Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH PENGENDALIAN PENCEMARAN

“PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR, TANAH, DAN UDARA”

Dosen Pengampu

Evelyn, S.T, M.Sc, Ph.D

DISUSUN OLEH:

Yudistira Ilham Afrino


1707122620

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2019
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena berkat, Rahmat, dan hidayat serta petunjuk-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang “ Pengendalian Pencemaran Air, Udara, dan
Tanah“.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa itu
pencemaran dan apa saja cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan
pencemaran air, udara, dan tanah tersebut.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, Oleh karena itu saya mohon kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca.

Pekanbaru, Agustus 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Air...................................................................................... 3

2.2 Pencemaran Udara ................................................................................. 13

2.3 Pencemaran Tanah ................................................................................. 19

2.4 Pencegahan Pencemaran Air ................................................................. 24

2.5 Pencegahan Pencemaran Udara ............................................................. 26

2.6 Pencegahan Pencemaran Tanah ............................................................. 29

2.7 Peraturan Perundang-Undangan Pencemaran Air, Udara, Tanah ......... 31

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 36

3.2 Saran ...................................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia merupakan komponen lingkungan alam yang bersama-sama dengan
komponen alam lainnya, hidup bersama dan mengelola lingkungan dunia. Karena
manusia adalah makhluk yang memiliki akal dan pikiran, peranannya dalam
mengelola lingkungan sangat besar. Manusia dapat dengan mudah mengatur alam
dan lingkungannya sesuai dengan yang diinginkan melalui pemanfaatan ilmu dan
teknologi yang dikembangkannya. Akibat perkembangan ilmu dan teknologi yang
sangat pesat, kebudayaan manusia pun berubah dimulai dari budaya hidup
berpindah-pindah, kemudian hidup menetap dan mulai mengembangkan buah
pikirannya yang terus berkembang sampai sekarang ini.
Hasilnya berupa teknologi yang dapat membuat manusia lupa akan tugasnya
dalam mengelola bumi. Sifat dan perilakunya semakin berubah dari zaman ke
zaman. Sekarang ini manusia mulai bersifat boros, konsumtif dan cenderung
merusak lingkungannya.
Kerusakan lingkungan diakibatkan oleh berbagai faktor, antara lain oleh
pencemaran. Pencemaran ada yang diakibatkan oleh alam, dan ada pula yang
diakibatkan oleh perbuatan manusia. Pencemaran akibat alam antara lain letusan
gunung berapi. Bahan-bahan yang dikeluarkan oleh gunung berapi seperti asap
dan awan panas dapat mematikan tumbuhan, hewan bahkan manusia. Pencemaran
akibat manusia adalah akibat dari aktivitas yang dilakukannya. Lingkungan dapat
dikatakan tercemar jika dimasuki atau kemasukan bahan pencemar yang dapat
mengakibatkan gangguan pada mahluk hidup yang ada didalamnya. Gangguan itu
ada yang segera nampak akibatnya, dan ada pula yang baru dapat dirasakan oleh
keturunan berikutnya. Kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia di mulai
dari meningkatnya jumlah penduduk dari abad ke abad.
Dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 yang mengatur tentang Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup telah disebutkan bahwa pencemaran lingkungan

1
2

adalah masuknya atau dimasukkannya zat energi, makhluk hidup, dan atau
kponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan yang
diakibatkan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam yang menyebabkan
terjadinya penurunan kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat
Dapat disimpulkan bahwa pencemaran lingkungan adalah masuknya
kontaminan yang dapat mengganggu lingkungan sehingga menyebabkan kerugian
pada manusia atau makhluk hidup lain. Kontaminan bisa berupa zat kimia atau
energi. Peristiwa pencemaran lingkungan disebut polusi, dan zat atau bahan yang
mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Suatu zat disebut polutan bila
jumlahnya melebihi jumlah normal, berada pada tempat yang tidak tepat dan
berada pada waktu yang tidak tepat
Pencegahan dan penanggulangan pencemaran merupakan dua tindakan yang
tidak dapat dipisahkan, dalam arti kedua tindakan dilakukan untuk saling mengisi,
apabila tindakan pencegahan sudah tidak dapat dilakukan, maka dilakukan
tindakan penanggulangan. Namun demikian pada dasarnya tindakan pencegahan
lebih baik dan lebih diutamakan dilakukan sebelum tindaknya penanggulangan.
Pada prinsipnya tindakan pencegahan adalah berusaha untuk tidak menyebabkan
terjadinya pencemaran. Maka dari itu, makalah ini akan membahas mengenai
standar baku polutan di Indonesia baik dibidang air, udara dan tanah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Standar baku polusi air di Indonesia
2. Standar baku polusi udara di Indonesia
3. Standar baku polusi tanah di Indonesia
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini sebagai tugas dalam mata kuliah Pencegahan
Pencemaran dan menambah wawasan kita mengenai standar baku polusi baik
air, udara dan tanah di Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Air


2.1.1 Pengertian Pencemaran Air
Air merupakan sumber kehidupan di muka bumi ini, kita semua bergantung
pada air. Untuk itu diperlukan air yang dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya. Tapi pada akhir-akhir ini, persoalan penyediaan air yang memenuhi
syarat menjadi masalah seluruh umat manusia. Dari segi kualitas dan kuantitas air
telah berkurang yang disebabkan oleh pencemaran. Suatu sumber air dikatakan
tercemar tidak hanya karena tercampur dengan bahan pencemar, akan tetapi
apabila air tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan tertentu, sebagai contoh suatu
sungai yang mengandung logam berat atau mengandung bakteri penyakit masih
dapat digunakan untuk kebutuhan industri atau sebagai pembangkit tenaga listrik,
akan tetapi tidak dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga. Dalam praktek
operasionalnya, pencemaran lingkungan hidup tidak pernah ditunjukkan secara
utuh, melainkan sebagai pencemaraan dari komponen-komponen lingkungan
hidup, seperti pencemaran air, pencemaran air sungai, pencemaran air laut,
pencemaran air tanah dan pencemaran udara. Dengan demikian, definisi
pencemaran air mengacu pada definisi lingkungan hidup yang ditetapkan dalam
UU tentang lingkungan hidup yaitu UU No. 23/1997.
Menurut UU Republik Indonesia No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup
yaitu; masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam lingkungan hidup, oleh kegiatan manusia sehingga
kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup
tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Demikian pula dengan
lingkungan air yang terdapat di sungai yang dapat tercemar karena masuknya atau
dimasukannya mahluk hidup atau zat yang membahayakan bagi kesehatan.

3
4

2.1.2 Bahan Pencemar Air


Pada dasarnya Bahan Pencemar Air dapat dikelompokkan menjadi:
a) Sampah yang dalam proses penguraiannya memerlukan oksigen yaitu sampah
yang mengandung senyawa organik, misalnya sampah industri makanan, sampah
industri gula tebu, sampah rumah tangga (sisa-sisa makanan), kotoran manusia
dan kotoran hewan, tumbuh-tumbuhan dan hewan yang mati. Untuk proses
penguraian sampah-sampah tersebut memerlukan banyak oksigen, sehingga
apabila sampah-sampah tersebut terdapat dalam air, maka perairan (sumber air)
tersebut akan kekurangan oksigen, ikan-ikan dan organisme dalam air akan mati
kekurangan oksigen. Selain itu proses penguraian sampah yang mengandung
protein (hewani/nabati) akan menghasilkan gas H2S yang berbau busuk, sehingga
air tidak layak untuk diminum atau untuk mandi.
b) Bahan pencemar penyebab terjadinya penyakit, yaitu bahan pencemar yang
mengandung virus dan bakteri misal bakteri coli yang dapat menyebabkan
penyakit saluran pencernaan (disentri, kolera, diare, types) atau penyakit kulit.
Bahan pencemar ini berasal dari limbah rumah tangga, limbah rumah sakit atau
dari kotoran hewan/manusia.
c) Bahan pencemar senyawa anorganik/mineral misalnya logam-logam berat
seperti merkuri (Hg), kadmium (Cd), Timah hitam (pb), tembaga (Cu), garam-
garam anorganik. Bahan pencemar berupa logam-logam berat yang masuk ke
dalam tubuh biasanya melalui makanan dan dapat tertimbun dalam organ-organ
tubuh seperti ginjal, hati, limpa saluran pencernaan lainnya sehingga mengganggu
fungsi organ tubuh tersebut.
d) Bahan pencemar organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yaitu
senyawa organik berasal dari pestisida, herbisida, polimer seperti plastik, deterjen,
serat sintetis, limbah industri dan limbah minyak. Bahan pencemar ini tidak dapat
dimusnahkan oleh mikroorganisme, sehingga akan menggunung dimana-mana
dan dapat mengganggu kehidupan dan kesejahteraan makhluk hidup.
e) Bahan pencemar berupa makanan tumbuh-tumbuhan seperti senyawa nitrat,
senyawa fosfat dapat menyebabkan tumbuhnya alga (ganggang) dengan pesat
sehingga menutupi permukaan air. Selain itu akan mengganggu ekosistem air,
5

