TINJAUAN PUSTAKA
Para petani masih sangat mengandalkan insektisida kimia sebagai alat pengendali
dengan tujuan untuk memberantas serangga yang ada pada agroekosistem tanpa
memperdulikan dampak negatif yang ditimbulkan khususnya terbunuhnya serangga
dari golongan musuh alami (Sarjan, 2004; Wudianto, 1997). Dampak penggunaan
pestisida terhadap lingkungan sangat ditentukan oleh efektivitas pestisidanya. Suatu
jenis pestisida dianggap efektif bila (1) cukup beracun untuk mempengaruhi seluruh
kelompok biota termasuk makhluk bukan sasaran sampai batas tertentu tergantung
faktor fisiologis dan ekologis dan (2) pestisida harus tahan terhadap degradasi
lingkungan sehingga dapat bertahan dalam jangka waktu tertentu. Sifat- sifat ini
tentunya akan memberi pengaruh jangka panjang terhadap ekosistem alamiah.
Pestisida yang paling banyak digunakan adalah insektisida, diikuti herbisida dan
fungisida dalam jumlah yang lebih sedikit (Mukhlis et al., 2011).
Proses degradasi adalah proses terjadinya peruraian pestisida setelah digunakan, dapat
terjadi sebagai akibat adanya; mikroba, reaksi kimia, dan sinar matahari. Prosesnya
dapat terjadi setiap saat dari hitungan jam, hari, sampai tahunan bergantung pada
kondisi lingkungan dan sifat-sifat kimia pestisida (Manuaba, 2009). Beberapa
penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa genus bakteri yang diisolasi dari tanah
dan perairan sungai mampu mendegradasi senyawa pestisida dan menggunakannya
sebagai sumber karbon dan memiliki gen metabolisme dalam plasmidnya (Sabdono,
2003). Bakteri yang tetap bertahan hidup di lingkungan yang mengandung pestisida
merupakan ekspresi bakteri yang mampu hidup dan dapat mendegradasi pestisida
(Rahmansyah & Sulistinah, 2009).
Secara alami, mikroba tertentu mampu menyesuaikan hidup atau sintas pada
tanah mengandung pestisida. Perkembangan populasi bakteri tanah adalah ciri
dinamika kehidupan di tanah. Terjadinya populasi bakteri pada tanah yang
mengandung pestisida mencirikan adanya proses degradasi terhadap pestisida.
Pendegradasian dapat terjadi melalui proses mineralisasi, secara utuh hasilnya
dimanfaatkan langsung oleh sel-sel mikroba. Untuk mengenali alur degradasi atau
biokonversi, beberapa hal seperti pengenalan karakter metabolisme mikroba, dan
spesifitas enzim terhadap substrat residu pestisida dapat menjadi acuan dalam upaya
menghilangkan cemaran pestisida di tanah (Rahmansyah & Sulistinah, 2009). Proses
degradasi oleh mikroba ini akan mengalami peningkatan bila temperatur, pH tanah
cocok untuk pertumbuhan mikroba, cukup oksigen, dan fertilitas tanahnya cukup baik
(Manuaba, 2009). Asupan sarana produksi berupa pupuk kimia ke dalam tanah
pertanian juga akan memberikan pola tersendiri dalam menstimulasi mikroba
fungsional yang ada di dalam tanah (Rahmansyah & Sulistinah, 2009).
Surfaktan (dari kata surface active agent) adalah senyawa yang dapat menurunkan
tegangan permukaan air. Umumnya molekul surfaktan mengandung ujung ekor
hidrofobik yang terdiri atas satu rantai hidrokarbon atau lebih (group alifatik atau
aromatik) dan kepala hidrofilik (sulfonate, sulfate, amine atau polyoxyethylene).
Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air dengan cara mematahkan ikatan-
ikatan hidrogen melalui peletakan kepala-kepala hidrofiliknya pada permukaan air
sedangkan ekor-ekor hidrofobiknya terentang menjauhi permukaan air
(Fessenden & Fessenden 1989).