Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan Undang-undang Kesehatan RI No. 36 Tahun 2009, Kesehatan
adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pelayanan kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Dalam Undang-Undang No. 44 tahun 2009, disebutkan bahwa Rumah
Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan
kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan
dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Salah satu bentuk
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di rumah sakit adalah pelayanan
farmasi.
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah
sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang
menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi
klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Kegiatan yang dilakukan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) meliputi
pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan

1
obat dan alat kesehatan. Pengeloloaan perbekalan farmasi meliputi pemilihan,
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian. Pada
pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan sangat
diperlukan peran profesionalisme Apoteker sebagai salah satu pelaksana
pelayanan kesehatan. Apoteker bertanggung jawab dalam menjamin penggunaan
obat yang rasional, efektif, aman, dan terjangkau oleh pasien dengan menerapkan
pengetahuan, keterampilan dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya
(Siregar, 2004).
Asisten Apoteker adalah Profesi Pelayanan kesehatan di bidang Farmasi

bertugas sebagai pembantu tugas Apoteker dalam pekerjaan kefarmasian menurut

Peraturan Menteri Kesehatan No.889/MENKES/PER/V/2011.


1.2 Tujuan
Tujuan dari MAGANG 1 di Rumah Sakit Dadi Keluarga Ciamis adalah
untuk mengetahui peranan dan tanggung jawab Asisten Apoteker dalam
melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit.

1.3 Tempat dan Waktu MAGANG 1


MAGANG 1 dilaksanakan di Rumah Sakit Dadi Keluarga Ciamis pada
tanggal 5 -16 Maret 2019.

BAB II
TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

2
2.1 Rumah Sakit
2.1.1 Definisi Rumah Sakit
Menurut WHO (World Health Organization), Rumah Sakit adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi memberikan
pelayanan paripurna (komprehensif) kepada masyarakat berupa penyembuhan
penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif). Rumah Sakit juga
merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.
Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit yang dimaksud Rumah Sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat.
2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan,dan gawat darurat.
Untuk menjalankan tugas tersebut, rumah sakit mempunyai fungsi:
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit;
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis;
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;
dan
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan;
2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit Umum

3
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit, bahwa fasilitas dan
kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Umum diklasifikasikan menjadi :
a. Rumah Sakit Umum Kelas A;
b. Rumah Sakit Umum Kelas B;
c. Rumah Sakit Umum Kelas C;
d. Rumah Sakit Umum Kelas D.
Klasifikasi Rumah Sakit Umum ditetapkan berdasarkan:
1) Pelayanan;
2) Sumber Daya Manusia;
3) Peralatan;
4) Sarana dan Prasarana; dan
5) Administrasi dan Manajemen

2.1.4 Struktur Organisasi Rumah Sakit


Struktur organisasi rumah sakit pada umumnya terdiri atas badan
Pengurusan Yayasan, Dewan Pembina, Dewan Penyantun, Badan Penasehat dan
Badan Penyelenggara terdiri atas direktur, wakil direktur, komite medik, satuan
pengawas dan berbagai bagian dari instalasi. Tergantung pada besarnya rumah
sakit, dapat terdiri atas satu sampai empat wakil direktur. Wakil direktur pada
umumnya terdiri atas wakil direktur pelayanan medik, wakil direktur penunjang
medik dan keperawatan, wakil direktur keuangan dan administrasi. Staf Medik
Fungsional (SMF) berada di bawah koordinasi komite medik. SMF terdiri dari
dokter umum, dokter gigi dan dokter spesialis dari semua disiplin yang ada di
suatu rumah sakit. Komite medik adalah wadah non structural yang
keanggotaannya terdiri atas ketua-ketua SMF (Siregar, 2004).
Susunan organisasi rumah sakit umum kelas A terdiri atas direktur yang
dibantu oleh sekurang-kurangnya empat wakil direktur yang terdiri dari wakil
direktur pelayanan medis, wakil direktur penunjang medis, wakil direktur
pendidikan dan penelitian, wakil direktur umum dan keuangan, wakil direktur

4
komite medis dan staf medis fungsional, dewan penyantun, dan satuan
pengawasan intern.
Rumah sakit umum kelas B dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan
fungsinya sebagai tempat pendidikan tenaga medis oleh fakultas kedokteran yaitu
rumah sakit umum pendidikan dan rumah sakit umum non-pendidikan. Adapun
susunan organisasi rumah sakit umum kelas B pendidikan maupun non-
pendidikan terdiri atas direktur yang dibantu oleh sebanyak banyaknya tiga wakil
direktur, wakil direktur pelayanan medis dan keperawatan, wakil direktur
penunjang medis dan pendidikan, wakil direktur umum dan keuangan, komite
medis dan staf medis fungsional, dewan penyantun, dan satuan pengawasan
interen. Perbedaan antara rumah sakit umum kelas B pendidikan dan non-
pendidikan adalah rumah sakit umum kelas B pendidikan memiliki wakil direktur
penunjang medis dan pendidikan sedangkan rumah sakit umum kelas B non-
pendidikan tidak memilikinya.
Untuk rumah sakit umum kelas C susunan organisasinya terdiri dari
direktur, seksi keperawatan, seksi pelayanan, sub bagian kesekretariatan dan
rekam medis, sub bagian keuangan dan program, instalasi, komite medis dan staf
medis fungsional, dewan penyantun, dan satuan pengawasan intern.
Untuk klasifikasi terakhir yaitu rumah sakit umum kelas D susunan
organisasinya adalah direktur, seksi pelayanan, sub bagian kesekretariatan dan
rekam medis, sub bagian keuangan dan program, instalasi, komite medis dan staf
medis dan staf medis fungsional.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit, bahwa untuk pengorganisasian di Rumah Sakit, sebagai
berikut ;
Pasal 33
1. Setiap Rumah Sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan
akuntabel.
2. Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit
atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan,

