Tugassim Bellaawalia Yanantomihadiputra Pertemuan10-Keamananinformasi 2018
Tugassim Bellaawalia Yanantomihadiputra Pertemuan10-Keamananinformasi 2018
Disusun oleh :
Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah keamanan merupakan salah satu aspek penting dari sebuah sistem informasi.
Sayang sekali masalah keamanan ini sering kali kurang mendapat perhatian dari para pemilik
dan pengelola sistem informasi. Seringkali masalah keamanan berada di urutan kedua, atau
bahkan di urutan terakhir dalam daftar hal-hal yang dianggap penting. Apabila menggangu
performansi dari sistem, seringkali keamanan dikurangi atau ditiadakan. Makalah ini
diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi tentang keamanan sistem informasi.
Informasi saat ini sudah menjadi sebuah komoditi yang sangat penting. Bahkan ada yang
mengatakan bahwa kita sudah berada di sebuah “information-based society”. Kemampuan
untuk mengakses dan menyediakan informasi secara cepat dan akurat menjadi sangat esensial
bagi sebuah organisasi, baik yang berupa organisasi komersial (perusahaan), perguruan
tinggi, lembaga pemerintahan, maupun individual (pribadi). Hal ini dimungkinkan dengan
perkembangan pesat di bidang teknologi komputer dan telekomunikasi. Dahulu, jumlah
komputer sangat terbatas dan belum digunakan untuk menyimpan hal-hal yang sifatnya
sensitif. Penggunaan komputer untuk menyimpan informasi yang sifatnya classified baru
dilakukan di sekitar tahun 1950-an. Sangat pentingnya nilai sebuah informasi menyebabkan
seringkali informasi diinginkan hanya boleh diakses oleh orang-orang tertentu. Jatuhnya
informasi ke tangan pihak lain (misalnya pihak lawan bisnis) dapat menimbulkan kerugian
bagi pemilik informasi. Sebagai contoh, banyak informasi dalam sebuah perusahaan yang
hanya diperbolehkan diketahui oleh orang-orang tertentu di dalam perusahaan tersebut,
seperti misalnya informasi tentang produk yang sedang dalam development, algoritma-
algoritma dan teknik-teknik yang digunakan untuk menghasilkan produk tersebut. Untuk itu
keamanan dari sistem informasi yang digunakan harus terjamin dalam batas yang dapat
diterima.
Jaringan komputer, seperti LAN dan Internet, memungkinkan untuk menyediakan
informasi secara cepat. Ini salah satu alasan perusahaan atau organisasi mulai berbondong-
bondong membuat LAN untuk sistem informasinya dan menghubungkan LAN tersebut ke
Internet. Terhubungnya LAN atau komputer ke Internet membuka potensi adanya lubang
keamanan (security hole) yang tadinya bisa ditutupi dengan mekanisme keamanan secara
fisik. Ini sesuai dengan pendapat bahwa kemudahan (kenyamanan) mengakses informasi
berbanding terbalik dengan tingkat keamanan sistem informasi itu sendiri. Semakin tinggi
tingkat keamanan, semakin sulit (tidak nyaman) untuk mengakses informasi.
Menurut G. J. Simons, keamanan informasi adalah bagaimana kita dapat mencegah
penipuan (cheating) atau, paling tidak, mendeteksi adanya penipuan di sebuah sistem yang
berbasis informasi, dimana informasinya sendiri tidak memiliki arti fisik. Karena itu, dalam
kesempatan kali ini, penulis ingin membahas lebih lanjut tentang keamanan sisem informasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KEAMANAN
Keamanan sistem adalah sebuah sistem yang digunakan untuk mengamankan sebuah
komputer dari gangguan dan segala ancaman yang membahayakan yang pada hal ini
keamanannya melingkupi keamanan data atau informasinya ataupun pelaku sistem (user).
