Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI GIZI BURUK PADA BALITA TERHADAP PENGETAHUAN

DAN KETERAMPILAN 1
KADER POSYANDU DI PUSKESMAS SEREMUK DESA HAHA KABUPATEN SORONG SELATAN
TIRSA P AWAWIRARO
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang Masalah

Masalah gizi merupakan masalah yang multidimensi dan

dipengaruhi banyak faktor seperti ekonomi, pendidikan, sosial budaya,

pertanian dan kesehatan. Menurut bagan yang dikembangkan oleh

UNICEF (United Nations International Children’s Emergency Fund) tahun

2013 menunjukkan krisis ekonomi, politik dan sosial merupakan akar

permasalahan gizi buruk.

Menurut Kementerian kesehatan (2013) hingga saat ini ada 2

faktor langsung yang diyakini menyebabkan timbulnya gizi kurang yaitu

rendahnya konsumsi makanan dan adanya penyakit infeksi. Konsumsi

makanan yang rendah umumnya merupakan sindroma kemiskinan, selain

itu sanitasi lingkungan yang buruk menyebabkan meluasnya penyakit yang

bersifat menginfeksi.

Menurut United Nations International Children’s Emergency

Fund (2013) dalam Commiting to Child Survival A Promise Renewed

Progress Report menjelaskan bahwa dari semua kematian balita di bawah

usia lima tahun hampir setengah atau sekitar tiga juta kematian pertahun

disebabkan oleh gizi buruk atau beberapa gangguan gizi. Gangguan gizi

tersebut diantaranya adalah keterlambatan pertumbuhan, kasus pendek

atau pengerdilan, kekurangan gizi baik sedang, akut maupun kronik dan

praktik pemberian ASI yang tidak optimal.

1
PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI GIZI BURUK PADA BALITA TERHADAP PENGETAHUAN
DAN KETERAMPILAN 2
KADER POSYANDU DI PUSKESMAS SEREMUK DESA HAHA KABUPATEN SORONG SELATAN
TIRSA P AWAWIRARO
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Menurut World Health Organization (2012), jumlah penderita

kurang gizi di dunia mencapai 104 juta anak, dan keadaan kurang gizi

menjadi penyebab sepertiga dari seluruh penyebab kematian anak di

seluruh dunia. Asia Selatan merupakan daerah yang memiliki prevalensi

kurang gizi terbesar di dunia, yaitu sebesar 46%, disusul sub-Sahara Afrika

28%, Amerika Latin/Caribbean 7%, dan yang paling rendah terdapat di

Eropa Tengah, Timur, dan Commonwealth of Independent States

(CIS) sebesar 5% (UNICEF, 2006).

Gizi buruk hingga saat ini masih merupakan masalah di Indonesia,

meskipun pemerintah telah berupaya menanggulanginya. Menurut data

riset kesehatan dasar (2013) jumlah kasus gizi buruk sejak tahun 2010 dan

2013 didapatkan hasil prevalensi berat badan kurang (underweight) secara

nasional. Prevalensi gizi kurang tahun 2013 adalah 19,6%, terdiri dari

5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Jika dibandingkan dengan angka

prevalensi nasional tahun 2007 (18,4%) dan tahun 2010 (17,9%) terlihat

meningkat. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4%

tahun 2007, menjadi 4,9% pada tahun 2010, Sedangkan prevalensi gizi

kurang naik sebesar 0,9% tahun 2007 menjadi 5,7% tahun 2013. Untuk

mencapai sasaran Millenium Development Goal’s tahun 2015 yaitu 15,5%

maka prevalensi gizi buruk dan gizi kurang secara nasional harus

diturunkan sebesar 4% dalam periode 2013` sampai 2015.

