Makalah Pencegahan Pencemaran
Makalah Pencegahan Pencemaran
Dosen Pengampu
DISUSUN OLEH:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
adalah masuknya atau dimasukkannya zat energi, makhluk hidup, dan atau
kponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan yang
diakibatkan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam yang menyebabkan
terjadinya penurunan kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat
Dapat disimpulkan bahwa pencemaran lingkungan adalah masuknya
kontaminan yang dapat mengganggu lingkungan sehingga menyebabkan kerugian
pada manusia atau makhluk hidup lain. Kontaminan bisa berupa zat kimia atau
energi. Peristiwa pencemaran lingkungan disebut polusi, dan zat atau bahan yang
mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Suatu zat disebut polutan bila
jumlahnya melebihi jumlah normal, berada pada tempat yang tidak tepat dan
berada pada waktu yang tidak tepat
Pencegahan dan penanggulangan pencemaran merupakan dua tindakan yang
tidak dapat dipisahkan, dalam arti kedua tindakan dilakukan untuk saling mengisi,
apabila tindakan pencegahan sudah tidak dapat dilakukan, maka dilakukan
tindakan penanggulangan. Namun demikian pada dasarnya tindakan pencegahan
lebih baik dan lebih diutamakan dilakukan sebelum tindaknya penanggulangan.
Pada prinsipnya tindakan pencegahan adalah berusaha untuk tidak menyebabkan
terjadinya pencemaran. Maka dari itu, makalah ini akan membahas mengenai
standar baku polutan di Indonesia baik dibidang air, udara dan tanah.
3
4
mematikan ikan dan organisme dalam air, karena kadar oksigen dan sinar
matahari berkurang. Hal ini disebabkan oksigen dan sinar matahari yang
diperlukan organisme dalam air (kehidupan akuatik) terhalangi dan tidak dapat
masuk ke dalam air.
f) Bahan pencemar berupa zat radioaktif, dapat menyebabkan penyakit kanker,
merusak sel dan jaringan tubuh lainnya. Bahan pencemar ini berasal dari limbah
PLTN dan dari percobaan-percobaan nuklir lainnya.
g) Bahan pencemar berupa endapan/sedimen seperti tanah dan lumpur akibat
erosi pada tepi sungai atau partikulat-partikulat padat/lahar yang disemburkan
oleh gunung berapi yang meletus, menyebabkan air menjadi keruh, masuknya
sinar matahari berkurang, dan air kurang mampu mengasimilasi sampah.
h) Bahan pencemar berupa kondisi (misalnya panas), berasal dari limbah
pembangkit tenaga listrik atau limbah industri yang menggunakan air sebagai
pendingin. Bahan pencemar panas ini menyebabkan suhu air meningkat tidak
sesuai untuk kehidupan akuatik (organisme, ikan dan tanaman dalam air).
Tanaman, ikan dan organisme yang mati ini akan terurai menjadi senyawa-
senyawa organik. Untuk proses penguraian senyawa organik ini memerlukan
oksigen, sehingga terjadi penurunan kadar oksigen dalam air.
antara lain derajat keasaman (pH), Biologycal Oxygen Demand (BOD), Chemical
Oxygen Demand (COD), Dissolved Oxygen(DO), lemak dan minyak, serta
Nitrogen amoniak (NH3 – N), Sedangkan parameter fisika antara lain suhu, Total
Suspended Solid (TSS) dan Total Dissolved Solid (TDS).
menjadi sedikit keruh. Hal ini akan terus berulang apabila ada hujan di atas
gunung ataupun di hulu sungai sana.