Baik terhindar dari ancaman dari luar, virus. Spyware, tangan-tangan jahil pengguna lainnya
dll. Sistem komputer memiliki data-data dan informasi yang berharga, melindungi data-data
ini dari pihak-pihak yang tidak berhak merupakan hal penting bagi sistem operasi. Inilah
yang disebut keamanan (security). Sebuah sistem operasi memiliki beberapa aspek tentang
keamanan yang berhubungan dengan hilangnya data-data. Sistem komputer dan data-data
didalamnya terancam dari aspek ancaman (threats), aspek penyusup (intruders), dan aspek
musibah.
2. Integrity (integritas) aspek yang menjamin bahwa data tidak dirubah tanpa ada ijin fihak
yang berwenang (authorized), menjaga keakuratan dan keutuhan informasi serta metode
prosesnya untuk menjamin aspek integrity ini.
3. Availability (ketersediaan) aspek yang menjamin bahwa data akan tersedia saat
dibutuhkan, memastikan user yang berhak dapat menggunakan informasi dan perangkat
terkait (aset yang berhubungan bilamana diperlukan). Keamanan informasi diperoleh dengan
mengimplementasi seperangkat alat kontrol yang layak, yang dapat berupa kebijakan-
kebijakan, praktekpraktek, prosedur-prosedur, struktur-struktur organisasi dan piranti lunak.
Keamanan sistem dimaksudkan untuk mencapai tiga tujuan utama yaitu; kerahasiaan,
ketersediaan dan integritas.
2. Ketersediaan. Sistem dimaksudkan untuk selalu siap menyediakan data dan informasi bagi
mereka yang berwenang untuk menggunakannya. Tujuan ini penting khususnya bagi sistem
yang berorientasi informasi seperti SIM, DSS dan sistem pakar (ES).
3. Integritas. Semua sistem dan subsistem yang dibangun harus mampu memberikan
gambaran yang lengkap dan akurat dari sistem fisik yang diwakilinya.
Semakin meningkatnya kerentanan dan gangguan terhadap teknologi informasi telah
membuat para pengembang dan pengguna sistem informasi untuk menempatkan perhatian
yang khusus, terutama terhadap permasalahan-permasalahan yang dapat menjadi kendala
untuk penggunaan sistem informasi secara memadai. Paling tidak ada 3 hal yang menjadi
perhatian khusus di sini, yaitu:
1. Bencana (disaster)
b. Rencana Pemulihan Dampak Bencana “disaster recovery plan”, yaitu fasilitas atau
prosedur untuk memperbaiki dan/atau mengembalikan kerusakan/dampak suatu bencana ke
kondisi semula. Disaster recovery plan ini juga meliputi kemampuan untuk prosedur
organisasi dan “back up” pemrosesan, penyimpanan, dan basis data.
Merupakan kebijakan, prosedur, dan pengukuran teknis yang digunakan untuk mencegah
akses yang tidak sah, perubahan program, pencurian, atau kerusakan fisik terhadap sistem
informasi. Sistem pengamanan terhadap teknologi informasi dapat ditingkatkan dengan
menggunakan teknik-teknik dan peralatan-peralatan untuk mengamankan perangkat keras
dan lunak komputer, jaringan komunikasi, dan data.
3. Kesalahan (errors)
Komputer dapat juga menyebabkan timbulnya kesalahan yang sangat mengganggu dan
menghancurkan catatan atau dokumen, serta aktivitas operasional organisasi. Kesalahan
(error) dalam sistem yang terotomatisasi dapat terjadi di berbagai titik di dalam siklus
prosesnya, misalnya: pada saat entri-data, kesalahan program, operasional komputer, dan
perangkat keras.