Anak balita yang mengalami gizi buruk, kekurangan makanan yang

bergizi akan menyebabkan gangguan retardasi mental, salah satunya


PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI GIZI BURUK PADA BALITA TERHADAP PENGETAHUAN
DAN KETERAMPILAN 3
KADER POSYANDU DI PUSKESMAS SEREMUK DESA HAHA KABUPATEN SORONG SELATAN
TIRSA P AWAWIRARO
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

kondisi kecerdasan anak jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh

keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial saat

tumbuh menjadi anak-anak (Soetjiningsih, 1994).

Menurut Ivanovic et. al. (2000), masalah gizi yang dialami anak

dalam jangka panjang akan memberikan efek terhadap perkembangan

otak, Intelectual Quotient (IQ), dan Scolastic Achievement (SA) pada anak

di masa dewasa. Pemantauan status gizi buruk di Kabupaten Sorong

Selatan tahun 2013, penurunan prevalensi gizi buruk tersebut masih di

bawah target nasional yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Papua Barat.

Upaya perbaikan gizi yang selama ini telah dilakukan di Kabupaten Papua

antara lain promosi kesehatan gizi seimbang, termasuk penyuluhan gizi di

posyandu, pemberian makan tambahan (PMT), pemberiam suplemen gizi

(kapsul vitamin A dan tablet tambah darah).

Pemantauan dan penanggulangan gizi buruk serta pemberian MP–

ASI pada balita keluarga miskin usia 6-24 bulan. Kenyataan menunjukkan

bahwa penurunan masalah gizi buruk di Kota Sorong masih sangat

memprihatinkan. Faktor yang mempengaruhi masalah gizi adalah tingkat

kemampuan keluarga dalam menyediakan penanganan sesuai dengan

kebutuhan anggota keluarga (Departemen Kesehatan, 2007).

Masalah gizi buruk pada balita merupakan suatu permasalahan

yang rumit dan kompleks yang tidak akan bisa diselesaikan dengan

sederhana dan hanya melihat satu faktor penyebab saja. Berdasarkan teori,
PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI GIZI BURUK PADA BALITA TERHADAP PENGETAHUAN
DAN KETERAMPILAN 4
KADER POSYANDU DI PUSKESMAS SEREMUK DESA HAHA KABUPATEN SORONG SELATAN
TIRSA P AWAWIRARO
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

timbulnya masalah gizi buruk dipengaruhi oleh banyak determinan.

Asupan makanan yang tidak cukup dan adanya penyakit pada balita

merupakan penyebab langsung terjadinya gizi buruk yang saling

mempengaruhi. Munculnya kedua penyebab langsung itu disebabkan oleh

tiga penyebab tak langsung, yakni akses terhadap makanan dalam rumah

tangga yang tidak cukup, pelayanan kesehatan yang tak memadai dan

lingkungan yang tak sehat, serta pemeliharaan kesehatan balita. Sampai

dengan saat ini pemenuhan gizi merupakan solusi yang selalu

diperhatikan, namun keterampilan dan perilaku ibu dalam memelihara

kesehatan balitanya juga penting sebagai salah satu penatalaksanaan dalam

penanganan gizi buruk (Dinas Kesehatan, 2014).

Berdasarkan wawancara saat studi pendahuluan yang dilakukan

dengan petugas kesehatan di Puskesmas Seremuk pada Oktober 2014

didapatkan bahwa upaya yang dilakukan dalam penanganan gizi kurang

dan buruk meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Upaya promotif dan preventif yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

Seremuk, Distrik Teminabuan, Kabupaten Sorong Selatan ini dengan

memberikan penyuluhan gizi dan penimbangan anak yang dilakukan tiap

bulannya di posyandu. Upaya penanggulangan lain terhadap balita gizi

buruk dan gizi kurang yaitu dengan memberikan bantuan pemberian

makanan tambahan berupa susu dan biskuit sesuai dengan waktu yang

telah ditentukan oleh petugas puskesmas (Dinas Kesehatan, 2014).


PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI GIZI BURUK PADA BALITA TERHADAP PENGETAHUAN
DAN KETERAMPILAN 5
KADER POSYANDU DI PUSKESMAS SEREMUK DESA HAHA KABUPATEN SORONG SELATAN
TIRSA P AWAWIRARO
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Pengalaman kader posyandu ketika melakukan penanganan balita

dengan masalah gizi buruk memunculkan beragam perasaan yang

merupakan suatu proses untuk penerimaan keadaan yang dihadapinya

(Brooks, 2001). Terdapat beberapa tahap dalam proses perasaan yang

yakni pada tahap awal berupa anticipatory grief ataupun kesedihan.

Tahap kedua adalah facing up yaitu berani menghadapi kenyataan terjadi

setelah orang tua menerima kenyataan bahwa mereka mempunyai anak

dengan masalah gizi. Tahap ketiga adalah bonding attachment yaitu ikatan

dan kelekatan. Tahap keempat adalah learning stage adalah tahap orang

tua mencari pengetahuan dan membutuhkan keterampilan untuk

pengasuhan dan mengenali bahwa balita dengan gizi buruk memerlukan

perawatan khusus baik di Rumah Sakit maupun di rumah. Dalam

penelitian Saasa et al., (2000) Morbidity Associated with Infant

Malnutrition didapatkan hasil bahwa anak malnutrisi lebih memungkinkan

untuk mengalami stres yang lebih dan resiko penyakit daripada balita

memiliki gizi baik.

Penelitian Minarto (2010) menyimpulkan pemantauan

pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan utama program perbaikan gizi

balita yang menitikberatkan pada upaya pencegahan dan peningkatan

keadaan gizi balita. Pemantauan pertumbuhan merupakan rangkaian

kegiatan yang terdiri penilaian pertumbuhan balita secara teratur melalui

penimbangan setiap bulan, pengisian dan penilaian hasil penimbangan

berdasarkan kartu menuju sehat (KMS). Selain melakukan konseling dan


PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI GIZI BURUK PADA BALITA TERHADAP PENGETAHUAN
DAN KETERAMPILAN 6
KADER POSYANDU DI PUSKESMAS SEREMUK DESA HAHA KABUPATEN SORONG SELATAN
TIRSA P AWAWIRARO
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

rujukan maka dilakukan tindak lanjut seperti pembuatan kebijakan dan

program, disamping itu perlu dilakukan peningkatan pengetahuan dan

ketereampilan para kader (Departemen kesehatan, 2010 ). Frekuensi

kontinuitas berat badan yang tidak naik secara konsisten mempengaruhi

pertumbuhan balita. Faktor penyakit anak juga dapat mengakibatkan

penurunan berat badan dalam 2 bulan. Efektifitas pemantauan

pertumbuhan di tingkat konseling dan rujukan, tidak lanjut berupa

kebijakan dan program untuk memberdayakan kader-kader posyandu.

Data Papua Barat yang terdaftar saat ini terdapat 30,9% anak yang

mengalami gizi kurang dan 21,8% mengalami gizi buruk. Dari data di

atas diperkirakan masih ada balita yang belum dilakukan pengukuran

berat badan secara teratur. Penimbangan rutin balita di posyandu di

harapkan dilaksanakan oleh masyarakat melalui kader kesehatan dengan

pembinaan dari puskesmas (Rikesda, 2015 ).

Data dari Dinas Kesehatan Papua Barat, khususnya dari Puskesmas

Seremuk didapatkan bahwa terdapat 10 balita gizi kurang dan 5 balita gizi

buruk. Dari hasil studi pendahuluan diketahui ada 8 posyandu namun

masih ada kendala dalam pelayanan. Permasalahan yang dihadapi kader

posyandu di Papua antara lain di ketahui kurangnya pengetahuan ibu akan

makanan yang bergizi sejak dini bagi balita, kurangnya pengetahuan

manfaat vitamin A untuk balita, dan juga manfaat imunisasi. Saat

melakukan imunisasi banyak masyarakat yang tidak hadir sehingga

posyandu yang dilaksanakan sepi, tidak ada pengunjung, ada penyuluhan


PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI GIZI BURUK PADA BALITA TERHADAP PENGETAHUAN
DAN KETERAMPILAN 7
KADER POSYANDU DI PUSKESMAS SEREMUK DESA HAHA KABUPATEN SORONG SELATAN
TIRSA P AWAWIRARO
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dari puskesmas yang belum dilaksanakan penyuluhan imunisasi dari KIA,