mematikan ikan dan organisme dalam air, karena kadar oksigen dan sinar
matahari berkurang. Hal ini disebabkan oksigen dan sinar matahari yang
diperlukan organisme dalam air (kehidupan akuatik) terhalangi dan tidak dapat
masuk ke dalam air.
f) Bahan pencemar berupa zat radioaktif, dapat menyebabkan penyakit kanker,
merusak sel dan jaringan tubuh lainnya. Bahan pencemar ini berasal dari limbah
PLTN dan dari percobaan-percobaan nuklir lainnya.
g) Bahan pencemar berupa endapan/sedimen seperti tanah dan lumpur akibat
erosi pada tepi sungai atau partikulat-partikulat padat/lahar yang disemburkan
oleh gunung berapi yang meletus, menyebabkan air menjadi keruh, masuknya
sinar matahari berkurang, dan air kurang mampu mengasimilasi sampah.
h) Bahan pencemar berupa kondisi (misalnya panas), berasal dari limbah
pembangkit tenaga listrik atau limbah industri yang menggunakan air sebagai
pendingin. Bahan pencemar panas ini menyebabkan suhu air meningkat tidak
sesuai untuk kehidupan akuatik (organisme, ikan dan tanaman dalam air).
Tanaman, ikan dan organisme yang mati ini akan terurai menjadi senyawa-
senyawa organik. Untuk proses penguraian senyawa organik ini memerlukan
oksigen, sehingga terjadi penurunan kadar oksigen dalam air.

2.1.3 Indikator Pencemaran Air Sungai


Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya
perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi :
a. Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
tingkatkejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya
perubahanwarna, bau dan rasa,
b. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
zatkimia yang terlarut dan perubahan pH,
c. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.
Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air sungai
terbagi dua jenis, yaitu parameter kimia dan parameter fisika. Parameter kimia
6

antara lain derajat keasaman (pH), Biologycal Oxygen Demand (BOD), Chemical
Oxygen Demand (COD), Dissolved Oxygen(DO), lemak dan minyak, serta
Nitrogen amoniak (NH3 – N), Sedangkan parameter fisika antara lain suhu, Total
Suspended Solid (TSS) dan Total Dissolved Solid (TDS).

2.1.3.1 Parameter Kimia


a) Derajat Keasaman (pH), Derajat keasaman adalah ukuran untuk menentukan
sifat asam dan basa. Perubahan pH di suatu air sangat berpengaruh terhadap
proses fisika, kimia, maupun biologi dari organisme yang hidup di dalamnya.
Derajat keasaman diduga sangat berpengaruh terhadap daya racun bahan
pencemaran dan kelarutan beberapa gas, serta menentukan bentuk zat
didalam air. Nilai pH air digunakan untuk mengekpresikan kondisi keasaman
(kosentrasi ion hidrogen) air limbah. Skala pH berkisar antara 1-14. Kisaran
nilai pH 1-7 termasuk kondisi asam, pH 7-14 termasuk kondisi basa, dan pH
7 adalah kondisi netral. Air limbah dan buangan industri akan mengubah pH
air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota akuatik.
b) Biologycal Oxygen Demand (BOD), Kebutuhan oksigen Biokimia atau BOD
adalah banyaknya oksigen yangdibutuhkan oleh mikroorganisme untuk
menguraikan bahan organiknya yangmudah terurai. Bahan organik yang tidak
mudah terurai umumnya berasal darilimbah pertanian, pertambangan dan
industri. Parameter BOD ini merupakansalah satu parameter yang di lakukan
dalam pemantauan parameter air, khusunyapencemaran bahan organik yang
tidak mudah terurai. BOD menunjukkan jumlahoksigen yang dikosumsi oleh
respirasi mikro aerob yang terdapat dalam botol BOD yang diinkubasi pada
suhu sekitar 20 0C selama lima hari, dalam keadaantanpa cahaya. Kadar
maksimum BOD5 yang diperkenankan untuk kepentingan air minum dan
menopang kehidupan organisme akuatik adalah 3,0-6,0 mg/L berdasarkan
UNESCO/WHO/UNEP,1992.Sedangkanberdasarkan kep.51/MENKLH/10/1
995 nilai BOD5 untuk baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri
golongan I adalah 50 mg/L dan golongan II adalah 150 mg/L.
7

c) Chemical Oxygen Demand (COD),Kebutuhan oksigen kimiawi atau COD


menggambarkan jumlah totaloksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
bahan organik secara kimiawi, baikyang dapat didegradasi secara biologis
maupun yang sukar didegradasi secara biologis menjadi CO2 dan H2O.
Keberadaan bahan organik dapat berasal dari alam ataupun dari aktivitas
rumah tangga dan industri. Perairan yang memiliki nilai COD tinggi tidak
diinginkan bagi kepentingan perikanan dan petanian. Nilai COD pada
perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 29 mg/liter. Sedangkan
pada perairan yang tercemar dapat lebih dari 200 mg/liter pada limbah
industri dapat mencapai 60.000 mg/liter.
d) Dissolved Oxygen (DO), oksigen terlarut atau DO adalah jumlah oksigen
yang diperlukan untuk proses degradasi senyawa organik dalam air. Oksigen
dapat dihasilkan dari atmosfir atau dari hasil fotosintesis. Kelarutan oksigen
dalam air bergantung pada temperature dan tekanan atmosfir. Berdasarkan
data-data temperatur dan tekanan, maka kelarutan oksigen jenuh dalam air
pada 25oC dan tekanan 1 atm adalah 8,32 mg/L (Warlina, 1985).
e) Lemak dan Minyak, Merupakan zat pencemar yang sering dimasukkan
kedalam kelompokpadatan, yaitu padatan yang mengapung di atas permukaan
air. Menurut Sugiharto (1987), bahwa lemak tergolong benda organik yang
relatif tidak mudah teruraikan oleh bakteri. Terbentuknya emulsi air dalam
minyak akan membuat lapisan yang menutup permukaan air dan dapat
merugikan, karena penetrasi sinar matahari ke dalam air berkurang serta
lapisan minyak menghambat pegambilan oksigen dari udara sehingga oksigen
terlarut menurun. Untuk air sungai kadar maksimum lemak dan minyak 1
mg/l.
f) Nitrogen Amoniak(NH3-N), Merupakan salah satu parameter dalam
menentukan kualitas air, baik airminum maupun air sungai. Amoniak berupa
gas yang berbau tidak enak sehingga20 kadarnya harus rendah, pada air
minum kadarnya harus nol sedangkan air surgai kadarnya 0.5 mg/l.
8

2.1.3.2 Parameter Fisika


a) Suhu, Menurut Effendi (2003), suhu dari suatu badan air dipengaruhi
olehmusim, lintang (latitute),ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam
hari,sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air,
adalahsalah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan organisme,
karena suhumempengaruhi baik aktivitas metabolisme maupun
pengembangbiakan dariorganisme-organisme tersebut.
b) Total Suspended Solid (TSS),Total Suspended Solid atau padatan
tersuspensi adalah padatan yangmenyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut,
dan tidak dapat mengendap. Padatantersuspensi terdiri dan partikel-
partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecildari pada sedimen,
seperti bahan-bahan Organik tertentu, tanah liat dan lainnya.Partikel
menurunkan intensitas cahaya yang tersuspensi dalam air umumnyaterdiri
dari fitoplankton, zooplankton, kotoran hewan, sisa tanaman dan
hewan,kotoran manusia dan limbah industri.
c) Total Dissolved Solid (TDS),Total Dissolved Solid atau padatan terlarut
adalah padatan-padatan yangmempunyai ukuran lebih kecil dari padatan
tersuspensi. Bahan-bahan terlarutpada perairan alami tidak bersifat toksik,
akan tetapi jika berlebihan dapatmeningkatkan nilai kekeruhan yang
selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan
akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis diperairan.
2.1.4 Penyebab Terjadinya Pencemaran Air
Pencemaran air dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu pencemaran yang
disebabkan oleh alam dan pencemaran yang disebabkan oleh ulah manusia.
Pencemaran air yang disebabkan oleh alam antara lain akibat desposisi asam,
kebakaran hutan, meletusnya gunung berapi, serta endapan hasil erosi. Sementara
pencemaran air yang disebabkan oleh ulah manusia terbagi menjadi beberapa
sumber pencemaran, antara lain limbah industri, limbah pemukiman, limbah
pertanian, limbah rumah sakit, dan limbah pertambangan.
9