Kejahatan komputer dapat digolongkan kepada yang sangat berbahaya sampai ke yang
hanya mengesalkan (annoying). Menurut David Icove
berdasarkan lubang keamanan, keamanan dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:
1. Keamanan yang bersifat fisik (physical security): termasuk akses orang ke gedung,
peralatan, dan media yang digunakan. Beberapa bekas penjahat komputer (crackers)
mengatakan bahwa mereka sering pergi ke tempat sampah untuk mencari berkas-
berkas yang mungkin memiliki
informasi tentang keamanan. Misalnya pernah diketemukan coretan
password atau manual yang dibuang tanpa dihancurkan. Wiretapping atau hal-
hal yang berhubungan dengan akses ke kabel atau komputer yang digunakan juga dapat
dimasukkan ke dalam kelas ini.Denial of service, yaitu akibat yang ditimbulkan sehingga
servis tidak dapat diterima oleh pemakai juga dapat dimasukkan ke dalam kelas ini. Denial
of service dapat dilakukan misalnya dengan mematikan peralatan
atau membanjiri saluran komunikasi dengan pesan-pesan (yang dapat berisi apa saja
karena yang diutamakan adalah banyaknya jumlah pesan). Beberapa waktu yang lalu ada
lubang keamanan dari implementasi pro-
tokol TCP/IP yang dikenal dengan istilah Syn Flood Attack, dimana sistem (host) yang
dituju.
1. Privacy / Confidentiality
Inti utama aspek privacy atau confidentiality adalah usaha untuk menjaga
informasi dari orang yang tidak berhak mengakses. Privacy lebih kearah data-datayang
sifatnya privatsedangkan confidentiality
biasanya berhubungan dengan data yang diberikan ke pihak lain untuk keperluan
tertentu (misalnya sebagai bagian dari pendaftaran sebuah servis) dan hanya
diperbolehkan untuk keperluan tertentu tersebut. Contoh hal yang
berhubungan dengan privacy adalah e-mail seorang pemakai (user) tidak
boleh dibaca oleh administrator. Contoh confidential information adalah data-data yang
sifatnya pribadi (seperti nama, tempat tanggal lahir, social security number, agama, status
perkawinan, penyakit yang pernah diderita,
nomor kartu kredit, dan sebagainya) merupakan data-data yang ingin diproteksi
penggunaan dan penyebarannya. Contoh lain dari confidentiality adalah daftar pelanggan dari
sebuah Internet Service Provider (ISP).
2. Integrity
Aspek ini menekankan bahwa informasi tidak boleh diubah tanpa seijin
pemilik informasi. Adanya virus, trojan horse, atau pemakai lain yang
mengubah informasi tanpa ijin merupakan contoh masalah yang harus dihadapi. Sebuah
e-mail dapat saja “ditangkap” (intercept) di tengah jalan, diubah isinya (altered, tampered,
modified), kemudian diteruskan ke alamat yang dituju. Dengan kata lain, integritas dari
informasi sudah tidak terjaga.
Penggunaan enkripsi dan digital signature, misalnya, dapat mengatasi masalah ini.Salah
satu contoh kasus trojan horse adalah distribusi paket program TCP Wrapper (yaitu program
populer yang dapat digunakan untuk mengatur dan
membatasi akses TCP/IP) yang dimodifikasi oleh orang yang tidak bertanggung
jawab.
3. Authentication
Aspek ini berhubungan dengan metoda untuk menyatakan bahwa informasi betul-betul asli,
orang yang mengakses atau memberikan informasi adalah betul-
betul orang yang dimaksud, atau server yang kita hubungi adalah betul-betul server
yang asli.Masalah pertama, membuktikan keaslian dokumen, dapat dilakukan dengan
teknologi watermarking dan digital signature. Watermarking juga dapat
digunakan untuk menjaga “intelectual property”, yaitu dengan menandai dokumen atau
hasil karya dengan “tanda tangan” pembuat.
Masalah kedua biasanya berhubungan dengan access control, yaitu
berkaitan dengan pembatasan orang yang dapat mengakses informasi.
Dalam hal ini pengguna harus menunjukkan bukti bahwa memang dia
adalah pengguna yang sah, misalnya dengan menggunakan password,biometric (ciriciri
khas orang), dan sejenisnya. Ada tiga hal yang dapat ditanyakan kepada orang untuk
menguji siapa dia:
What you have (misalnya kartu ATM)
What you know (misalnya PIN atau password)
What you are (misalnya sidik jari, biometric)
4. Availability
5. Access Control
6. Non-repudiation
Aspek ini menjaga agar seseorang tidak dapat menyangkal telah melakukan sebuah transaksi.
Sebagai contoh, seseorang yang mengirimkan email untuk memesan barang tidak
dapat menyangkal bahwa dia telah mengirimkan email
tersebut. Aspek ini sangat penting dalam hal electronic commerce. Penggunaan digital
signature, certifiates, dan teknologi kriptografi secara umum dapat menjaga aspek ini. Akan
tetapi hal ini masih harus didukung
oleh hukum sehingga status dari digital signature itu jelas legal. Hal ini akan dibahas
lebih rinci pada bagian tersendiri.
Kriptografi
adalah “encipher”.
Enkripsi
Enkripsi digunakan untuk menyandikan data-data atau informasi sehingga tidak dapat dibaca
oleh orang yang tidak berhak. Dengan enkripsi data anda
disandikan (encrypted) dengan menggunakan sebuah Password (key). Untuk membuka
(decrypt) data tersebut digunakan juga sebuah Password yang dapat
sama dengan Password untuk mengenkripsi (untuk kasus private key
cryptography) atau dengan Password yang berbeda (untuk kasus public key
cryptography).
Secara fisik, sistem anda dapat juga diamankan dengan menggunakan “firewall” yang
memisahkan sistem anda dengan Internet. Penggunaan teknik enkripsidapat dilakukan di
tingkat aplikasi sehingga data-data anda atau e-mail anda tidak dapat dibaca oleh orang yang
tidak berhak.
Salah satu cara yang umum digunakan untuk mengamankan informasi adalah dengan
mengatur akses ke informasi melalui mekanisme
“authentication” dan “access control”. Implementasi dari mekanisme ini antara lain
dengan menggunakan “password”.Di sistem UNIX dan Windows NT, untuk menggunakan
sebuah sistem atau
komputer, pemakai diharuskan melalui proses authentication dengan
menuliskan “userid” dan “password”. Informasi yang diberikan ini dibandingkan dengan
user id dan password yang berada di sistem. Access control ini biasanya
dilakukan dengan mengelompokkan pemakai dalam “group”. Ada group
yang berstatus pemakai biasa, ada tamu, dan ada juga administrator atau
super user yang memiliki kemampuan lebih dari group lainnya. Pengelompokan ini
disesuaikan dengan kebutuhan dari penggunaan sistem anda.
Shadow Password
Salah satu cara untuk mempersulit pengacau untuk mendapatkan berkas yang berisi
password (meskipun terenkripsi) adalah dengan menggunakan
“shadow password”. Mekanisme ini menggunakan berkas /etc/shadow
untuk menyimpan encrypted password, sementara kolom password di
berkas /etc/passwd berisi karakter “x”. Berkas /etc/shadow tidak dapat dibaca secara
langsung oleh pemakai biasa.
Memasang Proteksi
Firewall
bergantung kepada kebijaksanaan (policy) dari organisasi yang bersangkutan, yang dapat
dibagi menjadi dua jenis:
Seringkali tamu tak diundang (intruder) masuk ke dalam sistem dan merusak sistem
dengan menghapus berkas-berkas yang dapat ditemui. Jika
intruder ini berhasil menjebol sistem dan masuk sebagai super user
(administrator), maka ada kemungkinan dia dapat menghapus seluruh berkas. Untuk itu,
adanya backup yang dilakukan secara rutin merupakan sebuah hal yang esensial. Bayangkan
apabila yang dihapus oleh tamu ini
adalah berkas penelitian, tugas akhir, skripsi, yang telah dikerjakan bertahun-tahun.
Untuk sistem yang sangat esensial, secara berkala perlu dibuat backup
yangletaknya berjauhan secara fisik. Hal ini dilakukan untuk menghindari
hilangnya data akibat bencana seperti kebakaran, banjir, dan lain sebagainya. Apabila
data-data dibackup akan tetapi diletakkan pada lokasi yang sama, kemungkinan data akan
hilang jika tempat yang bersangkutan mengalami bencana seperti kebakaran.