5
unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta
administrasi umum dan keuangan.
Pasal 34
1. Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai
kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan.
2. Tenaga struktural yang menduduki jabatan sebagai pimpinan harus
berkewarganegaraan Indonesia.
3. Pemilik Rumah Sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala Rumah Sakit.

2.1.5 Akreditasi
Pasal 40
1. Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan
akreditasi secara berkala menimal 3 (tiga) tahun sekali.
2. Akreditasi Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh suatu lembaga independen baik dari dalam maupun dari luar negeri
berdasarkan standar akreditasi yang berlaku.
3. Lembaga independen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh
Menteri.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai akreditasi Rumah Sakit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)


2.2.1 Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dapat didefinisikan sebagai suatu
departemen atau unit atau bagian disuatu rumah sakit dibawah pimpinan seorang
apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional,
tempat, atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh
pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri atas pelayanan paripurna,
mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan
kesehatan/sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat

6
inap dan rawat jalan, pengendalian mutu, dan pengendalian distribusi dan
penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit, pelayanan farmasi
klinik umum dan spesialis, mencakup pelayanan langsung pada penderita dan
pelayanan klinik yang merupakan program rumah sakit secara keseluruhan.
2.2.2 Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit antara lain sebagai berikut (Siregar,
2004).
a. Memberi manfaat kepada penderita, rumah sakit, sejawat profesi
kesehatan, dan kepada profesi farmasi oleh apoteker rumah sakit yang
kompeten dan memenuhi syarat;
b. Membantu dalam penyediaan perbekalan yang memadai oleh apoteker
rumah sakit yang memenuhi syarat;
c. Menjamin praktek profesional yang bermutu tinggi melalui penetapan
dan pemeliharaan standar etika profesional, pendidikan dan
pencapaian, dan melalui peningkatan kesejahteraan ekonomi;
d. Meningkatkan penelitian dalam praktek farmasi rumah sakit dan dalam
ilmu farmasetik pada umumnya;
e. Menyebarkan pengetahuan farmasi dengan mengadakan pertukaran
informasi antara para apoteker rumah sakit, anggota profesi dan
spesialis yang serumpun;
f. Meningkatkan pengetahuan dan pengertian praktek farmasi rumah
sakit kontemporer bagi masyarakat, pemerintah, industri farmasi, dan
profesional kesehatan lainnya;
g. Membantu menyediakan personel pendukung yang bermutu untuk
IFRS.
2.2.3 Tugas dan Tanggung Jawab IFRS
Tugas utama IFRS adalah pengelolaan mulai dari perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada penderita,
sampai dengan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan
digunakan dalam rumah sakit baik untuk penderita rawat tinggal, rawat jalan
maupun untuk semua unit termasuk poliklinik rumah sakit. Jadi Instalasi Farmasi

7
Rumah Sakit adalah satu-satunya unit di rumah sakit yang bertugas dan
bertanggung jawab sepenuhnya pada pengelolaan semua aspek yang berkaitan
dengan obat, perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan di rumah sakit.
Tanggung jawab IFRS adalah mengembangkan suatu pelayanan farmasi
yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat, untuk memenuhi kebutuhan
berbagai bagian atau unit diagnosis dan terapi unit pelayanan keperawatan, staf
medik dan rumah sakit keseluruhan untuk kepentingan pelayanan penderita yang
lebih baik (Siregar, 2004).
2.2.4 Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
1. Lingkup fungsi farmasi non klinik
Perencanaan, penetapan spesifikasi produk dan pemasok, pengadaan,
pembelian, produksi, penyimpanan, pengemasan dan pengemasan kembali,
distribusi dan pengendalian dan semua perbekalan yang digunakan di rumah sakit
secara keseluruhan.
2. Lingkup fungsi farmasi klinik
Pemantauan Terapi Obat (PTO), Evaluasi Penggunaan Obat (EPO),
penanganan bahan sitotoksik, pelayanan unit perawatan kritis, pemeliharaan
formularium, penelitian, pengendalian infeksi di rumah sakit serta informasi obat,
pemantauan dan pelaporan reaksi obat yang merugikan, sistem formularium,
panitia dan buletin terapi obat. (Siregar, 2004).

2.3 Komite Farmasi dan Terapi Rumah Sakit


Komite Farmasi dan Terapi (KFT) menurut Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 1197/Menkes/SK/X/2004 adalah organisasi yang mewakili
hubungan komunikasi antara staf medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya
terdiri dari dokter yang mewakili spesialis-spesialisnya yang ada di rumah sakit
dan apoteker wakil dari farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan lainnya
(Depkes RI, 2004).
Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) bertanggung jawab untuk mengatur
semua aspek dari siklus obat dalam rumah sakit dari pengadaan sampai ke

8
evaluasi. Dalam beberapa rumah sakit, tanggung jawab ini didelegasikan pada
suatu sub komite dari Panitia Farmasi dan Terapi (PFT).

