Makalah Digestive Motion 9-2-17
Makalah Digestive Motion 9-2-17
Puji syukur kepada Tuhan Yesus karena dengan kasih dan bantuanNyalah saya dapat
menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi tugas akhir sebagai syarat untuk meraih gelar Ners. Saya mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan
Karya Ilmiah Akhir ini. Penulis memberikan ucapan terima kasih terutama kepada:
1. Ibu Dewi Irawaty, MA., PhD selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia (FIK UI);
2. Ibu Dra. Junaiti Sahar, PhD selaku Wakil Dekan FIK UI;
3. Ibu Riri Maria, M.ANP selaku koordinator mata ajar Karya Ilmiah Akhir FIK
UI;
4. Bapak Agung Waluyo, PhD selaku pembimbing dalam pembuatan Karya
Ilmiah Akhir ini;
5. Ibu Ns. Siti Annisah, S.Kep.,ETN selaku kepala ruang di Ruang Perawatan
Umum 6 di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat;
6. Pasien Tn B dan keluarga yang telah mendukung penelitian dan praktik
profesi;
7. Perawat di ruang Perawatan Umum 6 RSPAD Gatot Soebroto Jakarta, yang
telah mendukung praktik profesi ;
Akhir kata, saya berharap Tuhan berkenan membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Semoga Karya Ilmiah Akhir ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Peneliti
Chronic Kidney Disease (CKD) atau yang biasa dikenal dengan gagal ginjal kronis
adalah penyakit gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit dimana pada akhirnya menyebabkan uremia. Praktik profesi
dilakukan di ruang perawatan umum 6 RSPAD Gatot Soebroto pada pasien Tn B
dengan CKD. Masalah keperawatan utama pada pasien adalah kelebihan volume
cairan tubuh. Intervensi keperawatan yang telah dilakukan adalah restriksi cairan
yang dikombinasikan dengan perhitungan balans cairan dan pengukuran berat badan
setiap harinya untuk mengetahui kefektifan intervensi restriksi cairan. Intervensi ini
efektif untuk mengatasai maslaah kelebihan volume cairan tubuh ditandai dengan
balans cairan yang mendekati positif dan penurunan berat badan klien.
Kata Kunci:
CKD, Restriksi cairan, Balans cairan
Keywords:
CKD, Fluid restriction, Body fluid balance.
5. PENUTUP……………………………………… .................................... 32
7.1 Kesimpulan…………………………………………………………. 32
7.2 Saran………………………………………………………………… 33
PENDAHULUAN
Penyakit gagal ginjal kronik (GGK) merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
dimana pada akhirnya menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddarth, 2001).
Tahun 2007 jumlah pasien gagal ginjal kronik di Indonesia mencapai 2148
orang, kemudian tahun 2008 meningkat menjadi 2260 orang. Hal ini di
sebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap deteksi dini
penyakit gagal ginjal kronik. Selain itu, banyaknya obat yang dijual bebas di
pasaran saat ini, mengakibatkan penderita penyakit gagal ginjal terus
bertambah (Pernyataan Prof. Dr. HM Rachmat Seolaeman dr. SpPD-KGH
Sub Bagian Ginjal Hipertensi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unpad RS
Hasan Sadikin Bandung pada jumpa pers dalam rangka Hari Ginjal Sedunia
di Bandung Maret 2009).
Penyakit GGK banyak diderita oleh penduduk urban atau penduduk di kota-
kota besar. Hal ini disebabkan oleh tingginya konsumsi minuman bersoda di
kota-kota besar. Berdasarkan penelitian dari Brigham and Women’s
Hospital, Boston, AS yang dimuat dalam Koran Republika, peneliti
menemukan bahwa partisipan yang mengonsumsi minuman bersoda lebih
dari satu porsi/hari berpotensi mengalami pembentukan batu ginjal sebesar
23 persen daripada partisipan yang hanya mengonsumsi minuman bersoda
seminggu sekali. Bahkan menurut The New York Times, minuman bersoda
Diakibatkan tingginya angka kejadian GGK maka hal ini menjadi penting
untuk diketahui pembaca untuk dapat mengetahui tanda, gejala, dan hal-hal
yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang mungkin
dihasilkan oleh GGK Terkhususnya penyakit GGK dalam masalah
kesehatan masyarakat perkotaan. Keperawatan kesehatan masyarakat
perkotaan adalah mata ajar yang membahas penyakit-penyakit yang umunya
timbul dalam masyarakat perkotaan dan bagaimana asuhan keperawatan
yang dapat diberikan terhadap masalah yanga da dalam lingkup preventif
dan promotif. Dalam bab selanjutnya akan dibahasa mengenai teori dan
konsep masyarakat perkotaan dan landasan teori mengenai GGK.