2.1.4.1 Pencemaran Air yang Disebabkan oleh Alam


a) Desposisi Asam, Kelebihan zat asam pada sungai akan mengakibatkan
sedikitnya spesies yang bertahan. Jenis plankton dan invertebrata
merupakan mahkluk yang paling pertama mati akibat pengaruh
pengasaman. Jika sungai memiliki pH dibawah 5, lebih dari 75 % dari
spesies ikan akan hilang (Anonim, 2002). Ini disebabkan oleh pengaruh
rantai makanan, yang secara signifikan berdampak pada keberlangsungan
suatu ekosistem. Tidak semua sungai yang terkena hujan asam akan
menjadi pengasaman, dimana telah ditemukan jenis batuan dan tanah yang
dapat membantu menetralkan keasaman.
b) Kebakaran Hutan, Kebakaran hutan memang tidak secara signifikan
menyebabkan perubahan kualitas air, namun kebakaran hutan bisa
menyebabkan terganggunya ekosistem makhkluk hidup yang ada di sungai
yang disebabkan faktor asap. Tebalnya asap menyebabkan matahari sulit
untuk menembus dalamnya lautan. Pada akhirnya hal ini akan membuat
beberapa spesies tumbuhan yang hidup di sungai menjadi sedikit terhalang
untuk melakukan fotosintesa dan ikan-ikan sulit bernafas karena
kandungan CO2 yang berlebih.
c) Letusan Gunung Berapi, letusan gunung berapi menyebabkan sungai atau
danau tercemar karena bebatuan serta materi-materi yang terbawa dari
gunung mengendap di sungai. Jika materi yang mengendap bervolume
besar, maka hal ini menyebabkan ikan-ikan mati bila tertumpuk oleh
bebatuan tersebut. Selain itu, materi-materi yang bervolume kecil
menyebabkan sungai keruh dan mempengaruhi ekosistem di sungai.
d) Endapan Hasil Erosi, Tebalnya lumpur yang terbawa erosi akan
mengalami pengendapan di bagian hilir sungai. Ancaman yang muncul
adalah meluapnya sungai bersangkutan akibat erosi yang terus
menerus.Ketika air hujan tidak lagi memiliki penghalang dalam menahan
lajunya maka ia akan membawa seluruh butir tanah yang ada di atasnya
untuk masuk kedalam sungai-sungai yang ada. Akibatnya adalah sungai
10

menjadi sedikit keruh. Hal ini akan terus berulang apabila ada hujan di atas
gunung ataupun di hulu sungai sana.

2.1.4.2 Pencemaran Air yang Disebabkan oleh Ulah Manusia


a) Limbah Industri
Limbah industri sangat potensial sebagai penyebab terjadinya pencemaran
air sungai. Pada umumnya limbah industri mengandung limbah B3, yaitu bahan
berbahaya dan beracun. Menurut PP 18 tahun 99 pasal 1, “limbah B3 adalah sisa
suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang
dapat mencemarkan atau merusak lingkungan hidup sehingga membahayakan
kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk lainnya.”. Karakteristik
limbah B3 adalah korosif/ menyebabkan karat, mudah terbakar dan meledak,
bersifat toksik/ beracun dan menyebabkan infeksi/ penyakit. Limbah industri yang
berbahaya antara lain yang mengandung logam dan cairan asam. Misalnya limbah
yang dihasilkan industri pelapisan logam, yang mengandung tembaga dan nikel
serta cairan asam sianida, asam borat, asam kromat, asam nitrat dan asam fosfat.
Limbah ini bersifat korosif, dapat mematikan tumbuhan dan hewan air. Pada
manusia menyebabkan iritasi pada kulit dan mata, mengganggu pernafasan dan
menyebabkan kanker. Logam yang paling berbahaya dari limbah industri adalah
merkuri atau yang dikenal juga sebagai air raksa (Hg) atau air perak. Limbah yang
mengandung merkuri selain berasal dari industri logam juga berasal dari industri
kosmetik, batu baterai, plastik dan sebagainya. Di Jepang antara tahun 1953-
1960, lebih dari 100 orang meninggal atau cacat karena mengkonsumsi ikan yang
berasal dari Teluk Minamata. Teluk ini tercemar merkuri yang bearasal dari
sebuah pabrik plastik. Senyawa merkuri yang terlarut dalam air masuk melalui
rantai makanan, yaitu mula-mula masuk ke dalam tubuh mikroorganisme yang
kemudian dimakan yang dikonsumsi manusia. Bila merkuri masuk ke dalam
tubuh manusia melalui saluran pencernaan, dapat menyebabkan kerusakan akut
pada ginjal sedangkan pada anak-anak dapat menyebabkan Pink Disease/
acrodynia, alergi kulit dan disease/ mucocutaneous lymph node syndrome.
11

b) Limbah Pemukiman
Limbah pemukiman mengandung limbah domestik berupa sampah organik
dan sampah anorganik serta deterjen. Sampah organik adalah sampah yang dapat
diuraikan atau dibusukkan oleh bakteri. Contohnya sisa-sisa sayuran, buah-
buahan, dan daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik seperti kertas, plastik,
gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah ini
tidak dapat diuraikan oleh bakteri (non biodegrable). Sampah organik yang
dibuang ke sungai menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen terlarut, karena
sebagian besar digunakan bakteri untuk proses pembusukannya. Apabila sampah
anorganik yang dibuang ke sungai, cahaya matahari dapat terhalang dan
menghambat proses fotosintesis dari tumbuhan air dan alga, yang menghasilkan
oksigen. Tentunya anda pernah melihat permukaan air sungai atau danau yang
ditutupi buih deterjen. Deterjen merupakan limbah pemukiman yang paling
potensial mencemari air. Pada saat ini hampir setiap rumah tangga menggunakan
deterjen, padahal limbah deterjen sangat sukar diuraikan oleh bakteri sehingga
tetap aktif untuk jangka waktu yang lama. Penggunaan deterjen secara besar-
besaran juga meningkatkan senyawa fosfat pada air sungai atau danau. Fosfat ini
merangsang pertumbuhan ganggang dan eceng gondok. Pertumbuhan ganggang
dan eceng gondok yang tidak terkendali menyebabkan permukaan air danau atau
sungai tertutup sehingga menghalangi masuknya cahaya matahari dan
mengakibatkan terhambatnya proses fotosintesis. Jika tumbuhan air ini mati, akan
terjadi proses pembusukan yang menghabiskan persediaan oksigen dan
pengendapan bahan-bahan yang menyebabkan pendangkalan.
c) Limbah Pertanian
Pupuk dan pestisida biasa digunakan para petani untuk merawat
tanamannya. Namun pemakaian pupuk dan pestisida yang berlebihan dapat
mencemari air. Limbah pupuk mengandung fosfat yang dapat merangsang
pertumbuhan gulma air seperti ganggang dan eceng gondok. Pertumbuhan gulma
air yang tidak terkendali ini menimbulkan dampak seperti yang diakibatkan
pencemaran oleh deterjen. Limbah pertanian dapat mengandung polutan
insektisida atau pupuk organik. Insektisida dapat mematikan biota sungai. Jika
12

biota sungai tidak mati kemudian dimakan hewan atau manusia orang yang
memakannya akan keracunan. Untuk mencegahnya, upayakan agar memilih
insektisida yang berspektrum sempit (khusus membunuh hewan sasaran) serta
bersifat biodegradabel (dapat terurai oleh mikroba) dan melakukan penyemprotan
sesuai dengan aturan. Jangan membuang sisa obet ke sungai. Sedangkan pupuk
organik yang larut dalam air dapat menyuburkan lingkungan air (eutrofikasi).
Karena air kaya nutrisi, ganggang dan tumbuhan air tumbuh subur (blooming).
Hal yang demikian akan mengancam kelestarian bendungan. bemdungan akan
cepat dangkal dan biota air akan mati karenanya. Selain itu penggunaan pupuk
yang terus menerus dalam pertanian akan merusak struktur tanah, yang
menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami jenis tanaman
tertentu karena hara tanah semakin berkurang. Penggunaan pestisida bukan saja
mematikan hama tanaman tetapi juga mikroorga-nisme yang berguna di dalam
tanah. Padahal kesuburan tanah tergantung pada jumlah organisme di dalamnya.
Sedangkan penggunaan pestisida yang terus menerus akan mengakibatkan hama
tanaman kebal terhadap pestisida tersebut.

2.1.5 Dampak Pencemaran Air


Pada saat ini, limbah kegiatan industri dikatakan telah mengancam
seluruh.negeri. Hal ini disebabkan karena melalui mekanisme alam seperti tiupan
angin, aliran air sungai, daya rambat di tanah melalui difusi limbah tersebut dapat
menyebar ke mana-mana. Buangan di perairan menyebabkan masalah kehidupan
biota dalam bentuk keracunan bahkan kematian. Gangguan terhadap biota
perairan telah menimbulkan dampak penurunan kualitas dan kuantitas biota
perairan (ikan dan udang). Kelebihan pupuk yang dialirkan ke rawa atau ke danau
dapat menimbulkan suburnya enceng gondok. Selain itu, erosi lumpur yang
terbawa ke laut kemudian diendapkan mengakibatkan tertutupnya permukaan
karang yang pada akhirnya menyebabkan kematian karang.