Tugas utama Panitia Farmasi dan Terapi adalah sebagai pengembang


kebijakan dan perumus pendidikan.
a. Pengembangan Kebijakan
Panitia Farmasi dan Terapi mengembangkan kebijakan yang berkaitan
dengan obat termasuk evaluasi, seleksi dan hal lain yang berkaitan dengan obat
b. Perumus Pendidikan
Panitia Farmasi dan Terapi merekomendasikan atau membantu
merumuskan program pendidikan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan staf
professional, yaitu dokter, perawat, farmasis dan praktisi pelayanan kesehatan
lainnya untuk melengkapi pengetahuan yang berkaitan dengan obat dan
penggunaannya.
Fungsi dan ruang lingkup Panitia Farmasi dan Terapi adalah sebagai
berikut:
1. Mengembangkan dan menetapkan formularium obat yang diterima untuk
digunakan dalam rumah sakit dan mengadakan revisi tetap;
2. Menetapkan program dan prosedur yang membantu memastikan terapi
obat yang aman dan bermanfaat;
3. Menetapkan program dan prosedur yang memastikan manfaat biaya terapi
obat;
4. Menetapkan atau merencanakan program edukasi yang sesuai bagi staf
professional rumah sakit tentang berbagai hal yang berkaitan dengan
penggunaan obat;
5. Berpartisipasi dalam kegiatan jaminan mutu yang berkaitan dengan
distribusi, pemberian, dan penggunaan obat;
6. Memantau dan mengevaluasi reaksi obat merugikan dalam rumah sakit
dan membuat rekomendasi yang tepat untuk mencegah berulangnya
kembali;

9
7. Mengevaluasi, menyetujui, atau menolak obat yang diusulkan untuk
dimasukkan kedalam atau dikeluarkan dari formularium rumah sakit;
8. Mengkaji penggunaan obat dalam rumah sakit dan meningkatkan standar
optimal untuk terapi obat rasional.

2.4 Sistem Formularium


2.4.1 Definisi
Sistem Formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medik dari
suatu rumah sakit yang bekerja melalui Komite Farmasi dan Terapi (KFT),
mengevaluasi, menilai dan memilih dari berbagai zat aktif obat dan produk obat
yang tersedia, yang dianggap paling berguna dalam perawatan penderita.
Formularium adalah dokumen berisi kumpulan produk obat yang dipilih
KFT disertai informasi tambahan penting tentang penggunaan obat tersebut, serta
kebijakan dan prosedur berkaitan obat yang relevan untuk rumah sakit tersebut,
yang terus menerus direvisi agar selalu akomodatif bagi kepentingan penderita
dan staf profesional pelayanan kesehatan, berdasarkan data konsumtif dan data
morbiditas serta pertimbangan klinik staf medik rumah sakit itu.
2.4.2 Isi Formularium
Tujuan utama dari formularium adalah menyediakan informasi bagi staf
rumah sakit mengenai informasi produk obat yang telah disetujui oleh KFT yang
digunakan di rumah sakit, informasi terapi dasar dari setiap produk obat yang
disetujui, informasi kebijakan dan prosedur rumah sakit mengenai penggunaan
obat, dan informasi khusus tentang obat (Siregar, 2003).
Sesuai dengan tujuan tersebut, formularium terdiri dari tiga bagian pokok,
yaitu:
1. Informasi kebijakan dan prosedur rumah sakit mengenai obat;
2. Monografi obat yang termasuk dalam formularium;
3. Informasi khusus.

2.5 Sistem Distribusi Obat di Rumah Sakit

10
Sistem Distribusi Obat (SDO) di rumah sakit adalah tatanan jaringan
sarana, personel, prosedur, dan jaminan mutu yang serasi, terpadu dan berorientasi
pasien dalam kegiatan penyampaian sediaan obat beserta informasinya kepada
pasien. Sistem distribusi obat di setiap rumah sakit untuk pasien rawat tinggal
bervariasi tergantung dari kebijakan rumah sakit, kondisi dan keberadaan fasilitas
fisik, personel, dan tata ruang rumah sakit tersebut. Sistem distribusi obat
mencakup penghantaran sediaan obat yang telah di “dispensing” Instalasi Farmasi
Rumah Sakit (IFRS) ke daerah tempat perawatan pasien dengan keamanan dan
ketepatan obat, ketepatan pasien, ketepatan jadwal, tanggal, waktu dan metode
pemberian dan ketepatan personel pemberi obat kepada pasien serta keutuhan
mutu obat.
Jenis sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap pada dasarnya ada
beberapa jenis yaitu:
a. SDO Resep Individual (“Individual Prescription”/IP) Sentralisasi dan atau
Desentralisasi
Resep individual adalah order atau resep yang ditulis dokter untuk tiap
pasien sedangkan sentralisasi adalah semua order atau resep tersebut yang
disiapkan didistribusikan dari IFRS sentral. Sistem distribusi obat resep individual
sentralisasi adalah tatanan kegiatan penghantaran sediaan obat oleh IFRS sentral
sesuai dengan yang ditulis pada order atau resep atas nama Penderita Rawat
Tinggal (PRT) tertentu melalui perawat ke ruang pasien tersebut.
Keuntungan sistem distribusi ini adalah semua resep dikaji langsung oleh
apoteker, yang juga dapat memberi keterangan atau informasi kepada perawat
berkaitan dengan obat pasien. Serta memberikan kesempatan untuk berinteraksi
antara apoteker–dokter–perawat–pasien, juga dapat mengendalikan perbekalan
dan mempermudah penagihan biaya. Kekurangan sistem distribusi resep
individual adalah kemungkinan obat akan lambat sampai ke pasien. Serta
memerlukan jumlah personel dan perawat yang banyak dan memungkinkan
kesalahan obat karena kurangnya pemeriksaan pada waktu penyiapan konsumsi.

