Anda di halaman 1dari 47

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN


MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY
DISEASES DI RUANG PERAWATAN UMUM LANTAI 6 RUMAH SAKIT
PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO,
JAKARTA PUSAT

Diajukan sebagai salah satu syarat


Untuk memperoleh gelar Ners

KARYA ILMIAH AKHIR

Elda Lunera Hutapea


08063333833

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI REGULER
DEPOK, JULI 2013

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus karena dengan kasih dan bantuanNyalah saya dapat
menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi tugas akhir sebagai syarat untuk meraih gelar Ners. Saya mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan
Karya Ilmiah Akhir ini. Penulis memberikan ucapan terima kasih terutama kepada:

1. Ibu Dewi Irawaty, MA., PhD selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia (FIK UI);
2. Ibu Dra. Junaiti Sahar, PhD selaku Wakil Dekan FIK UI;
3. Ibu Riri Maria, M.ANP selaku koordinator mata ajar Karya Ilmiah Akhir FIK
UI;
4. Bapak Agung Waluyo, PhD selaku pembimbing dalam pembuatan Karya
Ilmiah Akhir ini;
5. Ibu Ns. Siti Annisah, S.Kep.,ETN selaku kepala ruang di Ruang Perawatan
Umum 6 di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat;
6. Pasien Tn B dan keluarga yang telah mendukung penelitian dan praktik
profesi;
7. Perawat di ruang Perawatan Umum 6 RSPAD Gatot Soebroto Jakarta, yang
telah mendukung praktik profesi ;
Akhir kata, saya berharap Tuhan berkenan membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Semoga Karya Ilmiah Akhir ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.

Depok, 11 Juli 2013

Peneliti

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
ABSTRAK

Nama : Elda Lunera Hutapea


Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Perkotaan Pada Pasien Chronic Kidney Diseases Di Ruang
Perawaan Umum Lantai 6 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat
Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.

Chronic Kidney Disease (CKD) atau yang biasa dikenal dengan gagal ginjal kronis
adalah penyakit gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit dimana pada akhirnya menyebabkan uremia. Praktik profesi
dilakukan di ruang perawatan umum 6 RSPAD Gatot Soebroto pada pasien Tn B
dengan CKD. Masalah keperawatan utama pada pasien adalah kelebihan volume
cairan tubuh. Intervensi keperawatan yang telah dilakukan adalah restriksi cairan
yang dikombinasikan dengan perhitungan balans cairan dan pengukuran berat badan
setiap harinya untuk mengetahui kefektifan intervensi restriksi cairan. Intervensi ini
efektif untuk mengatasai maslaah kelebihan volume cairan tubuh ditandai dengan
balans cairan yang mendekati positif dan penurunan berat badan klien.

Kata Kunci:
CKD, Restriksi cairan, Balans cairan

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


ABSTRACT

Name : Elda Lunera Hutapea


Study Program : Nursing Science
Title : Analysis Of Urban Nursing Clinical Practice towards
Chronic Kidney Diseases patient at Ruang Perawatan Umum
6th Floor Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot
Soebroto, Central Jakarta.

Chronic Kidney Disease (CKD) is a progressive and irreversible renal function


disturbance that caused the failure of human body to maintain the metabolism
proccess and the balance of fluid and electolyte. The Internship was held at Rumah
Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto towards Mr. B, a patient with CKD. The
main nursing problem of the patient is the excess of body fluid volume. Intervention
that was given to the patient was fluid restriction combined with body fluid balance
and wieght measurement. This intervention was effective to solve the problem which
was shown by the positif body fluid balance and the decreasing of the patient’s
weight.
.

Keywords:
CKD, Fluid restriction, Body fluid balance.

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…………. v
ABSTRAK………………………………………………………………… vi
ABSTRACK………………………………………………………………… vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………. ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x
1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 3
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 4
2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5
2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan ............................. 5
2.2 Gagal Ginjal Kronik (GGK)…………………………………… .... 5
3. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CKD .......... 14
3.1 Pengkajian Keperawatan ................................................................ 14
3.2 Diagnosis Keperawatan…………………………………………… 21
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan ....................................................... 22
3.4 Catatan Perkembangan Pasien…………………………………….. 22
4. ANALISIS KASUS ............................................................................... 26
4.1 Profil Lahan Praktik ........................................................................ 26
4.2 Analisis Masalah Keperawatan ...................................................... 27
4.3 Analisis Intervensi Keperawatan .................................................... 28
4.4 Alternatif Penyelesaian Masalah .................................................... 30

5. PENUTUP……………………………………… .................................... 32
7.1 Kesimpulan…………………………………………………………. 32
7.2 Saran………………………………………………………………… 33

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. . 34

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Data Pengkajian Pasien……………….........………....................……. 19

Tabel 3.2 Data Hasil Laboratorium................………………………………......... 20

Tabel 3.3 Terapi Medikasi………................................................………….......... 20

Tabel 3.4 Analisis Data…………………………………………………………. 22


Tabel 3.5 Catatan Perkembangan Pasien………….....………………………….... 25

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Asuhan Keperawatan

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ginjal adalah organ tubuh yang berperan dalam mengatur keseimbangan


cairan dan elektrolit tubuh. Selain menjalankan fungsi pengaturan tersebut,
ginjal juga berfungsi untuk mengeluarkan berbagai zat sisa metabolik yang
bersifat toksik dan senyawa-senyawa asing lainnya dari tubuh (Sherwood,
2001). Fungsi ginjal dapat terganggu jika dipengaruhi oleh beberapa hal
seperti penyakit radang ginjal, tumor ginjal, hipertensi, penyakit jantung,
diabetes militus, faktor gaya hidup seperti mengkonsumsi minuman yang
mengandung zat kimia, dan lain lain. Penyakit ginjal dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu gagal ginjal bersifat kronik dan akut.

Penyakit gagal ginjal kronik (GGK) merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
dimana pada akhirnya menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddarth, 2001).

Angka kejadian penyakit GGK cenderung meningkat setiap tahunnya.


Angka penderita gangguan ginjal tergolong cukup tinggi dan menjadi
masalah kesehatan bukan hanya di Indonesia bahkan di negara maju. Di
Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam
pada sepuluh tahun terakhir. Tahun 1990 terjadi 166 ribu kasus, tahun 2000
menjadi 372 ribu kasus. Angka tersebut diperkirakan terus naik. Tahun 2010
diestimasikan lebih dari 650 ribu. Selain data tersebut 6 juta sampai 20 juta
individu di AS diperkirakan mengalami gagal ginjal kronis. Di Malaysia,
dengan populasi 18 juta, diperkirakan terdapat 1800 kasus baru gagal ginjal
setiap tahunnya. Di Negara berkembang seperti Indonesia insiden penyakit
gagal ginjal kronik diperkirakan sekitar 40 sampai 60 kasus setiap tahunnya.

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


Menurut data dari Persatuan Nefrologi Indonesia (Perneftri), diperkirakan
terdapat 70.000 penderita gagal ginjal di Indonesia. Angka ini diperkirakan
terus meningkat dengan angka pertumbuhan sekitar 10% setiap tahun
(Suwitra, 2007).

Tahun 2007 jumlah pasien gagal ginjal kronik di Indonesia mencapai 2148
orang, kemudian tahun 2008 meningkat menjadi 2260 orang. Hal ini di
sebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap deteksi dini
penyakit gagal ginjal kronik. Selain itu, banyaknya obat yang dijual bebas di
pasaran saat ini, mengakibatkan penderita penyakit gagal ginjal terus
bertambah (Pernyataan Prof. Dr. HM Rachmat Seolaeman dr. SpPD-KGH
Sub Bagian Ginjal Hipertensi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unpad RS
Hasan Sadikin Bandung pada jumpa pers dalam rangka Hari Ginjal Sedunia
di Bandung Maret 2009).