TINJAUAN TEORITIS
2.2.2 Etiologi
2.2.2.1 Glomerulonefritis
Glomerulonefritis adalah peradangan ginjal bilateral, biasanya timbul
pasca infeksi streptococcus. Manifestasinya adalah proteinuria dan
atau hematuria. Terdapat dua jenis glomerulonefritis yaitu akut dan
kronik. Pada glomerulonefritis akut, gangguan fisiologis utamanya
dapat mengakibatkan ekskresi air, Na dan zat-zat nitrogen berkurang,
sehingga timbul edema dan azotemia. Peningkatan aldosteron
menyebabkan retensi air dan Na. Penyebab kerusakan ginjal diduga
adanya kompleks antigen (unsur membran plasma streptokokal
spesifik)-antibodi dalam darah dan bersirkulasi ke dalam glomerulus,
kemudian terperangkap dalam membran basalis. Selanjutnya
komplemen akan terfiksasi mengakibatkan lesi dan peradangan yang
menarik leukosit polimorfonuklear (PMN) dan trombosit. Fagositosis
dan pelepasan enzim lisosom juga merusak endotel dan membran
basalis glomerulus (GBM), sehingga terjadi proliferasi sel endotel.
Semakin meningkatnya kebocoran (kerusakan) kapiler glomerulus,
menyebabkan protein dan sel darah merah keluar bersama urin.
2.2.3 Patofisiologi
Ketika terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron
utuh). Nefron-nefron yang utuh mengalami hipertrofi dan memproduksi
volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron
rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada
yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan
haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak
oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala
10
11
2. Darah
- BUN: Urea adalah produksi akhir dari metabolisme protein.
Peningkatan Bun dapat merupakan indikasi dehidrasi, kegagalan
pre renal, atau gagal ginjal.
- Kreatinin: Produksi katabolisme otot dari pemecahan kreatinin otot
dan kreatinin posfat. Bila > 50% nefron rusak maka kadar kreatinin
meningkat. Kreatinin merupakan indicator penyakit ginjal yang
lebih spesifik dari BUN dalam mengevaluasi fungsi glomerulus
12
13
Nama : Tn. B
Usia : 46 Tahun
Tanggal Lahir : 7 Agustus 1967
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Tanggal Masuk: 21 Mei 2013 dari IGD
Klien datang ke IGD pada tanggal 21 Mei 2013 dengan keluhan sesak memberat
sejak 1 hari SMRS. Sesak sudah lama dirasakan sejak klien didiagnosa sakit
ginjal. Perut membesar (+), kaki begkak (+), batuk (+), klien juga mengatakan
bahwa dirinya tidak bisa tidur. Ketika klien masuk di ruang rawat pada tanggal 22
Mei 2013, didapatkan pengkajian; klien mengeluh sesak memberat karena perut
yang semakin membesar. Sesak dirasakan berkurang jika dalam posisi duduk, dan
mika/miki ketika berbaring. Mual (+), muntah (+), nafsu makan menurun (+). HD
rutin setiap Rabu dan Sabtu. Minum air sebanyak kira-kira 3 botol aqua (1800ml)
perhari. BAK 3x/hari (sekitar 350ml) dan BAB normal.
AKTIVITAS/
ISTIRAHAT
Gejala (subjektif) - Pekerjaan : Ketika masih sehat, klien bekerja
sebagai TNIAD,
namun saat ini klien dibebas tugaskan karena
sakit
14
15
ELIMINASI
Gejala (subjektif) Pola BAB : klien tidak mengalami perubahan BAB .
Penggunaan laksatif : tidak ada. Karakter feses : lunak,
berwarna coklat, berbau tidak menyengat. Riwayat
perdarahan : Tidak ada. Konstipasi : tidak ada. Diare :
Tidak ada
Pola BAK : Klien merasa jarang BAK sejak sakit,
namun setelah diberi lasix, klien BAK sebanyak kira-
kira dua atau tiga kali/hari. warna : kuning pekat.
16
HIGIENE
Gejala (subjektif) Aktivitas sehari-hari : Mandiri. Waktu mandi yang
disukai: sore hari.
NEURO
SENSORI
Gejala (subjektif) Sakit kepala : klien mengatakan terkadang mengalami
sakit kepal jika beraktifitas terlalu lama. Riwayat
Stroke : tidak ada. Pandangan: Normal: Pendengaran :
tidak ada masalah pendengaran.
