Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL PENGEMBANGAN INDUSTRIALISASI GAMBIRH

DI KABUPATEN DAIRI

PROPOSAL PENGEMBANGAN INDUSTRIALISASI GAMBIR


DI KABUPATEN DAIRI

BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Kabupaten Dairi didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1964 tentang Pembentukan Kabupaten Dairi, selanjutnya
wilayahnya ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1964 tentang
Wilayah Kecamatan di Kabupaten Dairi, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten
Tapanuli Utara.

Kondisi Fisik Geografis :


A. Letak Geografis dan Batas
Kabupaten Dairi merupakan kabupaten yang terletak di sebelah Barat Laut Provinsi
Sumatera Utara. Kabupaten Dairi secara geografis terletak pada 98°.00’ BT – 98°.30’ BT dan
2°.15’ LU - 3°.32’ LU. Kabupaten Dairi berbatasan sebelah Utara dengan Kabupaten Aceh
Tenggara Provinsi Nangroe Aceh Darusalam dan Kabupaten Karo, sebelah Timur dengan
Kabupaten Toba Samosir, sebelah Selatan dengan Pakpak Bharat, sebelah Barat dengan
Kabupaten Aceh Selatan Provinsi Nangroe Aceh Darusalam. Ibukota Kabupaten Dairi adalah
Sidikalang yang berjarak 154 Km dari kota Medan. Kabupaten Dairi terdiri dari 15
kecamatan, 169 desa dan 8 kelurahan.
Keadaan topografi Kabupaten Dairi berbukit-bukit terletak di kawasan Bukit Barisan
dengan ketinggian antara 400 m s/d 1600 di atas permukaan laut. Kabupaten Dairi
umumnya berhawa dingin, sering turun hujan, rata-rata sebelas hari dalam sebulan, kecuali
daerah Kec. Tigalingga dan Kec. Silima Pungga-pungga cenderung berhawa sedang. Sesuai
dengan letak geografisnya, maka mata pencaharian penduduk Kabupaten Dairi yang
terutama adalah pertanian padi, palawija, tanaman tahunan, peternakan dan perikanan.
Luas wilayah Kabupaten Dairi adalah seluas 1.916.25 Km² atau 191.625 Ha, dengan jumlah
penduduk lebih kurang 271.983 jiwa (63.687 KK) dengan kepadatan penduduk rata-rata 141
jiwa/Km² yang terdiri dari beberapa suku antara lain, Pakpak, Toba, Simalungun, Karo,
Mandailing, Nias, Aceh, Jawa dan sebagainya.

1
PROPOSAL PENGEMBANGAN INDUSTRIALISASI GAMBIRH
DI KABUPATEN DAIRI

Kabupaten Dairi terbagi atas 15 kecamatan, 8 kelurahan, dan 161 Desa. Nama dan
ibukota kecamatan tersebut, yaitu:
1) Kecamatan Sidikalang, ibukotanya Sidikalang;
2) Kecamatan Sumbul, ibukotanya Sumbul;
3) Kecamatan Silima Pungga Pungga, ibukotanya Parongil;
4) Kecamatan Siempat Nempu, ibukotanya Bunturaja;
5) Kecamatan Tigalingga, ibukotanya Tigalingga;
6) Kecamatan Tanah Pinem, ibukotanya Kutabuluh;
7) Kecamatan Parbuluan, ibukotanya Sigalingging;
8) Kecamatan Pegagan Hilir, ibukotanya Tigabaru;
9) Siempat Nempu Hulu, ibukotanya Silumboyah;
10) Kecamatan Siempat Nempu Hilir, ibukotanya Sopo Butar;
11) Kecamatan Lae Parira, ibukotanya Lae Parira;
12) Kecamatan Gunung Sitember, ibukotanya Gunung Sitember;
13) Kecamatan Berampu, ibukotanya Berampu;
14) Kecamatan Silahisabungan, ibukotanya Silalahi;
15) Kecamatan Sitinjo, ibukotanya Sitinjo.