2. Perlindungan dari akses data dan informasi yang tidak bisa dideteksi
a) Membuat access log (log akses), merupakan komponen keamanan sistem pengoperasian,
mencatat seluruh upaya untuk berinteraksi dengan basis data/database. Log ini menampilkan
waktu, tanggal dan kode orang yang melakukan akses ke basis data. Log ini menghasilkan
jejak audit yang harus diperiksa oleh auditor internal atau administratur keamanan untuk
menetapkan ancaman-ancaman yang mungkin terhadap keamanan sistem informasi.
b) Console log Cocok bagi komputer mainframe yang menggunakan pemrosesan tumpuk.
Console log mencatat semua tindakan yang dilakukan sistem operasi dan operator
komputer.Console log mencatat seluruh tindakan yang dilakukan sistem operasi dan operator
komputer, seperti permintaan dan tanggapan yang dibuat selama pelaksanaan pemrosesan dan
aktivitas lainnya.
c) Perangkat lunak pengendalian akses, Beberapa perangkat lunak berinteraksi dengan sistem
operasi komputer untuk membatasi dan memantau akses terhadap file dan data.
d) Log perubahan program dan sistem. Log perubahan program dan sistem dapat memantau
perubahan terhadap program, file dan pengendalian. Manajer pengembangan sistem
memasukkan kedalam log ini seluruh perubahan dan tambahan yang diijinkan terhadap
program. Perubahan dan tambahan yang diijinkan terhadap program harus diperiksa internal
auditor untuk memeriksa kesesuaian dengan prosedur perubahan yang disarankan.
G. PERLINDUNGAN DARI KERUGIAN ATAU PERUBAHAN YANG TIDAK
DIHARAPKAN TERHADAP DATA ATAU PROGRAM
1. Log (catatan) perpustakaan, memperlihatkan pergerakan dari file data, program, dan
dokumentasi yang digunakan dalam pemrosesan atau aktivitas lainnya.
2. Log transaksi, mencatat transaksi individual ketika transaksi itu dimasukkan ke dalam sistem
on-line untuk pemrosesan. Log ini memberikan jejak audit dalam sistem pemrosesan online.
Termasuk dalam log ini adalah tempat pemasukan transaksi, waktu dan data yang
dimasukkan, nomor identifikasi orang yang memasukkan data, kode transaksi, dan jumlah.
Perangkat lunak sistem juga meminta nomor transaksi. Secara teratur daftar log transaksi ini
harus dicetak.
3. Tombol perlindunganpada 3 ½ floppy disk
4. Label file
5. Memori hanya-baca (Read -Only Memory)
6. Penguncian (lockout), merupakan perlindungan khusus yang diperlukan untuk melindungi
basis data/database, karena beragam pengguna dan program biasanya mengakses data secara
bergantian dan terus menerus. Penguncian mencegah dua program mengakses data secara
bersamaan. Akibatnya, satu program harus ditunda sampai program lain selesai mengakses.
Jika kedua program diijinkan untuk memutakhirkan record yang sama, maka satu data dapat
dicatat berlebihan dan hilang.
Dampak Positif
Dampak Negatif
Meskipun memiliki banyak dampak positif, akan tetapi ternyata teknologi informasi dan
komunikasi memiliki beberapa dampak negatif yang cukup mengganggu kehidupan sehari-
hari. Kebanyakan dampak tersebut disebabkan karena penyalahgunaan dari teknologi
informasi dan komunikasi, ataupun disebabkan karena kurangnya pemahaman user akan etika
dan juga cara untuk menggunakan teknologi informasi dan juga komunkasi dengan baik dan
juga benar.
Berikut ini adalah beberapa dampak negative dari teknologi informasi dan juga komunikasi:
Studi Kasus
Pada tahun 2001, internet banking diributkan oleh kasus pembobolan internet banking
milik bank BCA, Kasus tersebut dilakukan oleh seorang mantan mahasiswa ITB Bandung
dan juga merupakan salah satu karyawan media online (satunet.com) yang bernama
Steven Haryanto. Anehnya Steven ini bukan Insinyur Elektro ataupun Informatika,
melainkan Insinyur Kimia. Ide ini timbul ketika Steven juga pernah salah mengetikkan
alamat website.