11
Gambar 2.1 Alur Sistem Distribusi Obat Resep Individual Sentralisasi

b. Sistem Distribusi Obat Persediaaan Lengkap di Ruang/Floor Stock


Dalam sistem distribusi obat persediaan lengkap diruang, semua obat yang
dibutuhkan pasien tersedia dalam ruang penyimpanan obat diruang tersebut,
kecuali obat yang jarang digunakan atau obat yang sangat mahal. Definisi dari
sistem distribusi persediaan lengkap di ruang adalah tatanan kegiatan
penghantaran sediaan obat sesuai dengan yang ditulis dokter pada order obat,
yang disiapkan dari persediaan di ruang oleh perawat dan dengan mengambil
dosis/unit obat dari wadah persediaan yang langsung diberikan kepada pasien di
ruang itu.
Persediaan obat di ruang dipasok oleh Insatalasi Farmasi Rumah Sakit
(IFRS). Biasanya, sekali seminggu personel IFRS memeriksa persediaan obat di
ruang, lalu menambah obat yang persediannya sudah sampai tanda batas pengisian
kembali. Obat yang di dispensing di bawah sistem ini terdiri atas obat penggunaan
umum yang biayanya dibebankan pada biaya paket perawatan menyeluruh dan
order obat yang harus dibayar sebagai biaya obat. Obat penggunaan umum ini
terdiri atas obat yang tertera pada daftar yang telah ditetapkan oleh Komite
Farmasi dan Terapi (KFT) dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) yang
tersedia di unit perawat, misalnya kapas pembersih luka, larutan antiseptik, dan

12
obat tidur. Biasanya obat ini dibayar sebagai bagian dari biaya pelayanan
perawatan.
Keuntungan sistem distribusi persediaan lengkap di ruang adalah obat
yang diperlukan dapat segera tersedia, tidak ada pengembalian obat yang tidak
terpakai ke IFRS, dan ada pengurangan penyalinan resep obat serta pengurangan
personel IFRS yang diperlukan. Keterbatasan sistem distribusi ini adalah
kesalahan obat akan sangat besar karena order tidak dikaji langsung oleh apoteker.
Serta meningkatkan pencurian dan bahaya karena kerusakan obat.

Gambar 2.2 Alur Sistem Distribusi Obat Persediaan di Ruang Rawat Inap

c. Sistem Distribusi Obat Dosis Unit


Sistem distribusi obat dosis unit adalah metode dispensing dan
pengendalian yang dikoordinasikan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dalam
rumah sakit. Sistem dosis unit dapat berbeda dalam bentuk tergantung pada
kebutuhan khusus rumah sakit. Akan tetapi unsur khusus di bawah ini adalah
dasar dari semua sistem obat dosis unit yaitu : obat dikandung dalam kemasaan
unit tunggal; didispensing dalam bentuk siap dikonsumsi; dan untuk kebanyakan
obat tidak lebih dari 24 jam persediaan dosis; dihantarkan ke atau tersedia pada
ruang perawatan pasien setiap waktu. Tetapi sistem distribusi obat dosis unit
memerlukan biaya mula yang besar dan memerlukan peningkatan jumlah staf
apoteker.

13
Gambar 2.3 Alur Sistem Distribusi Obat Unit Dosis Sentralisasi

Gambar 2.3 Alur Sistem Distribusi Obat Unit Dosis Desentralisasi

d. Sistem Distribusi Obat Kombinasi Resep Individual dan Persediaan di


Ruang
Rumah sakit yang menerapkan sistem ini, selain menerapkan sistem
distribusi resep/order individual sentralisasi, juga menerapkan distribusi
persediaan di ruangan yang terbatas. Jenis dan jumlah obat yang tersedia di
ruangan (daerah penderita) ditetapkan oleh PFT dan masukan dari IFRS dan dari
pelayanan keperawatan. Sistem kombinasi biasanya diadakan untuk mengurangi
beban kerja IFRS. Obat yang disediakan di ruangan adalah obat yang diperlukan
oleh banyak penderita, setiap hari diperlukan, dan biasanya adalah obat yang
harganya relatif murah, mencakup obat resep atau obat bebas. (Siregar, 2004).

14
Dokter Penderita

Resep / order Dikendalikan Dikendalikan


Perawat IFRS

Dikendalikan Dispensing Persediaan Persediaan


IFRS IFRS Di Ruang IFRS

Dikendalikan
Perawat Lemari di
Ruang
Perawat
Perawat
Kereta Obat
Menyiapkan Obat

Dikonsumsikan
Penderita oleh Perawat

Gambar 2.4 Sistem Distribusi Obat Kombinasi Resep Individual dan


Persediaan di Ruang.