Kabupaten Dairi sebagian besar terdiri dari dataran tinggi dan berbukit-bukit yang
terletak antara 98000' - 98030'dan 2015'-3000'LU. Sebagian besar tanahnya didapati gunung-
gunung dan bukit-bukit dengan kemiringan bervariasi sehingga terjadi iklim hujan tropis.
Kota Sidikalang adalah ibukota Kabupaten Dairi berada pada ketinggian 1.066 meter diatas
permukaan laut.
Pada umumnya Kabupaten Dairi berada pada ketinggian rata-rata 700 s/d 1.250 m diatas
permukaan laut. Sedangkan Kecamatan Tigalingga, Kec. Siempat Nempu dan Kecamatan
Silima Pungga-Pungga terletak pada ketinggian antara 400 –1.360 m diatas permukaan laut.
Kecamatan Sumbul, Sidikalang , Kerajaan dan Kec.Tanah Pinem berada pada ketinggian 700-
1.600 meter diatas permukaan laut.

2
PROPOSAL PENGEMBANGAN INDUSTRIALISASI GAMBIRH
DI KABUPATEN DAIRI

B. Keadaan Iklim Dan Curah Hujan

Kabupaten Dairi sebagian besar terdiri dari dataran tinggi dan berbukit-bukit yang
terletak antara 98000' - 98030'dan 2015'-3000'LU. Sebagian besar tanahnya didapati gunung-
gunung dan bukit-bukit dengan kemiringan bervariasi sehingga terjadi iklim hujan tropis.
Kota Sidikalang adalah ibukota Kabupaten Dairi berada pada ketinggian 1.066 meter diatas
permukaan laut.

Pada umumnya Kabupaten Dairi berada pada ketinggian rata-rata 700 s/d 1.250 m diatas
permukaan laut. Sedangkan Kecamatan Tigalingga, Kec. Siempat Nempu dan Kecamatan
Silima Pungga-Pungga terletak pada ketinggian antara 400 -1.360 m diatas permukaan laut.
Kecamatan Sumbul, Sidikalang , Kerajaan dan Kec.Tanah Pinem berada pada ketinggian 700-
1.600 meter diatas permukaan laut. Musim hujan yang paling berpengaruh biasanya pada
bulan Januari, April, Mei , September Nopember, dan Desember setiap tahunnya.

C. Potensi :

Pada umumnya daerah Kabupaten Dairi adalah potensi pertanian yang cukup luas dan
sangat besar jumlah hasilnya, sehingga mata pencaharian penduduk yang terutama adalah
pertanian padi, palawija dan tanaman tahunan/bahan perdagangan ekspor antara lain:

1) Tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela rambat, ketela pohon,
kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau.
2) Tanaman sayur-sayuran seperti cabe, kentang,tomat, buncis, terung, bayam dan
sayur-sayuran lainnya sangat baik di Kabupaten Dairi. Sedangkan tanaman
bawang merah dan bawang putih di Kecamatan Sumbul yakni didesa Silalahi II
dan desa Paropo yang terletak di pinggiran Danau Toba.
3) Tanaman perdagangan bahan ekspor seperti kopi, kelapa, kemenyan, cengkeh,
tembakau, jahe, dan kemiri serta kulit manis dan nilam. Tanaman tahunan
sangat baik diusahakan serta mempunyai hasil yang cukup besar jumlahnya
sehingga dapat mempengaruhi perekonomian masyarakat Kabupaten Dairi.
4) Sebagai mata pencaharian tambahan juga diperoleh dari hasil hutan seperti kayu
3
PROPOSAL PENGEMBANGAN INDUSTRIALISASI GAMBIRH
DI KABUPATEN DAIRI

pertukangan, damar, rotan.