Angka kejadian penyakit GGK di kota besar terkhusus Jakarta tergolong


cukup tinggi. Hal ini dapat digambarkan dari statistik RSPAD Gatot
Soebroto yang merupakan rumah sakit rujukan untuk TNI AD. Hasil rekam
medik bulan Februari hingga April 2013 RSPAD Gatot Soebroto
menunjukkan bahwa angka kejadian GGK termasuk kedalam 5 besar dalam
penyakit dengan frekuensi paling sering di Sub Instalasi Rawat inap. Angka
kejadian GGK dari bulan februari hingga April juga meningkat, yaitu 28
pasien pada bulan Februari dan Maret serta 38 pasien pada bulan April.

Penyakit GGK banyak diderita oleh penduduk urban atau penduduk di kota-
kota besar. Hal ini disebabkan oleh tingginya konsumsi minuman bersoda di
kota-kota besar. Berdasarkan penelitian dari Brigham and Women’s
Hospital, Boston, AS yang dimuat dalam Koran Republika, peneliti
menemukan bahwa partisipan yang mengonsumsi minuman bersoda lebih
dari satu porsi/hari berpotensi mengalami pembentukan batu ginjal sebesar
23 persen daripada partisipan yang hanya mengonsumsi minuman bersoda
seminggu sekali. Bahkan menurut The New York Times, minuman bersoda

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


mengandung kadar asam fosfat yang tinggi, sebuah zat yang dapat
memperbesar risiko gagal ginjal.

Diakibatkan tingginya angka kejadian GGK maka hal ini menjadi penting
untuk diketahui pembaca untuk dapat mengetahui tanda, gejala, dan hal-hal
yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang mungkin
dihasilkan oleh GGK Terkhususnya penyakit GGK dalam masalah
kesehatan masyarakat perkotaan. Keperawatan kesehatan masyarakat
perkotaan adalah mata ajar yang membahas penyakit-penyakit yang umunya
timbul dalam masyarakat perkotaan dan bagaimana asuhan keperawatan
yang dapat diberikan terhadap masalah yanga da dalam lingkup preventif
dan promotif. Dalam bab selanjutnya akan dibahasa mengenai teori dan
konsep masyarakat perkotaan dan landasan teori mengenai GGK.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana tingkat keefektifan restriksi cairan dalam upaya penyelesaian masalah
kelebihan volume cairan tubuh pada pasien dengan CKD di Ruang Perawatan
Umum Lantai 6 RSPAD Gatot Soebroto

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui keefektifan peran terapi restriksi cairan untuk mengatasi masalah
kelebihan volume cairan tubuh pada pasien dengan CKD di Ruang Perawatan
Umum Lanai 6 RSPAD Gatot Soebroto.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengetahui profil lahan praktik

1.3.2.2 Mengetahui tingkat kejadian CKD sebagai salah satu masalah


kesehatan pada masyarakat perkotaan

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


1.3.2.3 Melakukan intervensi keperawatan evidence based nursing pada
pasien kelolaan dengan masalah CKD dengan intervensi fokus utama restriksi
cairan

1.3.2.4 Menganalisis kefektifan intervensi keperawatan restriksi cairan


berdasarkan evidence based nursing pada pasien kelolaan dengan masalah
CKD

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Masyarakat
Memberikan informasi terkait CKD sebagai salah satu masalah
kesehatan masyarakat perkotaan dan intervensi keperawatan yang
efektif untuk menyelesaikan masalah yang dialami oleh pasien
dengan CKD
1.4.2 Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya
mengenai keefektifan restriksi cairan untuk menyelesaikan masalah
kelebihan volume cairan tubuh pada pasien dengan CKD
1.4.3 Praktek keperawatan
Memberikan informasi terkait keefetifan restriksi cairan untuk
menyelesaikan masalah kelebihan volume cairan tubuh pada pasien dengan
CKD

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP)


Keperawatan Kesehatan Masyarakat perkotaan adalah konsep keperawatan
kesehatan masyarakat yang berfokus pada kesehatan masyarakat perkotaan. Hal-
hal yang biasanya terdapat diperkotaan dan dapat menyebabkan masalah
kesehatan adalah Gaya hidup seperti; Merokok, makanan tinggi lemak tersaturasi,
kepadatan penduduk, distress psikologis, minuman dan makanan mengandung
zat-zat kimia tinggi. Resiko Kerja yaitu; Keracunan toksik di tempat kerja, bahaya
pengoperasian mesin, lokasi kerja yang banyak terpapar zat karsinogenik.
Kualitas Udara yaitu; gas polutan, efek rumah kaca, penipisan lapisan ozon, dan
udara yang terpapar pestisida dan herbisida. Kualitas air yaitu; kontaminasi
sumber air minum oleh sampah manusia, tumpahan minyak di perairan, infiltrasi
pestisida dan herbisida di sumber mata air, dan kontaminasi polutan industri.
Tempat tinggal, yaitu; gelandangan, tempat tinggal yang buruk, dan kepadatan
rumah. Kualitas makanan yaitu; malnutrisi, makanan yang terkontaminasi bakteri
atau virus, makanan dengan bahan kimia karsinogenik. Kontrol sampah yaitu;
penggunaan plastik yang tidak bisa didaur ulang, sistem pembuangan sampah
yang tidak adekuat, transpor dan penyimpanan sampah berbahaya, dan
pembuangan sampah industri yang ilegal

2.2 Gagal Ginjal Kronik (GGK)


2.2.1 Definisi
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001).

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif
dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. Gagal ginjal kronik
biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap .
Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu
mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan
dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan individu transisi
dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan
menunggu beberapa tahun.

2.2.2 Etiologi

2.2.2.1 Glomerulonefritis
Glomerulonefritis adalah peradangan ginjal bilateral, biasanya timbul
pasca infeksi streptococcus. Manifestasinya adalah proteinuria dan
atau hematuria. Terdapat dua jenis glomerulonefritis yaitu akut dan
kronik. Pada glomerulonefritis akut, gangguan fisiologis utamanya
dapat mengakibatkan ekskresi air, Na dan zat-zat nitrogen berkurang,
sehingga timbul edema dan azotemia. Peningkatan aldosteron
menyebabkan retensi air dan Na. Penyebab kerusakan ginjal diduga
adanya kompleks antigen (unsur membran plasma streptokokal
spesifik)-antibodi dalam darah dan bersirkulasi ke dalam glomerulus,
kemudian terperangkap dalam membran basalis. Selanjutnya
komplemen akan terfiksasi mengakibatkan lesi dan peradangan yang
menarik leukosit polimorfonuklear (PMN) dan trombosit. Fagositosis
dan pelepasan enzim lisosom juga merusak endotel dan membran
basalis glomerulus (GBM), sehingga terjadi proliferasi sel endotel.
Semakin meningkatnya kebocoran (kerusakan) kapiler glomerulus,
menyebabkan protein dan sel darah merah keluar bersama urin.

Pada glomerulonefritis kronik, biasanya timbul tanpa diketahui asal


usulnya. Ditandai dengan kerusakan glomerulus secara progresif
lambat, akan tampak ginjal mengkerut, berat lebih kurang 50 gram
dengan permukaan bergranula. Ini disebabkan jumlah nefron

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


berkurang karena iskemia, karena tubulus mengalami atropi, fibrosis
interstisialis dan penebalan dinding arteri. Menurut stadium
penyakitnya, gejala yang mungkin timbul antara lain poliuria atau
oliguria, protenuria, hipertensi, azotemia progresif, dan kematian
akibat uremia.

2.2.2.2 Penyakit Ginjal Herediter & Kongenital


2.2.2.2.1 Penyakit Ginjal Polikistik
Ditandai dengan kista-kista multiple yang berisi cairan jernih atau
hemoragik, bilateral yang mengadakan ekspansi dan lambat laun
mengganggu dan menghancurkan parenkim ginjal normal akibat
penekanan. Kista tersebut mudah terjadi komplikasi seperti infeksi
berulang, hematuria, poliuria, dan mudah membesar.

