Anda di halaman 1dari 5

KAJIAN LITERATUR

INSTRUMENTASI PENGUKURAN FISIKA


PERCOBAAN V
PENGUKURAN FREKUENSI DENGAN METODE LISSAJOUS

DISUSUN OLEH :

NAMA : ROSTINA

NIM : E1Q018062

KELAS : C_1V

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2020
Percobaan V

Pengukuran Frekuensi dengan Metode Lissajous

A. Tujuan
Tujuan : - Mengetahui berbagai macam bentuk gambar Lissajous dengan dua buah sinyal
masukan yang berbeda frekuensinya.
- Memahami cara menentukan rasio dari 2 buah sinyal frekuensi generator dan
frekuensi yang tidak diketahui dengan metode Lissajous.

B. Tinjauan Literatur
Pola lissajous adalah sebuah penampakkan pada layar osiloskop yang mencitrakan
perbedaaan atau perbandingan Beda Fasa, Frekuensi dan Amplitudo dari 2 gelombang
inputan pada probe osiloskop. Frekuensi adalah suatu pernyataan yang menggambarkan
berapa banyak gelombang yang terjadi pada tiap detiknya dalam satuan Hz. Bila ada
tulisan 50 Hz berarti ada 50 gelombang yang terjadi dalam 1 detik, yang mana 1
gelombang terdiri atas 1 bukit dan 1 lembah. Ini berarti 1 buah gelombang memakan
waktu 1/50 detik = 0.02 detik untuk terksekusi sepenuhnya. Waktu yang dibutuhkan 1
gelombang untuk tereksekusi seluruhnya biasa disebut Periode gelombang. Domain Y
menggambarkan amplitudo, sedangkan domain X menggambarkan waktu. Dari gambar
diatas disimpulkan bahwa gelombang tersebut memiliki amplitudo 50, frekuensi 1 Hz dan
periode 1 detik. Amplitudo adalah nilai puncak / maksimum positif dari sebuah
gelombang gelombang sinusoidal. Bila amplitudo suatu gelombang tertuliskan “50” maka
nilai keluaran dari gelombang tersebut akan bergerak 0 ke 50 ke 0 ke 50 ke 0 dan 50 lagi,
begitu seterusnya. Beda fasa adalah perbedaan sudut mulai antara 2 gelombang sinusoidal
yang sedang diamati ( Arrosyid, 2012 : 90 – 91 ).
Superposisi getaran selaras adalah hasil kali perpaduan antara dua atau lebih
getaran selaras. Tinjauan secara grafik superposisi dua getaran atau lebih di dapat dengan
menggunakan grafik atau bentuk gelombang berbagai getaran. Superposisi dua getaran
segaris Misalkan sebuah titik dalam waktu yang bersamaan mengalami dua getaran
dengan arah getar yang sama segaris, amplitudo sama, dan frekuensinya berbanding 2 : 1.
Tinjauan secara grafik kita mencari simpangan pada saat yang sama : Misalnya, pada saat
f = tr getaran I mempunyai simpangan ab dan getaran ll mempunyai simpangan ac. Arah
simpangan ke dua getaran sama, yaitu kearah y positip. Oleh sebab itu, superposisi kedua
getaran mempunyai simpangan ad = ab + ac. Superposisi dua getaran saling tegak lurus.
Jika suatu titik dalam waktu yang bersamaan mengalami dua getaran selaras yang arah
getarannya saling tegak lurus, maka hasil perpaduan dapat dilukiskan dengan cara
menjumlahkan vektor-vektor simpangan pada saat yang sama. Gambar yang menyatakan
hasil perpaduan kedua getaran disebut lukisan LissaTbus. Untuk menggambarkan hasil
perpaduan kedua getaran dibuat lingkaran pertolongan untuk kedua getaran dengan jari-
jari yang menyatakan amplitudo masing-masing getaran. Getaran yang satu dinyatakan
pada sumbu y (vertikal) dan getaran yang lain dinyatakan pada sumbu x (horizontal).
Sebagai contoh, hasil perpaduan dua getaran selaras yang memiliki periode yang sama,
amplitudo A1 > 42 dan berbeda fase /.,r, getaran pertama lebih awaldaripada getaran
kedua ( Susimaryati, 2019 : 26 ).
Pada pertengahan abad 19, seorang fisikawan Perancis yang bernama Jules
Antoine Lissajous (1822 1880) sangat tertarik pada bentuk persamaan parametrik berikut
ini: x (t ) = A sin ( 2π f A t+δ A ) y (t )=B sin (2π f B t+δ B ) Beliau mengembangkan
fungsi tersebut pada suatu pembelajaran tentang getaran dengan menggabungkan dua
gerakan sinusoidal yang saling tegak lurus. Persamaan diatas menggambarkan adanya
getaran sinusoidal pada sumbu x dengan frekuensi a/2 π dan getaran sinusoidal pada
sumbu y dengan frekuensi b/2 π. Jika nilai perbandingan antara a dengan b adalah
bilangan rasional, maka akan menghasilkan efek getaran yang bergerak sepanjang lintasan
kurva, yang dikenal dengan kurva Lissajous. Berikut ini akan diberikan perbandingan
gambar kurva Lissajous dengan perbedaan konstanta a dan b sesuai dengan ilustrasi
Diperlukan variasi perbandingan konstanta, maupun parameter nilai lainnya (termasuk
proses modifikasi persamaan parametrik) pada persamaan kurva Lissajous sehingga
menghasilkan bentuk pola gambar yang cukup indah dan variatif. Kurva Lissajous dapat
dihasilkan dengan menggunakan osiloskop. Dua masukan sinusoida berbeda fase
diterapkan pada osiloskop dalam mode XY dan hubungan antara fase dan sinyal disebut
sebagai kurva Lissajous. Pada osiloskop, kita menganggap x dan y adalah channel 1 dan
channel 2. Dimana A adalah amplitudo channel 1 dan B adalah amplitudo channel 2, f A
adalah frekuensi channel 1 dan f B adalah frekuensi channel 2, sehingga a: b adalah
perbandingan frekuensi kedua saluran, dan δ adalah beda fase. Jika gambar Lissajous
pada osiloskop, menampilkan 03:01 iniberarti hubungan antara frekuensi vertikal dan
input sinusoidal horizontal ( Khanafiyah, 2013 : 971).