Namun sebagian kecil penduduk juga memelihara ternak unggas, perikanan darat
dengan tata cara pemeliharaan secara tradisional sehingga hanya merupakan
penghasilan tambahan, dimana jumlahnya belum memenuhi standar nasional
Sektor pertanian dan perkebunan merupakan penyumbang terbesar perekonomian
masyarakat Dairi. 90 % masyarakat Kabupaten Dairi hidup dari sektor pertanian dengan
jenis produksi tanaman padi, palawija, hortikultura dan perkebunan rakyat (nilam,
gambir, kopi, kelapa sawit, coklat dll)
Dari sub sektor peternakan yang dapat dikembangkan adalah peternakan yang saling
dukung mendukung dengan pertanian seperti ternak kerbau, sapi, kambing, babi, ayam
kampung, itik.
Kondisi alam yang menyediakan lahan yang masih relatif luas untuk penggembalaan
dan kesesuaian lahan untuk tanaman makanan ternak merupakan salah satu faktor yang
tersedia dengan baik di Kabupaten Dairi untuk mendukung sub sektor peternakan.
Potensi hasil hutan di Kabupaten Dairi berupa kayu yang mempunyai kualitas yang relatif
baik, selain potensi kayu hutan juga memiliki potensi non kayu seperti : kemenyan,
damar, rotan, lebah madu.

- Potensi Air
- Di Kabupaten Dairi terdapat sungai-sungai yang jumlahnya cukup banyak dan
dipergunakan untuk irigasi teknis maupun setengah teknis, dimana sebagian besar
sudah dimanfaatkan menjadi pengairan sawah, perikanan, dan kebutuhan Air
minum. Adapun sungai terbesar dan terpanjang di Dairi antara lain adalah:
- Lae Renun terbentang dari kecamatan Parbuluan sampai Kecamatan Tanah Pinem
yang selanjutnya menuju Aceh Tenggara.
- Lae Mbilulus terbentang di Kecamatan Tiga Lingga dan Kecamatan Tanah Pinem
serta bermuara di Lae Renun.
- Lae Sinendang terbentang di Kecamatan Sumbul dan bermuara ke Lae Renun.
- Lae Simbelin terbentang di kecamatan Sidikalang menuju perbatasan Kecamatan
Siempat Nempu dan Kec. Silima Pungga-Pungga mengalir ke Propinsi Aceh.

4
PROPOSAL PENGEMBANGAN INDUSTRIALISASI GAMBIRH
DI KABUPATEN DAIRI

BAB II
GAMBARAN UMUM INDUSTRI DI KABUPATEN DAIRI

Dari faktor aset, omzet dan tenaga kerja; sebagian besar industri di Kabupaten Dairi masih
masuk dalam kriteria usaha mikro, usaha kecil/ industri kecil dan industri rumah tangga.
Industri dimaksud adalah :
- Industri pengolahan hasil pertanian dan perkebunan rakyat masih terbatas pada
pengolahan getah gambir, minyak nilam, kopi, kilang padi, pembuatan makanan ringan
(opak, keripik) dari bahan baku ubi dan pembuatan tahu (bahan baku kacang kedelai masih
di beli dari daerah luar Kabupaten Dairi).
- Kerajinan seperti perabot/ mobilair, kerajinan bambu & rotan, tenun, jahit & bordir.
- Industri makanan ringan lainnya seperti pembuatan roti & kue-kue.

II.1. Gambaran Umum Industri Getah Gambir.

Gambir adalah salah satu komoditi tanaman perkebunan rakyat dari Kabupaten Dairi.
Gambir (Uncaria gambir Roxb.) merupakan komoditi perkebunan rakyat yang terutama
ditujukan untuk kebutuhan lokal maupun luar Kabupaten Dairi. Produk dari tanaman gambir
adalah getahnya yang diperoleh dari ekstrak daun dan ranting muda.
Tanaman gambir ini merupakan tanaman serba guna karena selain menjadi pelengkap
dalam makan sirih gambir berguna dalam berbagai jenis industri seperti :
- Bahan dalam industri tekstil (pewarna);
- Tinta pemilu;
- Bahan dalam industri kosmetik;
- Bahan dalam industri farmasi (obat-obatan) seperti ramuan obat diare, disentri, luka
bakar, sariawan, suara parau, anti bakteri dan anti jamur, bahan aktif pada pasta gigi dan
bio pestisida, bahan baku permen, penjernih air dan juga digunakan pada industri bir;
- Penyamak kulit dan bahan baku utama perekat kayu lapis dan papan partikel;
- Di Jepang dipakai dalam pembuatan permen khusus bagi perokok yang dapat menetralisir
nikotin.