kelompok penyuluhan yang belum berjalan dengan baik, tidak tersedianya

vaksin di Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong Selatan menyebabkan

kegagalan dalam pemberian pelayanan. Masalah teknis lain berupa sering

padamnya lampu dari perusahaan listrik negara (PLN) yang berpengaruh

pada penyimpangan vaksin. Kurangnya pelatihan dan penyelenggaraan

kader posyandu. Dalam pelaksanaan kegiatan posyandu hambatan yang

paling sering dijumpai kurang aktifnya kader-kader posyandu.

Berdasarkan permasalahan tersebut diperlukan pelatihan kader terhadap

pengetahuan dan ketrampilan dalam upaya deteksi dini gizi buruk.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan rumusan masalah

sebagai berikut: bagaimana pengaruh pelatihan peran kader posyandu

terhadap pengetahuan dan keterampilan dalam upaya deteksi gizi buruk

pada balita di Puskesmas Seremuk

C.Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pangaruh pelatihan Deteksi dini gizi buruk pada

balita terhadap pengentahuan kader posyandu di Puskesmas Seremuk.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengaruh pelatihan deteksi dini gizi buruk pada balita

terhadap pengetahuan kader posyandu


PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI GIZI BURUK PADA BALITA TERHADAP PENGETAHUAN
DAN KETERAMPILAN 8
KADER POSYANDU DI PUSKESMAS SEREMUK DESA HAHA KABUPATEN SORONG SELATAN
TIRSA P AWAWIRARO
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

b. Mengetahui pengaruh pelatihan deteksi dini gizi buruk pada balita

terhadap keterampilan kader posyandu sebelum dan sesudah

diberikan pelatihan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan kader

posyandu dalam upaya peningkatan status gizi pada balita di Kabupaten

Sorong Selatan Distrik Teminabuan.

2. Bagi kader

Dapat memberikan pengetahuan dan ketrampilan yang baru kepada kader

mengenai deteksi dini gizi buruk pada balita

3. Bagi Puskesmas

Dapat meningkatkan kemitraan dan meningkatkan akses pelayanan

kesehatan

4. Bagi Masyarakat

Dapat memberikan imformasi pengetahuan dan ketrampilan yang baru

kepada kader mengenai deteksi dini gizi buruk pada balita.


PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI GIZI BURUK PADA BALITA TERHADAP PENGETAHUAN
DAN KETERAMPILAN
KADER POSYANDU DI PUSKESMAS SEREMUK DESA HAHA KABUPATEN SORONG SELATAN
TIRSA P AWAWIRARO
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9

E.keaslian penelitian

Telah Banyak penelitian yang yang melakukan penelitian dengan penelitian ini Pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan dan keterampilan
peran kader dalam upaya deteksi dini gizi buruk pada balita.