b) Limbah Pemukiman
Limbah pemukiman mengandung limbah domestik berupa sampah organik
dan sampah anorganik serta deterjen. Sampah organik adalah sampah yang dapat
diuraikan atau dibusukkan oleh bakteri. Contohnya sisa-sisa sayuran, buah-
buahan, dan daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik seperti kertas, plastik,
gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah ini
tidak dapat diuraikan oleh bakteri (non biodegrable). Sampah organik yang
dibuang ke sungai menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen terlarut, karena
sebagian besar digunakan bakteri untuk proses pembusukannya. Apabila sampah
anorganik yang dibuang ke sungai, cahaya matahari dapat terhalang dan
menghambat proses fotosintesis dari tumbuhan air dan alga, yang menghasilkan
oksigen. Tentunya anda pernah melihat permukaan air sungai atau danau yang
ditutupi buih deterjen. Deterjen merupakan limbah pemukiman yang paling
potensial mencemari air. Pada saat ini hampir setiap rumah tangga menggunakan
deterjen, padahal limbah deterjen sangat sukar diuraikan oleh bakteri sehingga
tetap aktif untuk jangka waktu yang lama. Penggunaan deterjen secara besar-
besaran juga meningkatkan senyawa fosfat pada air sungai atau danau. Fosfat ini
merangsang pertumbuhan ganggang dan eceng gondok. Pertumbuhan ganggang
dan eceng gondok yang tidak terkendali menyebabkan permukaan air danau atau
sungai tertutup sehingga menghalangi masuknya cahaya matahari dan
mengakibatkan terhambatnya proses fotosintesis. Jika tumbuhan air ini mati, akan
terjadi proses pembusukan yang menghabiskan persediaan oksigen dan
pengendapan bahan-bahan yang menyebabkan pendangkalan.
c) Limbah Pertanian
Pupuk dan pestisida biasa digunakan para petani untuk merawat
tanamannya. Namun pemakaian pupuk dan pestisida yang berlebihan dapat
mencemari air. Limbah pupuk mengandung fosfat yang dapat merangsang
pertumbuhan gulma air seperti ganggang dan eceng gondok. Pertumbuhan gulma
air yang tidak terkendali ini menimbulkan dampak seperti yang diakibatkan
pencemaran oleh deterjen. Limbah pertanian dapat mengandung polutan
insektisida atau pupuk organik. Insektisida dapat mematikan biota sungai. Jika
12
biota sungai tidak mati kemudian dimakan hewan atau manusia orang yang
memakannya akan keracunan. Untuk mencegahnya, upayakan agar memilih
insektisida yang berspektrum sempit (khusus membunuh hewan sasaran) serta
bersifat biodegradabel (dapat terurai oleh mikroba) dan melakukan penyemprotan
sesuai dengan aturan. Jangan membuang sisa obet ke sungai. Sedangkan pupuk
organik yang larut dalam air dapat menyuburkan lingkungan air (eutrofikasi).
Karena air kaya nutrisi, ganggang dan tumbuhan air tumbuh subur (blooming).
Hal yang demikian akan mengancam kelestarian bendungan. bemdungan akan
cepat dangkal dan biota air akan mati karenanya. Selain itu penggunaan pupuk
yang terus menerus dalam pertanian akan merusak struktur tanah, yang
menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami jenis tanaman
tertentu karena hara tanah semakin berkurang. Penggunaan pestisida bukan saja
mematikan hama tanaman tetapi juga mikroorga-nisme yang berguna di dalam
tanah. Padahal kesuburan tanah tergantung pada jumlah organisme di dalamnya.
Sedangkan penggunaan pestisida yang terus menerus akan mengakibatkan hama
tanaman kebal terhadap pestisida tersebut.
b. Polutan Sekunder
Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan
kimia di udara, Misalnya reaksi foto kimia. Sebagai contoh adalah
disosiasi NO2 dan O radikal. Sifat fisik dari polutan sekunder terbagi ats
dua yaitu sifat fisik dan kimia yang tidak stabil. Termasuk dalam polutan
sekunder ini adalah Ozon ,Peroxy Acyl Nitrat (PAN), dan Formaldehid.
b. Indikator Kimia
Data yang ditampilkan pada papan ISPU merupakan hasil pemantauan
konsentrasi rata-rata berbagai polutan udara selama periode 24 jam, jenis
polutan yang dipantau antara lain karbon monoksida (CO), sulfur dioksida
(SO2), ozon (O2) dan materi partikulat (debu). Konsentrasi senyawa-
senyawa polutan itu sendiri di udara dapat menjadi indikator polusi udara
yaitu indikator kimia. Kandungan senyawa kimia di udara secara normal
terutama adalah N2 (nitrogen). Senyawa gas lainnya termasuk gas-gas
polutan, hanya terdapat dalam konsentrasi relatif sangat sedikit. Oleh karena
itu, peningkatan konsentrasi senyawa-senyawa polutan di udara merupakan
indikator bagi tingkat polusi udara.