5
PROPOSAL PENGEMBANGAN INDUSTRIALISASI GAMBIRH
DI KABUPATEN DAIRI

Gambir tumbuh dengan baik pada ketinggian 900 m dpl, curah hujan 2500-3000
mm/tahun, maksimal 400-450 mm pada bulan basah dan minimal 100-200 mm pada bulan
kering. Gambir merupakan tanaman spesifik lokasi, dapat tumbuh dan berkembang baik
pada kondisi lahan dengan jenis tanah podsolik merah kuning sampai merah kecoklatan.
Gambir dapat dipanen dengan baik setelah berumur 2 (dua) tahun, seterusnya 3 s/d 4 kali
setahun dan produktif sampai umur 20 tahun atau lebih. Pertumbuhannya baik jika dapat
menghasilkan 7 s/d 10 Kg daun + ranting muda/ tanaman/ panen.
Gambir di Kabupaten Dairi tumbuh di beberapa kecamatan yaitu Kecamatan
Siempatnempu Hulu, Silima Pungga Pungga, Siempat Nempu, Siempatnempu
Hulu,Berampu, dan Tanah Pinem.
Saat ini produksi gambir Indonesia didominasi (90 %) dari Propinsi Sumatera Barat
sehingga Sumatera Barat dijadikan barometer produksi gambir di Indonesia. Pengembangan
komoditi gambir di Indonesia pada prinsipnya sangat prospektif. Pada tahun 2006, volume
ekspor tercatat 6022 ton dan perolehan devisa sebesar 700 ribu dolar AS. Peningkatan
ekspor gambir menunjukkan kecenderungan adanya peningkatan pengguna gambir. Sejalan
dengan perkembangnya jenis-jenis barang industri yang memerlukan bahan baku dari
gambir maka kebutuhan akan gambir dalam industri meningkat pula.
Selain untuk ekspor, pasar domestik utama bagi produk gambir terdapat di Sumatera
dan Jawa. Gambir yang dihasilkan selain untuk konsumsi lokal juga dipasok ke beberapa
daerah di Jawa Terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Tercatat India membutuhkan minimal 6.000 ton gambir kering setiap tahun. Menurut
situs web Wikipedia, laju pertumbuhan ekspor gambir yaitu 33,45% dari segi volume dan
44,37% dari segi nilai selama periode tahun 1991 s/d tahun 1995. Pada tahun 2002 dan
2005 diproyeksikan volume ekspor gambir secara berturut-turut 10.620 ton dan 14.704 ton.
Gambir ekspor Indonesia sebagian besar berasal dari Propinsi Sumatera Barat dan
sebagian lagi dari Propinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Bengkulu. Dengan
menguasai 80% dari pangsa pasar internasional, Indonesia menjadi pengekspor gambir
terpenting di dunia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 ekspor gambir
Indonesia mencapai 8.000 ton dengan nilai US $ 8,3 Juta. India merupakan negara
pengimpor gambir Indonesia terbesar yaitu 84% dari total gambir yang diekspor.

6
PROPOSAL PENGEMBANGAN INDUSTRIALISASI GAMBIRH
DI KABUPATEN DAIRI

Standar Mutu Gambir Berdasarkan SNI 01-3391-2000


PERSYARATAN
No. JENIS UJI SATUAN
MUTU 1 MUTU 2
1. Keadaan
- Bentuk - Utuh Utuh
- Warna - Kuning sampai Kuning sanpai
kuning kecoklatan Kuning kehitaman
- Bau - Khas Khas
2. Kadar air, b/b % Maks. 14 Maks. 16
3. Kadar abu,b/b % Maks. 5 Maks. 5
4. Kadar katekin, b/b adbk % Min. 60 Min. 50

5. Kadar bahan tidak larut


dalam:
- Air b/b adbk % Maks. 7 Maks. 10
- Alkohol adbk % Maks. 12 Maks. 16
Catatan : adbk adalah atas dasar berat kering.

II.2 Mesin/ Peralatan dan Pelatihan Pengolahan Komoditi Gambir.