2.2.2.2.2 Asidosis tubulus ginjal


Gangguan ekskresi H+ dari tubulus ginjal/kehilangan HCO3- dalam
kemih walaupun GFR yang memadai tetap dipertahankan. Akibatnya
timbul asidosis metabolik (pH urin diatas 5,3 dan pH tubuh dibawah
5,3). Konsentrasi osmotik urin dan konservasi K+ terganggu, sehingga
menimbulkan hipokalemia dan poliuri. Asidosis kronis menyebabkan
mobilisasi garam Ca++ dari tulang dan hiperkalsiuria. Sehingga dapat
menyebabkan osteomalasia (dewasa) atau penyakit rakitis dan
hambatan pertumbuhan (anak-anak). Garam-garam Ca++ dapat
mengalami pengendapan secara difus pada parenkim ginjal
(nefrokalsinosis) atau dalam sistem pengumpul, yang menyebabkan
timbulnya batu. Pengendapan CaHPO4 pada ginjal ditunjukkan oleh
rendahnya kadar sitrat urine (yang secara normal menghambat
kristalisasi) dan peningkatan pH urine. Akhirnya gagal ginjal dapat
terjadi.

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


2.2.2.2.3 Hipertensi Esensial
Merupakan penyakit primer dan menyebabkan kerusakan pada
ginjal. Sebaliknya GGK dapat menyebabkan hipertensi melalui
mekanisme retensi Na dan H2O, pengaruh vasopressor dari sistem
renin angiotensin dan defisiensi prostaglandin, keadaan ini
merupakan salah satu penyebab utama GGK, terutama pada
populasi bukan orang kulit putih. Dampak hipertensi lama pada
organ ginjal adalah terjadi arteriosklerosis ginjal yang
menyebabkan nefrosklerosis benigna. Gangguan ini merupakan
akibat langsung iskemia karena penyempitan lumen pembuluh
darah intrarenal. Ginjal dapat mengecil, biasanya simetris, dan
mempunyai permukaan yang berlubang-lubang dan bergranula.
Penyumbatan arteria dan arteriol (aferen adalah yang paling sering
terjadi) akan menyebabkan kerusakan glomerulus, sehingga seluruh
nefron rusak. Pelepasan renin juga semakin meningkatkan tekanan
darah tersebut sehingga perubahan lokal akan semakin meluas
desertai pembentukan trombus, perdarahan glomerulus, infark
seluruh nefron, dan kematian yang cepat dari semua sel ginjal.

2.2.2.2.4 Uropati Obstruktif


Obstruksi aliran urine yang terletak di sebelah proksimal vesika
urinaria dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam
pelvis ginjal dan ureter. Hal ini saja sudah cukup untuk
mengakibatkan atrofi hebat pada parenkim ginjal (hidronefrosis).
Di samping itu, obstruksi yang terjadi di bawah vesika urinaria
sering disertai refluk vesikoureter dan infeksi pada ginjal.
Penyebab umum obstruksi ginjal adalah jaringan parut ginjal atau
uretra, batu, neoplasma, BPH, kelainan kongenital pada leher
vesika urinaria dan uretra serta penyempitan uretra.

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


2.2.2.2.5 Infeksi Saluran Kemih Dan Ginjal (Pielonefritis)
ISK dinyatakan bila terdapat bakeriuria yang bermakna
5
(mikroorganisme patogen 10 /ml pada urine pancaran tengah yang
dikumpulkan dengan benar). ISK bagian atas adalah pielonefritis
akut dan ISK bagian bawah adalah uretritis, sistitis, dan prostatitis.
Sistitis akut dan pielonefritis akut jarang berakhir sebagai gagal
ginjal progresif. Pielonefritis kronik adalah cidera ginjal progresif
yang menunjukkan kelainan parenkimal pada pemeriksaan IVP,
disebabkan oleh infeksi berulang/infeksi menetap pada ginjal.
Diperkirakan bahwa kerusakan ginjal pada pielonefritis
kronik/nefropati refluks, diakibatkan oleh refluks dari kandung
kemih yang terinfeksi kedalam ureter kemudian masuk kedalam
parenkim ginjal. Menurut teori hemodinamik intrarenal atau
hipotesa hiperfiltrasi, infeksi awal penyebab kerusakan nefron
mengakibatkan kompensasi peningkatan tekanan kapiler
glomerulus dan hiperperfusi pada sisa nefron yang masih relatif
normal. Hipertensi intraglomerulus ini yang menyebabkan
menimbulkan cedera pada glomerulus dan akhirnya menyebabkan
sklerosis. Pada pielonefritis kronik, karena menyerang interstisial
medula maka kemampuan ginjal untuk memekatkan urin sudah
mengalami kemunduran pada awal perjalanan penyakit sebelum
terjadi kemunduran GFR yang bermakna. Akibatnya, poliuri,
nokturia, dan urin berberat jenis rendah merupakan gejala dini yang
menonjol. Akibatnya akan kehilangan banyak garam melalui urin.
Pielonefritis kronik lanjut sering memperlihatkan gejala azotemia,
meskipun perkembangan sampai menjadi gagal ginjal biasanya
bersifat progresif lambat. Organisme penyebab infeksi antara lain:
E. Coli, golongan proteus, klebsiella, enterobacter, dan
pseudomonas serta oranisme gram positif staphylococcuc
saprophyticus

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


2.2.2.2.6 Nefropati Diabetik
Glomerulosklerosis diabetik difusi adalah lesi yang paling sering
terjadi, terdiri dari penebalan difus matriks mesangial dengan bahan
eosinofilik disertai penebalan membran basalis kapiler. Kelainan non
glomeroulus pada nefropati diabetik adalah nefritis tubulointertitial
kronik, nekrosis papilaris, hialinosis arteri aferen dan eferen, serta
iskemia.

2.2.2.2.7 Nefropati Toksik


Ginjal rentan terhadap efek toksik, obat-obatan, dan bahan-bahan
kimia karena ginjal menerima 25% dari curah jantung sehingga sering
dan mudah kontak dengan zat kimia dalam jumlah besar. Selain itu,
interstisium yang hiperosmotik memungkinkan zat kimia
dikonsentrasikan pada daerah yang relatif hipovaskular dan ginjal
merupakan jalur ekskresi obligatorik untuk sebagian besar obat,
sehingga insufisien ginjal mengakibatkan penimbunan obat dan
meningkatkan konsentrasi dalam cairan tubulus sehingga
meningkatkan kerja ginjal yang dapat berujung pada kerusakan ginjal.

2.2.3 Patofisiologi
Ketika terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron
utuh). Nefron-nefron yang utuh mengalami hipertrofi dan memproduksi
volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron
rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada
yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan
haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak
oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala

10

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% –
90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin
clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu ( Barbara C
Long, 1996). Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein
(yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah.
Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin
banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat.
Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth,
2001).

2.2.4 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinik dari GGK menurut Long (1996) antara lain gejala dini
berupa lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang, mudah tersinggung, depresi dan gejala yang lebih lanjut seperti
anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik
waktu ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis
mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.

Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth antara lain adalah


hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sistem RAA),
gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan
perikarditis (akibat iritasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis,
anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan
tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).

Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sistem kardiovaskuler :


hipertensi, pitting edema, edema periorbital, pembesaran vena leher,
friction sub pericardial. Sistem Pulmoner: krekel, nafas dangkal, kusmaull,
sputum kental dan liat. Sistem gastrointestinal: anoreksia, mual dan
muntah, perdarahan saluran GI, ulserasi dan pardarahan mulut, nafas
berbau amonia. Sistem muskuloskeletal: kram otot, kehilangan kekuatan
otot, fraktur tulang. Sistem Integumen: warna kulit abu-abu mengkilat,

11

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


pruritis, kulit kering bersisik, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis
dan kasar. Sistem Reproduksi: amenore, atrofi testis

2.2.5 Pemeriksaan Penunjang


1. Urine
Produksi volume urnie biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria)
atau anuri dengan warna abnormal yaitu urine keruh mungkin
disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, partikel koloid, fosfat/urat.
Sedimen kotor, kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobin,
forfirin. Berat Jenis urin sebesar < 1,015 (menetap pada 1,010
menunjukkan kerusakan ginjal berat). Osmolalitas urin < 350 mOsm/kg
menunjukkan kerusakan tubular, dan rasio urine/serum sering 1:1.
Kliren kreatinin mungkin agak menurun. Kadar Natrium lebih besar
dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium dan
terjadi proteinuria secara kuat menunjukkan kerusakan glomerulus.
Selain itu hal yang bisa dijadikan data dari pemeriksaan urin adalah PH,
Glukosa, Keton, SDP dan SDM

2. Darah
- BUN: Urea adalah produksi akhir dari metabolisme protein.
Peningkatan Bun dapat merupakan indikasi dehidrasi, kegagalan
pre renal, atau gagal ginjal.
- Kreatinin: Produksi katabolisme otot dari pemecahan kreatinin otot
dan kreatinin posfat. Bila > 50% nefron rusak maka kadar kreatinin
meningkat. Kreatinin merupakan indicator penyakit ginjal yang
lebih spesifik dari BUN dalam mengevaluasi fungsi glomerulus

Data pemriksaan Darah lainnya yang dapat dijadikan data


penunjang adalah elektrolit yaitu: Natrium, Kalium, Calsium,
Phospat, Hematologi yaitu : Hb, trombosit, Ht, leukosit,
protein/antibody yaitu: Protein loss : hipoalbuminemia (nefrotik)

12

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


dan Imonoglobulin, Glomeruloneefritis, analisa gas darah untuk
mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa.
- Pielogram retrograd: menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan
ureter.
- Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskular, massa.
- Sistouretrogram ginjal: menunjukkan ukuran kandung kemih,
refluks ke dalam ureter, retensi.
- Ultrasonografi ginjal: menentukan ukuran ginjal dan adanya massa,
kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
- Biopsi ginjal: mungkin dilakukan secara endoskopik untuk
menentukan sel jaringan untuk diagnosis histologis.
- Endoskopi ginjal, nefroskopi: dilakukan untuk menentukan pelvis
ginjal, keluar batu, hematuria, dan pengangkatan tumor selektif.
- EKG: mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan
elektrolit dan asam basa.
- Foto kaki, tengkorak, kolumna spinal, dan tangan: dapat
menunjukkan demineralisasi, kalsifikasi.

2.2.6 Penatalaksanaan Medis


1. Dialisis (cuci darah)
2. Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat,
suplemen kalsium, furosemid (membantu berkemih)
3. Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat
4. Transfusi darah
5. Transplantasi ginjal

13

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CKD

3.1. Pengkajian Keperawatan

Nama : Tn. B
Usia : 46 Tahun
Tanggal Lahir : 7 Agustus 1967
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Tanggal Masuk: 21 Mei 2013 dari IGD

Riwayat Penyakit Sekarang:

Klien datang ke IGD pada tanggal 21 Mei 2013 dengan keluhan sesak memberat
sejak 1 hari SMRS. Sesak sudah lama dirasakan sejak klien didiagnosa sakit
ginjal. Perut membesar (+), kaki begkak (+), batuk (+), klien juga mengatakan
bahwa dirinya tidak bisa tidur. Ketika klien masuk di ruang rawat pada tanggal 22
Mei 2013, didapatkan pengkajian; klien mengeluh sesak memberat karena perut
yang semakin membesar. Sesak dirasakan berkurang jika dalam posisi duduk, dan
mika/miki ketika berbaring. Mual (+), muntah (+), nafsu makan menurun (+). HD
rutin setiap Rabu dan Sabtu. Minum air sebanyak kira-kira 3 botol aqua (1800ml)
perhari. BAK 3x/hari (sekitar 350ml) dan BAB normal.

Riwayat Penyakit terdahulu:

DM sejak tahun 1999 dengan gula darah terkontrol dan hipertensi.

AKTIVITAS/
ISTIRAHAT
Gejala (subjektif) - Pekerjaan : Ketika masih sehat, klien bekerja
sebagai TNIAD,
namun saat ini klien dibebas tugaskan karena
sakit

14

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


- Keterbatasan karena kondisi : Gampang lelah
ketika melakukan aktifitas sehari-hari
- Tidur : Aktifitas tidur dalam posisi setengah
duduk dikarenakan sesak napas ketika berbaring.
Durasi tidur dari jam 10 malam hingga 5 pagi,
namun tidur sering terbangun. Aktifitas tidur
siang tidak ada.
- Kebiasaan : Sehari-hari ketika di rumah sakit,
klien hanya duduk dan mengobrol dengan teman
sekamar dan juga isteri.

- Kekuatan otot : 5555 5555


Tanda (objektif) 5555 5555
- Rentang gerak: Sempurna di empat ekstermitas
- Deformitas : Tidak ada
- Tremor : Tidak ada
SIRKULASI
Gejala (subjektif) - Edema: klien mengatakan bahwa kaki terasa
bengkak serta perut tarasa begah
- Keluhan pusing dirasakan klien ketika melakukan
aktifitas
Tanda (objektif)
- TD 130/80 mmHg; N : 80 x/menit
- nadi karotis : kuat.
- Jantung : bunyi S1/S2 +/+ S3 (-), irama: sinus
rhythm
- CRT: >2 detik
- Konjungtiva: anemis (+)
- Sklera: ikterik (+)
- Distensi JVP: Tidak ada
- Varises: Tidak ada
- Membran mukosa: bibir agak kering

15

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


INTEGRITAS/
EGO
Gejala (subjektif) - Masalah finansial : Biaya rumah sakit ditanggung
oleh askes.
- Status hubungan : sudah menikah.
- Agama : Katolik
- Klien mengatakan bahwa dirinya telah menerima
penyakitnya namun terkadang klien merasa bosan
dengan terapi yang dirasa tidak ada manfaatnya.

Tanda (objektif) - Status emosional : tenang, klien tampak menerima


keadaannya, saat ini klien tampak lebih banyak
memberi nasihat dan berbagi tentang pengalaman
tentang penyakit yang dialaminya

ELIMINASI
Gejala (subjektif) Pola BAB : klien tidak mengalami perubahan BAB .
Penggunaan laksatif : tidak ada. Karakter feses : lunak,
berwarna coklat, berbau tidak menyengat. Riwayat
perdarahan : Tidak ada. Konstipasi : tidak ada. Diare :
Tidak ada
Pola BAK : Klien merasa jarang BAK sejak sakit,
namun setelah diberi lasix, klien BAK sebanyak kira-
kira dua atau tiga kali/hari. warna : kuning pekat.

Tanda (objektif) Abdomen : Tampak membesar . Bising usus : 6x/menit


shifting dullnes (+)

16

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


MAKANAN/
CAIRAN
Gejala (subjektif) Pola Diet : diet ginjal 1900Kkal dan 1,5 gr/bb. Jumlah
makan (per hari) : klien makan makanan yang
disediakan oleh rumah sakit. Selera makan : Normal.
mual/ muntah : Tidak ada. Nyeri ulu hati : tidak ada.
Alergi/intoleransi makanan : Tidak ada. Minum tanpa
batasan

Tanda (objektif) TB sekarang : 59kg, TB: 162cm .Turgor kulit : kenyal


(bagus). Edema : pitting edema ektremitas kanan dan
kiri bawah derajat 1 asites : (+), shifting dullness (+).
Membrane mukosa : agak kering. Kulit tampak kering
dan terdapat pruritus.

HIGIENE
Gejala (subjektif) Aktivitas sehari-hari : Mandiri. Waktu mandi yang
disukai: sore hari.

Tanda (objektif) Penampilan umum : bersih dan rapi. kondisi kulit


kepala : bersih. adanya kutu : tidak ada

NEURO
SENSORI
Gejala (subjektif) Sakit kepala : klien mengatakan terkadang mengalami
sakit kepal jika beraktifitas terlalu lama. Riwayat
Stroke : tidak ada. Pandangan: Normal: Pendengaran :
tidak ada masalah pendengaran.

Tanda (objektif) Status mental : GCS E5M4V6. Kesadaran : CM. kaca


mata : tidak ada. kontak lensa : tidak ada. Alat bantu
dengar : tidak ada. ukuran/ reaksi pupil : isokor : +/+.