c. Indikator Biologi
Makhluk hidup yang rentan pada perubahan konsentrasi zat polutan di
udara dapat dijadikan indikator biologi. Contoh indikator biologi untuk
mengamati tingkat polusi udara adalah lumut keras (Lichenes). Lumut kerak
merupakan simbiosis udara algee fotosintetik atau cyanobakteria dengan
fungi. Makhluk hidup ini dapat kamu temukan banyak menempel di batang
pohon atau di permukaan batuan. Lumut kerak terdiri atas beberapa
kelompok yang masing-masing memiliki tingkat sensitivitas berbeda
terhadap polutan udara. Oleh karena itu, keberadaan kelompok lumut kerak
tertentu disuatu wilayah dapat menjadi indikator bagi tingkat polusi udara di
wilayah tersebut.
Contohnya seperti debu yang beterbangan akibat tiupan angin, dan abu
(debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi berikut gas-gas
vulkanik, serta proses pembusukan sampah organik, dll
b. Karena faktor eksternal (karena ulah manusia)
Contohnya seperti hasil pembakar bahan bakar fosil, debu/serbuk dari
kegiatan industry, serta pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke
udara
Kualitas udara sangat dipengaruhi oleh besar dan jenis sumber pencemar
yang ada seperti dari kegiatan industri, kegiatan transportasi dan lain-lain.
Masing-masing sumber pencemar yang berbeda-beda baik jumlah, jenis, dan
pengaruhnya bagi kehidupan. Pencemar udara yang terjadi sangat ditentukan oleh
kualitas bahan bakar yang digunakan, teknologi serta pengawasan yang dilakukan.
Sumber pencemaran umumnya dari kegiatan industri pengolahan,
transportasi dan rumah tangga. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan
ternyata 70% dari total emisi yang dibuang ke udara berasal dari gas buang
kendaraan bermotor. Pencemaran udara yang melampaui batas kewajaran akan
menimbulkan dampak terhadap makhluk hidup yang hidup di atas bumi ini.
Oleh sebab itu, maka dipahami dampak apa saja yang dapat ditimbulkan
oleh pencemaran udara khususnya terhadap tumbuhan. Seiring dengan laju
pertambahan kendaraan bermotor, maka konsumsi bahan bakar juga mengalami
peningakatan dan berujung pada bertambahnya jumlah polutan yang dilepaskan ke
udara. Di Indonesia kurang lebih 70 % pencemaran udara disebabkan oleh emisi
kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang
memiliki dampak negatif baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap
lingkungannya.
Kendaraan bermotor merupakan sumber pencemaran udara yaitu dengan
dihasilkannya gas CO, HC, NOx yang merupakan bahan logam timah yang
ditambahkan kedalam bensin berkualitas rendah untuk meningkatkan nilai oktan
guna mencegah terjadinya letupan pada bensin. Peningkatan polusi udara yang
signifikan dari tahun ketahun disebabkan oleh naiknya angka pertumbuhan
pemakaian kendaraan. kondisi ini diperparah dengan angka pertumbuhan jalan
17
lapisan ini adalah untuk melindungi bumi dari radiasi sinar ultraviolet
yang dipancarkan sinar matahari dan berbahaya bagi kehidupan.
Diyakini bahwa penyebab menipisnya lapisan ozon ini adalah gas
CFC baik CFC-11(CFCl2) dan CFC-12 (CF2Cl2). Gas ini banyak
dipergunakan dalam industri untuk pendingin yang lebih dikenal dengan
istilah freon (Graedel and Crutzen, 1990).
3. Pemanasan Global
Pemanasan global adalah kenaikan suhu rata-rata di seluruh dunia
dan menimbulkan dampak berupa berubahnya pola iklim. Permukaan
bumi akan menyerap sebagian radiasi matahari yang masuk ke bumi dan
memantulkan sisanya. Namun, karena meningkatnya CO2 di lapisan
atmosfer maka pantulan radiasi matahari dari bumi ke atmosfer tersebut
terhalang dan akan kembali dipantulkan ke bumi. Akibatnya, suhu di
seluruh permukaan bumi menjadi semakin panas (pemanasan global).