Hingga saat ini sebagian besar petani dan pengolah gambir di Kabupaten Dairi
dalam mengelola tanaman gambirnya dan proses pembuatan gambir kering masih dengan
cara yang sederhana yaitu alat peras tradisional.
Adapun urutan proses pengolahan gambir (dengan tenaga kerja dua orang) yang
dilakukan oleh petani/ pengolah gambir di Kabupaten Dairi adalah :
1. Pemetikan dan Persiapan Daun dan Batang Muda untuk Perebusan

Panen daun dan batang muda gambir dilakukan dengan menggunakan gunting; waktu
yang dibutuhkan untuk memanen dan persiapan perebusan ± 60 Kg daun dan batang
muda gambir dibutuhkan waktu hingga 1 jam.

2. Perebusan
Perebusan daun gambir dilakukan dengan menggunakan dandang atau wadah perebusan
yang terbuat dari aluminium atau stainless stell dengan kapasitas ± 30 Kg daun dan batang
muda gambir dan setiap tahap direbus sebanyak 2 (dua) dandang. Adapun waktu yang
dibutuhkan untuk perebusan adalah 1,5 s/d 2 jam.

3. Pengempaan

7
PROPOSAL PENGEMBANGAN INDUSTRIALISASI GAMBIRH
DI KABUPATEN DAIRI

Pengempaan dengan menggunakan alat sederhana/ tradisional ini, untuk memeras ± 60 Kg


daun dan batang muda gambir hasil rebusan dibutuhkan waktu 1 hingga 1,5 jam; waktu ini
termasuk pemindahan daun gambir dari dandang dan memasukkan ke dalam goni untuk
diperas. Dari ± 60 Kg daun dan batang muda gambir, adapun hasil getah gambir dalam
bentuk basah atau sering disebut getah gambir bubur yang diperoleh setelah

pendinginan/ pengendapan dan penirisan dengan menggunakan alat kempa tradisional


tersebut di atas adalah maksimal 18 s/d 20 Kg getah gambir dalam bentuk basah sedangkan
dengan alat bantuan Pemerintah waktu yang dibutuhkan maksimal 1 jam dengan hasil ± 20
Kg.

4. Pengendapan
Pengendapan adalah proses pendinginan dan pembekuan gambir cair (masih mengandung
banyak air) menjadi getah gambir basah. Pengendapan/ pembekuan dilakukan dengan
mencampur getah gambir yang diperoleh dari daun gambir hasil rebusan yang tidak ikut
dipres dengan gambir cair yang dilakukan saat gambir cair masih hangat. Proses
pengendapan ini membutuhkan waktu 10 jam.

5. Pentirisan

(Pengurangan kadar air pada gambir agar dapat dicetak)


Pentirisan dilakukan bertujuan untuk mengurangi kadar air pada getah gambir. Penirisan
dilakukan dengan menggantungkan gambir basah yang dimasukkan dalam goni. Setelah
penirisan maka getah gambir dapat dicetak. Penirisan ini membutuhkan waktu sampai
dengan 3 jam.

6. Pencetakan

8
PROPOSAL PENGEMBANGAN INDUSTRIALISASI GAMBIRH
DI KABUPATEN DAIRI

Pencetakan dilakukan dengan menggunakan alat cetak tradisional. Gambir umumnya


dicetak menjadi beberapa bentuk seperti bulat penuh, setengah bulatan, bentuk kerucut
dan bentuk lempengan. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mencetak ± 18 s/d 20 Kg
getah gambir basah adalah selama ± 2 jam.

7. Pengeringan
Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air pada gambir hingga mencapai 16% s/d
14% kadar air. Pengeringan dilakukan dengan memanfaatkan panas/ sinar matahari.
Pengeringan membutuhkan waktu 2 s/d 3 hari, tergantung pada kondisi panas matahari.
Dari ± 18 s/d 20 Kg getah gambir
diperoleh 4 s/d 4,5 Kg gambir kering. Total waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan
getah gambir kering mulai dari panen hingga pengeringan dapat mencapai 67,5 jam.

