Phywe,2006).
Penelitian Masroatul Falah,
menyatakan banyak atau sedikitnya
jumlah frinji yang terbentuk tergantung
pada beda lintasan optik antara kedua Gambar 2. Susunan peralatan
penelitian
Handayani, N., dkk., Pengaruh Kenaikan Frekuensi Getaran Akustik.............172

Berikutnya menyalakan sumber laser sumber getaran akustik 8 Hz (fMATLAB)


helium neon dan menggeser letak dengan frekuensi laser helium neon
cermin geser sejauh 1 putaran (10-6 m) (fHe-Ne). Pengamatan dilakukan secara
untuk mendapatkan pola frinji (pola berulang untuk setiap kenaikan fMATLAB
gelap terang). Setelah pola frinji tampak sebesar 2 Hz dalam jangkauan
jelas terlihat di layar, selanjutnya frekuensi 8 s.d 40 Hz dan perhitungan
menghitung jumlah pergeseran frinji nilai f’ untuk masing-masing nilai
(ΔN) sebagai nilai acuan dalam fMATLAB. Karena f’ adalah gabungan
menentukan frekuensi gelombang laser fMATLAB dan fHe-Ne, maka berdasarkan
He-Ne. Nilai frekuensi laser helium persamaan (21) dirumuskan
Neon (fHe-Ne) dihitung dengan +

=
menggunakan persamaan (24). 2
= 2 ′
− (25)
Selanjutnya, mendekatkan speaker
yang sudah terhubung dengan PC ke Jika Interferometer Michelson

cermin tetap (cermin getar) pada digetarkan dengan suatu frekuensi

Interferometer Michelson dan gelombang bunyi (fg) yang tidak

menjalankan program pada MATLAB diketahui nilainya, maka dengan

7.0 untuk membangkitkan getaran menghitung jumlah pergeseran frinji

akustik 8Hz (fMATLAB), kemudian (ΔN) dan dengan menggunakan

mengamati serta menghitung jumlah perumusan pada persamaan (25),

pergeseran frinji (ΔN). Nilai pergeseran dapat diketahui nilai fg, yaitu

cermin (Δd=10-6 m) dan jumlah = 2 ′


− (26)

pergeseran frinji (ΔN) ini digunakan Secara umum metodologi


untuk mengetahui nilai f’, yaitu penelitian ini disusun dengan diagram
frekuensi gabungan antara frekuensi blok sebagai berikut

Variasi nilai frekuensi pada speaker yang didekatkan


dengan cermin tetap

Interferometer Pola Analisa


Michelson Frinji

Kesimpulan
Menggeser cermin geser sejauh
satu putaran (= 1 μm)

Gambar 3. Diagram blok metode penelitian


173 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 10 No. 2, Agustus 2013 (166–178)

HASIL DAN PEMBAHASAN Persamaan gelombang yang


Pembangkit Getaran Akustik dengan digunakan adalah persamaan
Program MATLAB 7.0
gelombang kosinus dengan amplitudo
Sumber getaran akustik (A) sebesar 500 (skala pada
dibangkitkan dengan bantuan program sumbu_y). Range nilai t adalah
MATLAB 7.0. Hasil running program t=0:1/Fs:10 sehingga jangkauan nilai t
pembangkit getaran akustik (skala pada sumbu x) adalah 8000 x
ditunjukkan oleh Gambar 7. Variabel 10 atau 8 x 104. Variasi nilai frekuensi
Fs adalah nilai frekuensi sampling dan didapatkan dengan mengubah
t adalah lama waktu running program. variabel ’frek’ pada listing program.