17

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


genggaman tangan : +/+. paralisis :Tidak ada.

NYERI/TIDAK
NYAMAN
Gejala (subjektif) Luka: Tidak ada, Nyeri: Tidak ada
Tanda (objektif) Tidak tampak luka di tubuh klien. Wajah tampak rileks
dan tenang.

PERNAPASAN
Gejala (subjektif) Klien mengalami sesak jika berbaring dan ketika
melakukan aktifitas. Riwayat bronchitis : tidak ada.
Asma : Tidak ada.

Tanda (objektif) Penggunaan alat bantu napas : tidak ada. Pernapasan :


frekwensi : 24x/menit. kedalaman : dangkal. Bunyi
napas : ronchi (+/+).

KESELAMATAN
Gejala (subjektif) Alergi :Tidak ada. Fraktur : tidak ada. arthritis/ sendi :
tidak ada.
Tanda (objektif)
Diaforesis : tidak ada. jaringan parut : tidak ada.
Kemerahan : tidak ada. laserasi : tidak ada.

SEKSUALITAS Selama sakit klien mengatakn tidak melakukan


hubungan seksual dikarenakan libido menurun.

INTERAKSI
SOSIAL
Gejala (subjektif) Status perkawinan : sudah menikah.
Tanda (objektif) komunikasi verbal/nonverbal dengan keluarga :
komunikasi baik dengan keluarga. Komunikasi dengan

18

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


pasien lain tampak baik

PENYULUHAN/ Bahasa dominan : indonesia. melek huruf : +


PEMBELAJARAN Pertimbangan pemuluangan :
Belum ada perencanaan pulang
Tabel 3.1 Tabel Data Pengkajian Pasien

Diagnosa Medis:

- CKD Stage V on HD
- Ascites Overload
- Sirosis Hepatis
- HCAP

Pemeriksaan Diagnostik:

- Thoraks Photo: Kardiomegali berat dengan efusi pleura kiri. Terdapat infiltrat di
perihile kanan. Tampak Pneumonia

- USG: Hepatosplenomegali, contracted, kidney disease, Ascites.

- Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan 21/5/13 25/5/13 26/5/13 27/5/13 28/5/13 Nilai


Normal
Haemoglobin 10,7 8,2 10,6 - 9,4 13-18
Hematokrit 35 25 33 - 28 40-52%
Eritrosit 4 Juta 3 Juta 4 juta - 3,4 4,3-6
Juta/uL
Trombosit 113.000 - 101.000 - - 150.rb-
400rb/ul
Limfosit 17 - - - - 20-40%
Monosit 8 - - - - 2-8%
Protein Total 8,6 - - 5,9 - 8,5 g/dl

19

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


Globulin 5 - - - - 2,5-3,5 g/dl
Ureum 126 133 73 164 131 20-50 mg/dl
Kreatinin 7,9 7,1 6,6 7,8 6 0,5-1,5
mg/dl
Asam Urat 10,3 - - 8,6 - 3,5-7,4
mg/dl
Kalsium 7,2 - - - - 8,6-10,3
mg/dl
Kalium 5,1 - - - - 3,5-5 mg/dl
PH 7,369 7,399 7,45 3,99 - 7,37-7,45
PCO2 21,5 22,5 30,5 19,9 - 33-44
PO2 143,7 93,5 75,7 103 - 71-104
HCO3 12,5 14 21,4 12,4 - 22-29
BE -10,4 8,7 -1,4 -10,7 - -2-3
Sat O2 99% 97% 95,4% 97,3% - 94-98%
HCV Reaktif - - - - Non reaktif
Albumin 3,3 - - 3,1 - 3,5-5 g/dl
Tabel 3.2 Data Hasil Laboratorium

Terapi Medikasi

Nama Obat Dosis


Lasix
Bicnat 3 x 500mg
B12 3 x 500 mg
CaCO3 3 x mg
As Folat 1 x 15 mg
Flumicyl 3x1
Ceftazidime 2 x 500mg
Cefotaxime 2 x 500mg
Inhalasi ventolyn
Tabael 3.3 Terapi Medikasi

20

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


3.2 Diagnosis Keperawatan

Analisis Data

Data Masalah Keperawatan


DS:
- Klien mengatakan kaki terasa
bengkak
- Perut terasa begah
- BAK 350cc/hari
- Input cairan: 1800cc
Kelebihan Volume Cairan Tubuh
DO:
- Udeme tungkai (+/+)
- Ascites (+)
- Shifting dullness (+)
- Perut tampak membesar

DS:
- Klien mengatakan sesak masih
ada
- Sesak terasa membaik jika
dalam posisi duduk Ketidakefektifan Pola Napas bd
- Sesak dirasakan lebih berat jika Peningkatan tekanan intraabdominal
beraktivitas
DO:
- RR: 24x/menit
- Napas klien tampak terengah-
engah
- Klien dalam posisi duduk

21

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


DS: -
DO:
- PH: 7,369 Gangguan asam basa tubuh
- PCO2: 21,5 (Asidosis metabolik terkompensasi
- HCO3: 12,5 sebagian)
- PO2: 143,7
- BE: -10,4
- RR: 24x/menit
- Napas klien tampak cepat dan dangkal
DS:Klien mengatakan mudah lelah
ketika beraktifitas dan merasa sesak Intoleransi Akifitas
DO: klien tampak cenderung duduk di
tempat tidur
Tabel 3.4 Analisis Data

3.3 Rencana Intervensi Keperawatan

Terlampir

3.4 Catatan Perkembangan Pasien

Tindakan keperawatan yang dlakukan oleh mahasiswa kepada Tn. B adalah


tindakan restriksi cairan berdasarkan perhitungan balans cairan tubuh untuk
menyelesaikan masalah kelebihan volume cairan tubuh klien. Catatan
perkembangan yang dituliskan dibawah ini adalah catatan perkembangan terkait
tindakan keperawatan fokus yang dilakukan oleh mahasiswa.

Tanggal Diagnosa Intervensi Evaluasi


22/5/13 Kelebihan - Mengkaji derajat S: Klien mengatakan bahwa;
volume cairan udeme dan ascites - Perut terasa begah dan

22

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


tubuh bd klien tampak membesar
penurunan - Menimbang berat - Kedua kaki terasa
fungsi ginjal badan bengkak
- Melakukan - Tidak membatasi diri
perhitungan input dan untuk minum
output cairan perhari - Urin output sedikit
- Melakukan kontrak sekitar 300 cc/hari
untuk melakukan O:
tampung urin 24 jam - BB: 59 kg
dan perhitungan - Pitting udeme: Gr I
minum secara akurat - Ascites: (+)
- Memotivasi klien - Shifting dullness: (+)
untuk tetap - TD: 130/90
melakukan restriksi - Balans Cairan: +800
cairan - Kreatinin: 7,9 mg/dl
- Menganjurkan klien - Albumin: 3,3
makan es batu untuk - Ureum: 126mg/dl
mengurangi dahaga
A: Terdapat masalah
kelebihan Volume cairan
tubuh

P:
- Pantau TTV
- Restriksi cairan
(600cc/hari)
- Timbang berat badan
setiap hari
- Hitung balans cairan
setiap hari
25/5/13 Peningkatan - Melakukan S: Klien mengatakan bahwa;
Volume perhitungan balans - Perut masih terasa

23

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


Cairan Tubuh ciran begah namun agak
bd penurunan - Menimbang berat merasa berkurang
fungsi ginjal badan sedikit
- Memotivasi klien - Kedua kaki masih
untuk tetap bengkak
melakukan - Minum sebanyak
pembatasan asupan 1000cc/hari
cairan - Klien mengatakan
- Menganjurkan klien memakan dan
untuk tetap menghabiskan makanan
mempertahankan O:
asupan diet ginjal; - BB: 57,5 kg
kalori: 1900Kkal, - Urin output: 200cc/hari
protein sebesar - Pitting udeme: Gr I
1,5g/bb - Ascites: (+)
- Shifting dullness: (+)
- TD: 140/80
- Balans Cairan: +245cc
- Kreatinin: 7,1 mg/dl
- Ureum: 133mg/dl
A: Masalah kelebihan
volume cairan tubuh teratasi
sebagian
P:
- Pantau TTV
- Restriksi cairan
(600cc/hari)
- Timbang berat badan
setiap hari
- Hitung balans cairan
setiap hari