Secara ringkas keseluruhan proses pengolahan gambir dapt dilihat dalam skema
berikut :

Pemetikan Perebusan Pengempaan


Daun

Pengendapan

Pengeringan Pencetakan Pentirisan

Harga dan Pemasaran Komoditi Gambir Di Kabupaten Dairi


Dalam memasarkan komoditi gambirnya petani/ pengolah gambir di Kabupaten Dairi
memasarkan komoditi gambirnya dalam 3 (tiga) jenis atau dapat disebut 3 (tiga) tahapan
sebagaimana tabel berikut:
Tabel II.2.2. Pemasaran Komoditi Gambir
No Jenis/ Tahap Harga Keterangan
1 Daun dan ranting muda Rp. 1.200,- s/d Rp. 1.300,-/ Kg
2 Getah gambir basah (bubur) Rp. 4.000,- s/d Rp. 4.500,-/Kg
3 Getah gambir kering Rp. 30.000,- s/d Rp. 33.000,-/Kg

9
PROPOSAL PENGEMBANGAN INDUSTRIALISASI GAMBIRH
DI KABUPATEN DAIRI

Untuk pemasaran gambir basah dan gambir kering dengan menggunakan


pedagang perantara (pedagang lokal di Kabupaten Dairi) dimana pedagang perantara ini
sebagian besar adalah pedagang bentukan atau rantai dagang dari eksportir gambir di luar
wilayah Kabupaten Dairi terutama eksportir gambir di Kota Medan. Sebahagian lagi gambir
kering yang untuk konsumsi lokal (sebahagian besar untuk lokal Propinsi Sumatera Utara)
digunakan untuk menyirih, pedagangnya sebahagian besar dari dari daerah Kabupaten Karo
dan Medan.
Sistem atau pola perdagangan komoditi gambir dengan sistem atau pola dimaksud di
atas sudah barang tentu sangat merugikan petani/ pengolah gambir di Kabupaten Dairi.
Memperhatikan hal ini Pemerintah Kabupaten Dairi telah dan sedang menggiatkan
pembentukan dan penguatan kelompok-kelompok usaha bersama petani/ pengolah gambir
di Kabupaten Dairi dan pembentukan Koperasi petani/ pengolah gambir di Kabupaten Dairi
agar dapat mengurangi ketergantungan terhadap pedagang perantara lokal maupun
pedagang bentukan atau rantai dagang dari eksportir gambir di luar wilayah Kabupaten
Dairi.

II.3.1 Kondisi umum

Gambir merupakan komoditi unggulan hasil pertanian/ perkebunan rakyat di


Kabupaten Dairi. Gambir baik untuk dikembangkan di Kabupaten Dairi karena antara lain
:
1. Gambir merupakan tanaman yang relatif banyak dan sudah terbiasa digeluti
masyarakat Kabupaten Dairi;
2. Masih tersedianya lahan untuk budi daya;
3. Geografis dan iklim yang sesuai untuk budi daya;
4. Reputasi sebagai penghasil gambir terbesar di Provinsi Sumatera Utara;
5. Tingkat permintaan pasar (kebutuhan pada sektor industri) yang relatif meningkat;
6. Adanya dukungan dari instansi vertikal yang terkait.

Data Luas Area Tanaman dan Produksi Gambir di KabupatenDairi, 2018


No. Kecamatan LuasTanaman Produksi (ton) JumlahPetani
(ha)
1. Sidikalang - - -
2. Sitinjo - - -
3. Berampu - - -
10
PROPOSAL PENGEMBANGAN INDUSTRIALISASI GAMBIRH
DI KABUPATEN DAIRI

4. Parbuluan - - -
5. Sumbul 65,00 769,23 355
6. Silahisabungan - - -
7. SilimaPunggapungga 55,00 890,91 250
8. LaeParira 108,00 527,78 232
9. SiempatNempu 12,00 116,67 30
10. SiempatNempuHulu 101,30 793,68 241
11. SiempatNempuHilir 29,40 530,61 76
12. Tigalingga - - -
13. GunungSitember - - -
14. PegaganHilir 9,00 111,11 30
15. Tanah Pinem - - -
Jumlah/Total 379,90 670,00 1.214
Sumber :DinasPertanianKabupatenDairi

