Anda di halaman 1dari 5

Tugas Akhir Modul 5 : Teori dan Genre Sastra Indonesia

Oleh : Sukawati Salim S.Pd


No Peserta PPG : 19330615610105
Bidang Studi Sertifikasi : Bahasa Indonesia

I. TEORI STRUKTURALISME SASTRA

Teori strukturalisme sastra merupakan sebuah teori pendekatan terhadap teks-


teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks. Unsur-
unsur teks secara berdiri sendiri tidaklah penting. Unsur-unsur itu hanya memperoleh
artinya di dalam relasi, baik relasi asosiasi ataupun relasi oposisi. Relasi-relasi yang
dipelajari dapat berkaitan dengan mikroteks (kata, kalimat), keseluruhan yang lebih luas
(bait, bab), maupun intertekstual (karya-karya lain dalam periode tertentu). Relasi
tersebut dapat berwujud ulangan, gradasi, ataupun kontras dan parodi (Hartoko, 1986:
135-136).

Istilah kritik strukturalisme secara khusus mengacu kepada praktik kritik sastra
yang mendasarkan model analisisnya pada teori linguistik modern. Tetapi umumnya
strukturalisme mengacu kepada sekelompok penulis di Paris yang menerapkan metode
dan istilah-istilah analisis yang dikembangkan oleh Ferdinan de Saussure (Abrams,
1981: 188-190). Strukturalisme menentang teori mimetik, yang berpandangan bahwa
karya sastra adalah ( tiruan kenyataan), teori ekspresif, yang menganggap sastra
pertama-tama sebagai ungkapan perasaan dan watak pengarang, dan menentang
teori-teori yang menganggap sastra sebagai media komunikasi antara pengarang dan
pembacanya.

Teori strukturalisme memiliki latar belakang sejarah evolusi yangcukup panjang


dan berkembang secara dinamis. Dalam perkembangan itu terdapat banyak konsep
dan istilah yang berbeda-beda, bahkan saling bertentangan. Misalnya, strukturalisme di
Perancis tidak memiliki kaitan erat dengan strukturalisme ajaran Boas, Sapir, dan Whorf
di Amerika. Akan tetapi semua pemikiran strukturalisme dapat dipersatukan dengan
adanya pembaruan dalam ilmu bahasa yang dirintis oleh Ferdinand de Saussure. Jadi
walaupun terdapat banyak perbedaan antara pemikir-pemikir strukturalis, namun titik
persamaannya adalah bahwa mereka semua memiliki kaitan tertentu dengan prinsip-
prinsip dasar linguistik Saussure (Bertens, 1985: 379381).-Ferdinand de Saussure
Tugas Akhir Modul 5 : Teori dan Genre Sastra Indonesia
Oleh : Sukawati Salim S.Pd
No Peserta PPG : 19330615610105
Bidang Studi Sertifikasi : Bahasa Indonesia

meletakkan dasar bagi linguistik modernmelalui mazhab yang didirikannya, yaitu


mazhab Jenewa. Menurut Saussure prinsip dasar linguistik adalah adanya perbedaan
yang jelas antara signifiant (bentuk, tanda, lambang) dan signifie (yang ditandakan),
antara parole (tuturan) dan langue (bahasa), dan antara sinkronis dan diakronis.
Dengan klasifikasi yang tegas dan jelas ini ilmu bahasa dimungkinkan berkembang
menjadi ilmu yang otonom, di mana fenomena bahasa dapat dijelaskan dan dianalisis
tanpa mendasarkan diri atas apa pun yang letaknya di luar bahasa. Saussure
membawa perputaran perspektif yang radikal dari pendekatan diakronik ke pendekatan
sinkronik. Sistem dan metode linguistik mulai berkembang secara ilmiah dan
menghasilkan teori-teori yang segera dapat diterima secara luas. Keberhasilan studi
linguistik kemudian diikuti oleh berbagai cabang ilmu lain seperti antropologi, filsafat,
psikoanalisis, puisi, dan analisis cerita.

Struktur bukanlah suatu yang statis, tetapi merupakan suatu yang dinamis karena
didalamnya memiliki sifat transformasi. Karena itu, pengertian struktur tidak hanya
terbatas pada struktur (structure), tetapi sekaligus mencakup pengertian proses
menstruktur (structurant) (Peaget dalam Sangidu, 2004: 16). Dengan demikian, teori
struktural adalah suatu disiplin yang memandang karya sastra sebagai suatu struktur
yang terdiri atas beberapa unsur yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang
lainnya.
Kelemahan Teori Struktural