Judul & Nama Tujuan Lokasi Hasil Persamaan Perbedaan


Pengaruh Untuk mengetahui Kabupaten Hasil penelitian di Jenis penelitian Lokasi Penelitian
pelatihan pengaruh Bengkulu peroleh Ada yang di gunakan jenis penelitan
berdasarkan pelatihan Utara pengaruh pelatihan Quasi eksperimen yang digunaan
kompetensi berdasarkan berdasarkan Dengan rancangan Quasi eksperimen
terhadap kompetensi kompetensi terhadap penelitian
pengetahuan dan terhadap pengetahuan kader Non-
keterampilan pengetahuan dan gizi tentang randomdomized
kader gizi dalam ketrampilan kader pengelolaan kegiatan control group
pengelolaan gizi dalam posyandu dengan pretest postest
posyandu pengelolaan kader gizi yang tidak design
(Khadir 2009) kegiatan posyandu mendapat pelatihan penelitian
berdasarkan kuantitatif
kopetensi .
Pengaruh Untuk mengetahui Kecamatan Hasil uji statistik Jenis penelitian Lokasi Penelitian
Pelatihan Dengan pengaruh Tempurun menunjukan tidak yang di gunakan Jenis penelitian
Metode Belajar pelatihan dengan Kabupaten ada perbedaan skor adalah penelitian yang di gunakan
Bedasarkan metode belajar Magelang. pengetahuan antara quasy exprimental adalah penelitian
Masalah Kader berdasarkan kelompok BBM dan Dengan quasy
Gizi Dalam masalah terhadap kelompok rancangan exprimental
kegiatan pengetahuan kader konvesional pada saat penelitian non-
posyandu gizi dalam pretes. randomized
(Edy Sukiarto kegiatan control group
2007). posyandu. pretest design
PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI GIZI BURUK PADA BALITA TERHADAP PENGETAHUAN
DAN KETERAMPILAN
KADER POSYANDU DI PUSKESMAS SEREMUK DESA HAHA KABUPATEN SORONG SELATAN
TIRSA P AWAWIRARO
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10

Pengaruh Mengetahui Kecamatan penimbangan balita Sampel penelitian Lokasi Penelitian


penyegaran Pengaruh Sambudaya dengan cankupan D/S kader Posyandu
Kader Terhadap Penyegaran kader Kota di posyandu di Jenis penelitian
Pengetahuan dan Terhadap Mataram wilayah kerja yang di gunakan
Ketrampilan pengetahuan an puskesmas adalah penelitian
KaderPosyandu KetrampilanKader Pra experimental
Menggunakan Posyandu dengan
Dacin Di Wilayah Menggunakan ranncangan
KerjaPuskesmas DacinDi wilayah penelitian one
kerja puskesmas pretest design
( Edy Sukiarto
2007).

Tingkat Untuk mengetahui Kelurahan Tingkat pengetahuan Penelitian ini Lokasi Penelitian
pengetahuan tingkat kadiputro kader tentang peran menggunakan
kader tentang pengetahuan kader Surakarta dan fungsi kader di penenlitian Jenis penelitian
peran dan fungsi tentang peran dan kelurahan Kadipiro deskriptif yang di gunakan
kader. fungsi kader Surakarta sebanyak kuantitatif adalah penelitian
30 responden desaian penelitian quasy
(Cahya hardyta (33%)berpengetahuan non experimental exprimental
2013). baik 36 responden dengan metode
(47%) survey analitik.
berpengetahuan
cukup,15 responden
(19%) pengetahuan
kurang.
PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI GIZI BURUK PADA BALITA TERHADAP PENGETAHUAN
DAN KETERAMPILAN
KADER POSYANDU DI PUSKESMAS SEREMUK DESA HAHA KABUPATEN SORONG SELATAN
TIRSA P AWAWIRARO
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11

Pengaruh Untuk mengetahui Kabupaten Bidan Desa study kuantitatif Lokasi penelitian
kopetensi Bidan kopetensi bidan Pekalongan mempunyai dengan desaian penelitian non
di Desa dalam yang meliputi pengetahuan baik penelitian non experimental
manajemen pengetahuan dab tentang manajemen experimental dengan metode
penatalaksanaan keterampilan kasus gizi buruk dengan metode survey analitik
kasus gizi buruk bidan di desa survey analitik
pada Anak Balita dalam manajemen pendekatan waktu
Terhadap penatalaksanaan menggunakan
Pemulihan Kasus kasus gizi buruk kuesioner kepada
Gizi Buruk pada anak balita bidan dan orang
berpengaruh tua anak balita.
(Pujiati terhadap
Setyaningsih pemulihan
2009)

Anda mungkin juga menyukai