24

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


28/5/13 Kelebihan - Melakukan S: Klien mengatakan bahwa;
volume cairan perhitungan balans - Perut terasa masih
tubuh bd ciran begah
penurunan - Menimbang berat - Kedua kaki terasa
fungsi ginjal badan bengkak
- Memotivasi klien - Minum sebanyak 600cc
untuk tetap sesuai anjuran perawat
melakukan - Sesak sedikit berkurang
pembatasan asupan O:
cairan - BB: 57 kg
- Menganjurkan klien - Pitting udeme: Gr I
untuk tetap - Ascites: (+)
mempertahankan - Shifting dullness: (+)
asupan diet ginjal; - TD: 130/100
kalori: 1900Kkal, - Balans Cairan: -230
protein sebesar - Kreatinin: 6 mg/dl
1,5g/bb - Ureum: 131mg/dl

A: Masalah kelebihan
Volume cairan tubuh teratasi
sebagian

P:
- Restriksi cairan
(600cc/hari)
- Timbang berat badan
setiap hari
- Hitung balans cairan
setiap hari
Tabel 3.5 CatatanPerkembangan Pasien

25

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


BAB 4

ANALISIS KASUS

4.1 Profil Lahan Praktik


Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto adalah
rumah sakit tentara pusat yang khusus didirikan untuk merawat Tentara Nasional
Indonesia Angkatan Darat dan merupakan rumah sakit rujukan tertinggi khusus
untuk TNI AD. RSPAD Gatot Soebroto berlokasi di Jalan Abdul Rahman Saleh
nomor 24 Jakarta Pusat.Hal yang menjadi visi RSPAD Gatot Soebroto adalah
untuk menjadi rumah sakit kebanggaan prajurit dengan misi utama
menyelenggarakan fungsi perumahsakitan tingkat pusat dan rujukan tertinggi
bagi rumah sakit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD). Misi
lainnya yang dimiliki oleh RSPAD Gatot Soebroto adalah menyelenggarakan
dukungan dan pelayanan kesehatan yang profesional dan bermutu serta
menyeluruh bagi prajurit/PNS TNI AD dan keluarganya dalam rangka
meningkatkan kesiapan dan kesejahteraan dan menjadi sub sistem kesehatan
nasional yang ikut meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui program
pelayanan masyarakat umum (RSPAD Gatot Soebroto, 2013).

Ruang Perawatan Umum lantai 6 (PU 6) adalah ruangan yang


dipergunakan mahasiswa untuk melakukan praktik keperawatan kesehatan
masyarakat perkotaan. Hal yang menjadi karakteristik ruangan ini adalah ruang
perawatan umum kelas 3 yang terdiri dari 11 kamar. Kamar 601 adalah ruang
perawatan masalah kesehatan onkologi, 602 ruang perawatan masalah kesehatan
ginjal hipertensi, 603 ruang perawatan masalah kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorokan (THT), 604 ruang perawatan masalah kesehatan endokrin, 605
ruang perawatan masalah kesehatan neurologi, 606 ruang masalah kesehatan
hepatik, 607 ruang masalah kesehatan imunokompresi, 608 ruang masalah
kesehatan integumen, 609 ruang masalah kesehatan digestif, 610 ruang masalah

26

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


kesehatan penyakit tropis, dan 611 ruang pengawasan khusus. Ruang perawatan
lantai 6 merupakan unggulan dalam melakukan perawatan pasien-pasien dengan
penyakit diabetes melitus.

4.2 Analisis Masalah Keperawatan


Praktik Keperawatan masalah perkotaan mengacu kepada pemberian
asuhan keperawatan pada masyarakat perkotaan. Sebagaiana yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa masalah kesehatan yang biasa terjadi di perkotaan salah
satunya adalah dipengaruhi oleh gaya hidup. Gaya hidup di perkotaan cenderung
serba praktis dan cepat. Masyarakat perkotaan juga umumnya banyak
mengkonsumsi makanan ataupun bahan kimia yang bebas dijual dimana saja dan
mudah unutk dijangkau. Minuman berkarbonasi dan mengandung zat kimia
umunya menjadi pilihan masyarakat perkotaan dikarenakan mengandung rasa dan
biasanya disajikan dalam keadaan dingin dimana diyakini dapat menghilangkan
dahaga dengan cepat dan memiliki rasa yang enak.

Minuman yang mengandung bahan-bahan kimia tinggi dapat merusak ginjal.


Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya bahwa Ginjal rentan terhadap
efek toksik, obat-obatan, dan bahan-bahan kimia karena ginjal menerima 25% dari
curah jantung sehingga sering dan mudah kontak dengan zat kimia dalam jumlah
besar. Selain itu, interstisium yang hiperosmotik memungkinkan zat kimia
dikonsentrasikan pada daerah yang relatif hipovaskular dan ginjal merupakan
jalur ekskresi obligatorik untuk sebagian besar obat, sehingga insufisien ginjal
mengakibatkan penimbunan obat dan meningkatkan konsentrasi dalam cairan
tubulus sehingga meningkatkan kerja ginjal yang dapat berujung pada kerusakan
ginjal.

Data hasil wawancara klien, menyebutkan bahwa klien suka minum-minuman


bersoda dan hasil data lab ureum dan kretainin menunjukkan angka 126mg/dl dan
7,9 mg/dl secara berturut-turut. Angka ureum dan kreatinin tersebut dapat
menunjukkan tingkat keparahan ataupun kerusakan glomeruslus ginjal Tn. B.

27

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


Selain faktor gaya hidup langsung, riwayat penyakit diabetes melitus yang
diderita Tn. B mempengaruhi perjalanan peyakit CKD yang diderita oleh Tn.B.
Pasien dengan diabetes melitus cenderung mengalami gangguan dalam perfusi
jaringan yang pada akhirnya akan mengacu kepada nefropati diabetikum.
Nefropati diabetikum adalah penurunan aliran darah ke nefron-neron ginjal yang
pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan pada nefron ginjal.

Setelah dilakukan perhitungan GFR, didapati hasil bahwa Tn.B saat ini berada di
stage 5 dengan penanganan medis yang mungkin diberikan adalah hemodialisis
atau transplantasi ginjal. Penanganan tambahan yang bisa memperbaiki kondisi
Tn. B adalah restriksi cairan dan diet tinggi protein dan kalori.

4.3 Analisis Intervensi


Intervensi utama yang menjadi fokus mahasiswa dalam penyelesaian maslaah
gangguan volume cairan pada Tn. B dengan CKD adalah restriksi cairan.
Restriksi cairan diikuti juga dengan intervensi perhitungan balans cairan setiap
hari per 24 jam dan perhitungan berat badan setiap hari. Perhitungan balans cairan
tersebut dimaksudkan untuk mengetahui keefektifan intervensi restriksi cairan
yang telah dilakukan kepada Tn.B.

Pemasukan cairan maksimal perharinya yang dapat dikonsumsi oleh Tn.B adalah
sebanyak 600cc/hari. Tn.B mengatakan bahwa jumlah tersebut sangat sedikit
sehingga tidak mungkin dapat dilakukan. Mahasiswa menganjurkan untuk
menghilangkan dahag dengan cara menghisap es batu jika diperlukan. Namun
pada kenyataannya, klien tidak melakukan dan hanya meminum sesuai dengan
anjuran mahasiswa.

Alternatif kepatuhan restriksi cairan disiasati mahasiswa dengan menerapkan


bahwa klien hanya boleh minum dari botol air mineral yang disediakan oleh
mahasiswa dan tidak boleh bercampur dengan yang lainnya. Namun terkadi
kendala dalam melakukan intervensi ini yaitu klien terkadang merasa kondisi
lingkungan yang panas membuat dirinya mudah merasa haus karena kepanasan.