Namun dalam pengembangan gambir di Kabupaten Dairi petani/ pengolah gambir


menghadapi permasalahan antara lain :
1. Aspek budidaya :
a. Lokasi budidaya relatif tersebar, diperbukitan dan aksessibilitas transportasi relatif
sulit;
b. Produktifitas tanaman yang relatif rendah karena jarang atau bahkan sama sekali
tidak memperoleh pemupukan atau pemeliharaan lainnya;
c. Rendahnya kesadaran petani/ pengolah untuk bergabung dalam kelompok tani.
2. Aspek pengolahan :
a. Sebagian besar teknologi pengolahan masih menggunakan peralatan tradisional
yang mengakibatkan :
 Jumlah ekstrak gambir yang diperoleh sedikit (rata-rata maksimal 0,85% dari
bahan baku);
 Kualitas tidak merata dan relatif rendah;
 Tingginya waktu pengolahan yang dibutuhkan terutama pada proses :
- Pengendapan;
- Pentirisan;
- Pengeringan yang masih memanfaatkan sinar matahari.
b. Keterbatasan pengetahuan/pemahaman tentang jenis dan tingkat kualitas hasil;
c. Rendahnya kesadaran petani/ pengolah untuk bergabung dalam wadah
kelembagaan pengolah hasil pertanian seperti Kelompok Usaha Bersama (KUB).
3. Aspek perdagangan/ pemasaran :

11
PROPOSAL PENGEMBANGAN INDUSTRIALISASI GAMBIRH
DI KABUPATEN DAIRI

a. Sistim tata niaga yang tidak kondusif (tata niaga gambir internasional yang
kemungkinan besar bersifat oligopoly);
b. Rantai pemasaran yang relatif panjang yang berakibat pada tertekannya harga jual
ditingkat petani;
c. Petani menjual hasilnya untuk kebutuhan dana yang segera (sebagian besar untuk
kebutuhan biaya sehari-hari rumah tangga);
d. Keterbatasan akses terhadap informasi harga;
e. Rendahnya posisi tawar petani/ pengolah dalam perdagangan (belum tercipta
kondisi/ kesepakatan harga berdasarkan tingkat kualitas);
f. Rendahnya kesadaran untuk berhimpun dalam suatu wadah kelembagaan
(kelompok atau koperasi) atau kelembagaan yang ada belum kuat/ efektif untuk
menampung hasil petani/ pengolah sehingga posisi tawar petani/ pengolah
menjadi rendah (petani/ pengolah berada pada posisi price taker).

II.3.2 Sasaran dan Strategi Pengembangan :

a. Sasaran Pengembangan :
Adapun yang menjadi sasaran pengembangan komoditi gambir pada
masyarakat Kabupaten Dairi adalah :
1. Terciptanya peningkatan luas budidaya;
2. Terciptanya peningkatan hasil budidaya yaitu daun + ranting muda;
3. Terciptanya peningkatan hasil olahan yaitu gambir kering;
4. Terciptanya diversifikasi produk;
5. Terciptanya kemampuan petani/ pengolah gambir mampu menghasilkan produk
lanjutan gambir;
6. Terciptanya efesiensi biaya dan waktu produksi pada sistim produksi ekstrak kering;
7. Terciptanya peningkatan harga produk melalui peningkatan mutu dan stabilitas
pasokan.

12
PROPOSAL PENGEMBANGAN INDUSTRIALISASI GAMBIRH
DI KABUPATEN DAIRI

BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN

Mengingat keterbatasan sumber daya yang ada diantaranya Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Dairi dalam pengembangan IKM gambir melalui Fasilitasi bantuan
peralatan dan pelatihan pengolahan getah daun gambir kami sangat mengharapkan dukungan
dan bantuan dari Kementerian Perindustrian Republik Indonesia cq Dirjen IKM untuk dapat
membantu pengembangan IKM Gambir di Kabupaten Dairi.
Adapun dukungan dan bantuan yang dibutuhkan adalah sebesar Rp. 300.000.000,- (tiga
ratus juta Rupiah) untuk pengembangan Industri Kecil dan Menengah pengolahan gambir
sebagai berikut :