BAB III
PROFIL TEMPAT MAGANG 1
RUMAH SAKIT DADI KELUARGA CIAMIS

15
A. Sejarah RS Dadi Keluarga Ciamis
RS Dadi Keluarga Ciamis didirikan pada tanggal 1 November 2017 dan
mulai beroperasi pada tanggal 4 November 2017 dengan surat Keputusan Bupati
Kabupaten Tasikmalaya No.445/Kep.651.Dinkes/2011, tentang izin operasional
RS SMC, tanggal 28 Februari 2011.
Hal permohonan surat rekomendasi penetapan kelas RS No kode RS
sebagai berikut:
Nama : RS Dadi Keluarga Ciamis
Alamat :Jl. R.E. Martadinata No.333-335,Petirhilir,Baregbeg
Kabupaten Ciamis , Jawa Barat
No. Kode : 46274.

B. Visi, Misi, dan Target RS SMC Kabupaten Tasikmalaya


1. Visi
Memberikan pelayanan kesehatan terbaik dan berkualitas
2. Misi
a) Memberikan pelayanan kesehatan yang profesional
b) Meningkatkan kualitas SDM melalui pelatihan dan kesejahteraan
c) Menigkatkan sarana dan prasarana yang tepat dan aman
d) Meningkatkan sistem managemen yang efektif dan efisien
3. Motto
“Melayani Dengan Senyuman Dan Keikhlasan Hati”
4. Tujuan
Adapun tujuan dari RSDKC Kabupaten Ciamis adalah :
1) Tujuan Umum
Terpenuhinya kebutuhan dan kepuasan pasien terhadap pelayanan
kesehatan yang bermutu dan aman bagi masyarakat Kabupaten Ciamis.
2) Tujuan Khusus :

16
1. Tersedianya sarana dan prasarana yang komprehensif dan modern,
ditunjang oleh SDM yang handal dan professional
2. Menjadikan rumah sakit yang berkualitas serta terjangkau oleh
semua lapisan masyarakat.
5. Target
a) Meningkatkan akses penduduk terhadap pelayanan kesehatan dasar
dan rujukan dari sarana kesehatan pemerintah
b) Terwujudnya sarana pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan dan
tuntutan masyarakat
c) Meningkatkan perilaku hidup bersih, sehat, dan upaya-upaya
kesehatan berswadaya masyarakat
d) Terlaksananya penggunaan obat yang rasional
e) Terwujudnya penurunan angka kesakitan dan kematian akibat
penyakit.

C. Manajemen Perbekalan Farmasi RS Dadi keluarga Ciamis

1. Perencanaan
Perencanaan sediaan farmasi atau alkes dilakukan hampir setiap hari, yaitu
dengan memeriksa barang yang sudah habis atau hampir habis dan juga barang
yang sering keluar akan diperbanyak jumlahnya. Barang yang kosong tersebut
ditulis di buku defecta oleh pihak yang bertugas di instalasi farmasi.
2. Pengadaan
Pengadaan barang yaitu dengan memesan barang yang sudah ditulis
dibuku defecta, kemudian di tulis di kartu Surat Pemesanan (SP) untuk diserahkan
ke PBF atau distributor. Macam-macam surat pemesanan diantaranya yaitu SP
Obat Bebas, SP Psikotropika, SP Narkotika.
3. Penerimaan
Barang yang telah dipesan sebelumnya dilakukan oleh petugas penerimaan
dan pengelolaan barang yakni pada bagian gudang farmasi. Pada saat serah terima
barang pihak distributor memberikan copy faktur sebanyak 2 rangkap pada

17
petugas penerima, copy faktur pertama diserahkan ke bagian finance dan copy
faktur kedua disimpan sebagai arsip. Barang yang diterima harus diperiksa
kembali dan harus sesuai dengan faktur, jika sesuai maka faktur tersebut ditanda
tangani beserta nama jelas petugas penerima. Setelah dilakukan pemeriksaan
kemudian dilakukan pencatatan barang yaitu pada buku penerimaan faktur dan
kartu stock.
4. Penyimpanan
Barang yang diterima lalu disimpan dibagian gudang farmasi.
Penyimpanan obat-obatan dan alkes digudang disimpan berdasarkan bentuk
sediaan dan sesuai dengan alphabetis. Obat yang tergolong narkotik dan
psikotropik masing-masing disimpan dilemari terpisah yakni lemari khusus yang
terbuat dari kayu dengan kunci yang berbeda dan terdapat dua pintu. Untuk obat
yang termolabil disimpan di lemari es dengan suhu tertentu, sedangkan untuk obat
umum di simpan pada suhu kamar sekitar 25 derajat.
5. Pendistribusian
Barang yang ada dalam gudang di distribusikan ke Instalasi Farmasi
Rumah Sakit yaitu pada apotek utama, IFRS Rawat Jalan, IFRS Rawat Inap, depo
IGD, dan depo operasi. Barang yang dikeluarkan harus ditulis di kartu SBBK
(Surat Bukti Barang Keluar) dan ditanda tangani oleh pihak gudang dan pihak
penerima.
6. Pelaporan
Pelaporan yang dilakukan di Instalasi Farmasi meliputi :
a) SOP (Stok Opname), dilakukan setiap bulan dengan
memeriksa stok obat yang tersisa di etalase atau
penyimpanan obat di pelayanan. Pendataan obat akan
diajukan kepada Kepala Instalasi sebagai rekap data
penggunaan obat.
b) Pelaporan obat yang sudah dekat masa kadaluwarsanya,
pelaporan ini dilakukan 3 bulan sebelum obat kadaluwarsa.
Dengan pembuatan laporan, obat dapat di retur atau
dikembalikan kepada Distibutor.