C. Hasil Review
Pola lissajous adalah sebuah penampakkan pada layar osiloskop yang mencitrakan
perbedaaan atau perbandingan Beda Fasa, Frekuensi dan Amplitudo dari 2 gelombang
inputan pada probe osiloskop. Frekuensi adalah suatu pernyataan yang menggambarkan
berapa banyak gelombang yang terjadi pada tiap detiknya dalam satuan Hz. Bila ada
tulisan 50 Hz berarti ada 50 gelombang yang terjadi dalam 1 detik, yang mana 1
gelombang terdiri atas 1 bukit dan 1 lembah. Ini berarti 1 buah gelombang memakan
waktu 1/50 detik = 0.02 detik untuk terksekusi sepenuhnya. Waktu yang dibutuhkan 1
gelombang untuk tereksekusi seluruhnya biasa disebut Periode gelombang. Domain Y
menggambarkan amplitudo, sedangkan domain X menggambarkan waktu. Dari gambar
diatas disimpulkan bahwa gelombang tersebut memiliki amplitudo 50, frekuensi 1 Hz dan
periode 1 detik. Amplitudo adalah nilai puncak / maksimum positif dari sebuah
gelombang gelombang sinusoidal. Bila amplitudo suatu gelombang tertuliskan “50” maka
nilai keluaran dari gelombang tersebut akan bergerak 0 ke 50 ke 0 ke 50 ke 0 dan 50 lagi,
begitu seterusnya. Beda fasa adalah perbedaan sudut mulai antara 2 gelombang sinusoidal
yang sedang diamati. Pada pertengahan abad 19, seorang fisikawan Perancis yang
bernama Jules Antoine Lissajous (1822 1880) sangat tertarik pada bentuk persamaan
parametrik berikut ini: x (t ) = A sin ( 2π f A t+δ A ) y (t )=B sin (2π f B t+δ B ) Beliau
mengembangkan fungsi tersebut pada suatu pembelajaran tentang getaran dengan
menggabungkan dua gerakan sinusoidal yang saling tegak lurus. Persamaan diatas
menggambarkan adanya getaran sinusoidal pada sumbu x dengan frekuensi a/2 π dan
getaran sinusoidal pada sumbu y dengan frekuensi b/2 π. Jika nilai perbandingan antara a
dengan b adalah bilangan rasional, maka akan menghasilkan efek getaran yang bergerak
sepanjang lintasan kurva, yang dikenal dengan kurva Lissajous. Berikut ini akan
diberikan perbandingan gambar kurva Lissajous dengan perbedaan konstanta a dan b
sesuai dengan ilustrasi Diperlukan variasi perbandingan konstanta, maupun parameter
nilai lainnya (termasuk proses modifikasi persamaan parametrik) pada persamaan kurva
Lissajous sehingga menghasilkan bentuk pola gambar yang cukup indah dan variatif.
Kurva Lissajous dapat dihasilkan dengan menggunakan osiloskop. Dua masukan
sinusoida berbeda fase diterapkan pada osiloskop dalam mode XY dan hubungan antara
fase dan sinyal disebut sebagai kurva Lissajous. Pada osiloskop, kita menganggap x dan y
adalah channel 1 dan channel 2. Dimana A adalah amplitudo channel 1 dan B adalah
amplitudo channel 2, f A adalah frekuensi channel 1 dan f B adalah frekuensi channel 2,
sehingga a: b adalah perbandingan frekuensi kedua saluran, dan δ adalah beda fase. Jika
gambar Lissajous pada osiloskop, menampilkan 03:01 iniberarti hubungan antara
frekuensi vertikal dan input sinusoidal horizontal.

D. Kesimpulan
Dapat untuk mengetahui berbagai macam bentuk gambar Lissajous dengan dua
buah sinyal masukan yang berbeda frekuensinya. Dapat untuk memahami cara
menentukan rasio dari 2 buah sinyal frekuensi generator dan frekuensi yang tidak
diketahui dengan metode Lissajous. Pola lissajous adalah sebuah penampakkan pada layar
osiloskop yang mencitrakan perbedaaan atau perbandingan Beda Fasa, Frekuensi dan
Amplitudo dari 2 gelombang inputan pada probe osiloskop.
DAFTAR PUSTAKA

Arrosyid, Barru. 2019. Analisis Karakteristik Frekuensi Menggunakan Pola Lissajous.

Journal Of Electrical Power, Instrumentation and Control, 2 (1) : 90 – 98.

Khanafiyah, Siti. 2013. Fenomena Gelombang. Journal Of Engineering, 2 (5) : 971 – 977.

Susimaryati, Nunik dan Rusmilyansari. 2019. Sains dan Teknologi.

Jurnal Kalimantan Sains, 20 (7) : 21 – 30.

Anda mungkin juga menyukai