Estimasi Biaya
No. Uraian Keterangan
(Rp)
Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
1. Fasilitasi Bantuan peralatan dan pelatihan 300.000.000,- 1 (satu) paket terdiri
Pengolahan getah Daun Gambir bagi para dari :
IKM di Kabupaten Dairi. - 6 unit alat
press/kempa gambir
hidrolik

13
PROPOSAL PENGEMBANGAN INDUSTRIALISASI GAMBIRH
DI KABUPATEN DAIRI

- 6 unit dandang
perebusan

Bidang Pengolahan
dan industri gambir
2. Tenaga ahli serta pendampingan

BAB IV
RENCANA PEMANFAATAN

Dengan tersedianya bantuan mesin/peralatan pengolahan dan pelatihan dimaksud


diharapkan sasaran pengembangan pengolahan hasil pasca panen daun gambir dan pelatihan
penggunaan mesin dan peralatan untuk pembinaan dan pengembangan usaha industri gambir
serta untuk pembinaan usaha perdagangan di Kabupaten Dairi akan dapat tercapai yaitu :
1. Terciptanya peningkatan luas budidaya gambir;
2. Terciptanya peningkatan hasil budidaya yaitu daun + ranting muda;
3. Terciptanya peningkatan hasil olahan yaitu gambir kering;
4. Terciptanya efesiensi biaya dan waktu produksi pada sistim produksi ekstrak kering;
5. Terciptanya peningkatan harga produk melalui peningkatan mutu dan stabilitas
pasokan sehingga meningkatkan pendapatan petani;
6. Terciptanya lapangan kerja baru.

Peningkatan daya saing dapat dicapai dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas produk
gambir.Adanya dukungan pengadaan bantuan peralatan pengolahan dan pelatihan tersebut di
atas diharapkan akan menciptakan peningkatan daya saing petani/ pengolah dan perajin tenun
di Kabupaten Dairi yang dapat meningkatkan pendapatan petani dan perajin dimaksud yang

14
PROPOSAL PENGEMBANGAN INDUSTRIALISASI GAMBIRH
DI KABUPATEN DAIRI

berdampak lansung terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya pengguna


peralatan dimaksud dan masyarakat Kabupaten Dairi pada umumnya, hal ini pasti akan
berdampak langsung terhadap peningkatan pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Dairi.

BAB V
PENEMPATAN MESIN DAN PERALATAN

Mesin dan peralatan bantuan pengolahan gambir tersebut di atas pengelolaannya


direncanakan dengan pola Kerjasama Operasional (KSO) antara Pemerintah Kabupaten Dairi
dengan Kelompok Usaha Bersama (KUB) petani/ pengolah gambir di Kabupaten Dairi sehingga
diperoleh pengelolaan/ penggunaan peralatan dengan efisien dan efektif.
Adapun beberapa ketentuan yang akan ditempuh dalam penerapan sistim kerjasama
operasional ini adalah sebagai berikut :
a. Kerjasama tidak boleh mengakibatkan beralihnya kepemilikan
peralatan kepada mitra kerja/ pengelola (KUB).
b. Kerjasama harus dituangkan dalam naskah perjanjian
bersama.
c. Peralatan diserahkan pengelolaannya kepada Kelompok
Usaha Bersama (KUB)/ikm gambir di Kabupaten Dairi.

15
PROPOSAL PENGEMBANGAN INDUSTRIALISASI GAMBIRH
DI KABUPATEN DAIRI

BAB VI
PENUTUP

Demikian proposal ini kami sampaikan kepada Bapak dengan harapan kiranya Bapak

dapat membantu program pembangunan di Kabupaten Dairi dengan memprogramkannya pada

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Kementerian Perindustrian Republik Indoesia

Akhirnya atas perhatian dan berkenannya Bapak menerima proposal ini kami ucapkan

terimakasih.

Sidikalang, Juli 2019


KEPALA DINAS PERINDUSTRIAN DAN
PERDAGANGAN KABUPATEN DAIRI

RAHMAT SYAH MUNTHE,S.STP,M.Si


PEMBINA TK I
NIP 198505092003121001
16
PROPOSAL PENGEMBANGAN INDUSTRIALISASI GAMBIRH
DI KABUPATEN DAIRI

17

Anda mungkin juga menyukai