Akibat pencemaran itu kehidupan dalam air dapat terganggu dengan


mematikan binatang-binatang dan tumbuh-tumbuhan dalam air karena oksigen
yang terlarut dalam air akan habis dipakai untuk dekomposisi aerobik dari zat-zat
13

organik yang banyak terkandung dalam air buangan. Pencemaran limbah ke


lingkungan perlu diperhatikan dan diantisipasi dengan baik, lebih-lebih terhadap
air sungai, karena air sungai dipakai penduduk untuk berbagai keperluan.
Pencemaran sungai oleh air buangan ditinjau dari sudut mikrobiologi antara lain :
pencemaran bakteri patogen dan non patogen serta bahan organik. Banyaknya
bahan organik akan merangsang pertumbuhan mikroorganisme menjadi pesat. Hal
ini mengakibatkan pemakaian oksigen akan cepat dan meningkat, akibatnya kadar
oksigen terlarut dalam air akan menipis dan menjadi sedikit sekali, yang akhirya
mengakibatkan mikroorganisme dan organisme air lainnya yang memerlukan
oksigen mati. Ekologi air akan berubah drastis. Keadaan menjadi anaerobik,
sehingga air sungai busuk, dan tidak sehat bagi pertumbuhan mikroorganisme
flora dan fauna air itu. Lingkungan hidup yang demikian ini sudah rusak dan
tidak layak lagi bagi kebutuhan hidup kita (Ardhana, 1994).

2.2 Pencemaran Udara


2.2.1 Pengertian Pencemaran Udara
Pencemaran udara atau sering kita dengar dengan istilah polusi udara
diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang
menyebabkan perubahan susunan atau komposisi udara dari keadaan normalnya.
Pencemaran udara disebabkan oleh berbagai macam zat kimia, baik berdampak
langsung maupun tidak langsung yang semakin lama akan semakin mengganggu
kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan.
Pencemaran dapat terjadi dimana-mana. Bila pencemaran tersebut terjadi di
dalam rumah, di ruang-ruang sekolah ataupun di ruang-ruang perkantoran maka
disebut sebagai pencemaran dalam ruang (indoor pollution). Sedangkan bila
pencemarannya terjadi di lingkungan rumah, perkotaan, bahkan regional maka
disebut sebagai pencemaran di luar ruang (outdoor pollution).
Umumnya, polutan yang mencemari udara berupa gas dan asap. Gas dan
asap tersebut berasal dari hasil proses pembakaran bahan bakar yang tidak
sempurna, yang dihasilkan oleh mesin-mesin pabrik, pembangkit listrik dan
kendaraan bermotor. Selain itu, gas dan asap tersebut merupakan hasil oksidasi
14

dari berbagai unsur penyusun bahan bakar, yaitu: CO2 (karbondioksida), CO


(karbonmonoksida), SOx (belerang oksida) dan NOx (nitrogenoksida).

2.2.2 Klasifikasi Pencemar Udara


Bahan baku pencemar udara terbagi menjadi dua bagian, diantaranya adalah
sebagai berikut.
a. Polutan Primer
Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber
tertentu. Polutan primer berupa polutan gas dan partikel.Polutan gas terdiri
dari:senyawa karbon, senyawa sulfur, senyawa nitrogen , senyawa halogen.
Partikel yang di atmoser mempunyai karakteristik yang spesifik, dapat
berupa zat padat maupun suspensi aerosol caor di atmosfer. Bahan partikel
tersebut berasal dari proses kondensasi, proses disperse, maupun proses
erosi bahan tertentu. Asap sering kali dipakai untuk menunjukkan campuran
bahan partikulat, uap, gas, dan kabut.

b. Polutan Sekunder
Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan
kimia di udara, Misalnya reaksi foto kimia. Sebagai contoh adalah
disosiasi NO2 dan O radikal. Sifat fisik dari polutan sekunder terbagi ats
dua yaitu sifat fisik dan kimia yang tidak stabil. Termasuk dalam polutan
sekunder ini adalah Ozon ,Peroxy Acyl Nitrat (PAN), dan Formaldehid.

2.2.3 Indikator Pencemaran Udara


Ada beberapa indikator yang bisa digunakan untuk mendeteksi udara yang
tercemar, diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Indikator Fisik
Indikator fisik yang dapat digunakan untuk mengetahui adanya polusi
udara adalah sifat-sifat udara yang dapat diamati. Udara yang bersih
seharusnya tidah berwarna dan tidak berbau. Adanya warna atau bau pada
udara menunjukkan adanya polutan. Meski demikian, banyak polutan udara
yang tidak berwarna dan tidak berbau sehingga sulit dideteksi secara fisik.
15

b. Indikator Kimia
Data yang ditampilkan pada papan ISPU merupakan hasil pemantauan
konsentrasi rata-rata berbagai polutan udara selama periode 24 jam, jenis
polutan yang dipantau antara lain karbon monoksida (CO), sulfur dioksida
(SO2), ozon (O2) dan materi partikulat (debu). Konsentrasi senyawa-
senyawa polutan itu sendiri di udara dapat menjadi indikator polusi udara
yaitu indikator kimia. Kandungan senyawa kimia di udara secara normal
terutama adalah N2 (nitrogen). Senyawa gas lainnya termasuk gas-gas
polutan, hanya terdapat dalam konsentrasi relatif sangat sedikit. Oleh karena
itu, peningkatan konsentrasi senyawa-senyawa polutan di udara merupakan
indikator bagi tingkat polusi udara.
c. Indikator Biologi
Makhluk hidup yang rentan pada perubahan konsentrasi zat polutan di
udara dapat dijadikan indikator biologi. Contoh indikator biologi untuk
mengamati tingkat polusi udara adalah lumut keras (Lichenes). Lumut kerak
merupakan simbiosis udara algee fotosintetik atau cyanobakteria dengan
fungi. Makhluk hidup ini dapat kamu temukan banyak menempel di batang
pohon atau di permukaan batuan. Lumut kerak terdiri atas beberapa
kelompok yang masing-masing memiliki tingkat sensitivitas berbeda
terhadap polutan udara. Oleh karena itu, keberadaan kelompok lumut kerak
tertentu disuatu wilayah dapat menjadi indikator bagi tingkat polusi udara di
wilayah tersebut.

2.2.4 Penyebab Terjadinya Pencemaran Udara


Pembangunan yang berkembang pesat dewasa ini, khususnya dalam industri
dan teknologi, serta meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang
menggunakan bahan bakar fosil (minyak) menyebabkan udara yang kita hirup di
sekitar kita menjadi tercemar oleh gas-gas buangan hasil pembakaran.
Secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu :
a. Karena faktor internal (secara alamiah)
16

Contohnya seperti debu yang beterbangan akibat tiupan angin, dan abu
(debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi berikut gas-gas
vulkanik, serta proses pembusukan sampah organik, dll
b. Karena faktor eksternal (karena ulah manusia)
Contohnya seperti hasil pembakar bahan bakar fosil, debu/serbuk dari
kegiatan industry, serta pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke
udara
Kualitas udara sangat dipengaruhi oleh besar dan jenis sumber pencemar
yang ada seperti dari kegiatan industri, kegiatan transportasi dan lain-lain.
Masing-masing sumber pencemar yang berbeda-beda baik jumlah, jenis, dan
pengaruhnya bagi kehidupan. Pencemar udara yang terjadi sangat ditentukan oleh
kualitas bahan bakar yang digunakan, teknologi serta pengawasan yang dilakukan.
Sumber pencemaran umumnya dari kegiatan industri pengolahan,
transportasi dan rumah tangga. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan
ternyata 70% dari total emisi yang dibuang ke udara berasal dari gas buang
kendaraan bermotor. Pencemaran udara yang melampaui batas kewajaran akan
menimbulkan dampak terhadap makhluk hidup yang hidup di atas bumi ini.
Oleh sebab itu, maka dipahami dampak apa saja yang dapat ditimbulkan
oleh pencemaran udara khususnya terhadap tumbuhan. Seiring dengan laju
pertambahan kendaraan bermotor, maka konsumsi bahan bakar juga mengalami
peningakatan dan berujung pada bertambahnya jumlah polutan yang dilepaskan ke
udara. Di Indonesia kurang lebih 70 % pencemaran udara disebabkan oleh emisi
kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang
memiliki dampak negatif baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap
lingkungannya.
Kendaraan bermotor merupakan sumber pencemaran udara yaitu dengan
dihasilkannya gas CO, HC, NOx yang merupakan bahan logam timah yang
ditambahkan kedalam bensin berkualitas rendah untuk meningkatkan nilai oktan
guna mencegah terjadinya letupan pada bensin. Peningkatan polusi udara yang
signifikan dari tahun ketahun disebabkan oleh naiknya angka pertumbuhan
pemakaian kendaraan. kondisi ini diperparah dengan angka pertumbuhan jalan
17

yang tidak sebanding dengan pertumbuhan kendaraan bermotor yang hanya 2%


pertahun, semakin memperburuk kondisi udara diberbagai kota. Sektor
transportasi telah dikenal sebagai salah satu sektor yang sangat berperan dalam
pembangunan ekonomi yang menyeluruh. Penggunaan bahan bakar minyak secara
intensif dalam sektor ini menjadi penyebab utama timbulnya dampak terhadap
lingkungan udara terutama didaerah perkotaan.