Kemudian dia membeli domain-domain internet dengan harga sekitar US$20 yang
menggunakan nama dengan kemungkinan orang-orang salah mengetikkan dan tampilan
yang sama persis dengan situs internet banking BCA, http://www.klikbca.com , seperti:
wwwklikbca.com
kilkbca.com
clikbca.com
klickbca.com
klikbac.com
Orang tidak akan sadar bahwa dirinya telah menggunakan situs palsu tersebut karena
tampilan yang disajikan serupa dengan situs aslinya. Hacker tersebut mampu
mendapatkan User ID dan password dari pengguna yang memasuki situs palsu tersebut,
namun hacker tersebut tidak bermaksud melakukan tindakan kriminal seperti mencuri
dana nasabah, hal ini murni dilakukan atas keingintahuannya mengenai seberapa banyak
orang yang tidak sadar menggunakan situs klikbca.com, Sekaligus menguji tingkat
keamanan dari situs milik BCA tersebut.
Steven Haryanto dapat disebut sebagai hacker, karena dia telah mengganggu suatu
sistem milik orang lain, yang dilindungi privasinya. Sehingga tindakan Steven ini disebut
sebagai hacking. Steven dapat digolongkan dalam tipe hacker sebagai gabungan white-
hat hacker dan black-hat hacker, dimana Steven hanya mencoba mengetahui seberapa
besar tingkat keamanan yang dimiliki oleh situs internet banking Bank BCA. Disebut
white-hat hacker karena dia tidak mencuri dana nasabah, tetapi hanya mendapatkan User
ID dan password milik nasabah yang masuk dalam situs internet banking palsu. Namun
tindakan yang dilakukan oleh Steven, juga termasuk black-hat hacker karena membuat
situs palsu dengan diam-diam mengambil data milik pihak lain. Hal-hal yang dilakukan
Steven antara lain scans, sniffer, dan password crackers.
Karena perkara ini kasus pembobolan internet banking milik bank BCA, sebab dia
telah mengganggu suatu sistem milik orang lain, yang dilindungi privasinya dan
pemalsuan situs internet banking palsu. Maka perkara ini bisa dikategorikan sebagai
perkara perdata. Melakukan kasus pembobolan bank serta telah mengganggu suatu
sistem milik orang lain, dan mengambil data pihak orang lain yang dilindungi privasinya
artinya mengganggu privasi orang lain dan dengan diam-diam mendapatkan User ID dan
password milik nasabah yang masuk dalam situs internet banking palsu.
BAB III
PENUTUP
Jadi dapat dikatakan apa yang dilakukan Steven secara etik tidak benar karena
tindakan yang dilakukan Steven mengganggu privasi pihak lain dengan hanya
bermodalkan keingintahuan dan uang sejumlah kira-kira US$ 20 guna membeli domain
internet yang digunakan untuk membuat situs internet banking BCA palsu serta
pemalsuan situs internet banking BCA dan dengan diam-diam mendapatkan User ID dan
password milik nasabah yang masuk dalam situs internet banking palsu. Namun juga
menimbulkan sisi positif dimana pihak perbankan dapat belajar dari kasus tersebut. BCA
menggunakan internet banking yang dapat dipakai pengambilan keputusan atau yang
disebut decision support system, dimana data para nasabah yang bertransakasi serta
aktivitas lainnya melalui internet banking merupakan database milik BCA secara privasi
yang tidak boleh disebarluaskan ataupun disalahgunakan karena internet banking tersebut
merupakan salah satu layanan yang menguntungkan baik bagi nasabah maupun pihak
BCA. Database para nasabah internet banking dapat digunakan oleh pihak BCA untuk
membuat keputusan dalam berbagai bidang perbankan.
Solusi
Saran
1. Segera membuat regulasi yang berkaitan dengan cyberlaw pada umumnya dan
cybercrime pada khususnya.
2. Kejahatan ini merupakan global crime maka perlu mempertimbangkan draft
internasional yang berkaitan dengan cybercrime.