18
c) Pelaporan obat Narkotika dan Psikotropika, pelaporan
Narkotika dan Psikotropika dilakukan oleh Penanggung
Jawab Pengendalian Mutu dengan mengajukan data kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten.
7. Pemusnahan
Pemusnahan perbekalan farmasi tidak dilakukan, karena apabila terdapat
perbekalan farmasi yang kadaluwarsa akan di kembalikan kepada distributor dan
akan diganti dengan obat baru. Sedangkan untuk perbekalan farmasi yang rusak
atau sudah tidak memenuhi kriteria akan dibuang bersamaan dengan sampah
medis untuk selanjutnya diambil oleh petugas yang berwenang (agen khusus yang
menangani sampah medis).

D. Sarana dan Prasarana


Adapun sarana dan prasarana yang tersedia di RS Dadi Keluarga Ciamis
yaitu ;
1. Ruang rawat jalan
2. Ruang rawat inap
3. Instalasi Gawat Darurat
4. Ruang operasi/bedah
5. Radiologi
6. Ruang laboratorium
7. Ruang sterilisasi
8. Ruang farmasi
9. Ruang pendidikan dan latihan
10. Ruang kantor dan administrasi
11. Ruang ibadah
12. Ruang tunggu
13. Ruang penyuluhan kesehatan masyarakat
14. Ruang menyusui
15. Ruang dapur, laundry, kamar jenazah
16. Taman, pengelolaan sampah dan pelataran parkir.

19
E. Fasilitas IFRS RS Dadi Keluarga Ciamis
Adapun fasilitas yang ada di IFRS :
1. Meja, kursi, dan peralatan kantor untuk administrasi dan arsip
2. Etalase obat
3. Meja racik, blender obat, timbangan digital
4. Lemari khusus obat narkotika dan psikotropika
5. Tempat penerimaan dan penyerahan obat
6. Lemari pendingin dan ac untuk obat-obatan
7. Komputer, printer, dan TV
8. Lemari arsip
9. Lemari sediaan obat dan alkes
10. Gudang penyimpanan sediaan obat.

F. Personalia
Tenaga Kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit yaitu terdiri dari :
1. Kepala Instalasi Farmasi : Terdiri dari 2 orang
2. Penanggung jawab Depo Rawat Jalan : Terdiri dari 4 orang
3. Penanggung jawab Depo Rawat Inap : Terdiri dari 4 orang
4. Penanggung jawab Depo Instalasi : Terdiri dari - orang Gawat
Darurat ( IGD )
5. Penanggung jawab Gudang farmasi : Terdiri dari 1 orang
6. Penanggung jawab Operatie Kamer : Terdiri dari -

G. Limbah RS
Di RS Dadi Keluarga Ciamis limbah terdiri dari 2 macam yaitu limbah
domestik dan limbah medis. Di RS Dadi Keluarga Ciamis penanganan untuk
limbah medis dilakukan MOU dengan Dinas Kebersihan dan penarikannya
dilakukan seminggu sekali setiap hari Jumat. Contoh limbah domestik adalah sisa-
sisa makanan, plastik, daun dll.

20
Limbah medis adalah limbah yang seluruhnya atau sebagian mengandung
jaringan tubuh manusia, darah atau cairan tubuh lainnya, obat-obatan, produk
farmasi, alat-alat suntik, kassa pembalut, jarum-jarum dan instrumen tajam
lainnya. Di RS Dadi Keluarga Ciamis penanganan untuk limbah medis dilakukan
MOU dengan pihak ketiga yaitu PT. Jasa Medivest. Untuk limbah medis
dimasukkan ke dalam kresek kuning. Penarikannya dilakukan seminggu sekali
setiap hari rabu.

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Kegiatan yang Dilakukan Selama MAGANG 1


Kegiatan yang dilakukan selama MAGANG 1 di RS Dadi Keluarga Ciamis
yaitu diantaranya ;
Mengisi stok obat yaitu dengan cara melihat terlebih dahulu obat yang
kosong, lalu mengambil barang dari gudang dan disimpan pada tempat obat yang
sudah diberi nama. Penyetokan obat hampir dilakukan setiap hari dengan