2.2.5 Dampak Pencemaran Udara


Dampak dari pencemaran udara adalah sebagai berikut.
a. Terhadap Lingkungan Alam
Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan
alam, yaitu:
1. Hujan Asam
Hujan asam adalah hujan yang memiliki kandungan pH (derajat
keasaman) kurang dari 5,6. SO2 dan NOx (NO2 dan NO3) yang
dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar fosil (kendaraan
bermotor) dan pembakaran batubara (pabrik dan pembangkit energi
listrik) akan menguap ke udara. Sebagian lainnya bercampur dengan O2
yang dihirup oleh makhluk hidup dan sisanya akan langsung mengendap
di tanah sehingga mencemari air dan mineral tanah. SO2 dan NOx (NO2
dan NO3) yang menguap ke udara akan bercampur dengan embun.
Dengan bantuan cahaya matahari, senyawa tersebut akan diubah menjadi
tetesan-tetesan asam yang kemudian turun ke bumi sebagai hujan asam.
Namun, bila H2SO2 dan HNO2 dalam bentuk butiran-butiran padat dan
halus turun ke permukaan bumi akibat adanya gaya gravitasi bumi, maka
peristiwa ini disebut dengan deposisi asam.
2. Penipisan Lapisan Ozon
Ozon (O3) adalah senyawa kimia yang memiliki 3 ikatan yang tidak
stabil. Di atmosfer, ozon terbentuk secara alami dan terletak di lapisan
stratosfer pada ketinggian 15-60 km di atas permukaan bumi. Fungsi dari
18

lapisan ini adalah untuk melindungi bumi dari radiasi sinar ultraviolet
yang dipancarkan sinar matahari dan berbahaya bagi kehidupan.
Diyakini bahwa penyebab menipisnya lapisan ozon ini adalah gas
CFC baik CFC-11(CFCl2) dan CFC-12 (CF2Cl2). Gas ini banyak
dipergunakan dalam industri untuk pendingin yang lebih dikenal dengan
istilah freon (Graedel and Crutzen, 1990).
3. Pemanasan Global
Pemanasan global adalah kenaikan suhu rata-rata di seluruh dunia
dan menimbulkan dampak berupa berubahnya pola iklim. Permukaan
bumi akan menyerap sebagian radiasi matahari yang masuk ke bumi dan
memantulkan sisanya. Namun, karena meningkatnya CO2 di lapisan
atmosfer maka pantulan radiasi matahari dari bumi ke atmosfer tersebut
terhalang dan akan kembali dipantulkan ke bumi. Akibatnya, suhu di
seluruh permukaan bumi menjadi semakin panas (pemanasan global).
Peristiwa ini sama dengan yang terjadi di rumah kaca. Rumah kaca
membuat suhu di dalam ruangan rumah kaca menjadi lebih panas bila
dibandingkan di luar ruangan. Hal ini dapat terjadi karena radiasi
matahari yang masuk ke dalam rumah kaca tidak dapat keluar.
b. Terhadap Kesehatan Manusia
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh
melalui sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh
bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat
tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat berukuran
kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar
diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA (infeksi
saluran pernapasan akut), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan
gangguan pernapasan lainnya.

Partikel yang mencemari udara dapat merusak lingkungan, manusia,


tanaman, dan hewan. Udara yang telah tercemar oleh partikel dapat
menimbulkan berbagai penyakit saluran pernapasan atau pneumokoniosis
19

yang merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya


partikel yang masuk atau mengendap di dalam paru-paru akan menentukan
letak penempelan atau pengendapannya. (Wardhana, Wisnu Arya 1999).

2.3 Pencemaran Tanah


2.3.1 Pengertian Pencemaran Tanah
Polusi tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk
dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena:
kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial;
penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan
sub-permukaan; kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau
limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang
langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).

Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah,


maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah.
Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia
beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada
manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.

Selain udara dan air, tanah juga bisa terkena pencemaran oleh setiap
aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh manusia modern bagi kehidupan. Tanah
sangatlah penting, terutama bagi kehidupan semua makhluk hidup, karena tanah
berfungsi sebagai penyedia papan maupun pangan bagi kehidupan makhluk hidup.
Sebaliknya tanah juga berfungsi sebagai media bagi penyebaran penyakit-
penyakit yang dapat mengganggu kesehatan makhluk hidup dan lingkungan di
sekitarnya.

Sumber-sumber yang menyebabkan tanah tidak subur adalah sebagai


berikut :

 Limbah pertanian
 Limbah pabrik/industri
 Rumah tangga
20

 Bahan-bahan yang tak dapat diuraikan oleh microorganism misalnya


plastik.

Plastik adalah senyawa polimer alkena dengan bentuk molekul sangat


besar. Plastik tidak bisa diuraikan oleh mikroorganisme, akibatnya sampah plastik
tidak bisa dibusukkan dan akan menumpuk sehingga mengganggu kesuburan
tanah. Pada gambar disamping tampak sampah-sampah plastik dan kaleng, hal itu
akan sangat mengganggu kesuburan tanah karena tidak bisa diuraikan dan
dibusukkan oleh mikroorganisme.

Begitu juga dengan penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan,


ternyata dapat menimbulkan pencemaran tanah. Beberapa tumbuhan justru tidak
dapat tumbuh dengan subur lantaran pH tanah yang berubah akibat penambahan
pupuk yang tidak sesuai. Selain itu sebagian sisa dari pupuk akan hanyut terbawa
air sehingga mencemarkan air sungai atau danau.

2.3.2 Penyebab Polusi Tanah.

1. Limbah domestik

Limbah domestik dapat berasal dari daerah pemukiman penduduk,


perdagangan, pasar,tempat usaha, hotel, kantor-kantor pemerintahan dan
swasta dan tempat wisata, dapat berupalimbah padat dan cair.

1) Limbah padat berupa sampah anorganik. Jenis sampah ini tidak dapat
diuraikan olehmikroorganisme (non-biodegradable), misalnya kan-tong
plastik, bekas kaleng minuman, bekas botol plastik air mineral, dsb.
2) Limbah cair berupa; tinja, deterjen, oli, cat, jika meresap kedalam tanah
akan merusak kandungan air tanah bahkan dapat membunuh mikro-
organisme di dalam tanah. Timbulan sampah yang berasal dari limbah
domestik dapat mengganggu/ mencemari karena lindi (air sampah), bau
dan estika. Timbulan sampah juga menutupi permukaan tanah sehingga
tanah tidak bisa dimanfaatkan. Selain itu, timbunan sampah dapat
menghasilkan gas nitrogen dan asam sulfida, adanya zatmercury, chrom
dan arsen pada timbunan sampah dapat menimbulkan gangguan
21

terhadap biotanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur


tanah. Limbah lain seperti oksidalogam, baik yang terlarut maupun
tidak pada permukaan tanah menjadi racun. Sampah anorganik
tidak ter-biodegradasi, yang menyebabkan lapisan tanah tidak
dapatditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air sehingga
peresapan air dan mineral yang dapatmenyuburkan tanah hilang dan
jumlah mikroorganisme di dalam tanahpun akan berkurang akibatnya
tanaman sulit tumbuh bahkan mati karena tidak memperoleh makanan
untuk berkembang. Limbah cair rumah tangga berupa; tinja, deterjen,
oli bekas, cat, jika meresap kedalam tanah akan merusak kandungan air
tanah bahkan zat-zat kimia yang terkandung di dalamnya dapat
membunuh mikro-organisme di dalam tanah.
2. Limbah Industri

Limbah domestik dapat berasal dari daerah pemukiman penduduk,


perdagang-an/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain, kelembagaan misalnya
kantor-kantor pemerintahandan swasta, dan wisata, dapat berupa limbah padat
dan cair.

Limbah industri berupa limbah padat yang merupakan hasil buangan


industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan.
Misalnya sisa pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood,
pengawetan buah, ikan daging dll.

Limbah cair yang merupakan hasil pengolahan dalam suatu proses


produksi, misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri
kimia lainnya. Tembaga,timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah zat-zat
yang dihasilkan dari proses industri pelapisan logam. Limbah padat hasil
buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari
proses pengolahan.