Kelemahan terbesar dari strukturalisme adalah sifatnya yang sinkronistis. Sebuah


karya sastra dianggap sebagai sebuah dunia tersendiri yang terlepas dari dunia lainnya.
Padahal, sebuah karya sastra adalah cermin zamannya. Artinya, karya sastra yang
dihasilkan seorang pengarang pada suatu kurun waktu tertentu merupakan gambaran
dari kondisi kehidupan yang terdapat dalam kurun waktu tersebut. Di dalamnya terdapat
gambaran tentang situasi sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan dari kurun waktu
(zaman) tersebut. Strukturalisme mengabaikan semua itu. Strukturalisme hanya
Tugas Akhir Modul 5 : Teori dan Genre Sastra Indonesia
Oleh : Sukawati Salim S.Pd
No Peserta PPG : 19330615610105
Bidang Studi Sertifikasi : Bahasa Indonesia

"bermain-main" dengan bangunan bentuk dari sebuah karya sastra semata-mata.


Aspek-aspek kesejarahan dari sebuah karya sastra tidak dibenarkan untuk dijadikan
acuan dalam melakukan analisis. Dapatlah dipahami jika teori strukturalisme
diposisikan sebagai teori sastra yang a-historis. Seorang pengarang tidaklah menulis
dalam sebuah ruang kosong. Ia menulis dalam sebuah ruang yang di dalamnya penuh
dengan berbagai persoalan kehidupan. Persoalan-persoalan itu tentulah mempengaruhi
alam pikiran pengarang ketika membuat karangannya. Kondisi itu diabaikan oleh teori
strukturalisme.
Keilmiahan Teori Strukturalisme

Teori strukturalisme sastra, sesuai dengan penjelasan di atas, dapat dipandang sebagai
teori yang ilmiah mengingat terpenuhinya tiga ciri ilmiah. Ketiga ciri itu adalah:
1. Sebagai aktivitas yang bersifat intelektual, teori strukturalisme sastra mengarah
pada tujuan yang jelas yakni eksplikasi tekstual,

2. Sebagai metode ilmiah, teori ini memiliki cara kerja teknis dan rangkaian langkah-
langkah yang tertib untuk mencapai simpulan yang valid, yakni melalui pengkajian
ergosentrik,
3. Sebagai pengetahuan, teori strukturalisme sastra dapat dipelajari dan dipahami
secara umum dan luas serta dapat dibuktikan kebenaran cara kerjanya secara cermat.

II. SYARAT PANTUN KARMINA

Karmina merupakan jenis pantun yang terdiri atas dua baris. Baris pertama dari
karmina merupakan sampiran dan baris keduanya merupakan isi dengan pola sajak
lurus (a-a). Karmina biasa disebut dengan pantun kilat atau pantun dua seuntai.
Karmina umumnya dipakai untuk menyampaikan suatu sindiran atau ungkapan apapun
secara langsung.

Ciri-ciri Karmina
Tugas Akhir Modul 5 : Teori dan Genre Sastra Indonesia
Oleh : Sukawati Salim S.Pd
No Peserta PPG : 19330615610105
Bidang Studi Sertifikasi : Bahasa Indonesia

 Karmina terdiri dari 2 baris


 Karmina bersajak a-a atau b-b
 Baris pertama disebut sampiran
 Baris kedua disebut isi
 Pada setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata atau 4 kata
 Di antara sampiran dan isi tidak ada hubungan makna
 Mengandung dua hal yang bertentangan, yakni rayuan dan perintah
 Semua baris diakhiri dengan koma, kecuali pada baris keempat diakhiri dengan
titik

Makan durian dibelah dua

Rambut beruban pertanda tua

Berdasarkan ciri atau syarat pantun karmina, pantun di atas termasuk dalam
jenis pantun karmina.

III. PERBEDAAN NASKAH DRAMA DENGAN TEKS DRAMA

Naskah drama adalah salah satu genre karya sastra yang sejajar dengan
prosa dan puisi. Berbeda dengan prosa maupun puisi, naskah drama memiliki
bentuk sendiri yaitu ditulis dalam bentuk dialog yang didasarkan atas konflik
batin dan mempunyai kemungkinan dipentaskan (Waluyo, 2003:
2). Drama berarti perbuatan, tindakan.

Sedangkan, Teks Drama adalah suatu teks cerita yang dipentaskan di atas
panggung (disebut teater) atau tidak dipentaskan di atas panggung (drama radio,
telivisi, film). Drama secara luas dapat diartikan sebagai salah satu bentuk sastra
Tugas Akhir Modul 5 : Teori dan Genre Sastra Indonesia
Oleh : Sukawati Salim S.Pd
No Peserta PPG : 19330615610105
Bidang Studi Sertifikasi : Bahasa Indonesia

yang isinya tentang hidup dan kehidupan yang disajikan atau dipertunjukkan
dalam bentuk gerak.

Anda mungkin juga menyukai