21
memeriksa jenis obat yang sering digunakan atau yang sering habis, lalu disiapkan
berdasarkan jenis obat atau bentuk sedian dan yang lainnya.
Sebelum menyiapkan obat terlebih dahulu harus dilakukan skrining
(kelengkapan) resep yakni dengan memeriksa nama dokter, tanggal, jumlah obat,
aturan pakai, nama pasien, umur, dan sebagainya. Setelah dirasa lengkap baru
resep bisa dikerjakan. Obat yang disiapkan di apotek ini sebagian besar
menggunakan resep. Menyiapkan resep di apotek biasanya tidak melibatkan
pembuatan obat dari bahan mentah karena obat yang digunakan sudah berupa obat
jadi (tablet, kapsul, salep, dan lain-lain) yang siap digunakan. Jadi kita hanya
memasukan obat kedalam plastik dan menulis aturan pakai sesuai resep dokter.
Untuk sediaan larutan oral harus menggunakan etiket putih dan untuk sediaan
topikal harus memakai etiket biru. Dalam menyiapkan alkes yaitu hanya
mengambil alkes yang diminta sesuai resep.
Jika ada resep yang meminta dari sediaan tablet menjadi serbuk atau yang
lainnya, maka tablet tersebut harus di racik terlebih dahulu.. Apabila akan meracik
pulveres terlebih dahulu siapkan kertas khusus sesuai dengan jumlah yang
diminta, obat dimasukan kedalam mortir dan digerus sampai homogen, setelah
homogen obat tersebut disimpan pada kertas perkamen lalu dibagi sesuai dengan
permintaan pada kertas yang telah disiapkan tadi. Setelah semua sama rata kertas
tersebut dirapatkan pada alat yang telah disediakan agar obat yang telah diracik
tidak keluar, selanjutnya dilakukan penyerahan obat kepada pasien.
Penyerahan obat dilakukan apabila obat telah selesai dibuat, ketika akan
menyerahkan obat harus benar-benar diperiksa terlebih dahulu apakah obat yang
disediakan sesuai dengan resep yang diterima, setelah itu baru diserahkan pada
pasien yang dituju. Dalam penyerahan obat, sebaiknya memberikan pelayanan
sebaik mungkin agar pasien merasa nyaman dan memahami informasi yang kita
sampaikan. Penyerahan obat harus disertai dengan informasi obat diantaranya
yaitu aturan pakai, indikasi, dan efek samping.
Selain melakukan penyerahan obat kita juga melakukan permintaan obat,
alkes dan yang lainnya ke gudang farmasi, yaitu mengambil obat, injek, alkes dan
yang lainnya, yang telah habis atau hampir habis ke Gudang Farmasi.

22
Pengambilan obat tersebut dilakukan setiap persediaan habis atau hampir habis,
setelah semua obat atau alkes dan yang lainnya sudah disiapkan maka ditulis
terlebih dahulu di buka SBBK ( Surat Bukti Barang Keluar ). Setelah barang tiba
di IFRS masing – masing lalu dicek kembali apakah barang tersebut jumlahnya
sama atau tidak dengan SBBK, jika semua barang sudah dicek maka ditulis di
kartu stock. Pengisian kartu stock dilakukan agar jumlah persediaan obat, alkes,
injek atau cairan diketahui. Pengisian kartu stock ditulis berdasarkan penerimaan
dan pengeluaran dan dilakukan setiap pergantian shift.
Barang yang di jumlah harus sesuai dengan jumlah yang ada di kartu stock.
Kartu stock dibuat 4 warna, biru untuk alkes, kuning untuk tablet, merah muda
untuk obat injek, dan hijau untuk sediaan dalam botol. Selain melakukan
pengisian pada kartu stock kita juga melakukan stock opname, stock opname yaitu
memeriksa barang (obat atau alkes) yang ada di gudang maupun di instalasi
farmasi dengan mencatat jumlah obat atau alkes serta harus diperhatikan tanggal
kadaluarsa dari barang tersebut, barang yang sudah mendekati tanggal kadaluarsa
harus dikeluarkan paling awal jika ada permintaan dan barang yang sudah
kadaluarsa sebaiknya dipisahkan atau dibuang agar tidak digunakan kembali.
Pencatatan stock opname diserahkan kepada kepala instalasi farmasi, hal ini
ditujukan untuk memudahkan dalam pemesanan obat yang sudah kosong,
mengendalikan pengeluaran obat atau alkes, serta menyesuaikan antara
pengeluaran barang dengan jumlah barang yang ada.
B. Manajemen Farmasi di RS Dadi Keluarga Ciamis
Kegiatan perencanaan di RSDKC dilakukan berdasarkan metode konsumsi
dan metode morbiditas kebutuhan perbekalan farmasi yang mulai habis di tulis di
buku defekta oleh masing-masing koordinator unit pelayanan, biasanya alkes dan
obat-obatan lainnya yang sering keluar dari resep dokter atau yang sering habis.
Perencanaan yang telah disusun kemudian dilakuka pemesanan dengan mengisi
Surat Pesanan ( SP ) oleh bagian pengadaan, kemudian surat pesanan tersebut
ditandatangani oleh apoteker. Pemesanan dilakukan kepada distributor Pedagang
Besar Farmasi ( PBF ) sesuai dengan SP, barang yang datang langsung diterima
oleh petugas gudang serta diperiksa dan disesuaikan SP dan Fakturnya.