Penimbunan limbah padat mengakibatkan pembusukan yang menimbulkan


bau disekitarnya karena adanya reaksi kimia yang menghasilkan gas tertentu.
Dengan tertimbunnya limbah ini dalam jangka waktu lama, permukaan tanah
22

menjadi rusak dan air yang meresap ke dalam tanah terkontaminasi dengan
bakteri tertentu yang mengakibatkan turunnya kualitas air tanah pada musim
kemarau. Selain itu timbunan akan mengering dan mengundang bahaya
kebakaran. Limbah cair sisa hasil industri pelapisan logam yang mengandung
zat-zat seperti tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron merupakan zat
yang sangat beracun terhadap mikroorganisme. Jika meresap ke dalam tanah
akan mengakibatkan kematian bagi mikroorganisme yang memiliki fungsi
sangat penting terhadap kesuburan tanah.

3. Limbah Pertanian

Limbah pertanian berupa sisa-sisa pupuk sintetik untuk menyuburkan


tanah atau tanaman, misalnya pupuk urea, pestisida pemberantas hama
tanaman, misalnya DDT. Penggunaan pupuk yang terus menerus dalam
pertanian akan merusak struktur tanah, yang menyebabkan kesuburan tanah
berkurang dan tidak dapat ditanami jenis tanaman tertentu karenahara tanah
semakin berkurang. Penggunaan pestisida bukan saja mematikan hama
tanaman tetapi juga mikroorga-nisme yang berguna di dalam tanah. Padahal
kesuburan tanah tergantung pada jumlah organisme didalamnya. Selain itu
penggunaan pestisida yang terus menerus akan mengakibatkan hama tanaman
kebal terhadap pestisida tersebut.

2.3.3 Proses Terjadinya Pencemaran Tanah

Yang dimaksud pencemaran tanah / air pertanian adalah pencemaran oleh


pestisida, terutama DDT. Usaha manusia untuk memberantas hama tanaman yang
dapat merusak / menurunkan hasil panen dijalankan terutama dengan memakai
DDT.

Akibat sampingannya adalah terbunuhnya makhluk hidup lain yang tidak


dikehendaki. Beberapa hal yang perlu dicermati perihal DDT antara lain;

 Sifat kimiawi DDT adalah sangat stabil yaitu tidak terurai dalam alam
sehingga zat tersebut akan mengendap di dalam tanah atau di dasar
sungai, danau, atau laut.
23

 DDT akan larut dalam lemak sehingga DDT dapat tertimbun dalam
jaringan tubuh makhluk hidup, baik tumbuhan, hewan maupun
manusia.

Air yang berasal dari sawah petani yang memakai DDT sebagai
pemberantas hama tentu mengandung pula DDT. Air ini dapat merembes ke
dalam tanah dan terakumulasi dalam air tanah, atau masuk ke dalam sumur dan
terminum oleh manusia. Air ini juga dapat mengalir ke sungai, danau atau laut.
Hal ini menyebabkan air di tempat-tempat tersebut mengandung DDT. Plankton
yang hidup di sungai, danau, maupun laut mendapatkan makanan dari air yang
sudah mengandung DDT. Plankton tersebut selanjutnya dimakan ikan atau udang.
Ikan dan udang selanjutnya dimakan oleh burung atau manusia, akibatnya bisa
mematikan burung pemakan ikan. Akibat DDT yang terrdapat dalam air yang
terminum manusia dalam jangka panjang sukar dipastikan. Walaupun demikian
manusia wajib waspada terhadap cemaran DDT dalam air atau pada tanah.
Penelitian pada bebek yang digembalakan pada sawah habis panen yang
disemprot dengan DDT, mengakibatkan terjadi perubahan ketebalan kulit telur.
Hal ini menunjukkan bahwa DDT mempengaruhi metabolisme dalam tubuh
bebek.

2.3.4 Dampak Pencemaran Tanah Terhadap Lingkungan Sekitar.


a. Pada Kesehatan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe
polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena.
Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik
untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat
menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi.
Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu
dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa) dan
siklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak
dapat diobati. PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan
karmabat dapat menyebabkan gangguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang
24

mengandung klorin merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan
sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak
seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan
kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah
dapat menyebabkan kematian.
b. Pada Ekosistem
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem.
Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia
beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat
menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan
antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat
memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi
akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan
tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah,
bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-
kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas.
Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada
burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat Kematian
anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang
pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat
menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak
mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki
waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan
terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.

2.4 Pencegahan Pencemaran Air


Pengendalian/penanggulangan pencemaran air di Indonesia telah diatur
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
dan Pengendalian Pencemaran Air. Secara umum hal ini meliputi pencemaran air
baik oleh instansi ataupun non-instansi. Salah satu upaya serius yang telah
dilakukan Pemerintah dalam pengendalian pencemaran air adalah melalui
25

Program Kali Bersih (PROKASIH). Program ini merupakan upaya untuk


menurunkan beban limbah cair khususnya yang berasal dari kegiatan usaha skala
menengah dan besar, serta dilakukan secara bertahap untuk mengendalikan beban
pencemaran dari sumber-sumber lainnya. Program ini juga berusaha untuk menata
pemukiman di bantaran sungai dengan melibatkan masyarakat setempat (KLH,
2004).
Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran, yaitu
penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara non-
teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara
menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan
mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak
terjadi pencemaran. Peraturan perundangan ini hendaknya dapat memberikan
gambaran secara jelas tentang kegiatan industri yang akan dilaksanakan, misalnya
meliputi AMDAL, pengaturan dan pengawasan kegiatan dan menanamkan
perilaku disiplin. Sedangkan penanggulangan secara teknis bersumber pada
perlakuan industri terhadap perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah
proses, mengelola limbah atau menambah alat bantu yang dapat mengurangi
pencemaran. Sebenarnya penanggulangan pencemaran air dapat dimulai dari diri
kita sendiri. Dalam keseharian, kita dapat mengurangi pencemaran air dengan cara
mengurangi produksi sampah (minimize) yang kita hasilkan setiap hari. Selain itu,
kita dapat pula mendaur ulang (recycle) dan mendaur pakai (reuse) sampah
tersebut. Kitapun perlu memperhatikan bahan kimia yang kita buang dari rumah
kita. Karena saat ini kita telah menjadi masyarakat kimia, yang menggunakan
ratusan jenis zat kimia dalam keseharian kita, seperti mencuci, memasak,
membersihkan rumah, memupuk tanaman, dan sebagainya. Kita harus
bertanggung jawab terhadap berbagai sampah seperti makanan dalam kemasan
kaleng, minuman dalam botol dan sebagainya, yang memuat unsur pewarna pada
kemasannya dan kemudian terserap oleh air tanah pada tempat pembuangan akhir.
Bahkan pilihan kita untuk bermobil atau berjalan kaki, turut menyumbangkan
emisi asam atu hidrokarbon ke dalam atmosfir yang akhirnya berdampak pada
siklus air alam (Warlina,2004).
26

2.5 Pencegahan Pencemaran Udara


Pencegahan yang ditempuh terhadap pencemaran udara tergantung dari sifat
dan sumber polutannya. Pencegahan yang paling sederhana dan mudah dilakukan
yaitu menggunakan masker sebagai pelindung untuk menghindari terjadinya
gangguan kesehatan.
Tindakan yang dilakukan untuk mencegah pencemaran udara seperti
mengurangi polutan, bahan yang mengakibatkan polusi dengan peralatan,
mengubah polutan, melarutkan polutan, dan mendispersikan-menguraikan
polutan.
2.5.1 Mencegah pencemaran udara berbentuk gas
a. Adsorbsi
Adsorbsi merupakan proses melekatnya molekul polutan atau ion pada
permukaan zat padat-adsorben-seperti karbon aktif dan silikat. Adsorben
mempunyai sifat dapat menyerap zat lain sehingga menempel pada
permukaannya tanpa reaksi kimia serta memiliki daya kejenuhan yang
bersifat disposal (sekali pakai buang) atau dibersihkan dulu, kemudian
digunakan lagi.
b. Absorbsi
Absorbsi merupakan proses penyerapan yang memerlukan solven yang
baik untuk memisahkan polutan gas dengan konsentrasinya. Metoe absorbs
ini pada prinsipnya hampir sama dengan metode adsorbsi, hanya bedanya
bahwa emisi hidrokarbon mengalami kontak dengan cairan di mana
hidrokarbon akan larut atau tersuspensi.
c. Kondensasi
Kondensasi merupakan proses perubahan uap air atau bendda gas
menjadi benda cair pada suhu udara di bawah titik embun. Polutan gas
diarahkan mencapai titik kondensasi tinggi dan titik penguapan yang
rendah, seperti hidrokarbon dan gas organic lainnya.
d. Pembakaran
Pembakaran merupakan proses untuk menghancurkan gas hidrokarbon
yang terdapat di dalam polutan dengan mempergunakan proses oksidasi
27

panas yang disebut inceneration. Iceneration merupakan salah satu metode


dalam pengolahan limbah padat dengan menggunakan pembakaran yang
menghasilkan gas dan residu pembakaran.