17
NYERI/TIDAK
NYAMAN
Gejala (subjektif) Luka: Tidak ada, Nyeri: Tidak ada
Tanda (objektif) Tidak tampak luka di tubuh klien. Wajah tampak rileks
dan tenang.
PERNAPASAN
Gejala (subjektif) Klien mengalami sesak jika berbaring dan ketika
melakukan aktifitas. Riwayat bronchitis : tidak ada.
Asma : Tidak ada.
KESELAMATAN
Gejala (subjektif) Alergi :Tidak ada. Fraktur : tidak ada. arthritis/ sendi :
tidak ada.
Tanda (objektif)
Diaforesis : tidak ada. jaringan parut : tidak ada.
Kemerahan : tidak ada. laserasi : tidak ada.
INTERAKSI
SOSIAL
Gejala (subjektif) Status perkawinan : sudah menikah.
Tanda (objektif) komunikasi verbal/nonverbal dengan keluarga :
komunikasi baik dengan keluarga. Komunikasi dengan
18
Diagnosa Medis:
- CKD Stage V on HD
- Ascites Overload
- Sirosis Hepatis
- HCAP
Pemeriksaan Diagnostik:
- Thoraks Photo: Kardiomegali berat dengan efusi pleura kiri. Terdapat infiltrat di
perihile kanan. Tampak Pneumonia
19
Terapi Medikasi
20
Analisis Data
DS:
- Klien mengatakan sesak masih
ada
- Sesak terasa membaik jika
dalam posisi duduk Ketidakefektifan Pola Napas bd
- Sesak dirasakan lebih berat jika Peningkatan tekanan intraabdominal
beraktivitas
DO:
- RR: 24x/menit
- Napas klien tampak terengah-
engah
- Klien dalam posisi duduk
21
Terlampir
22
P:
- Pantau TTV
- Restriksi cairan
(600cc/hari)
- Timbang berat badan
setiap hari
- Hitung balans cairan
setiap hari
25/5/13 Peningkatan - Melakukan S: Klien mengatakan bahwa;
Volume perhitungan balans - Perut masih terasa
23
24
A: Masalah kelebihan
Volume cairan tubuh teratasi
sebagian
P:
- Restriksi cairan
(600cc/hari)
- Timbang berat badan
setiap hari
- Hitung balans cairan
setiap hari
Tabel 3.5 CatatanPerkembangan Pasien
25
ANALISIS KASUS
26
27
Setelah dilakukan perhitungan GFR, didapati hasil bahwa Tn.B saat ini berada di
stage 5 dengan penanganan medis yang mungkin diberikan adalah hemodialisis
atau transplantasi ginjal. Penanganan tambahan yang bisa memperbaiki kondisi
Tn. B adalah restriksi cairan dan diet tinggi protein dan kalori.
Pemasukan cairan maksimal perharinya yang dapat dikonsumsi oleh Tn.B adalah
sebanyak 600cc/hari. Tn.B mengatakan bahwa jumlah tersebut sangat sedikit
sehingga tidak mungkin dapat dilakukan. Mahasiswa menganjurkan untuk
menghilangkan dahag dengan cara menghisap es batu jika diperlukan. Namun
pada kenyataannya, klien tidak melakukan dan hanya meminum sesuai dengan
anjuran mahasiswa.
28
Perhitungan balans cairan tetap dilakukan mahasiswa dan pada hari terakhir
intervensi mahasiswa melakukan intervensi restriksi cairan, didapati bahwa
pemasukan cairan sesuai dengan program restriksi caran yaitu sebesar 600cc/hari
dan urin output ditambah dengan IWL klien yaitu sebesar 730cc dari perhitungan
balans cairan didapati balans cairan klien adalah -230. Mahasiswa juga melakukan
pengukuran berat badan. Berat badan Klien pada hari tersebut adalah 57kg dapat
dilihat bahwa terjadi penurunan berat badan pada klien dan dari data subjektif
didapati bahwa sesak klien berkuran. Mahasiswa melakukan pengkajian pitting
29
30
31
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Chronic kidney failure (CKD) adalah salah satu penyakit dimana angka
kejadian yang termasuk dalam lima besar penyakit yang paling sering
terjadi di ruang perawatan umum RSPAD Gatot Soebroto
5. Restriksi cairan perlu dilakukan pada pasien yang menderita CKD untuk
menyelesaikan masalah kelebihan volume cairan tubuh dan juga masalah
ketidakefektifan pola napas. Restriksi cairan diharaokan tidak akan
menambah volume cairan tubuh secara tajam dan akan meminimalkan
akibat akan kelebihan cairan.