500

400

300

200

100

-100

-200

-300

-400

-500
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
4
x 10

Gambar 4. Hasil Running Program Pembangkit Getaran Akustik

Pergeseran Frinji Terhadap Variasi bergerak menuju pusat adalah jumlah


Frekuensi
pergeseran frinji (ΔN).
Frinji adalah pola gelap terang
yang terbentuk saat terjadi interferensi
cahaya pada Interferometer
Michelson. Perhitungan pergeseran
pola frinji dilakukan dengan
menentapkan pola acuan. Saat salah
satu cermin Interferometer Michelson
digeser sejauh Δd maka akan
terbentuk pola frinji yang bergerak
Gambar 5. Pola frinji
menuju pusat (sesuai arah panah
pada gambar 8). Jumlah frinji yang
Hasil pengamatan jumlah
pergeseran frinji (ΔN) terhadap variasi
frekuensi getaran akustik (fMATLAB) dan menunjukkan bahwa error data
dapat ditunjukkan pada Tabel 1 dan terbesar adalah 18,900 sedangkan
Handayani, N., dkk., Pengaruh Kenaikan Frekuensi Getaran Akustik.............174
menunjukkan bahwa kenaikan error data terkecil adalah 0,633. Nilai
frekuensi getaran akustik (fMATLAB) error akurasi rata-rata adalah 5,351
berbanding lurus dengan jumlah sehingga nilai ketelitiannya sebesar
pergeseran frinji (ΔN). Semakin besar 100% - 5,351% = 94,649%.
nilai fMATLAB, maka semakin besar nilai
Grafik Pengaruh Frekuensi
ΔN. Getaran Akustik Terhadap
60 Pergeseran Frinji
Tabel 1. Data pengaruh kenaikan

Banyak Pergeseran (ΔN)


frekuensi getaran akustik terhadap 40
jumlah pergeseran frinji (ΔN)
Frekuensi Jumlah 20
ΔN = 1.054 fMATLAB + 14.57
getaran akustik pergeseran frinji R² = 0.990

0
(f MATLAB ); (Hz) (ΔN)
0 20 40 60
0 12 Frekuensi (Hz)
8 24
Gambar 9. Grafik Pengaruh Kenaikan f
10 27
MATLAB terhadap ΔN
12 28
14 29
16 33 Pada kondisi acuan, yaitu saat
18 35 cermin tidak digetarkan (fMATLAB = 0)
20 37
22 38 diperoleh jumlah pergeseran frinji (ΔN)
24 41 sebanyak 12 kali. Dengan
26 43
28 45
menggunakan persamaan (24)
30 46 diperoleh nilai frekuensi gelombang
32 48
laser helium neon adalah 1,80 x 1015
34 50
36 51 Hz. Pengambilan data selanjutnya
38 53 menggunakan fMATLAB sebesar 8 Hz.
40 56
Hal ini dikarenakan nilai rentang

Gambar 6 menghasilkan frekuensi yang dapat diterima speaker

persamaan karakteristik yang diperoleh adalah 8 s.d 22 kHz. Frekuensi

ΔN = 1,054fMATLAB+14,57. Jumlah gabungan antara frekuensi sumber

pergeseran frinji yang dihitung getaran akustik (fMATLAB) dan frekuensi

berdasarkan persamaan karakteristik laser helium neon (fHe-Ne) adalah f’. Nilai

adalah ΔN’. Hasil perhitungan nilai error f’ dihitung dengan menggunakan

akurasi berdasarkan persamaan persamaan (24).

karakteristik ditunjukkan oleh Tabel 2


175 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 10 No. 2, Agustus 2013 (166–178)

Tabel 2 Hasil perhitungan nilai error akurasi jumlah pergeseran frinji berdasarkan
persamaan karakterisitik
Frekuensi Jumlah Jumlah pergeseran
Error
getaran akustik pergeseran frinji berdasarkan |ΔN-ΔN’|2
Akurasi
(f MATLAB ), Hz frinji (ΔN) pers.karakteristik (ΔN’)
0 12 14,570 2,570 -
8 24 23,002 0,998 12,475
10 27 25,110 1,890 18,900
12 28 27,218 0,782 6,517
14 29 29,326 0,326 2,329
16 33 31,434 1,566 9,787
18 35 33,542 1,458 8,100
20 37 35,650 1,350 6,750
22 38 37,758 0,242 1,100
24 41 39,866 1,134 4,725
26 43 41,974 1,026 3,946
28 45 44,082 0,918 3,279
30 46 46,190 0,190 0,633
32 48 48,298 0,298 0,931
34 50 50.406 0.406 1,194
36 51 52,514 1,514 4,206
38 53 54,622 1,622 4,268
40 56 56,730 0,730 1,825
Σ 5,351
Error max 18,900
Error min 0,633