28

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


Intervensi pertama dilakukan pada tanggal 22 Mei 2013. Mahasiswa melakukan
perhitungan balans cairan secara kasar yaitu dengan memperkirakan masukan dan
pengeluaran berdasarkan data subjektif klien. Dari pengkajian didapati bahwa
masukan cairan klien sebesar 1800cc/hari dan pengeluaran dari urin sebesar
350cc/hari. Pengeluaran urin kemudian ditambah dengan IWL klien yang didapat
dari perhitungan 10cc per kologram berat badan klien. Berat badan klien pada saat
itu adalah 59kg sehingga didapati IWL sebesar 590cc. Total pengeluaran cairan
tubuh Tn.B pada tanggal ini adalah 940cc. Mahasiswa kemudian menghitung
balans cairan tubuh Tn.B yaitu sebesar +860cc. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat 860cc cairan yang tidak dapat dikeluarkan oleh tubuh pasien yang
menyebabkan peningkatan keseriusan masalah kelebihan volume cairan tubuh
klien.

Mahasiwa kemudian menganjurkan klien untuk melakukan restriksi cairan yaitu


sebesar 600cc/hari. Pada hari pertama restriksi cairan, klien minum air putih lebih
dari yang seharusnya sehingga intervensi tidak dapat berjalan sebagaimana
mestinya. Pada hari ke-dua balans cairan Tn. B adalah +225cc dengan berat badan
sebesar 57,5kg dari hasil perhitungan hari kedua tersebut, didapati penurunan
berat badan. Maka dapat dikatakan bahwa meskipun klien tidak sepenuhnya
mematuhi aturan restriksi cairan sebesar 600cc/hari, namun masalah teratasi
sebagian yang ditunjukkan oleh adanya penurunan berat badan. Penurunan berat
badan yang signifikan setiap harinya dapat mengindikasikan penurunan cairan di
interstisial.

Perhitungan balans cairan tetap dilakukan mahasiswa dan pada hari terakhir
intervensi mahasiswa melakukan intervensi restriksi cairan, didapati bahwa
pemasukan cairan sesuai dengan program restriksi caran yaitu sebesar 600cc/hari
dan urin output ditambah dengan IWL klien yaitu sebesar 730cc dari perhitungan
balans cairan didapati balans cairan klien adalah -230. Mahasiswa juga melakukan
pengukuran berat badan. Berat badan Klien pada hari tersebut adalah 57kg dapat
dilihat bahwa terjadi penurunan berat badan pada klien dan dari data subjektif
didapati bahwa sesak klien berkuran. Mahasiswa melakukan pengkajian pitting

29

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


edema dan didapati hasil pitting udema positif, namun dari hasil balans cairan,
menunjukkan bahwa intervensi restriksi cairan berhasil dilakukan dan terbukti
efektif untuk mengatasi masalah kelebihan volume cairan tubuh pada pasien
dengan CKD.

4.4 Alternatif Penyelesaian Kasus

Kendala yang ditemui oleh mahasiswa dalam melakukan intervensi restriksi


cairan seperti yang telah disebutkan diatas adalah kondisi rumah sakit yang
cenderung panas membuat klien merasa kepanasan yang akhirnya berujung pada
keinginan untuk minum lebih dari program restriksi cairan yang telah disepakati.
Ruangan klien memiliki dua kipas angin yang berada di tengah ruangan namun,
aliran udar tidak mengena keseluruh ruangan. Terdapat jendela di ujung ruangan
dan pintu, namun aliran udara juga tidak sepenuhnya bisa masuk. Pada malam
hari AC akan dinyalakan dan dimatikan pada pagi dini hari.

Alternatif penyelesaian masalah yang ditawarkan oleh mahasiswa untuk masalah


ini adalah penyedian fasilitas kipas angin satu kipas angin untuk satu pasien pada
pasien CKD untuk mengatasi masalah kondisi cuaca yang panas tersebut.
Mahasiswa menyadari pengadaan fasilitas tentunya tidak mudah dalam proses
pengurusan administrasi dan proposal, untuk itu mahasiswa menganjurkan untuk
kepada rumah sakit untuk mengatur posisi pasien CKD yang membutuhkan
restriksi caran untuk diberikan lokasi tempat tidur yang berdekatan dengan jendela
sehingga akses aliran udara dapt dengan mudah masuk dan klien tidak meraakan
kegerahan dan diharapkan kebutuhan pemasukan cairan dapat berkurang.

Alternatif penyelesaian masalah yanv lain yaitu mahasiswa menganjurkan kepada


pihak rumah sakit untuk memberlakukan peraturan khusus kepada kamar pasien
dengen CKD yaitu menghidupkan AC sepanjang hari. Pengeluaran cairan tubuh
melalui IWL dan SWL akan berkurang jika pasien berada dalam ruangan dengan
AC. Klien yang berada dalam ruangan yang menggunakan AC juga pastinya tidak
akan merasa kegerahan dan keinginan untuk minum cairan akan berkurang. Hal

30

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


ini dirasa mahasiswa akan sangat membantu program intervensi restriksi cairan
yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah kelebihan volume cairan tubuh
pada pasien dengan CKD.

31

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa


hal sebagai berikut:

1. Chronic kidney failure (CKD) adalah salah satu penyakit dimana angka
kejadian yang termasuk dalam lima besar penyakit yang paling sering
terjadi di ruang perawatan umum RSPAD Gatot Soebroto

2. CKD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat perkotaan


dikarenakan gaya hidup masyarakat perkotaan yang cenderung suka
minum-minuman berkarbonasi dan juga mengandung zat-zat kimia yang
bersifat toksik pada ginjal.

3. Masalah utama yang biasanya dialami oleh pasien-pasien yang menderita


CKD adalah ketidakefektifan pola napas yang diakibatkan oleh kelebihan
volume cairan tubuh dan juga usaha kompensasi untuk mencapai
keseimbangan asam dan basa tubuh.

4. Perhitungan BB setiap hari perlu dilakukan pada pasien dengan CKD


dengan tujuan untuk mengetahui kefektifan terapi yang dilakukan untuk
mengeluarkan cairan tubuh pasien. Peningkatan BB secara tajam per
harinya menunjukkan bhwa terjadi peningkatan cairan tubuh di dalam
ruang interstisia tubuh klien.

5. Restriksi cairan perlu dilakukan pada pasien yang menderita CKD untuk
menyelesaikan masalah kelebihan volume cairan tubuh dan juga masalah
ketidakefektifan pola napas. Restriksi cairan diharaokan tidak akan
menambah volume cairan tubuh secara tajam dan akan meminimalkan
akibat akan kelebihan cairan.

32

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut:

1. Hasil Tulisan diharapkan dapat menjadi bahan bacaan untuk masyarakat


perkotaan untuk meningkatkan kesadaran akan tingginya angka kejadian
CKD di perkotaan khususnya daerah Jakarta.

2. Hasil Tulisan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan


pola gaya hidup yang dapat meningkatkan angka kejadian resiko CKD

3. Hasil Tulisan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kepatuhan


pasien dalam melakukan pembatasan cairan dan menambah pengetahuan
klien untuk melakukan cara yang dapat dijalani untuk menghilangkan
haus, namun masih di jalur program restriksi cairan

4. Hasil Tulisan diharapkan dapat meningkatkan peran perawat sebagai


pemberi asuhan keperawatan untuk melakukan monitoring input dan
output cairan tubuh klien

5. Hasil Tulisan diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar untuk penulisan


selanjutnya misalnya kefektifan program penyelesaian masalah kelebihan
volume cairan tubuh dengan cara restriksi cairan dan kepatuhan diet tinggi
protein pada klien dengan CKD.