32
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut:
33
Anderson & Mc Farlen. 2007. Buku ajar keperawatan komunitas teori dan
praktik. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC
http://ccn.aacnjournals.org/content/26/4/17.full.pdf+html
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-dinameitas-6381-1-
babipe-n.pdf
http://www.kidney.org/professionals/kdoqi/guidelines_anemia/pdf/AnemiaInCKD
.pdf
://www.who.int/bulletin/volumes/86/3/07-
041715/en/http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/0810712005/bab1.
pdf
34
6. Kaji kulit, wajah, area tergantung untuk Edema terjadi terutama pada jaringan yang tergantung
edema. Evaluasi derajat edema (pada skala +1 pada tubuh, contohnya tangan, kaki, areal lumbo
sampai +4) sakral. BB pasien dapat meningkat sampai 4,5 kg
cairan sebelum edema pitting terdeteksi. Edema
periorbital dapat menunjukan tanda perpindahan
cairan ini, karena jaringan rapuh ini mudah terdistensi
oleh akumulasi cairan walaupun minimal.
7. Auskultasi paru dan bunyi jantung Kelebihan cairan dapat menimbulkan edema paru dan
gagal jantung kongestif dibuktikan oleh terjadinya
bunyi napas tambahan, bunyi jantung ekstra.
8. Kaji tingkat kesadaran : selidiki perubahan Dapat menujukan perpindahan cairan, akumulasi
mental dan adanya gelisah. toksin, asidosis, ketidakseimbangan elektrolit, atau
terjadinya hipoksia.
9. Kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium: Kreatinin adalah indikator yang menunjukkan fungsi
BUN, Kreatinin, natrium dan kreatinin urine, ginjal. Hiponatremia dapat diakibatkan dari kelebihan
Natrium serum, Kalium serum, Hb/Ht. cairan atau ketidakmampuan ginjal untuk menyimpan
natrium. Hipernatremia menunjukkan defisit cairan
10. Kolaborasi untuk pembatasan cairan Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh
ideal, haluaran urin, dan respon terhadap terapi.
11. Kolaborasi pemberian diuretik sesuai indikasi Melebarkan lumen tubular dari debris, menurunkan
hiperkalemia, dan meningkatkan volume urine
adekuat.
12. Modifikasi diet tinggi protein Protein akan diprses menjadi albumin untuk
meningkatkan tekanan onkotik di dalam vaskuler
darah
2. Intoleransi aktivitas Tujuan: 1. Kaji faktor yang menimbulkan keletihan Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat
berhubungan dengan kelemahan Setelah dilakukan asuhan seperti anemia, ketidak seimbangan cairan dan keletihan.
keperawatan selama 7x30 menit elektrolit, retensi produk sampah, depresi.
masalah intolerasi aktivitas
klien dapat teratasi. 2. Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada Mengidentifikasi kebutuhan individu dan membantu
aktifitas yang diinginkan/dibutuhkan. pemilihan interfensi.
Kriteria Hasil:
1. Berpartisipasi pada aktifitas 3. Tingkatkan kemandirian klien dalam Meningkatkan aktivitas ringan/ sedang dan
yang diinginkan, memenuhi melakukan aktivitas perawatan diri yang dapat memperbaiki harga diri.
kebutuhan perawatan diri ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi.
sendiri
2. Mencapai peningkatan 4. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat. Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas
toleransi aktivitas yang yang dapat ditoleransi.
dapat diukur, dibuktikan 5. Awasi kadar elektrolit termasuk kalsium,
oleh menurunnya magnesium, dan kalium. Ketidak seimbangan dapat mengganggu fungsi
kelemahan, dan kelelahan. neuromuskuler yang memerlukan peningkatan
3. Tanda vital dalam batas penggunaan energi untuk menyelesaikan tugas
normal selama aktivitas
Td= 120/80 mmHg
Nadi=80-100x/menit
RR=16-20x/menit
Suhu=36 – 37,50C
4 Gangguan asam basa bd Tujuan: 1. Monitor TTV Menggambarkan perburukan kondisi asam basa tubuh
penurunan fungski Ginjal Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 7x30 menit 2. Pantau Tingkat kesadaran Tingkat kesadaran menunjukkan bahwa gangguan
masalah gangguan asam basa asam basa semakin buruk
teratasi
3. Monitor AGD, serum elektrolit Kadar GAD dan elektrolit darah dapat dipergunakan
Kriteria Hasil: untuk memantau perbaikan dan memberikan terapi
1. PH: 7,37-7,45 pengobatan
2. PCO2: 33-44
3. RR: 12-20 Untuk perbaikan kondisi asidosis tubuh
4. Kolaborasi koreksi biknat
4. HCO3: 22-29
5. BE: -2-3
6. Penurunan kesadaran tidak
terjadi
7. Napas kusmaul hilang