2.5.2 Mencegah pencemaran udara berbentuk partikel


a. Filter
Filter udara dimaksudkan untuk menangkap debu atau polutan partikel
yang ikut keluar pada cerobong atau stack pada permukaan filter, agar tidak
ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih saja yang keluar
dari cerobong. Penggunaan filter udara seharusnya disesuaikan dengan sifat
gas buangan yang keluar seperti berdebu banyak, besifat asam, bersifat
alkalis dan sebagainya. Beberapa contoh jenis filter yang banyak digunakan
seperti cotton, nylon, orlon, dacron, fiberglass, polypropylene, wool, nomex,
tefloyn.
b. Filter basah
Cara kerja filter basah atau scrubbers/wat collectors adalah
membersihkan udara kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas
alat, sedangakan udara yang kotor dari bagian bawah alat.
c. Elektrostatik
Alat pengendap elektrostatik dapat digunakan untuk membersihkan udara
kotor dalam jumlah yang relative besar. Alat ini menggunakan arus searah
(DC) yang mempunyai tegangan antara 25-100 kv, berupa tabung silinder di
mana dindingnya diberi muatan positif sedangkan di tengah ada sebuah
kawat yang merupakan pusat silinder, sejajar dinding silinder, diberi muatan
negatif.
d. Kolektor Mekanik
Mengendapkan polutan partikel yang ukurannya relative besar dapat
dengan menggunakan tenaga gravitasi. Pengendap siklon atau cyclone
Separators adalah pengendap debu yang ikut dalam gas buangan atau udara
dalam ruang pabrik yang berdebu.
e. Program penghijauan
28

Tumbuh-tumbuhan menyerap hasil pencemaran udara berupa karbon


dioksida (CO2) dan melepaskan oksigen (O2). Tumbuh-tumbuhan akan
menghisap dan mengurangi polutan, dengan melepaskan gas oksigen maka
akan mengurangi jumlah polutan di udara. Semakin banyak tumbuh-
tumbuhan ditanam sebagai paru-paru kota maka kualitas udara akan
semakin sehat sehingga akan mendukung program langit biru (prolabir).
Program penghijauan ini seharusnya merupakan gerakan nasional agar
semua pihak dapat berpartisipasi aktif.
f. Ventilasi udara
Penggunaan dan penempatan ventilasi udara seharusnya disesuaikan
dengan kebutuhan. Perhatian utama yaitu tercukupnya kebutuhan gas
oksigen (O2) dalam ruangan serta menjadikan udara dalam ruangan bebas
dari berbagai polutan. Bila akan menggunakan exhaust fan, maka usahakan
dekat dengan sumber pencemaran, agar polutan segera dapat keluar dalam
ruangan.

Upaya penanggulangan dilakukan dengan tindakan pencegahan (preventif)


yang dilakukan sebelum terjadinya pencemaran dan tindakan kuratif yang
dilakukan sesudah terjadinya pencemaran.
2.5.3 Usaha Preventif (sebelum pencemaran)
a. Mengembangkan energi alternatif dan teknologi yang ramah lingkungan.
b. Mensosialisasikan pelajaran lingkungan hidup (PLH) di sekolah dan
masyarakat.
c. Mewajibkan dilakukannya AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan) bagi industri atau usaha yang menghasilkan limbah.
d. Tidak membakar sampah di pekarangan rumah.
e. Tidak menggunakan kulkas yang memakai CFC (freon) dan membatasi
penggunaan AC dalam kehidupan sehari-hari.
f. Tidak merokok di dalam ruangan.
g. Menanam tanaman hias di pekarangan atau di pot-pot.
h. Ikut berpartisipasi dalam kegiatan penghijauan.
29

i. Ikut memelihara dan tidak mengganggu taman kota dan pohon


pelindung.
j. Tidak melakukan penebangan hutan, pohon dan tumbuhan liar secara
sembarangan.
2.5.4 Usaha kuratif (sesudah pencemaran)
Bila telah terjadi dampak dari pencemaran udara, maka perlu dilakukan
beberapa usaha untuk memperbaiki keadaan lingkungan, dengan cara:
a. Menggalang dana untuk mengobati dan merawat korban pencemaran
lingkungan.
b. Kerja bakti rutin di tingkat RT/RW atau instansiinstansi untuk
membersihkan lingkungan dari polutan.
c. Melokalisasi tempat pembuangan sampah akhir (TPA) sebagai
tempat/pabrik daur ulang.
d. Menggunakan penyaring pada cerobong di kilang minyak atau pabrik
yang menghasilkan asap atau jelaga penyebab pencemaran udara.
e. Mengidentifikasi dan menganalisa serta menemukan alat atau teknologi
tepat guna yang berwawasan lingkungan setelah adanya
musibah/kejadian akibat pencemaran udara, misalnya menemukan bahan
bakar dengan kandungan timbal yang rendah (BBG).
2.6 Pencegahan Pencemaran Tanah
Apabila pencemaran telah terjadi, maka perlu dilakukan penanggulangan
terhadap pencemaran tersebut. Tindakan penanggulangan pada prinsipnya
mengurangi bahan pencemar tanah atau mengolah bahan pencemar atau mendaur
ulang menjadi bahan yang bermanfaat. Tanah dapat berfungsi sebagaimana
mestinya, tanah subur adalah tanah yang dapat ditanami dan terdapat
mikroorganisme yang bermanfaat serta tidak punahnya hewan tanah. Ada
beberapa langkah penangan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh
pencemaran tanah. Diantaranya adalah :
a. Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah
yangtercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-
30

situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi.


Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting
(injeksi), dan bioremediasi.Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang
tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman,
tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut
disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke
bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang
kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini
jauh lebih mahal dan rumit.
b. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk
memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang
beracunatau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
Kita juga dapat melakukan penanganan-penanganan seperti:
- Sampah-sampah organik yang tidak dapat dimusnahkan (berada dalam
jumlah cukup banyak) dan mengganggu kesejahteraan hidup serta
mencemari tanah, agar diolah atau dilakukan daur ulang menjadi
barangbarang lain yang bermanfaat, misal dijadikan mainan anak-anak,
dijadikan bahan bangunan, plastik dan serat dijadikan kesed atau kertas
karton didaur ulang menjadi tissu, kaca-kaca di daur ulang menjadi vas
kembang, plastik di daur ulang menjadi ember dan masih banyak lagi
cara-cara pendaur ulang sampah.
- Bekas bahan bangunan (seperti keramik, batu-batu, pasir, kerikil, batu
bata, berangkal) yang dapat menyebabkan tanah menjadi tidak/kurang
subur, dikubur dalam sumur secara berlapis-lapis yang dapat berfungsi
sebagai resapan dan penyaringan air, sehingga tidak menyebabkan
banjir, melainkan tetap berada di tempat sekitar rumah dan tersaring.
Resapan air tersebut bahkan bisa masuk ke dalam sumur dan dapat
digunakan kembali sebagai air bersih.
31

- Hujan asam yang menyebabkan pH tanah menjadi tidak sesuai lagi


untuk tanaman, maka tanah perlu ditambah dengan kapur agar pH asam
berkurang.
2.7 Daftar Peraturan Perundang-Undangan Pengendalian Pencemaran
2.7.1 Daftar Peraturan Perundang-undangan di Bidang Lingkungan Hidup
tentang Pengendalian Pencemaran Air
Yakni sebagai berikut:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air
2. Keputusan MENLH Nomor KEP-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri
3. Keputusan MENLH Nomor KEP-52/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel
4. Keputusan MENLH Nomor KEP-58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit
5. Keputusan MENLH Nomor 28 Tahun 2003 tentang Pedoman Teknis
Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah dari Industri Minyak Sawit pada
Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit
6. Keputusan MENLH Nomor 29 Tahun 2003 tentang Pedoman dan Tata
Cara Perizinan Pemanfaatan Air Limbah dari Industri Minyak Sawit pada
Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit
7. Keputusan MENLH Nomor 37 Tahun 2003 tentang Metoda Analisis
Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan
8. Keputusan MENLH Nomor 110 Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan
Daya Tampung Beban Pencemaran Air pada Sumber Air
9. Keputusan MENLH Nomor 111 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai
Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air
Limbah Ke Air atau Sumber Air
10. Keputusan MENLH Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik
11. Keputusan MENLH Nomor 113 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Batu Bara
12. Keputusan MENLH Nomor 114 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengkajian
Untuk Menetapkan Kelas Air
13. Keputusan MENLH Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan
Status Mutu Air
14. Keputusan MENLH Nomor 142 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas
Keputusan MENLH Nomor 111 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai
32

Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air
Limbah Ke Air atau Sumber Air
15. Keputusan MENLH Nomor 122 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Keputusan MENLH Nomor KEP-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri
16. Keputusan MENLH Nomor 202 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Usaha dan /atau Kegiatan Pertambangan Bijih Emas atau
Tembaga
17. Peraturan MENLH Nomor 02 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Rumah Pemotongan Hewan
18. Peraturan MENLH Nomor 04 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Pertambangan Bijih Timah
19. Peraturan MENLH Nomor 09 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel
20. Peraturan MENLH Nomor 10 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Industri Vinyl Chloride Monomer dan Poly Vinyl Chloride
21. Peraturan MENLH Nomor 01 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengkajian
Teknis Untuk Menetapkan Kelas Air
22. Peraturan MENLH Nomor 04 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Minyak dan Gas Serta Panas Bumi
23. Peraturan MENLH Nomor 05 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Pengolahan Buah-Buahan dan/atau Sayuran
24. Peraturan MENLH Nomor 06 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Pengolahan Hasil Perikanan
25. Peraturan MENLH Nomor 08 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Industri Petrokimia Hulu
26. Peraturan MENLH Nomor 09 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Industri Rayon
27. Peraturan MENLH Nomor 10 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Industri Terephthalate Acid dan Poly Ethylene
Terephthalate
28. Peraturan MENLH Nomor 13 Tahun 2007 tentang Persyaratan dan Tata
Cara Pengelolaan Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Hulu Minyak
dan Gas Bumi Serta Panas Bumi Dengan Cara Injeksi
29. Peraturan MENLH Nomor 12 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Pengolahan Rumput Laut
30. Peraturan MENLH Nomor 13 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Pengolahan Kelapa
31. Peraturan MENLH Nomor 14 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Pengolahan Daging
33

32. Peraturan MENLH Nomor 15 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Pengolahan Kedelai
33. Peraturan MENLH Nomor 16 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Industri Keramik
34. Peraturan MENLH Nomor 03 Tahun 2009 tentang Sertifikasi Kompetensi
dan Standar Kompetensi Manajer Pengendalian Pencemaran Air
35. Peraturan MENLH Nomor 08 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Termal
36. Peraturan MENLH Nomor 09 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Pengolahan Obat Tradisional/Jamu
37. Peraturan MENLH Nomor 10 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Industri Oleokimia Dasar
38. Peraturan MENLH Nomor 11 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Peternakan Sapid an Babi
39. Peraturan MENLH Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pemanfaatan Air Hujan
40. Peraturan MENLH Nomor 21 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Pertambangan Bijih Besi
41. Peraturan MENLH Nomor 28 Tahun 2009 tentang Daya Tampung Beban
Pencemaran Air Danau dan/atau Waduk
42. Peraturan MENLH Nomor 34 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Pertambangan Bijih Bauksit
43. Peraturan MENLH Nomor 01 Tahun 2010 tentang Tatalaksana
Pengendalian Pencemaran Air
44. Peraturan MENLH Nomor 03 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kawasan Industri
45. Peraturan MENLH Nomor 04 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Industri Minyak Goreng
46. Peraturan MENLH Nomor 05 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Industri Gula
47. Peraturan MENLH Nomor 06 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Industri Rokok dan/atau Cerutu
48. Peraturan MENLH Nomor 19 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas Serta Panas Bumi
49. Peraturan MENLH Nomor 02 Tahun 2011 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi Gas Metana
Batubara

2.7.2 Daftar Peraturan Perundang-Undangan Tentang Pengendalian


Pencemaran Udara
Yakni sebagai berikut:
34

1. UU 32/2009 tentang Perlindungan & Pengelolaan Lingkungan Hidup.


2. PP 41/1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
3. KEPMENLH No:KEP-13/MENLH/1995 tentang Baku Mutu Emisi
Sumber Tidak Bergerak.
4. KEPKA-BAPEDAL No. 205/1996 tentang Pedoman Teknis
Pengendalian Pencemaran Udara.
5. KEPMENLH 48/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.
6. KEPMENLH 49/1996 tentang Baku Mutu Getaran.
7. KEPMENLH 50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan.
8. Permen LH No. 07/2007 tentang Baku Mutu Emisi Tidak Bergerak bagi
Ketel Uap.
9. Permen LH No. 21/2008 tentang Baku Mutu Emisi Tidak Bergerak bagi
Usaha dan/atau Kegiatan Pembangkit Tenaga Listrik termal.
10. Permen LH No. 13/2009 tentang Baku Mutu Emisi Tidak Bergerak bagi
Usaha dan/atau Minyak dan Gas.
11. PERMENLH 12/2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran
Udara di Daerah.
12. Perda No. 2 Tahun2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara .
13. Pergub No. 670 Tahun2000 ttg Penetapan Baku Mutu Emisi Sumber
Tidak Bergerak di Provinsi DKI Jakarta.

2.7.3 Daftar Peraturan Perundang-Undangan Tentang Pengendalian


Pencemaran Udara
1. Undang – undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah.
2. PP No. 15 th. 2000 (“Kerusakan tanah untuk produksi bimassa adalah
berubahnya sifat dasar tanah yang melampaui kriteria baku kerusakan
tanah”).
3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 128 Tahun 2003
tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak
Bumi dan Tanah Terkontaminasi oleh Minyak Bumi secara Biologis.
4. Undang – undang No. 22 Tahun 2001 tentang minyak dan gas bumi.
5. Undang – undang No. 32 Tahun 2009 tentang Hukum Lingkungan.
35

6. Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 tentang Pengolahan Limbah


Bahan Berbahaya dan Beracun.
7. Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan
Dan Atau Pencemaran Lingkungan Hidup Yang Berkaitan Dengan
Kebakaran Hutan Dan Atau Lahan.
8. Peraturan Pemerintah No. 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian
Kerusakan Tanah untuk produksi Biomassa.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
1. Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal. Salah satunya
penyebab pencemaran air adalah aktivitas manusia yang menciptakan
limbah (sampah) pemukiman atau limbah rumah tangga. Selain itu
pencemaran air juga disebabkan dari limbah industri.
2. Upaya penanggulangan pencemaran air dimulai dari pengertian yang
baik dan perubahan dari masyarakat. Dimulai dengan tidak membuang
sampah rumah tangga sembarangan di sungai sampai pada pengertian
untuk mengolah sampah agar tidak mencemari air. Selain hal itu,
penanggulangan pencemaran air dengan cara penanaman pohon dapat
mencegah longsor dan dapat menyerap banyak air bersih.
3. Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan
merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena kebocoran
limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial yaitu penggunaan
pestisida, masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan,
kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah yaitu air limbah dari
tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah
secara tidak memenuhi syarat ( illegal dumping).
4. Ada beberapa cara untuk mengurangi dampak dari pencemaran tanah,diantaranya
dengan remediasi dan bioremidiasi.
5. Pencemaran Udara adalah peristiwa masuknya, atau tercampurnya,
polutan (unsur-unsur berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang
dapat mengakibatkan menurunnya kualitas udara (lingkungan).

3.2 Saran
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, termasuk konsumsi dan produksi,
hendaknya masyarakat dan pengelola industri selalu menjaga ekosistem dan

36
37

lingkungan sekitar agar tercipta keselarasan dalam kehidupan. Selain itu, kita juga
harus memahami standar baku dan regulasi yang telah ditetapkan pemerintah
setempat mengenai pengelolaan udara, air, dan tanah untuk terhindar dari
pencemaran yang mengancam alam dan manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Ardhana, Made M., 1994, Mikrobiologi Air, Universitas Udayana, Bali.

Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia (KLH). 2004. Baku mutu air
laut untuk biota laut. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51
Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut. KLH, Jakarta.

Mukono. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan Ed. 2. Airlangga University


Press: Surabaya
Publikasi Asdep Urusan Pengembangan Peraturan Perundang-undangan dan
Perjanjian Internasional Deputi V MENLH Bidang Penaatan Lingkungan
KemenLH

Warlina, Lina.1985.Pengaruh Waktu Inkubasi BOD Pada Berbagai Limbah.


FMIPA Universitas Indonesia,Jakarta.

Warlina. 2004. Pencemaran Air: Sumber, Dampak dan Penanggulangannya. IPB


.Bogor.

http://tutut-hardiyanti.blogspot.com/2012/05/dampak-pencemaran-tanah-
terhadap.html

http://sanitationhealth.blogspot.com/2012/02/proses-terjadinya-pencemaran-
dan.html

http://id.scribd.com/doc/55449229/Penyebab-Pencemaran-Tanah

http://zuliblog-zulismkn8.blogspot.com/2009/02/penyebab-pencemaran-
tanah.html

38

Anda mungkin juga menyukai