Perbandingan Nilai Frekuensi persamaan (26), nilai frekuensi


Getaran Akustik (FMATLAB) dengan
gelombang bunyi, fg dapat diketahui.
Frekuensi Sumber Bunyi.
Nilai fg seharusnya sama dengan nilai
Hasil perhitungan pada Tabel 3
fMATLAB, tetapi hasil perhitungan pada
menjukkan bahwa nilai f’ saat t ≠ 0 lebih
Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai
besar daripada nilai f’ saat t = 0. Dari
fg>>>fMATLAB sehingga diperlukan
persamaan (25) dan (26), jika
sebuah konstanta K, agar nilai fg ≈
Interferometer Michelson digetarkan
fMATLAB. Nilai K diperoleh dengan
dengan suatu frekuensi gelombang
membandingkan nilai fg dengan nilai
bunyi (fg) yang tidak diketahui nilainya,
fMATLAB. Nilai fg akan mendekati fMATLAB
maka dengan menghitung jumlah
jika dibagi dengan nilai Krata-rata. Nilai fg’
pergeseran frinji (ΔN) dan dengan
adalah nilai fg yang dibagi dengan nilai
menggunakan perumusan pada
Krata-rata. Hasil perhitungan nilai fg’ dan
Handayani, N., dkk., Pengaruh Kenaikan

perbandingan nilai fg’ dengan fMATLAB


dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 3. Data perhitungan nilai f’, fg dan nilai K


Frekuensi Jumlah Frekuensi Frekuensi Frekuensi
getaran pergeseran laser (fHe- gabungan (f’), gelombang
=
akustik frinji (ΔN) Ne), Hz Hz bunyi (fg), Hz
(fMATLAB ) Hz
0 12 1,80 x 1015 - - -
15 15 15
8 24 1,80 x 10 3,60 x 10 5,40 x 10 6,75 x 1014
10 27 1,80 x 1015 4,05 x 1015 6,30 x 1015 6,30 x 1014
12 28 1,80 x 1015 4,20 x 1015 6,60 x 1015 5,50 x 1014
14 29 1,80 x 1015 4,35 x 1015 6,90 x 1015 4,93 x 1014
16 33 1,80 x 1015 4,95 x 1015 8,10 x 1015 5,06 x 1014
18 35 1,80 x 1015 5,25 x 1015 8,70 x 1015 4,83 x 1014
20 37 1,80 x 1015 5,55 x 1015 9,30 x 1015 4,65 x 1014
22 38 1,80 x 1015 5,70 x 1015 9,60 x 1015 4,36 x 1014
24 41 1,80 x 1015 6,15 x 1015 1,05 x 1015 4,38 x 1014
26 43 1,80 x 1015 6,45 x 1015 1,11 x 1016 4,27 x 1014
28 45 1,80 x 1015 6,75 x 1015 1,17 x 1016 4,18 x 1014
30 46 1,80 x 1015 6,90 x 1015 1,20 x 1016 4,00 x 1014
32 48 1,80 x 1015 7,20 x 1015 1,26 x 1016 3,94 x 1014
34 50 1,80 x 1015 7,50 x 1015 1,32 x 1016 3,88 x 1014
36 51 1,80 x 1015 7,65 x 1015 1,35 x 1016 3,75 x 1014
38 53 1,80 x 1015 7,95 x 1015 1,41 x 1016 3,71 x 1014
40 56 1,80 x 1015 8,40 x 1015 1,50 x 1016 3,75 x 1014
KRata-rata :
4,60 x 1014

Tabel 4 Hasil Perhitungan Nilai fg’ dan Perbandingan Nilai fg’ dengan fMATLAB
Frekuensi Frekuensi
getaran akustik = , getaran akustik = ,
(f MATLAB ), Hz (f MATLAB ), Hz

0 - 24 23
8 12 26 24
10 14 28 25
12 14 30 26
14 15 32 27
16 18 34 29
18 19 36 29
20 20 38 31
22 21 40 33
177 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 10 No. 2, Agustus 2013 (166–178)