33

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


DAFTAR PUSTAKA

Anderson & Mc Farlen. 2007. Buku ajar keperawatan komunitas teori dan
praktik. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC

Brunner & Suddarth. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC

http://ccn.aacnjournals.org/content/26/4/17.full.pdf+html

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-dinameitas-6381-1-
babipe-n.pdf

http://www.kidney.org/professionals/kdoqi/guidelines_anemia/pdf/AnemiaInCKD
.pdf

://www.who.int/bulletin/volumes/86/3/07-
041715/en/http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/0810712005/bab1.
pdf

34

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


No. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Kelebihan volume cairan Tujuan : 1. Awasi denyut jantung,TD. Takikardia dan hipertensi terjadi karena kegagalan
berhubungan dengan penurunan Setelah dilakukan asuhan ginjal untuk mengeluarkan urine dan perubahan pada
fungsi ginjal keperawatan selama 7x 30 sistem renin-angiotensin.
menit volume cairan klien
dapat mencapai keseimbangan. Perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan
2. Hitung balans cairan penggantian cairan, dan penurunan risiko kelebihan
Kriteria Hasil: cairan.
- Menunjukkan haluaran urin
yang baik
- BJ urin mendekati normal Mengukur kemampuan ginjal untuk
(1,015) 3. Awasi berat jenis urin. mengkonsentrasikan urine. Berat jenis biasanya
- Volume urin normal sama/kurang dari 1,010 menunjukan kehilangan
- BB stabil kemampuan untuk memekatkan urine.
- Tanda-tanda vital dalam batas
normal: 4. Berikan minuman yang disukai sepanjang 24 Membantu menghindari periode tanpa cairan,
TD tidak lebih dari 150/100 jam. Berikan bervariasi contoh panas, dingin, minimalkan kebosanan pilihan yang terbatas dan
mmHg beku. menurunkan rasa kekurangan dan haus.
RR 16-20 x/menit
Nadi 60-100 x/menit 5. Timbang berat badan tiap hari dengan alat dan Penimbangan berat badan harian adalah pengawasan
- Tidak ada edema pakaian yang sama. status cairan terbaik. Peningkatan berat badan lebih
- Intake cairan=output cairan dari 0,5 kg/hari diduga ada retensi cairan.

6. Kaji kulit, wajah, area tergantung untuk Edema terjadi terutama pada jaringan yang tergantung
edema. Evaluasi derajat edema (pada skala +1 pada tubuh, contohnya tangan, kaki, areal lumbo
sampai +4) sakral. BB pasien dapat meningkat sampai 4,5 kg
cairan sebelum edema pitting terdeteksi. Edema
periorbital dapat menunjukan tanda perpindahan
cairan ini, karena jaringan rapuh ini mudah terdistensi
oleh akumulasi cairan walaupun minimal.

7. Auskultasi paru dan bunyi jantung Kelebihan cairan dapat menimbulkan edema paru dan
gagal jantung kongestif dibuktikan oleh terjadinya
bunyi napas tambahan, bunyi jantung ekstra.

8. Kaji tingkat kesadaran : selidiki perubahan Dapat menujukan perpindahan cairan, akumulasi
mental dan adanya gelisah. toksin, asidosis, ketidakseimbangan elektrolit, atau
terjadinya hipoksia.

9. Kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium: Kreatinin adalah indikator yang menunjukkan fungsi
BUN, Kreatinin, natrium dan kreatinin urine, ginjal. Hiponatremia dapat diakibatkan dari kelebihan
Natrium serum, Kalium serum, Hb/Ht. cairan atau ketidakmampuan ginjal untuk menyimpan
natrium. Hipernatremia menunjukkan defisit cairan

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


tubuh total . Kekurangan ekskresi ginjal dan/atau
retensi selektif kalium untuk mengekskresikan
kelebihan ion hidrogen (memperbaiki asidosis)
menimbulkan hiperkalemia.

10. Kolaborasi untuk pembatasan cairan Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh
ideal, haluaran urin, dan respon terhadap terapi.

11. Kolaborasi pemberian diuretik sesuai indikasi Melebarkan lumen tubular dari debris, menurunkan
hiperkalemia, dan meningkatkan volume urine
adekuat.

12. Modifikasi diet tinggi protein Protein akan diprses menjadi albumin untuk
meningkatkan tekanan onkotik di dalam vaskuler
darah
2. Intoleransi aktivitas Tujuan: 1. Kaji faktor yang menimbulkan keletihan Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat
berhubungan dengan kelemahan Setelah dilakukan asuhan seperti anemia, ketidak seimbangan cairan dan keletihan.
keperawatan selama 7x30 menit elektrolit, retensi produk sampah, depresi.
masalah intolerasi aktivitas
klien dapat teratasi. 2. Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada Mengidentifikasi kebutuhan individu dan membantu
aktifitas yang diinginkan/dibutuhkan. pemilihan interfensi.
Kriteria Hasil:
1. Berpartisipasi pada aktifitas 3. Tingkatkan kemandirian klien dalam Meningkatkan aktivitas ringan/ sedang dan
yang diinginkan, memenuhi melakukan aktivitas perawatan diri yang dapat memperbaiki harga diri.
kebutuhan perawatan diri ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi.
sendiri
2. Mencapai peningkatan 4. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat. Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas
toleransi aktivitas yang yang dapat ditoleransi.
dapat diukur, dibuktikan 5. Awasi kadar elektrolit termasuk kalsium,
oleh menurunnya magnesium, dan kalium. Ketidak seimbangan dapat mengganggu fungsi
kelemahan, dan kelelahan. neuromuskuler yang memerlukan peningkatan
3. Tanda vital dalam batas penggunaan energi untuk menyelesaikan tugas
normal selama aktivitas
Td= 120/80 mmHg
Nadi=80-100x/menit
RR=16-20x/menit
Suhu=36 – 37,50C

3. Ketidakefektifan pola napas bd Tujuan: Mandiri


peningkatan tekanan Setelah 7 x 30 menit
intraabdomen pemberian asuhan keperawatan, 1. Awasi frekuensi, kedalaman, dan upaya Pernafasan dangkal cepat/dispnea mungkin ada
pasien akan: pernafasan. sehubungan dengan hipoksia dan/atau akumulasi

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013


1. Mempertahankan pola cairan dalam abdomen.
pernafasan efektif dengan 2. Auskultasi bunyi nafas. Catat crackles, mengi,
RR: 12-20 ronchi. Menunjukkan terjadinya komplikasi (contoh adanya
2. Bebas dispnea dan sianosis bunyi tambahan menunjukkan adanya akumulasi
3. Nilai AGD dan kapasitas cairan/sekresi; tak ada/menurunkan bunyi atelektasis)
vital paru dalam rentang 3. Selidiki perubahan tingkat kesadaran
normal Perubahan mental dapat menunjukkan hipoksemia dan
gagal pernafasan, yang sering disertai koma
4. Pertahankan kepala tempat tidur tinggi (semi
Memudahkan pernafasan dengan menurunkan tekanan
fowler). Posisi miring.
pada diafragma dan meminimalkan ukuran aspirasi
sekret.
Kolaborasi

1. Awasi seri GDA, nadi oksimetri, ukur


Menunjukkan data perburukan atau perbaikan
kapasitas
pernapasan
vital, foto dada.
Mungkin perlu untuk mengobati/mencegah hipoksia.
2. Berikan tambahan O2 sesuai indikasi. Bila pernapasan/oksigenasi tidak adekuat, ventilasi
mekanik sesuai kebutuhan.

4 Gangguan asam basa bd Tujuan: 1. Monitor TTV Menggambarkan perburukan kondisi asam basa tubuh
penurunan fungski Ginjal Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 7x30 menit 2. Pantau Tingkat kesadaran Tingkat kesadaran menunjukkan bahwa gangguan
masalah gangguan asam basa asam basa semakin buruk
teratasi
3. Monitor AGD, serum elektrolit Kadar GAD dan elektrolit darah dapat dipergunakan
Kriteria Hasil: untuk memantau perbaikan dan memberikan terapi
1. PH: 7,37-7,45 pengobatan
2. PCO2: 33-44
3. RR: 12-20 Untuk perbaikan kondisi asidosis tubuh
4. Kolaborasi koreksi biknat
4. HCO3: 22-29
5. BE: -2-3
6. Penurunan kesadaran tidak
terjadi
7. Napas kusmaul hilang

Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai