Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KASUS

BBLR PADA GEMELI

Disusun oleh:
Polikarpus Arifin
112018145

Pembimbing:
dr. Andhika Tiurmaida Hutapea, Sp.A (K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


RSUD CENGKARENG JAKARTA BARAT
PERIODE 06 MEI - 06 JULI 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk-Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ANAK
RUMAH SAKIT: RSUD CENGKARENG

Nama : Polikarpus Arifin Tanda Tangan


Nim : 112018145 .......................

Dr. Pembimbing : dr. Andhika Tiurmaida Hutapea, Sp.A (K) ......................

IDENTITAS PASIEN

Nama lengkap : By. Ny. A1 Jenis kelamin: Laki-laki


Tempat/tanggaI lahir: Jakarta, 06-05-2019 Umur: 2 hr
Suku bangsa: Timor Agama: Kristen
Pendidikan: - Alamat: Cengkareng
Hubungan dengan orang tua: Anak kandung

Orang tua/Wali:
Ayah:
Nama lengkap : Tn. R Agama : Kristen
Tanggal lahir (umur) : 24 tahun Pendidikan : SMA
Suku Bangsa : Timor Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Cengkareng Penghasilan :-
Ibu:
Nama lengkap : Ny. V Agama : Kristen
Tanggallahir (umur) : 22 tahun Pendidikan : SMA
Suku Bangsa : Timor Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Cengkareng Penghasilan :-

I. ANAMNESIS
Dilakukan alloanamnesis pada tanggal 8 Mei 2019
A. Keluhan Utama
Berat badan bayi kecil sejak lahir.
B. Keluhan Tambahan
-
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien lahir secara Sectio Caesaria (SC), kembar, hidup, dengan ketuban pecah dini,
di RSUD Cengkareng dan ditolong oleh dokter. ANC (+) teratur di bidan, tidak ada
riwayat penyakit pada masa kehamilan, ketuban jernih. Pasien merupakan anak
pertama. Saat lahir frekuensi nadi lebih dari 100x/menit, menangis kuat, gerakan
sedikit, reaksi melawan, tubuh dan ekstremitas kemerahan. Berat saat lahir 1421 gr,
APGAR score 8/9.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit lainnya disangkal.
E. Riwayat Penyakit Keluarga
-
RIWAYAT PASIEN
A. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Kehamilan
Ibu pasien mengatakan ini merupakan kehamilan pertama, serta tidak pernah memiliki
riwayat keguguran sebelumnya. Ibu pasien rutin melakukan ANC setiaop bulan selama
masa kehamilannya dengan bidan di puskesmas. Ibu pasien diberikan zat besi dan asam
folat saat ANC. HPHT ibu pasien pada tanggal 20 September 2018 dengan usia haid
pertama 13 tahun, siklus haid teratur selama 5-7 hari dan jumlah darah haid normal. Ibu
pasien tidak merokok dan tidak minum alkohol, ayah pasien juga tidak merokok. Berat
badan ibu meningkat 1-2 kg selama awal masa kehamilan. Nafsu makan ibu ketika hamil
berkurang terutama pada 4 bulan pertama kehamilan karena ibu pasien merasa mual
hebat. Ibu pasien juga mengaku asupan nutrisi yang dikonsumsi sama saja seperti saat ibu
tidak hamil. Ibu pasien mengkonsumsi sayur dan buah, tetapi jarang mengkonsumsi
daging. Berat badan ibu pasien mengalami penurunan dari 51 kg menjadi 47 kg, karena
kurangnya asupan makanan dan vitamin sehingga ibu mengalami anemia. Ibu pasien
mengaku hanya mules sedikit saat usia kehamilannya sekitar 32 minggu, dan mengalami
ketuban pecah dini (10 jam) pada tgl 06/05/2019, ketuban berwarna jernih, saat itu ibu
pasien tidak melakukan aktifitas berat. Ibu pasien menerima transfusi darah sebelum
dilakukan tindakan operasi.
Kelahiran
Tempat kelahiran : RSUD Cengkareng
Penolong persalinan : Dokter
Cara persalinan : Sectio Caesaria
Masa gestasi : 32 Minggu (kurang bulan)
Keadaan bayi
 Berat badan lahir : 1421 gram
 Panjang badan lahir : 37 cm
 Lingkar kepala : 24 cm
 Langsung menangis : ya
 Nilai APGAR : 8/9
 Kelainan bawaan :-
Kesan: riwayat kelahiran dan kehamilan kurang bulan dan berat bayi lahir rendah

Jumlah
Tanda 0 1 2
1 mnt 5 mnt
Frekuensi Jantung Tidak Ada <100 >100 2 2
Menangis
Usaha Napas Tidak Ada Lambat 2 2
Kuat
Tonus Otot Lumpuh Gerakan sedikit Aktif 1 1
Reaksi
Refleks Tidak beraksi Sedikit 2 2
melawan
Tubuh kemerahan, tangan kaki
Warna Biru/Pucat Kemerahan 1 2
pucat

Jumlah Total 8 9
B. Riwayat Tumbuh Kembang
Pertumbuhan gigi pertama :-
Psikomotor
 Tengkurap dan berbalik sendiri : -
 Duduk : -
 Merangkak : -
 Berdiri : -
 Berjalan :-
 Berbicara :-
Gangguan perkembangan :-
Kesan : -
C. Riwayat Imunisasi
Riwayat Imunisasi :
vaksin Dasar (umur) Ulangan (umur)
BCG -
DPT/DT -
POLIO -
CAMPAK -
HEPATITIS B - - -
MMR - - -
TIPA - - -

Kesan: Belum dilakukan imunisasi


II. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis
Data Antropometri
Berat Badan : 1421 gram
Panjang Badan : 37 cm
Lingkar Kepala : 24 cm
Lingkar dada : 23 cm
III. RIWAYAT NUTRISI
ASI
Tanda Vital
Tekanan Darah : Tidak diperiksa
Nadi : 148 x/menit, reguler, cukup, simetris kanan kiri
Suhu : 36,6°C
Pernapasan : 60 x/menit, teratur
PEMERIKSAAN SISTEMATIS

 Kepala
 Bentuk dan ukuran: normosefali, ubun-ubun besar dan ubun-ubun kecil belum
menutup, tidak ada sefalhematoma dan caput succedaneum
 Rambut dan kulit kepala: Berwarna hitam, dan tumbuh merata.
 Mata: Pupil bulat isokor, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada
secret
 Telinga: Normotia, liang telinga lapang
 Hidung: Simetris, liang hidung lapang, septum deviasi (-), nafas cuping hidung
(-), sekret (-)
 Bibir: Bibir lembab tidak pecah-pecah, warna merah muda, mukosa lembab, tidak
sianosis
 Gigi geligi: Belum ada
 Lidah: Papil tidak atrofi
 Tonsil: Sulit dinilai
 Faring: Sulit dinilai
 Leher
 Tiroid: Tidak ada pembesaran
 Kelenjar getah bening: Tidak ada pembesaran
 Toraks
 Dinding toraks : Bentuk dinding toraks normal, pektus karinatum (-), pektus
ekskavatum (-), barrel chest (-), retraksi (-)
 Paru
o Inspeksi: Simetris kanan dan kiri saat statis dan dinamis, tidak ada bagian
yang tertinggal
o Palpasi: Vokal fremitus sulit dinilai
o Perkusi: Tidak dilakukan
o Auskultasi: Vesikuler, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
 Jantung
o Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak
o Palpasi: Ictus cordis teraba kuat pada ICS IV garis midclavicularis kiri
o Perkusi: tidak dilakukan
o Auskultasi: Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
o Inspeksi: tidak tampak lesi dan benjolan, tali pusat tampak kering
o Palpasi: Supel, massa (-), lesi (-)
 Hati: Tidak teraba pembesaran
 Lien: Tidak teraba pembesaran
o Perkusi: Tidak dilakukan
o Auskultasi: Bising usus (+)
 Anus dan rectum: Anus (+)
 Genitalia: Tidak tampak adanya kelainan
 Anggota gerak : Deformitas (-), sianosis (-), CRT < 2 detik, akral hangat, edema (-)
 Tulang belakang: Benjolan (-), kelainan tulang belakang (-)
 Kulit: Turgor kulit elastis, tampak kuning (-), sianosis (-)
 Kelenjar getah bening : Tidak tampak pembesaran KGB
 Pemeriksaan neurologis: Refleks moro +, refleks Babinski +, reflek menghisap + dan
reflek rooting +, refleks palmar +
 Ballard Score

Jumlah: 11

Jumlah: 3
Total: 14
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Jenis Tanggal
Rujukan Satuan
Pemeriksaan 8/5/19 9/5/19 10/5/19 13/5/19 16/5/19
Hemoglobin 15,4 - - 14,4 14,4 15.0-24.6 g/dL
Hematokrit 45 - - 24 24 50-82 %
Leukosit 8,3 - - 7,5 7,5 9.4-34.0 x1000/uL
Trombosit 158 - - 254 254 229-553 x1000/uL
Bil Total - - 9,0 - 2,2 <7.0 mg/dL
Bil Direk - - 0,4 - 0,5 0-0.2 mg/dL
Bil Indirek - - 0,6 - 1,7 <0.6 mg/dL
GDS 103 47 67 84 - 50-110 mg/dL
CRP 0,03 - - - - <=0,3 mg/L

V. RINGKASAN.
Pasien bayi kembar, laki-laki, lahir dari ibu umur 22 tahun, masa gestasi 32
minggu secara sectio caesarea, ketuban pecah dini 10 jam, warna jernih di RSUD
Cengkareng dan ditolong oleh dokter. Ibu os rutin ANC selama masa kehamilannya
dengan bidan di puskesmas dan diberikan tablet besi dan asam folat untuk dikonsumsi.
Tidak ada riwayat penyakit pada masa kehamilan. Pasien merupakan anak pertama. Saat
lahir frekuensi nadi lebih dari 100x/menit, usaha napas lambat, gerakan sedikit, reaksi
melawan, tubuh dan ekstremitas kemerahan. Berat saat lahir 1421 gram, panjang badan
37 cm, lingkar kepala 24 cm, dan lingkar dada 23 cm. APGAR score 8/9.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, Kesadaran
compos mentis, Nadi 148 x/menit, reguler, cukup, simetris kanan kiri, suhu 36,6°C,
pernapasan 60 x/menit teratur, Inspeksi pada thorax yaitu paru, jantung dan abdomen
dalam batas normal, Ekstremitas Atas dan bawah akral hangat, tidak pucat. Pada genital
skrotum ada sedikit rugae, testis belum turun dan penis normal

VI. DIAGNOSIS KERJA

- Berat Bayi Lahir Sangat Rendah (BBLSR)


- Neonatus Kurang Bulan-Sesuai Masa Kehamilan
VII. PENATALAKSANAAN
1. Non medikamentosa
 8/5/2019 di Perina:
- ASI : 8 x 1 NGT
- Pertahankan bayi tetap hangat (36.5-37.5 0C (rawat dalam inkubator)
2. Medikamentosa
 8/5/2019 di Perina:
- IVFD D10% + Ca Glukonas
- Ampicilin 2 x 73 mg iv
- Aminophilin 2 x 3.6 mg iv
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia Ad Bonam
As fungsionam : Dubia ad Bonam
Ad sanationam : Dubia Ad Bonam

IX. FOLLOW UP

8/5/19 S O A P
0
BBL: 1421 gr T: 36,9 C BBLSR Dextrose 10 % + Ca glukonas
Rr: 54 x/mnt
BB sekarang: Ampicilin 2 x 73 mg iv
Hr: 142 x/mnt
1470 gr Hb: 15,4 Aminophilin 2 x 3,6 mg iv
Ht: 45
ASI 8 x 1 NGT
Leu: 8,3
Tr: 158
GDS: 103
Napas spontan,
NCH(-), Retraksi (-),
Sianosis (-), skrotum
ada sedikit rugae,
testis sudah turun

9/5/19 S O A P
0
BBL: 1421 gr T: 37,2 C BBLSR Dextrose 10 % + Ca glukonas
Rr: 52 x/mnt
BB sekarang: Hipogli- Ampicilin 2 x 73 mg iv
Hr: 140 x/mnt
1330 gr GDS: 47 kemi Aminophilin 2 x 3,6 mg iv
Gentamicin 7,3 mg iv/36 jam
ASI 8 x 1 NGT
10/5/19 S O A P
0
BBL: 1421 gr T: 36,9 C BBLSR NS (430) + Ca glukonas (20)
Rr: 53 x/mnt
BB sekarang: + Kcl (10), Ampicilin 2 x 73
Hr: 145 x/mnt
1310 gr GDS: 67 mg iv, Aminophilin 2 x 3,6
Bil T: 9,0
mg iv, Gentamicin 7,3 mg
Bil D: 0,4
Bil I: 8,6 iv/36 jam , ASI 8 x 5 NGT

11/5/19 S O A P
BBL: 1421 gr T: 36,9 0C BBLASR NS (430) + Ca glukonas (20)
Rr: 43 x/mnt
BB sekarang: + Kcl (10), Ampicilin 2 x 73
Hr: 147 x/mnt
1310 gr mg iv, Aminophilin 2 x 3,6
mg iv, Gentamicin 7,3 mg
iv/36 jam, ASI 8 x 5 NGT

14/5/19 S O A P
BBL: 1421 gr T: 36,6 0C BBLSR Ampicilin 2 x 65,5 mg iv,
Rr: 53 x/mnt
BB sekarang: Aminophilin 2 x 3,6 mg iv,
Hr: 145 x/mnt
1240 gr Gentamicin 7,3 mg iv/36 jam,
OMZ 1 x 1 mg iv ASI 8 x 5
NGT

15/5/19 S O A P
0 BBLSR
BBL: 1421 gr T: 37,2 C Ampicilin 2 x 73 mg iv,
Rr: 40 x/mnt
BB sekarang: Aminophilin 2 x 3,6 mg iv,
Hr: 157 x/mnt
1250 gr Gentamicin 7,3 mg iv/36 jam,
ASI 8 x 10 NGT

16/5/19 S O A P
BBL: 1421 gr T: 36,7 0C BBLSR Ampicilin 2 x 73 mg iv,
Rr: 40 x/mnt
BB sekarang: Aminophilin 2 x 3,6 mg iv,
Hr: 160 x/mnt
1310 gr Gentamicin 7,3 mg iv/36 jam,
ASI 8 x 10 NGT
ANALISIS KASUS

Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR)

Bayi berat lahir rendah adalah keadaan dimana berat bayi lahir kurang dari 2500 gram
(<2500 gram) tanpa memandang usia gestasi. Hal ini sesuai dengan diagnosa BBLSR pada kasus
ini dikarenakan bayi lahir dengan berat badan 1421 gram. Faktor risiko yang dapat menyebabkan
BBLR adalah usia gestasi yang kurang (karena itu seringkali disertai oleh NKB). Selain
diakibatkan oleh usia gestasi yang kurang, asupan gizi yang kurang selama masa kehamilannya.
Pada pasien BBLR, banyak masalah yang dapat terjadi, contohnya seperti hiperbilirubinemia,
hipoglikemia, maupun hipotermia.

Neonatus Kurang Bulan-Sesuai Masa Kehamilan (NKB-SMK)

Definisi bayi kurang bulan adalah masa gestasi <37 minggu. Diagnosis neonatus kurang
bulan sesuai pada kasus ini karena masa gestasi bayi hanya 32 minggu. Sedangkan definisi
sesuai masa kehamilan adalah jika berat badan menurut gestasi, lingkar kepala menurut gestasi,
dan panjang badan menurut gestasi berada antara persentil 10 dan persentil 90 menurut grafik
Fenton. Tatalaksana cairan diberikan melalui OGT (Orogastric Tube) dikarenakan pasien baru
32 minggu, sehingga walaupun refleks menelan sudah mulai muncul, tetapi koordinasi refleks
menelan, menghisap, dan bernapas belum sempurna.
TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan
Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Diperkirakan sekitar 15 juta bayi lahir prematur di dunia setiap tahunnya dan jumlah ini semakin
meningkat. Dari 184 negara di dunia, prevalensi kelahiran prematur berkisar dari 5%-18% dari
seluruh bayi yang lahir. Bayi prematur membutuhkan asupan nutrisi yang cukup untuk proses
tumbuh kejar yang lebih cepat. Pemberian nutrisi adekuat bagi bayi prematur diharapkan dapat
mencapai tahapan tumbuh kembang yang optimal seperti bayi cukup bulan sehingga akan
diperoleh kualitas hidup yang juga optimal. Bayi prematur mempunyai kemampuan penyediaan
nutrisi yang terbatas, metabolisme yang belum matur, jalur penyerapan yang belum sempurna,
dan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan belum matangnya proses perkembangan
fungsi oromotor sehingga berisiko terjadi kekurangan gizi. Indonesia merupakan negara kelima
tertinggi di dunia dengan jumlah kelahiran bayi prematur sekitar 675.700 per tahun. Kejadian
hambatan pertumbuhan pascakelahiran bayi prematur masih cukup tinggi. Oleh karena itu,
manajemen nutrisi pada bayi prematur dan bayi berat lahir rendah (BBLR) atau bayi berat lahir
sangat rendah (BBLSR) sangat penting untuk mencegah terjadinya gagal tumbuh pada bayi
prematur. Menurut Riskesdas tahun 2013, jumlah kelahiran BBLR tahun 2013 adalah 10,2%,
mengalami penurunan sedikit dibanding tahun 2010 sebesar 11,1%.1
BBLR sampai saat ini masih merupakan masalah di seluruh dunia, karena menjadi salah
satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada masa neonatal. Prevalens BBLR masih cukup
tinggi terutama di negara-negara dengan sosio-ekonomi rendah. Secara statistik di seluruh dunia,
15.5% dari seluruh kelahiran adalah BBLR, 90% kejadian BBLR didapatkan di negara
berkembang dan angka kematiannya 20-35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat
lahir >2500 gram. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan
daerah lain, yang berkisar antara 9-30%.2

Definisi dan Klasifikasi BBLR

BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram (sampai dengan
2499 gram), tanpa memandang usia gestasi. BBLR tidak harus selalu dalam keadaan kurang
bulan, walaupun BBLR paling sering disebabkan oleh kurangnya masa kehamilan. BBLR bisa
saja cukup bulan, atau sebaliknya tidak semua bayi yang lahir >2500 gram lahir aterm. BBLR
pada bayi kurang bulan biasanya mengalami penyulit seperti gangguan nafas, jantung,
metabolisme, lambung, termoregulasi, resiko infeksi lebih tinggi dan lain-lain. Sementara BBLR
yang cukup atau lebih bulan pada umumnya organ tubuhnya sudah matur sehingga tidak terlalu
bermasalah dalam perawatannya, walaupun dalam pemberian nutrisinya tetap harus
diperhatikan.3,4 BBLR dapat digolongkan menurut berat lahir dan menurut masa gestasinya.
Menurut berat lahir, klasifikasi Berat Badan lahir Rendah dibagi menjadi 3 yaitu BBLR (Berat
Bayi Lahir Rendah) jika berat badan bayi lahir 1500 hingga 2499 gram, BBLSR (Berat Bayi
Lahir Sangat Rendah) jika bayi lahir dengan rentang berat 1000-1499 gram sedangkan BBLASR
(Berat Bayi Lahir Amat Sangat Rendah) jika bayi lahir dengan berat dibawah 1000 gram. Jika
digolongkan menurut masa gestasinya, dibagi menjadi prematuritas murni dan dismaturitas. Pada
prematuritas murni, masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi tersebut yaitu <37 minggu atau dikenal juga dengan istilah
neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK). Kelompok BBLR ini sering
mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat kurang matangnya organ karena masa gestasi yang
kurang. Sedangkan dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasi itu, bisa terjadi pada neonatus cukup bulan kecil masa kehamilan
(NCB-KMK), neonatus lebih bulan kecil masa kehamilan (NLB-KMK), atau neonatus kurang
bulan kecil masa kehamilan (NKB-KMK). Salah satu penyebabnya adalah bayi mengalami
restriksi pertumbuhan intrauterin (Intrauterine Growth Restriction/IUGR). Hal ini dapat
disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta yang paling disebabkan penyulit
pada kehamilan (seperti darah tinggi atau diabetes mellitus), kurang baik asupan nutrisi ibu
selama kehamilan, ataupun hambatan pertumbuhan dari bayi sendiri.3,4

Definisi Prematur dan Terminologi

Definisi bayi prematur menurut WHO adalah bayi yang lahir sebelum usia gestasi 37
minggu. Selanjutnya berdasarkan usia gestasi, bayi dikelompokan sebagai berikut:1

- Amat sangat prematur (extremely preterm): Jika lahir pada usia gestasi <28 minggu
- Sangat prematur (very preterm): Jika lahir pada usia gestasi 28 minggu sampai sampai
<32 minggu
- Moderate to late preterm: Jika lahir pada usia gestasi 32 minggu sampai <37 minggu
Beberapa terminologi yang berkenaan dengan kondisi prematur selain BBLR adalah
sebagai berikut:1

- Kecil masa kehamilan (KMK): bila berat lahir <P10 menurut masa gestasi grafik
Lubchenco
- Sesuai masa kehamilan (SMK): bila berat lahir berada antara P10 dan P90 menurut masa
gestasi grafik Lubchenco
- Besar masa kehamilan (BMK): bila berat lahir >P90 menurut masa gestasi grafik
Lubchenco

Grafik Masa Kehamilan

Anamnesis

Anamnesis yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis BBLR adalah umur ibu
(<20 th atau >40 th), Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT), kenaikan berat badan selama hamil,
aktivitas, penyakit yang diderita seperti hipertensi, diabetes mellitus, asma, penyakit jantung,
infeksi selama kehamilan, kelainan genetik, maupun riwayat operasi sebelumnya, selain itu obat-
obatan yang diminum selama hamil, gaya hidup seperti merokok dan minum alkohol atau
riwayat terkena radiasi juga ditanyakan.2,4
Riwayat perkawinan juga ditanyakan seperti sudah berapa kali menikah dan sudah berapa
lama menikah, apakah ada komplikasi atau penyulit pada kehamilan terdahulu, apakah pernah
keguguran dan berapa kali keguguran. Riwayat persalinan seperti sudah berapa kali bersalin,
riwayat persalinan terdahulu seperti komplikasi, berat badan bayi waktu lahir, persalinan secara
sectio cesarea atau pervaginam, apakah pervaginam secara spontan atau menggunakan ekstraksi
forceps ataupun vakum.2,4

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada bayi BBLR yang dapat ditemukan adalah berat badan <2500 g
dan tanda-tanda prematuritas bila bayi kurang bulan seperti refleks yang lemah, areola yang tidak
jelas atau belum prominen, alat kelamin jika perempuan maka labia mayor belum menutup labia
minor dan laki-laki belum terjadi penurunan testis & kulit testis rata. Selain itu tanda bayi cukup
bulan atau lebih bulan juga dapat ditemukan bila bayi kecil untuk masa kehamilan seperti kulit
keriput dan kuku lebih panjang.2,4
Pada bayi baru lahir dilakukan pemeriksaan untuk menilai adaptasi neonatus dari
kehidupan intrauterin ke ekstrauterin dengan cara menghitung APGAR score pada menit
pertama dan kedua kehidupan. Kriteria yang dinilai adalah laju jantung, usaha nafas, tonus otot,
reflek terhadap rangsangan dan warna kulit. Setiap kriteria diberi nilai 0,1,2 sehingga neonatus
dapat memperoleh nilai 0 sampai 10. Penilaian dilakukan pada menit pertama setelah lahir yang
memberikan petunjuk adaptasi neonatal .Neonatus yang beradaptasi dengan baik mempunyai
nilai apgar antara 7-10. Nilai 4-6 menunjukan asfiksia ringan sampai sedang sedangkan nilai 0-3
menunjukan derajat asfiksia berat.5,6

Nilai APGAR6

Ballard Score paling baik dilakukan <12 jam jika masa gestasi bayi <26 minggu
kehamilan. Jika bayinya >26 minggu kehamilan, paling baik dilakukan <96 jam. Akurasi Ballard
Score masih bisa dipakai sampai dengan umur 2 minggu. Pemeriksaan ini terdiri dari 6 kriteria
neuromuskuler dan 6 kriteria fisik, ke 12 skor tersebut lalu dijumlahkan, dan skor tersebut
menandakan usia kehamilan. Pada kriteria neuromuskular, yang dinilai adalah :5,6
- Postur, skor 0 jika lengan dan kaki ekstensi, dan skor +1 jika bayi sudah mulai fleksi lutut
dan pinggul, dengan lengan posisi ekstensi, skor +2 terjadi fleksi penuh pinggul dan lutut,
skor +3 kaki fleksi dan abduksi, lengan fleksi ringan dan skor +4 fleksi penuh lengan dan
kaki.
- Pada square window (wrist), tangan fleksi pada pergelangan dan beri cukup tekanan
untuk mendapatkan posisi sefleksi mungkin, sudut antara emninensia hipotenar dan
bagian anterior lengan bawah di ukur secara visual dan dinilai sesuai dengan tabel.
- Pada arm recoil lenturkan lengan bawah selama 5 detik kemudian pegang tangan dan
sepenuhnya rentangkan lengan dan lepaskan. Jika lengan kembali kedalam keadaan fleksi
penuh, berikan skor +4. Untuk tingkat fleksi yang lebih rendah, skor seperti yang
tercantum dalam tabel.
- Pada sudut popliteal, tahan bagian paha di posisi mendekati dada, dan dengan tangan
yang lain kaki di ekstensikan dan sudut yang didapat dinilai seperti tabel.
- Pada tanda syal (scarf sign), ambil tangan bayi dan coba dan tarik melintasi leher sejauh
mungkin melewati bahu yang berlawanan. Skor sesuai diagram.
- Pada pemeriksaan tumit ke telinga, pegang kaki bayi dengan satu tangan dan gerakkan
kearah keapala sedekat mungkin tanpa melakukan paksaan. Kemudian nilai seperti pada
gambar.
Pada pemeriksaan kematangan fisik, yang dinilai adalah:5,6

- Kulit, dengan melihat kulit secara seksama. Bayi yang sangat prematur memiliki kulit
yang lengket, dan transparan (skor +1).
- Lanugo, diperiksa pada punggung bayi diatas skapula bayi.
- Pada permukaan plantar, ukur panjang kaki dari ujung jempol kaki ke bagian belakang
tumit. Jika hasilnya <40 mm, berikan skor –2. Jika ukuran antara 40 dan 50 mm, berikan
skor –1. Jika ukurannya > 50 mm dan tidak ada lipatan yang terlihat di permukaan
plantar, berikan skor 0. Jika ada kerutan, beri skor yang sesuai dengan tabel.
- Pada pemeriksaan payudara dilakukan palpasi jaringan payudara dan dinilai berdasarkan
tabel.
- Pada pemeriksaan mata dan telinga. Kelopak mata yang sangat menyatu didefinisikan
sebagai tertutup, tetapi jika dengan traksi/penarikan dengan lembut dapat membuka,
skornya adalah –1, penilaian sisanya mengikuti tabel.
- Pada genitalia, skor sesuai dengan tabel.
Ballard Score.6

Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain darah rutin, glukosa darah,
kalau perlu diperiksakan juga kadar elektrolit dan analisa gas darah, Foto rontgen dada
diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dan mengalami sindrom
gangguan napas. Selain itu, USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan <35
minggu, dimulai pada umur 3 hari dan dilanjutkan sesuai hasil yang didapat.2
Masalah pada BBLR

Masalah lebih sering dijumpai pada Bayi Kurang Bulan dan BBLR dibanding dengan
Bayi Cukup Bulan dan Bayi Berat Lahir Normal (2500-4000 g). Bayi kurang bulan dan BBLR
sering mempunyai masalah sebagai berikut:4,6,7,8

A. Ketidakstabilan suhu

Bayi memiliki kesulitan untuk mempertahankan suhu tubuh akibat peningkatan hilangnya
panas, kurangnya lemak sub kutan, rasio luas permukaan terhadap berat badan yang besar
sehingga lebih mudah kehilangan panas, produksi panas yang berkurang akibat lemak coklat
yang tidak memadai, ketidakmampuan bayi untuk menggigil, kemampuan vasokonstriksi
rendah, tonus dan kemampuan fleksi rendah dan kulit yang tipis. Hipotermia dapat
menimbulkan respon berupa vasokonstriksi pembuluh darah perifer, peningkatan aktivitas dan
postur tubuh fleksi, serta metabolisme lemak coklat guna menurunkan kehilangan panas dan
meningkatkan produksi panas, sehingga respon tersebut akan meningkatkan laju metabolisme
serta konsumsi oksigen dan glukosa yang lebih banyak sehingga dapat memicu terjadinya
hipoksia dan hipoglikemi.

B. Kesulitan pernapasan

Bayi dengan BBLR mengalami kesulitan pernapasan segera setelah lahir oleh karena
defisiensi surfaktan paru yang mengarah ke penyakit membrane hialin atau sekarang disebut
juga sindrom distress napas dimana surfaktan bekerja untuk mengurangi tekanan (surface
tension) sehingga alveoli tidak kolaps. Selain itu, risiko aspirasi juga dapat terjadi akibat
belum terkoordinasinya refleks batuk, refleks menghisap, dan refleks menelan. Dinding
thoraks masih dapat menekuk dan otot pembantu respirasi masih lemah. Masalah lain seperti
pernapasan periodik, bradipnea atau apnea juga dapat terjadi. Jika dibiarkan, maka dapat
berlanjut ke BPD (Bronchopulmonary Dysplasia) dimana didefinisikan sebagai
ketergantungan terhadap oksigen sampai dengan 28 hari kehidupan pertamanya. Kejadian
BPD kurang lebih 30% pada BBLASR.
C. Kelainan gastrointestinal dan nutrisi

Masalah gastrointestinal yang dapat terjadi refleks hisap dan telan yang buruk terutama
sebelum 34 minggu, motilitas usus yang menurun, pengosongan lambung tertunda / lambat
sehingga bayi lebih mudah muntah, pencernaan dan absorpsi vitamin yang larut dalam lemak
berkurang, defisiensi enzim laktase pada brush border usus, menurunnya cadangan kalsium,
fosfor, protein, dan zat besi dalam tubuh, dan meningkatnya resiko EKN (Enterokolitis
nekrotikans). Sehingga hal ini dapat mengakibatkan nutrisi yang tidak cukup bagi
perkembangan bayi. Nutrisi yang tidak adekuat juga dapat meningkatkan sirkulasi
enterohepatik dan mengurangi uptake bilirubin ke reticulum endoplasma halus sehingga dapat
terjadi hiperbilirubin.

D. Imaturitas hati

Imaturitas hati dapat menyebabkan gangguan konjugasi akibat kurangnya kadar enzim
UGT (uridine diphosphoglucuronate glucuronyl transferase) dan ekskresi bilirubin yang
terganggu sehingga dapat menyebabkan timbulnya hiperbilirubin, serta terjadinya defisiensi
faktor pembekuan seperti contohnya vitamin K sehingga mudah untuk terjadi perdarahan.

E. Imaturitas ginjal

Pada bayi berat lahir rendah, imaturitas ginjal mengakibatkan ketidakmampuan untuk
mengekskresi solute load besar dan dapat terjadi akumulasi asam anorganik dengan asidosis
metabolik. Selain itu ketidakseimbangan elektrolit, misalnya hiponatremia atau
hypernatremia, hyperkalemia, hipoalbumin, dan glikosuria ginjal. Rendahnya kadar albumin
juga dapat mengakibatkan hiperbilirubinemia dikarenakan bilirubin tidak terkonjugasi tidak
dapat dibawa ke hepar dari pembuluh darah.

F. Imaturitas imunologis

Pada bayi berat lahir rendah, lebih tinggi untuk mengalami risiko infeksi lebih tinggi
akibat tidak banyaknya transfer IgG maternal melalui plasenta selama trimester ketiga,
aktivitas fagositosis yang terganggu, dan penurunan faktor komplemen.
G. Kelainan neurologis

Bayi berat lahir rendah masalah yang terjadi adalah refleks isap dan telan yang imatur,
penurunan motilitas usus, apnea dan bradikardia berulang, perdarahan intraventrikel dan
leukomalasia periventrikel, pengaturan perfusi serebral yang buruk, Hypoxic Ischemic
Encephalopathy (HIE), retinopati prematuritas, kejang, dan hipotonia.

H. Kelainan kardiovaskular

Hal yang umum ditemukan adalah Patent Ductus Arteriosus (PDA) yaitu tidak
menutupnya duktus arteriosus pada jantung, hipotensi ataupun hipertensi. Bradikardia atau
takikardia juga dapat terjadi.

I. Kelainan hematologis

Pada bayi berat lahir rendah dapat terjadi anemia (onset dini atau lanjut), Disseminated
Intravascular Coagulation (DIC), dan Hemorrhagic Disease of the Newborn (HDN).

J. Kelainan metabolisme

Pada bayi berat lahir rendah dapat terjadi hiperbilirubinemia, hipokalsemia, hipoglikemia
maupun hiperglikemia. Hipoglikemia dapat terjadi akibat kurangnya cadangan glikogen
pada BBLR, hiperinsulinemia pada bayi yang lahir dari ibu diabetik, hipotermia yang
mengakibatkan pemakaian glukosa berlebih, dan nutrisi tidak adekuat selama kehamilan.

K. Kelainan sensorik

Dapat terjadi gangguan pada mata dan telinga. Pada mata dapat terjadi kelainan refraksi,
ambliopia, strabismus, anisometropia, ataupun ROP (Retinopathy of prematurity). Pada
telinga dapat terjadi dis-sinkronisasi auditori tau auditori neuropati sehingga bayi dapat
mengalami gangguan pendengaran.

Etiologi

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor lain selain usia
kehamilan terletak pada ibu, plasenta ataupun dari janinnya sendiri. Faktor ibu yaitu faktor umur
(<20 th dan >40 th), paritas, status gizi, asupan nutrisi, kebiasaan ibu seperti merokok, minum
alkohol, atau minum obat-obatan terutama narkotika, dan penyakit penyerta selama kehamilan
seperti hipertensi, pre-eklampsi, eklampsi, maupun diabetes mellitus, yang dimana penyakit
tersebut dapat mempengaruhi plasenta sehingga nutrisi yang didapat oleh bayi tidak adekuat.
Infeksi pada kehamilan maupun anemia pada ibu juga dapat mempengaruhi pertumbuhan janin.
Faktor janin yang dapat mempengaruhi kejadian BBLR adalah kelainan kromosom, kehamilan
kembar/ganda (gemeli), dan prematur.2,5

Patofisiologi

Terdapat banyak penyebab gangguan pertumbuhan intrauterin dan efeknya terhadap janin
bervariasi sesuai dengan cara dan lama terpapar serta tahap pertumbuhan janin saat penyebab
tersebut terjadi. Walaupun setiap organ dapat terpengaruh, efeknya pada tiap organ tidak sama.
Jika gangguan pertumbuhan terjadi pada akhir kehamilan, pertumbuhan jantung, otak, dan tulang
rangka tampak paling sedikit terpengaruh, sedangkan ukuran hati, limpa, dan timus sangat
berkurang. Sebaliknya jika gangguan terjadi pada awal kehamilan tampak pertumbuhan otak dan
tulang rangka pun terganggu. Berikut adalah berbagai penyebab gangguan pertumbuhan
intrauterin.

 Plasenta
Pada pertumbuhan intrauterin normal, pertambahan berat plasenta sejalan dengan
pertambahan berat janin, tetapi walaupun untuk terjadinya bayi besar dibutuhkan plasenta
yang besar, tidak demikian sebaliknya. Namun demikian, berat lahir memiliki hubungan
yang berarti dengan berat plasenta. Berat lahir memiliki hubungan yang berarti dengan
berat plasenta dan luas permukaan villus plasenta. Aliran darah uterus, juga transfer
oksigan juga transfer oksifen dan nutrisi plasenta dapat berubah pada berbagai penyakit
vaskular yang diderita ibu. Disfungsi plasenta yang terjadi sering berakibat gangguan
pertumbuhan janin. Dua puluh lima sampai tiga puluh persen kasus gangguan
pertumbuhan janin dianggap sebagai hasil penurunan aliran darah uteroplasenta pada
kehamilan dengan komplikasi penyakit vaskular ibu. Keadaan klinis yang meliputi aliran
darah plasenta yang buruk meliputi kehamilan ganda, penyalah-gunaan obat, penyakit
vaskular (hipertensi dalam kehamilan atau kronik), penyakit ginjal, penyakit infeksi
(TORCH), insersi plasenta umbilikus yang abnormal, dan tumor vaskular.
 Malnutrisi
Ada dua variabel bebas yang diketahui mempengaruhi pertumbuhan janin, yaitu
berat ibu sebelum hamil dan pertambahan berat ibu selama hamil. Ibu dengan berat badan
kurang seringkali melahirkan bayi yang berukuran lebih kecil daripada yang dilahirkan
ibu dengan berat normal atau berlebihan. Selama embriogenesis status nutrisi ibu
memiliki efek kecil terhadap pertumbuhan janin. Hal ini karena kebanyakan wanita
memiliki cukup simpanan nutrisi untuk embrio yang tumbuh lambat. Meskipun demikian,
pada fase pertunbuhan trimester ketiga saat hipertrofi seluler janin dimulai, kebutuhan
nutrisi janin dapat melebihi persediaan ibu jika masukan nutrisi ibu rendah. Data upaya
menekan kelahiran BBLR dengan pemberian tambahan makanan kepada populasi
berisiko tinggi (riwayat nutrisi buruk) menunjukkan bahwa kalori tambahan lebih
berpengaruh terhadap peningkatan berat janin dibanding pernambahan protein.
 Infeksi
Infeksi virus tertentu berhubungan dengan gangguan pertumbuhan janin. Wanita-
wanita dengan status sosioekonomi rendah diketahui melahirkan bayi dengan gangguan
pertumbuhan maupun bayi kecil di samping memiliki insidensi infeksi perinatal yang
lebih tinggi. Bayi-bayi yang menderita infeksi rubella kongenital dan sitomegalovirus
(CMV) umumnya terjadi gangguan pertumbuhan janin, tidak tergantung pada umur
kehamilan saat mereka dilahirkan. Namun demikian, hubungan gangguan mental dengan
infeksi tidak menunjukkan sebab dan akibat secara jelas.
 Faktor genetik
Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan kontribusi
genetik ibu dan janin. Wanita normal tertentu memiliki kecendrungan untuk berulang kali
melahirkan bayi kecil masa kehamilan (tingkat pengulangan 25%-50%). Demikian juga
wanita yang pernah melahirkan bayi besar memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk
kembali melahirkan bayi besar, dan mereka sendiri cenderung berukuran besar pada saat
lahir. Hubungan antara berat lahir ibu dan janin berlaku pada semua ras.

Epidemiologi

Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Diperkirakan sekitar 15 juta bayi lahir prematur di dunia setiap tahunnya dan jumlah ini semakin
meningkat. Dari 184 negara di dunia, prevalensi kelahiran prematur berkisar dari 5%-18% dari
seluruh bayi yang lahir. Indonesia merupakan negara kelima tertinggi di dunia dengan jumlah
kelahiran bayi prematur sekitar 675.700 per tahun. Menurut Riskesdas tahun 2013, jumlah
kelahiran BBLR tahun 2013 adalah 10,2%, mengalami penurunan sedikit dibanding tahun 2010
sebesar 11,1%.1,2

Penatalaksanaan Prematur dan BBLR


Penatalaksanaan Prematur dan BBLR meliputi :
1. Pemberian Vit K
- Injeksi 1 mg IM 1x pemberian, atau
- Per oral 2 mg 3 kali pemberian yang diberikan pada saat lahir, umur 3-10 hari,
dan umur 4-6 minggu
2. Mempertahankan suhu tubuh normal
- Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh
bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas,
inkubator, atau ruangan hangat yang tersedia di fasilitas kesehatan setempat
sesuai petunjuk.
- Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin.
- Ukur suhu tubuh sesuai jadwal.
Cara Menghangatkan Bayi.2
3. Pemberian minum

o ASI merupakan pilihan utama.


o Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan
cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap
paling kurang sehari sekali.
o Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari
selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
o Pemberian minum minimal 8x/hari. Apabila bayi masih menginginkan dapat
diberikan lagi (ad libitum).
o Indikasi nutrisi parenteral yaitu status kardiovaskular dan respirasi yang tidak
stabil, fungsi usus belum berfungsi/terdapat anomali mayor saluran cerna, NEC,
IUGR berat, dan berat lahir kurang dari 1000 gram.
o Pada bayi sakit, pemberian minum tidak perlu dengan segera ditingkatkan selama
tidak ditemukan tanda dehidrasi dan kadar natrium serta glukosa normal.

Panduan pemberian minum berdasarkan BB jika Berat lahir <1000 gram, bayi
minum melalui pipa lambung, pemberian minum awal ≤10 mL/kg/hari, pemebrian asi
perah selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang baik yaitu
tambahan 0,5-1 mL, interval 1 jam, setiap ≥24 jam, setelah 2 minggu berikan Asi perah +
HMF (human milk fortifier)/full-strength preterm formula sampai berat badan mencapai
2000 gram. Jika berat lahir bayi 1000-1500 gram, pemberian minum melalui pipa
lambung (gavage feeding) dan pemberian minum awal ≤10 mL/kg/hari, dan selanjutnya
minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang baik tambahan 1-2 ml, interval 2
jam, setiap ≥24 jam, setelah 2 minggu berikan asi perah + HMF(human milk fortifier)/full-
strength preterm formula sampai berat badan mencapai 2000 gram.2
Pada bayi dengan berat lahir 1500-2000 gram, pemberian minum melalui pipa
lambung (gavage feeding), pemberian minum awal ≤10 ml/kg/hari, kemudian asi perah
selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang baik dengan tambahan
2-4 ml, interval 3 jam, setiap ≥12-24 jam, setelah 2 minggu berikan asi perah dan
HMF/full-strength preterm formula sampai berat badan mencapai 2000 gram.2
Pada bayi dengan berat lahir 2000-2500 gram, apabila mampu sebaiknya
diberikan minum per oral dengan diberikan ASI Perah/term formula. Tanda kecukupan
pemberian ASI jika BAK minimal 6 kali/ 24 jam, bayi tidur lelap setelah pemberian ASI.
BB naik pada 7 hari pertama sebanyak 20 gram/ hari. Dan cek saat menyusui, apabila
satu payudara dihisap, ASI akan menetes dari payudara yg lain.2

Terapi Cairan Inisial.2

4. Suportif:
o Jaga dan pantau kehangatan
o Jaga dan pantau patensi jalan napas
o Bila terjadi penyulit segera kelola sesuai dengan penyulit yang timbul (misalnya
hipotermi, kejang, gangguan napas, hiperbilirubinemia, dan yang lain).
o Berikan dukungan emosional kepada ibu dan anggota keluarga lainnya.
o Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ia
berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.
o Ijinkan dan anjurkan kunjungan oleh keluarga atau teman terdekat apabila
memungkinkan.
o Pantau kecukupan nutrisi dan elektrolit
Kecukupan Nutrisi pada Prematur
1. Kecukupan Cairan
Sekitar 90% komposisi tubuh janin mulai usia gestasi 24 minggu adalah
cairan yang mengisi ruang ekstraseluler. Pascalahir, fungsi diuresis terbagi tiga yaitu
fase pradiuresis (24-48 jam pascalahir), fase diuresis (2-4 hari pascalahir) dan fase
pascadiuresis (sampai minggu ke dua pascalahir). Pada fase diuresis, terjadi gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit, sedangkan pada fase pasca diuresis, terjadi
penurunan berat badan 5-10% karena perubahan komposisi jumlah cairan
ekstraseluler dan peningkatan volume intraselular.1
Cairan yang dibutuhkan bayi prematur dipengaruhi oleh usia kehamilan,
kondisi klinis, dan penyakit yang mendasari. Perhitungan kebutuhan cairan
didasarkan pada insensible water loss (IWL) dan produksi urin. IWL meningkat pada
bayi prematur karena epidermisnya belum mengalami keratinisasi, sehingga perlu
dirawat pada inkubator berdinding ganda dengan kelembaban 70-80%. Pemberian
cairan bertujuan untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit pada fase diuresis
dan mencegah kehilangan cairan ekstraseluler pada fase pascadiuresis. Jumlah
diuresis dipertahankan pada 1-3 mL/kgBB/jam. Jumlah cairan yang diberikan pada
fase pradiuresis adalah IWL ditambah jumlah diuresis minimal 1 mL/kgBB/jam.
Kebutuhan cairan ditingkatkan 10-20 mL/kgBB/hari sampai 140-160 mL/kgBB/hari
pada minggu pertama (fase pascadiuresis), maksimal 200 mL/kgBB/hari pada minggu
kedua agar tercapai pertumbuhan optimal intrauterin. Pemberian cairan tidak saja
ditujukan untuk mencegah dehidrasi pada bayi prematur tetapi juga dijaga tidak
berlebih untuk mengurangi risiko terjadinya PDA, displasia bronkopulmonar, EKN,
dan perdarahan intrakranial. Restriksi cairan secara bermakna meningkatkan risiko
terjadinya PDA dan EKN.1
Kebutuhan Jumlah Cairan.1

2. Kecukupan Energi
Bayi prematur membutuhkan energi untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Kecukupan kalori berbanding lurus dengan kecukupan protein yang
digunakan untuk metabolisme. Jumlah yang dianjurkan diberikan secara parenteral
adalah 90–100 kkal/kg/hari dan secara enteral 115-120 kkal/kg/ hari. Jumlah kalori
tersebut digunakan untuk metabolisme protein sebesar 3,5-4 g/kg/hari. Besaran
kalori minimal untuk metabolisme basal sekitar 40–60 kkal/kg/hari, yang
digunakan untuk mencegah katabolisme protein 1.5 g/kg/hari sehingga dapat terjadi
balans nitrogen yang positif.1
3. Kecukupan Makronutrien
- Kecukupan Karbohidrat
Kebutuhan metabolisme dan fisiologi mengalami perubahan yang sangat
besar dari nutrisi transplasenta pada kehidupan intrauterin ke ekstrauterin. Bila
bayi tidak menerima nutrisi parenteral atau enteral dini, bayi akan mengalami
katabolisme dengan kehilangan nitrogen. Glukosa merupakan sumber energi
utama proses metabolisme dalam tubuh, terutama untuk otak dan jantung bayi
prematur, sebelum oksidasi lipid berkembang dalam beberapa hari sampai
beberapa minggu kemudian. Rata-rata pemakaian glukosa pada bayi prematur
dua kali lebih tinggi dari bayi cukup bulan. Selain itu, akibat hemostasis
glukosa yang masih imatur maka bayi prematur tidak mampu menjamin
ketersediaan glukosa di hari-hari pertama kelahiran dan dapat terjadi
abnormalitas hemostasis glukosa.1 Pemberian glukosa pada bayi prematur
harus dimulai dalam 24 jam pertama pascalahir dengan kecepatan infus glukosa
(glucose infusion rate, GIR) 6-8 mg/kgBB/menit, kemudian ditingkatkan
bertahap 1-2 mg/kgBB/ menit sampai mencapai kecukupan maksimal dengan
GIR 12-13 mg/kgBB/menit. Dalam pemberian glukosa ini perlu pemantauan
terhadap risiko terjadinya hiperglikemi. Kadar gula darah dipertahankan 50-
120 mg/dL. Pada bayi hipoglikemia, dapat diterapi dengan bolus D10%
2cc/kgBB dengan kecepatan 1ml/menit dan dapat diulang sampai 3 kali
pemberian, serta drip D10% 60-80 cc/kgBB/hari. Pantau glukosa setiap 15-30
menit, selanjutnya setiap 30-60 menit, bila sudah diulang 3x bolus dan tetap
rendah, tingkatkan kadar drip D10% 100-120cc/kgBB/hari atau tingkatkan
konsentrasi glukosa menjadi D12,5% atau D15%.1,7
- Kecukupan Protein
Asupan protein tinggi merupakan bagian dari nutrisi agresif dini sebagai
upaya mencegah gagal tumbuh kembang pascalahir pada bayi prematur. Bayi
prematur dengan berat lahir amat sangat rendah akan kehilangan protein 1-2%
atau 0,6-1,2 g/kgBB apabila sumber kalori hanya berasal dari karbohidrat.
Kehilangan protein semakin bertambah dengan semakin mudanya usia
kehamilan. Defisit protein pada bayi prematur menimbulkan morbiditas jangka
pendek dan panjang. Kejar pertumbuhan membutuhkan waktu lama, dan kurang
nutrisi pada awal kelahiran akan berdampak pada gangguan perkembangan,
kognitif, sebanding dengan adanya gangguan pertumbuhan.1
Penelitian merekomendasikan pemberian protein 1,5 g/kgBB/hari pada 24
jam pertama pascalahir, ditingkatkan 0,5-1 g/kgBB/hari. Dosis maksimal
protein pada minggu pertama untuk bayi dengan berat lahir ≥1000 gram dapat
mencapai 3,5-4 g/kgBB/hari.1
Pemberian dosis 1,5 kgBB/hari pada hari pertama pascalahir ditoleransi
dengan baik karena dapat memenuhi kecukupan protein, mencegah katabolisme
protein, menjaga keseimbangan nitrogen sehingga tercapai peningkatan tumbuh
kembang. Manfaat lain adalah meningkatkan toleransi glukosa, mengurangi
risiko hiperglikemia melalui sekresi insulin endogen dan glukoneogenesis.
Protein dalam sediaan nutrisi neonatus harus mengandung conditionally
essential amino acid, yaitu tirosin, sistein, taurin, histidin, glisin, glutamin, dan
arginin.1
- Kecukupan Lemak
Lemak merupakan energi yang sangat dibutuhkan bayi. Cadangan lemak
dalam tubuh bayi merupakan cadangan energi terbesar pada saat lahir. Bayi
berat lahir sangat rendah (BBLSR) dan bayi berat lahir amat sangat rendah
(BBLASR) memiliki cadangan lemak yang sangat terbatas, sehingga sangat
bergantung pada nutrisi enteral dan parenteral. Bukti yang ada menunjukkan
pemberian lemak pada fase awal kehidupan akan menentukan luaran yang
bervariasi pada masa kehidupan mendatang termasuk terhadap pertumbuhan
fisik dan perkembangan intelektual. Pemberian lemak dalam dua hari pertama
kehidupan pada bayi sangat prematur aman dan dapat ditoleransi dengan baik.
Pemberian lipid intravena pada bayi prematur dimulai dalam 24 jam pertama
pascalahir dengan dosis 1 g/kgBB/hari dinaikkan bertahap sebanyak 0,5-1
g/kgBB/hari sampai mencapai 2,5-3,5 g/kgBB/hari.1
Pemberian lipid intravena diindikasikan karena merupakan sumber asam
lemak esensial dan juga sumber kalori yang tinggi. Bayi prematur yang
mendapat nutrisi parenteral tanpa lipid akan mengalami defisiensi asam lemak
esensial dalam waktu 2-3 hari.1
Pemberian lipid intravena konsentrasi 20% lebih dipilih dibandingkan
dengan 10% karena kadar fosfolipid lebih rendah untuk tiap gram trigliserida,
sehingga memudahkan ekskresinya dan mengurangi efek samping
hipertrigliseridemia, serta densitas kalori lebih tinggi (mengurangi pemberian
jumlah cairan). Pemberian lipid intravena yang dimulai di 24 jam pertama
setelah lahir terbukti peningkatan tumbuh kembang dan pengurangan
morbiditas serta mortalitas pada bayi prematur.1
Pada kondisi tertentu pemberian lipid intravena bisa dipertimbangkan
untuk diturunkan dosisnya atau dihentikan. Apabila kadar trigliserida dalam
darah >200 mg/dL pemberian lipid intravena bisa dikurangi atau dihentikan.
Begitu juga pada kondisi sepsis, lipid intravena dapat diturunkan atau
dihentikan berdasarkan tingkat beratnya sepsis, karena saat sepsis terjadi
penurunan ekskresi trigliserda dan oksidasi asam lemak, yang berakibat
meningkatkan kadar trigliserida dalam plasma. Pada keadaan peningkatan kadar
bilirubin yang mendekati ambang tranfusi tukar, perlu penyesuaian dosis lipid
intravena menjadi 0,5-1 g/kg/hari.1
4. Kecukupan Mikronutrien
- Elektrolit
Pada bayi baru lahir terjadi perubahan fisiologis yang memengaruhi
metabolisme air dan elektrolit. Fase I adalah fase transisi yang ditandai dengan
penurunan berat badan bayi baru lahir dan kontraksi cairan ekstraseluler. Pada
bayi prematur sehat, fase ini berlangsung 3-5 hari. Fase II adalah fase
intermediate yaitu bayi mulai diperkenalkan nutrisi enteral, terjadi penurunan
kehilangan air lewat kulit transcutaneus water loss, diuresis.
Pada minggu pertama kehidupan, kebutuhan elektrolit relatif rendah
karena fungsi pemekatan urin masih belum sempurna. Kebutuhan natrium (Na)
bervariasi pada minggu pertama sebesar 0-3 mEq/kgBB/hari. Setelah terdapat
diuresis awal, dapat diberikan natrium (Na) dan kalium (K) dengan dosis 2-3
mEq/kgBB/hari disesuaikan dengan kondisi klinis dan kadar elektrolit.
Dosis pemberian ion kalsium (Ca2+), fosfat (P) dan magnesium (Mg)
sesuai dengan kecukupan selama pertumbuhan intrauterin, yang bertujuan untuk
mencegah timbulnya osteopeni prematuritas. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pemberian elektrolit tersebut akan meningkatkan konsentrasi P dan
mineral tulang mulai dari minggu pertama sampai ke-26 usia pascakonsepsi.
Pada trimester ketiga, terjadi sekresi harian Ca, P, dan Mg berturuturut
120, 70, dan 3 mg/kg/hari. Pemberian Ca dan P bersamaan pada nutrisi
parenteral tidaklah mudah karena masalah kelarutan keduanya. Saat asupan
cairan mencapai 150 mL/KgBB/hari, cairan parenteral haruslah mengandung
12.5-15 mmol/L Ca elemental and 13-15 mmol/L Phospor. Kebutuhan Ca, P,
dan Mg dalam nutrisi enteral bayi prematur dihitung berdasarkan kandungan
komposisi Ca, P, dan Mg dalam ASI dan variabilitas penyerapan elektrolit
tersebut berdasarkan usia gestasi (Ca2+:40-70 %, P:60- 95%, Mg:40%).
- Besi
Besi sangat penting dalam perkembangan otak fetus dan neonatus. Bayi
prematur berisiko tinggi menderita defisiensi besi yang akan berpengaruh pada
fungsi dan perkembangan otak. Defisiensi besi dan anemia terjadi karena 60%
penyimpanan total besi terjadi pada trimester ketiga kehamilan. Pada tahun
2005, hasil metaanalisis dari 17 RCT menunjukkan suplementasi besi pada anak
(bayi baru lahir sampai remaja) memiliki efek positif pada indikator
perkembangan mental (LoE 1a). Sedangkan metaanalisis lain juga
menunjukkan bahwa suplementasi besi pada bayi (mulai 0-6 bulan kehidupan)
memiliki efek positif terhadap perkembangan motorik (LoE 1a). Bayi prematur
yang mendapat suplementasi besi memiliki kadar Hb yang lebih tinggi,
cadangan besi yang lebih baik dan risiko lebih rendah untuk mengalami anemia
defisiensi besi. Namun masih belum jelas, apakah suplementasi besi pada bayi
prematur dan berat lahir rendah memiliki keuntungan jangka panjang pada
pertumbuhan dan neurodevelopmental. American Academy of Pediatrics
merekomendasikan pemantauan kadar hemoglobin dan hematokrit pada bayi
dengan risiko defisiensi besi atau anemia. Pemberian suplementasi besi untuk
BBLSR yang mendapat ASI sebanyak 2 mg/kgBB/hari, dimulai pada usia 2
minggu bila bayi telah memasuki fase pertumbuhan (growing care) sampai usia
12 bulan. Telaah sistematik dari Cochrane menyatakan belum terdapat bukti
ilmiah yang jelas manfaat pemberian suplementasi besi pada bayi prematur dan
bayi berat lahir rendah terhadap pertumbuhan dan luaran neurodevelopmental
jangka panjang.
- Zink
Defisiensi zink masih sering dijumpai dan merupakan masalah pada anak
dan bayi terlebih bayi prematur. Zink bersifat esensial untuk berbagai enzim
dan berperan penting dalam pertumbuhan dan diferensiasi jaringan. Beberapa
uji klinis dengan berbagai dosis zink telah dilakukan dan didapati bahwa asupan
zink minimal 1,4-2 mg/kgBB/hari diperlukan untuk mencapai pertumbuhan
optimal pada bayi prematur. Rekomendasi terkini untuk asupan zink enteral
pada bayi prematur adalah 1-2 mg/kg/hari atau maksimal 1-3 mg/kg/hari.
- Vitamin (A, D, E)
Vitamin merupakan nutrisi esensial yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit
terutama untuk mendukung reaksi-reaksi enzim dan memelihara metabolisme
dalam tubuh.1

o Vitamin A: telaah Cochrane menyimpulkan bahwa suplementasi


vitamin A dapat menurunkan kematian, kebutuhan oksigen pada 1
bulan, serta kebutuhan oksigen pada usia 36 minggu masa gestasi,
dengan Number Needed to Treat (NNT) 13. Belum ada bukti-bukti
yang menguntungkan atau merugikan terhadap luaran jangka panjang
perkembangan neurologi.1
o Vitamin D: American Academy of Pediatrics merekomendasikan pada
bayi yang mendapat ASI eksklusif atau parsial untuk mendapat vitamin
D 400 IU/ hari selama minimal setahun pertama kehidupan. Bayi yang
tidak mendapat ASI juga sebaiknya mendapat suplementasi, sampai 32
fl.oz. (1000 ml) per hari susu formula fortifikasi vitamin D. Untuk bayi
prematur, pemenuhan dosis ini dapat dipenuhi melalui pemberian
multivitamin atau suplemen vitamin D tunggal. Dosis 400 IU/hari
diperkirakan cukup adekuat untuk mempertahankan kadar serum 25
(OH) D >50 nmol/L untuk mencegah rikets akibat defisiensi vitamin
D, tanpa berrisiko intoksikasi vitamin D. Pada saat ini belum cukup
data untuk memberikan rekomendasi vitamin di daerah tropis. Oleh
karena itu, rekomendasi untuk vitamin D mengacu pada rekomendasi
AAP 2014.1
o Vitamin E: American Academy of Pediatrics merekomendasikan diet
pada bayi prematur sebaiknya mengandung minimal 1 IU vitamin
E/gram asam linoleat, setara ±0.6 mg d-∞-tocopherol/gram
polyunsaturated fatty acids (PUFA). Bayi prematur yang mendapat
nutrisi enteral dan suplemen multivitamin, di mana asupan setiap
harinya mengandung 5 IU vitamin E, mendapat ±5–10 IU/kg/hari
vitamin E, tetapi untuk nutrisi parenteral kadarnya lebih rendah.1

Cara Pemberian Nutrisi


Cara pemberian nutrisi pada bayi prematur memperhatikan kematangan fungsi
oral yaitu kemampuan mengisap serta koordinasi mengisap, menelan, dan bernapas.
Rute Pemberian Nutrisi1

Sebelum memberikan nutrisi oral pada bayi usia gestasi ≥32-34 minggu, harus
dipastikan bayi mempunyai kemampuan koordinasi mengisap, menelan, dan bernapas yang
baik. Metode pemberian nutrisi oral dapat dengan menyusu atau dengan nipples. Menyusui
merupakan metode yang paling dianjurkan. Apabila menyusui tidak memungkinkan,
alternatifnya adalah dengan menggunakan nipples. Prinsip menyusui bayi prematur sama
dengan neonatus pada umumnya. Sebaiknya ibu menyusui dari satu payudara sampai habis
sebelum menawarkan payudara lainnya agar produksi susu lebih baik. Ibu harus dikonseling
mengenai tanda bayi lapar, perlekatan puting yang benar, cara memposisikan bayi pada
payudara, dan frekuensi menyusu yang baik. Bayi prematur yang diberikan nutrisi per oral
lebih baik diberikan berdasarkan tanda lapar bayi dibandingkan diberikan terjadwal, kecuali
jika bayi tertidur lebih dari 3 jam setelah minum terakhir. Cara pemberian ini
memperpendek masa rawat bayi. Meskipun begitu, perbedaan yang ada tidak begitu
signifikan dan kualitas penelitian yang dipakai tidak terlalu baik.1
Jika lewat parenteral, pemberian nutrisi enteral diindikasikan pada bayi prematur
<32-34 minggu, bayi prematur dengan kemampuan mengisap, menelan dan/atau bernapas
yang belum baik, bayi prematur tidak bisa mendapat nutrisi per oral karena kondisi medis
atau sebagai suplementasi nutrisi oral yang tidak adekuat. Sebelum memulai nutrisi enteral
pastikan saluran cerna dan kondisi hemodinamik baik. Nutrisi enteral dapat diberikan
melalui NGT (nasogastric tube) atau OGT (orogastric tube). Kedua rute ini mempunyai
keuntungan dan kerugiannya masing-masing. NGT lebih mudah untuk difiksasi
dibandingkan OGT, namun neonatus bernapas melalui hidung dan NGT dapat menyebabkan
obstruksi hidung parsial, meningkatkan resistensi jalan napas dan meningkatkan usaha yang
dibutuhkan untuk bernapas. Kekurangan OGT adalah pergerakan berlebihan dari OGT bisa
menyebabkan trauma mukosa mulut dan dapat meningkatkan insiden apnea dan bradikardi
karena stimulasi vagal. Namun, sampai saat ini tidak ada perbedaan yang bermakna antara
OGT dan NGT, baik dalam hal peningkatan berat badan dan efek samping. Pada bayi
prematur yang menggunakan continous positive airway pressure (CPAP) atau alat bantu
napas lain melalui hidung, lebih dipilih penggunaan OGT. Ada dua metode pemberian
nutrisi melalui NGT atau OGT, yaitu bolus intermiten dan kontinyu. Bolus intermiten yaitu
pemberian sejumlah susu diberikan dalam 10–20 menit setiap 2 atau 3 jam dengan
menggunakan gravitasi, sedangkan kontinyu yaitu memberikan susu secara terus menerus
melalui sonde menggunakan pompa infus. Pemberian bolus intermiten bersifat lebih
fisiologis karena meningkatkan pengeluaran hormon saluran cerna secara siklik. Pemberian
kontinyu menurunkan pengeluaran energi, membantu fungsi duodenum dan tidak ada efek
samping terhadap fungsi paru. Telaah sistematik yang dilakukan menunjukkan tidak terdapat
perbedaan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pemberian makan enteral penuh. Volume
dan interval waktu pemberian (frekuensi pemberian) nutrisi enteral berhubungan dengan
daya tampung serta waktu pengosongan lambung. Volume pemberian nutrisi enteral yang
besar pada bayi prematur memicu timbulnya refluks gastroesofagus. Untuk menurunkan
kejadian refluks gastroesofagus direkomendasikan untuk memposisikan bayi miring ke kiri
atau tengkurap atau telentang dengan kepala lebih tinggi membentuk sudut 30o selama 30-60
menit (LoE 2b). Frekuensi pemberian nutrisi enteral pada bayi prematur dengan berat lahir
>1250 gram adalah delapan kali atau interval waktu tiap tiga jam (LoE 2b). Sedangkan pada
bayi prematur dengan berat lahir <1250 gram belum ada penelitian yang membuktikan
interval waktu optimal antara dua dengan tiga jam sekali. Pada tabel berikut dipresentasikan
frekuensi dan volume pemberian nutrisi enteral pada bayi prematur.
Frekuensi dan Volume Nutrisi Enteral1

Jenis Nutrisi
Terdapat dua jenis nutrisi yaitu parenteral dan enteral. Nutrisi parenteral terdiri
dari makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien berupa karbohidrat, protein, dan lemak.
Karbohidrat dalam nutrisi parenteral diberikan dalam bentuk dekstrosa. Sediaan protein
untuk nutrisi parenteral harus mengandung asam amino conditionally essential yaitu tirosin,
sistein, taurin, histidin, glisin, glutamin, dan arginin. Konsentrasi emulsi lipid intravena yang
dianjurkan adalah 20%. Lipid dengan bahan dasar soy bean 100% tidak dianjurkan. Sediaan
lipid yang dianjurkan adalah campuran soy bean dan medium chain triglyceride (MCT), atau
campuran soy bean, MCT, olive oil, fish oil (SMOF). Berikut ini merupakan jenis nutrisi
oral atau enteral yang dapat diberikan untuk kejar tumbuh optimal bayi prematur:
- Air Susu Ibu (ASI)
Air susu ibu merupakan nutrisi yang direkomendasikan untuk bayi prematur
karena efek imunoprotektif, stimulasi maturitas fungsi gastrointestinal, dan faktor
bioaktif yang berkontribusi untuk luaran neurodevelopmental (LoE 3). ASI saja tidak
selalu dapat memenuhi kecukupan nutrisi bayi prematur, namun demikian, pemberian
ASI untuk BBLSR memiliki manfaat jangka pendek maupun panjang. Komposisi ASI
dari ibu yang melahirkan bayi prematur berbeda dari ibu yang melahirkan bayi cukup
bulan. ASI prematur pada awalnya mengandung lebih banyak protein, lemak, asam
amino bebas, dan natrium, tetapi beberapa minggu kemudian kadar zat gizi tersebut
menurun. Kadar mineral ASI prematur sama dengan ASI cukup bulan, kecuali untuk
kalsium (lebih rendah di ASI prematur) dan tembaga atau seng (lebih tinggi pada ASI
prematur namun akan menurun seiring durasi menyusui). Pemilihan ASI segar lebih
dianjurkan karena mengandung komponen bioaktif yang lebih tinggi dibandingkan ASI
yang telah disimpan.1
- ASI Perah
Produksi ASI perah seharusnya dimulai segera setelah lahir. Teknik memerah ASI
secara manual dan mesin memiliki tingkat kebersihan dan efektifitas yang sama. Air susu
ibu perah dapat disimpan dalam botol kaca (pyrex), plastik keras (polypropylene) atau
kantong plastik (polyurethane). Plastik keras atau kaca merupakan tempat penyimpanan
ASI yang disertai segel kedap udara sehingga dapat menyimpan ASI lebih lama. Kaca
dan polypropylene memiliki pengaruh yang sama terhadap kandungan lemak,
imunoglobulin A dan jumlah sel darah putih. Kantong plastik khusus ASI dapat
digunakan untuk penyimpanan ASI dalam waktu yang lebih singkat (<72 jam). Kantong
plastik khusus ASI tidak disarankan untuk penggunaan jangka lama oleh karena mudah
tumpah, terkontaminasi bakteri, dan beberapa komponen ASI mudah melekat pada
plastik. Air susu ibu perah dapat disimpan dalam suhu ruang (maksimal 25°C) selama 6-8
jam, sehingga sulit diterapkan di Indonesia. Oleh karena itu, ASI perah sebaiknya segera
disimpan pada suhu 3-4°C. Berikut Rekomendasi penyimpanan ASI perah menurut
protokol Academy of Breastfeeding Medicine
Rekomendasi Penyimpanan ASI1

- ASI Donor
ASI donor merupakan pilihan kedua bila ASI tidak tersedia. Terdapat beberapa
aturan dan panduan yang mengatur mekanisme pendonoran, penyimpanan, dan
penyiapan ASI donor. Donor harus menjalani skrining untuk menghindari risiko infeksi
(HIV, CMV, hepatitis, sifilis) atau kontaminasi toksik (obat, narkotik, alkohol,
tembakau). Tes mikrobiologi dan pasteurisasi dilakukan pada ASI donor untuk
menghindari kontaminasi bakteri atau virus. Pengolahan dan pemberian ASI donor harus
memenuhi persyaratan tertentu dalam hal skrining donor ASI, penyimpanan, dan
prosedur pengolahan untuk memastikan keamanan ASI donor dan optimalisasi
kandungan zat gizi ASI donor. Semua ASI donor harus menjalani prosedur pasteurisasi
untuk membasmi kuman patogen yang dapat ditularkan melalui ASI. Prosedur
pasteurisasi menurunkan kandungan atau komponen bioaktif ASI terutama Konsensus
Ikatan Dokter Anak Indonesia 35 protein, sama seperti ASI perah beku yang dipanaskan.1
Ada dua metode pasteurisasi yang aman dan mudah dilakukan di rumah, yaitu flash
heating dan Pretoria. Pada metode flash heating, penelitan menunjukkan bahwa setelah
ASI dikeluarkan dari panci, maka suhu ASI akan mencapai 560 C-72,90 C selama 6 menit
15 detik, suhu ini merupakan suhu terendah yang digunakan pada metode pasteurisasi
low temperature long time. Metode flash heating menurunkan aktivitas antibakterial
laktoferin sebanyak 11,1% (7,8-14,3%) dan lisozim sebanyak 56,6% (47,1-64,5%).
Metode Pretoria dilakukan dengan menggunakan prinsip transfer panas. Penelitian
menunjukkan bahwa suhu ASI akan bertahan antara 560 C-620 C selama 10-15 menit
setelah diletakkan di dalam panci berisi air mendidih. Kisaran suhu dipengaruhi volume
ASI, suhu awal ASI saat diletakkan di dalam panci, dan suhu ruangan. Penelitian
menunjukkan bahwa metode flash heating dan Pretoria dapat menginaktivasi HIV-1
dalam ASI.1
- Human Milk Fortifier
Walaupun ASI prematur memiliki kandungan energi dan protein yang lebih
tinggi, namun tetap tidak dapat memenuhi kecukupan BBLSR yang sedang kejar tumbuh,
terutama untuk protein, fosfor, dan kalsium. Oleh karena itu, pemberian human milk
fortifier (HMF) perlu dilakukan pada BBLSR (berat lahir <1500 gram) yang mendapat
ASI (LoE 3). Tujuan utama fortifikasi adalah meningkatkan konsentrasi nutrien tertentu
sehingga memenuhi kebutuhan kejar tumbuh bayi prematur, termasuk meningkatkan
densitas kalori sehingga volume minum tidak terlalu besar. Zat gizi kunci HMF adalah
protein dan dapat dibuat dari susu sapi atau ASI, serta dapat berupa cair atau bubuk.
Beberapa HMF menggunakan protein susu sapi terhidrolisis parsial sedangkan lainnya
protein utuh. Pemberian HMF multikomponen meningkatkan secara signifikan
pertambahan berat badan, pertumbuhan linear (panjang badan), dan lingkar kepala.1
Terdapat beberapa jenis HMF dengan petunjuk penyiapan masing-masing. HMF
yang beredar di Indonesia saat ini adalah bentuk bubuk yang berasal dari susu sapi dari
beberapa produsen. Dalam menggunakan HMF, perlu diperhatikan petunjuk penyiapan
dan perhitungan kalori. Satu saset HMF yang dilarutkan ke dalam 25 ml ASI akan
menambah kalori sebanyak 4 kkal/oz sehingga kalori ASI+HMF menjadi 24 kkal/oz,
sedangkan bila satu saset HMF dilarutkan ke dalam 50 ml ASI akan menambah kalori
sebanyak 2 kkal/oz sehingga kalori ASI+HMF menjadi 22 kkal/oz. HMF juga
mengandung elektrolit, makromineral, mikromineral, dan vitamin sehingga dapat
mencukupi kecukupan bayi prematur yang lebih tinggi dari bayi cukup bulan. HMF
meningkatkan osmolalitas ASI sebanyak 36–95 mOsm/kg H2O.1
- Hind Milk
Pada beberapa kondisi dimana penyediaan HMF tidak memungkinkan, pemberian
hindmilk untuk membantu meningkatkan berat badan bayi prematur bisa dijadikan
alternatif. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian hindmilk memberikan
hasil peningkatan berat badan yang lebih baik dibandingkan sebelum diberi hindmilk.
Beberapa penelitian menunjukkan hindmilk mempunyai kandungan kalori dan protein
yang lebih tinggi dibandingkan foremilk. Untuk memisahkan foremilk dan hindmilk ibu
juga bisa dikonseling pada saat memerah ASI untuk memperhatikan mulai keluar
hindmilk apabila ASI sudah mulai kental dan lebih gelap.1
- Formula Prematur
Formula prematur merupakan formula medis khusus dengan energi berkisar 80
kkal/100 ml, protein 2,0-2,4 g/100 ml dan diperkaya mineral, vitamin, dan trace elements
untuk mendukung kecukupan nutrisi bayi prematur agar dapat mencapai laju
pertumbuhan intrauterin. Formula ini umumnya digunakan untuk bayi prematur sebelum
dipulangkan dari rumah sakit. Formula prematur diberikan bila ASI yang difortifikasi
HMF tidak cukup untuk mencapai kejar tumbuh (berat badan ideal) atau indikator
antropometri (berat, panjang, dan lingkar kepala) di bawah persentil 25 grafik Infant
Health and Development Program (IHDP).1
Berdasarkan telaah literatur, E. sakazakii dan S. enterica merupakan organisme
kontaminan yang sering berhubungan dengan penggunaan susu bubuk formula pada bayi.
WHO-FAO expert working group menyimpulkan bahwa, neonatus dan bayi usia dibawah
dua bulan terutama bayi prematur, BBLR, dan imunokompromais merupakan kelompok
umur yang mempunyai risiko paling tinggi. Bayi prematur memiliki risiko infeksi E.
sakazakii lebih tinggi dimana akan berkembang menjadi bakteremia setelah umur 1
bulan, sedangkan BBLR akan berkembang menjadi meningitis selama periode neonatus.1
- Nutrient-enriched Formula
Nutrient-enriched formula atau post-discharge formula (PDF) pada awalnya
dirancang khusus untuk bayi prematur yang dipulangkan dari rumah sakit. Kandungan
energi berkisar 72-74 kkal/100 ml, kandungan protein 1,8-1,9 g/100 ml dan diperkaya
dengan mineral, vitamin, dan trace elements. Telaah Cochrane terhadap 15 uji klinis
terkontrol berkualitas baik (total subjek 1128 bayi prematur) yang menguji efikasi
pemberian PDF dibandingkan formula standar pada bayi prematur setelah pulang dari
rumah sakit menunjukkan bahwa pemberian PDF untuk bayi prematur setelah pulang dari
rumah sakit tidak didukung oleh bukti ilmiah yang cukup.1
Nutrient-enriched formula tidak termasuk formula medis khusus dan sampai saat
ini masih tersedia di pasaran. Pemberian PDF dilakukan saat berat bayi mencapai 1800-
2000 gram, saat bayi akan dipulangkan, dan indikator antropometri (berat badan, panjang
badan, dan lingkar kepala) sudah mencapai persentil 25 atau lebih pada grafik IHDP.1
- Formula Standar
Formula standar dirancang untuk bayi cukup bulan berdasarkan komposisi ASI
matur, yaitu kandungan energi 66-68 kkal/100 ml, konsentrasi protein berkisar 1,4-1,7
g/100 ml, kalsium sekitar 50 mg/100 ml dan fosfat 30 mg/100 ml. Komposisi tersebut
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi BBLSR (<1500 gram) dalam fase kejar
tumbuh. Formula standar dapat diberikan pada bayi prematur yang telah mencapai usia
koreksi 0 minggu dan indikator anthropometri menurut grafik WHO 2006 menunjukkan
BB menurut usia berada antara -2 sampai +2 z-score dan panjang bayi mencapai 45 cm.1
Pemantauan

Pemantauan jangka pendek

Meliputi tumbuh kembang dengan memantau berat badan bayi secara periodik, bayi akan
kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk bayi dengan berat lahir
≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500). Bila bayi sudah mendapatkan ASI
secara penuh (pada semua kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari dapat
ditingkatkan jumlah ASI dengna 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari,
tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar jumlah pemberian ASI
tetap 180 ml/kg/hari dan apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah
pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari kemudian ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan
lingkar kepala secara berkala.1,2

Kecepatan penambahan berat badan (weight velocity) diukur setiap hari, dalam rangka
mendeteksi dini adanya weight faltering dan melakukan tatalaksana yang tepat untuk
menanggulanginya. Penilaian pertumbuhan bukan saja kenaikan berat badan, tetapi juga
pertambahan panjang badan dan lingkar kepala. Umumnya kenaikan 15 g/kg/hari dikatakan
sebagai ambang batas yang baik, sedangkan dikatakan weight faltering jika antropometri bayi
tersebut berada. Target terapi nutrisi pada bayi prematur yaitu mencapai laju pertumbuhan yang
sama dengan janin normal yang sesuai usia gestasi, menyerupai komposisi tubuh janin, dan
mencapai luaran fungsional serupa dengan bayi lahir cukup bulan yaitu:1,2

- Penambahan berat badan bayi prematur 15 g/kg/hari.


- Penambahan panjang badan : 0,8-1,0 cm/minggu
- Penambahan lingkar kepala: 0,5-0,8/minggu
Pemantauan jangka panjang
Yang diperlukan adalah pemantauan terhadap osteopenia prematuritas. Selama tiga bulan
terakhir usia kehamilan, sejumlah besar kalsium dan fosfor ditransfer dari ibu ke bayi. Ketika
lahir prematur, bayi tidak menerima sejumlah besar kalsium dan fosfor untuk membentuk tulang
yang kuat. Penurunan densitas tulang pada bayi prematur, bayi berat lahir rendah, disebut
osteopenia prematuritas. Pada bayi prematur, deteksi dan pemantauan osteopenia prematuritas
sebaiknya dilakukan bila umur gestasi <34 minggu dan BB lahir <1800 gram. Temuan yang
khusus pada osteopenia prematuritas ini berupa penurunan kadar ion kalsium (Ca2+) dan fosfor
serta peningkatan serum alkali phospatase (ALP). Serum alkali phospatase merupakan indikator
tidak langsung untuk melihat aktivitas sel tulang. Pemeriksaan laboratorium ini biasanya
diprioritaskan pada saat keluar rumah sakit dan harus di cek sampai tiga bulan usia koreksi.
Pemantauan jangka panjang lain terhadap masalah yang mungkin timbul untuk
mencegah/mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang seperti
gangguan perkembangan, gangguan pertumbuhan, retinopati karena prematuritas, gangguan
pendengaran, penyakit paru kronik, kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit dan
kenaikan frekuensi kelainan bawaan. Maka dari itu perlu dilakukan pemantauan sesudah pulang
hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, yang dilanjutkan setiap bulan. Lakukan juga tes perkembangan
seperti Denver Development Screening Test (DDST) dan awasi adanya kelainan bawaan.
Indikasi bayi BBLR pulang jika suhu bayi stabil, toleransi minum oral baik terutama ASI dan ibu
sanggup merawat BBLR di rumah, tidak ada tanda bahaya dan infeksi berat, berat badan
bertambah hanya dengan ASI. Lakukan konseling pada orang tua sebelum bayi pulang mengenai
pemberian ASI eksklusif, menjaga bayi tetap hangat, jika terdapat tanda bahaya untuk mencari
pertolongan, timbang berat badan, nilai minum dan kesehatan secara umum setiap minggu
hingga berat badan bayi mencapai 2.5 kg.1,2,9
Komplikasi

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain
hipotermia, hipoglikemia, gangguan cairan dan elektrolit, hiperbilirubinemia, sindroma gawat
nafas, paten duktus arteriosus, infeksi, perdarahan intraventrikuler, Apnea of Prematurity,
Cerebral Palsy (CP) dan anemia. Sedangkan komplikasi jangka panjang yang dapat terjadi
adalah gangguan tumbuh kembang (cognitive delay), serta gangguan penglihatan dan
pendengaran.2

Prognosis

Kelahiran prematur dan BBLR menyumbang sekitar 70% kematian neonatal dan 36%
kematian bayi, serta 25-50% kasus gangguan neurologis jangka panjang pada anak-anak. Roberts
et al menemukan bahwa anak-anak yang lahir pada usia kehamilan 22-27 minggu memiliki
risiko tinggi mengalami kecacatan neurodevelopmen pada usia 8 tahun.10

Pencegahan

Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kejadian BBLR adalah dengan rutin
melakukan ANC selama minimal 4x dalam masa kehamilan, jika diketahui ada penyakit saat
hamil, segera berobat ke institusi terdekat dan memantau faktor risiko maternal, plasenta,
ataupun janin yang berhubungan dengan BBLR. Penyuluhan kepada pasien hamil juga dapat
dilakukan untuk memberikan informasi terhadap kejadian BBLR dan cara mencegahnya seperti
asupan nutrisi yang adekuat serta mengontrol penyakit yang menjadi penyulit kehamilan jika
ada, dan menyarankan untuk tidak hamil di usia yang terlalu muda.2,6
DAFTAR PUSTAKA

1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Konsensus asuhan nutrisi pada bayi prematur; 2016.h.14,
46-60.

2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Bayi berat lahir rendah. Dalam : pedoman pelayanan medis;
2009.h.23-9

3. Fewtrell M, michaelsen KF, Beek EVD, Elburg RV. Growth in early life : growth
trajectory and assessment, influencing factors and impact of early nutrition. Australia :
Essential Knowledge Briefing; 2016.h.82-125.

4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Bayi berat lahir rendah. Dalam: Buku ajar neonatologi;
2008. h.12-9.

5. Wahidayat I dan Sastroasmoro S. Pemeriksaan klinis pada bayi dan anak. Edisi 3. Jakarta:
Sagung Seto; 2014. h. 5-17, 40-1, 110-1

6. Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG. Neonatology: management, procedur, on-call
problem, desease, and drug. 7th ed. New York : Lange McGraw Hill; 2013. h.29-34, 67-8,
360-1, 1039.

7. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Hipoglikemi. Dalam: resusitasi neonatusl 2014.h.

8. Cloherty JP, Eichenwald EC, Hansen AR, Stark AR. Manual of neonatal care. 7th ed. New
York: Lippincott Williams and Wilkins; 2012.h.185-90, 304.

9. WHO. Bayi berat lahir rendah. Dalam : pelayanan kesehatan anak di rumah sakit
diadpatasi oleh Pocket Book of Hospital Care for Children, Guidelines for the Management
of Common Illnesses with Limited Resources; 2009.h.63-4.

10. Furdon AS. Prematurity. Diakses dari https://emedicine.medscape.com/article/975909-


overview#showall, Diunduh 27 Mei 2019.

Anda mungkin juga menyukai