23
Barang yang telah diterima dan sesuai dengan faktur selanjutnya dimasukan
kedalam data komputer dan disimpan digudang farmasi. Penyimpanan obat
digudang farmasi dilakukan berdasarkan , suhu, alfabetis, FIFO (First In First
Out) dan FEFO (First Expired First Out). Dengan sistem ini maka masa
kadaluarsa obat dapat diatasi dengan baik. Penyimpanan obat narkotika dan
psikotropika disimpan secara terpisah yaitu pada lemari khusus yang teridiri dari
dua pintu dan dua kunci yang berbeda serta berukuran 40cmX80cmX100cm.
Pendistribusian obat dan alkes di RS SMC dibagi menjadi 3 bagian yaitu IFRS
rawat jalan, IFRS rawat inap dan Depo igd. Pembagian tersebut dimaksudkan
supaya memudahkan dalam pelayanan terhadap pasien. Setalah pendistribusian
terdapat juga pelaporan. Pelaporan yang dilakukan di Instalasi Farmasi meliputi :
1. SOP (Stok Opname), dilakukan setiap bulan dengan memeriksa stok obat
yang tersisa di etalase atau penyimpanan obat di pelayanan. Pendataan
obat akan diajukan kepada Kepala Instalasi sebagai rekap data
penggunaan obat.
2. Pelaporan obat yang sudah dekat masa kadaluwarsanya, pelaporan ini
dilakukan 3 bulan sebelum obat kadaluwarsa. Dengan pembuatan
laporan, obat dapat di retur atau dikembalikan kepada Distibutor.
3. Pelaporan obat Narkotika dan Psikotropika, pelaporan Narkotika dan
Psikotropika dilakukan oleh Penanggung Jawab Pengendalian Mutu
dengan mengajukan data kepada Dinas Kesehatan Kabupaten.
Pemusnahan perbekalan farmasi tidak dilakukan, karena apabila terdapat
perbekalan farmasi yang kadaluwarsa akan di kembalikan kepada distributor dan
akan diganti dengan obat baru. Sedangkan untuk perbekalan farmasi yang rusak
atau sudah tidak memenuhi kriteria akan dibuang bersamaan dengan sampah
medis untuk selanjutnya diambil oleh petugas yang berwenang (agen khusus yang
menangani sampah medis).

a. Instalasi Tempat Magang


Magang 1 tempatnya di RSDKC untuk jurusan farmasi ditempatkan di
beberapa tempat yaitu :

24
1. Apotek Utama
Merupakan apotek yang terletak di ruangan depan (dekat pintu masuk).
Apotek ini memberikan pelayanan selama 6 jam yaitu meliputi pelayanan resep
dari dokter umum, resep rawat inap, rawat jalan, dan resep untuk pulang.
2. Depo IGD
Merupakan depo obat yang terletak di depan ruangan Instalasi Gawat
Darurat (IGD). Depo ini hanya melayani resep dari ruangan IGD umum dan IGD
PONEK. Pelayanan di depo IGD harus cepat, gesit, dan tepat karena di ruangan
IGD membutuhkan pertolongan segera, depo ini memberikan pelayanan selama
24 jam.
3. Depo OK
Merupakan depo obat yang diadakan khusus untuk melayani resep dari
OK (ruang operasi). Pada depo ini hanya tersedia obat injek dan alkes (tidak ada
obat oral) dan hanya di buka pada saat ada operasi.
4. Gudang farmasi
Merupakan tempat penyimpanan barang yang utama di RSDKC Kab
Ciamis khususnya untuk sediaan obat dan alkes. Di tempat ini barang masuk (dari
PBF) dan keluar ( ke IFRS), barang yang keluar juga harus ada persetujuan dari
pihak gudang.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari pelaksanaan MAGANG 1 di RS Dadi Keluarga Ciamis dapat disimpulkan
sebagai berikut :
a. RS Dadi Keluarga Ciamis merupakan salah satu sarana pelayanan
kesehatan di Kabupaten Tasikmalaya yang termasuk ke dalam rumah sakit
swasta

25
b. Pelayanan di RSDKC terdiri dari pelayanan medik dan pelayanan
penunjang medik seperti laboratorium, radiologi dan farmasi.
c. Tugas dan tanggungjawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
Tasikmalaya yaitu pengelolaan perbekalan farmasi mulai dari
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan
melakukan pencatatan dan pelaporan perbekalan farmasi yang digunakan
di rumah sakit.

Lampiran 1

Struktur Organisasi RSDKC

26
Direktur RSUD SMC
DHOHIK UTOMO

Kabid Kemedikan
dr. H. Iman Firmansyah., M.MKes

Kasie Penunjang Clinik


Dr. Lilis Solihah

Komite Farmasi Therapi--------------- Kepala Instalasi Farmasi


Dr, H, Marte . Sp. Anak Triani Astuti

Penanggung Jawab Penanggung Jawab Penanggung Jawab


Farmasi klinik Pengendalian Mutu Farmasi non-klinik
Ane P.,S.Farm Henny Nur.,S.Si Christine
Agustiani.,S.Farm

Rawat Inap Gudang


Widia F., S.Farm.Apt Rena R., S.Farm.Apt

Pelaporan
Rawat Jalan Nora Dewi
Risma Y.,S.Farm.Apt L.,S.Farm.Apt

IGD Administrasi BPJS dan


Yandisti., S.Farm.Apt PRB
Nisa Suciati.,S.Farm.Apt

Gambar 3.1 Struktur Organisasi RSDKC

Lampiran 2

27
Gambar 3.2 resep rsdkc

Lampiran 3

28
29
30

Anda mungkin juga menyukai