Hasil perhitungan pada Tabel 4 sebagai alat ukur getaran


menunjukkan bahwa masih terdapat berdasarkan perubahan jumlah
selisih nilai antara fMATLAB dan fg’. pergeseran frinji.
Selisih terbesar adalah 7 Hz dan selisih DAFTAR PUSTAKA
terkecil adalah 1 Hz. Selisih nilai Anonim. 2005. Diktat Kuliah Fisika
Optik. Bandung: Fakultas
frekuensi ini diakibatkan karena masih Teknik Elektro Universitas
terdapat noise-noise kecil yang berasal Langlangbuana.
dari luar sistem meja optik. Arhami, Muhammad & Anita Desiani.
2005. Pemrograman MATLAB.
KESIMPULAN Yogyakarta, ANDI.
Kesimpulan yang diperoleh dari Falah, Masroatul._____.Analisa Pola
penelitian ini adalah Interferensi pada Interferometer
Michelson untuk Menentukan
1. Variasi frekuensi getaran akustik Panjang Gelombang Sumber
(fMATLAB) antara 8 s.d 40 Hz Cahaya.pdf. Semarang: Jurusan
Fisika FMIPA Universitas
menyebabkan perubahan jumlah Diponegoro.
frinji (ΔN) pada Interferometer
Firmansyah, A., 2007. Dasar-dasar
Michelson, semakin besar yang Pemrograman Matlab.
fMATLAB diberikan, semakin besar ΔN http://ilmukomputer.org/2008/11/
25/dasar-dasar-pemrograman-
sesuai persamaan karakteristik ΔN = matlab/ Diakses tanggal 12
1,054 fMATLAB + 14,57. Pebruari 2012
2. Frekuensi gelombang bunyi yang Halliday, D. dan Resnick, R. 1999.
dihitung berdasarkan jumlah Physics (terjemahan Pantur
Silaban dan Erwin Sucipto) Jilid
pergeseran frinji pada Interferometer 2 Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Michelson (fg) jauh lebih besar Erlangga.
daripada frekuensi getaran akustik Hecht, E., 1992, Optics, 2nd edition,
yang dibangkitkan dengan Program Addison Wesley.
MATLAB 7.0 (fMATLAB). Diperlukan Kone dan Sternheim. 1988. Fisika Edisi
sebuah konstanta K sebesar 4,60 x Ketiga. Jakarta: John Wiley and
Sons, Lembaga Kerjasama
1014, agar nilai fg mendekati nilai Indonesia-Australia.
fMATLAB sehingga Interferometer
Kosijanto.dkk. 1999. Pendeteksian
Michelson dapat diaplikasikan Osilasi Mikro dengan
Handayani, N., dkk., Pengaruh Kenaikan Frekuensi Getaran Akustik.............178

Interferometer Michelson
Berbantuan Komputer
(Teknosains, 12(1), Januari,
1999).pdf. Yogyakarta: Program
Studi Ilmu Fisika Program
Pascasarjana Universitas Gajah
Mada.

Paulus, Erick & Yessica Nataliani.


2007. GUI Matlab. Yogyakarta:
ANDI.

Phywe, 2006. Fabry-Perot


Interferometer.Phywe
Handbook. Phywe Series of
Publication.

Prajitno, Santoso.2007. Interaksi


Getaran dengan Interferometer
Michelson (ISSN 0852-00X, PPI
KIM 2007).pdf. Jakarta: Pusat
Penelitian Kalibrasi
Instrumentasi dan Metrologi-LIPI.

Satriawan, Mirza. 2007. Kuliah Fisika


Dasar Teknik Sipil Getaran dan
Gelombang. Yogyakarta:
Physics Dept. Universitas
Gadjah Mada.

Soedojo, P. 1992. Asas-Asas Ilmu


Fisika Jilid 4 Fisika Modern.
Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press

Sutrisno. 1988. Gelombang dan Optik,


Seri Fisika Dasar Jilid 2.
Bandung: Institut Teknologi
Bandung

Tipler, P. 1991. Fisika Untuk Teknik dan


Sains. Jakarta: Erlangga.

Widiarsono, Teguh. 2005. Tutorial


Praktis Belajar MATLAB. pdf.
Jakarta:______

Anda mungkin juga menyukai