Peristiwa ini sama dengan yang terjadi di rumah kaca. Rumah kaca
membuat suhu di dalam ruangan rumah kaca menjadi lebih panas bila
dibandingkan di luar ruangan. Hal ini dapat terjadi karena radiasi
matahari yang masuk ke dalam rumah kaca tidak dapat keluar.
b. Terhadap Kesehatan Manusia
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh
melalui sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh
bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat
tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat berukuran
kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar
diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA (infeksi
saluran pernapasan akut), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan
gangguan pernapasan lainnya.
Selain udara dan air, tanah juga bisa terkena pencemaran oleh setiap
aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh manusia modern bagi kehidupan. Tanah
sangatlah penting, terutama bagi kehidupan semua makhluk hidup, karena tanah
berfungsi sebagai penyedia papan maupun pangan bagi kehidupan makhluk hidup.
Sebaliknya tanah juga berfungsi sebagai media bagi penyebaran penyakit-
penyakit yang dapat mengganggu kesehatan makhluk hidup dan lingkungan di
sekitarnya.
Limbah pertanian
Limbah pabrik/industri
Rumah tangga
20
1. Limbah domestik
1) Limbah padat berupa sampah anorganik. Jenis sampah ini tidak dapat
diuraikan olehmikroorganisme (non-biodegradable), misalnya kan-tong
plastik, bekas kaleng minuman, bekas botol plastik air mineral, dsb.
2) Limbah cair berupa; tinja, deterjen, oli, cat, jika meresap kedalam tanah
akan merusak kandungan air tanah bahkan dapat membunuh mikro-
organisme di dalam tanah. Timbulan sampah yang berasal dari limbah
domestik dapat mengganggu/ mencemari karena lindi (air sampah), bau
dan estika. Timbulan sampah juga menutupi permukaan tanah sehingga
tanah tidak bisa dimanfaatkan. Selain itu, timbunan sampah dapat
menghasilkan gas nitrogen dan asam sulfida, adanya zatmercury, chrom
dan arsen pada timbunan sampah dapat menimbulkan gangguan
21
menjadi rusak dan air yang meresap ke dalam tanah terkontaminasi dengan
bakteri tertentu yang mengakibatkan turunnya kualitas air tanah pada musim
kemarau. Selain itu timbunan akan mengering dan mengundang bahaya
kebakaran. Limbah cair sisa hasil industri pelapisan logam yang mengandung
zat-zat seperti tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron merupakan zat
yang sangat beracun terhadap mikroorganisme. Jika meresap ke dalam tanah
akan mengakibatkan kematian bagi mikroorganisme yang memiliki fungsi
sangat penting terhadap kesuburan tanah.
3. Limbah Pertanian
Sifat kimiawi DDT adalah sangat stabil yaitu tidak terurai dalam alam
sehingga zat tersebut akan mengendap di dalam tanah atau di dasar
sungai, danau, atau laut.
23
DDT akan larut dalam lemak sehingga DDT dapat tertimbun dalam
jaringan tubuh makhluk hidup, baik tumbuhan, hewan maupun
manusia.
Air yang berasal dari sawah petani yang memakai DDT sebagai
pemberantas hama tentu mengandung pula DDT. Air ini dapat merembes ke
dalam tanah dan terakumulasi dalam air tanah, atau masuk ke dalam sumur dan
terminum oleh manusia. Air ini juga dapat mengalir ke sungai, danau atau laut.
Hal ini menyebabkan air di tempat-tempat tersebut mengandung DDT. Plankton
yang hidup di sungai, danau, maupun laut mendapatkan makanan dari air yang
sudah mengandung DDT. Plankton tersebut selanjutnya dimakan ikan atau udang.
Ikan dan udang selanjutnya dimakan oleh burung atau manusia, akibatnya bisa
mematikan burung pemakan ikan. Akibat DDT yang terrdapat dalam air yang
terminum manusia dalam jangka panjang sukar dipastikan. Walaupun demikian
manusia wajib waspada terhadap cemaran DDT dalam air atau pada tanah.
Penelitian pada bebek yang digembalakan pada sawah habis panen yang
disemprot dengan DDT, mengakibatkan terjadi perubahan ketebalan kulit telur.
Hal ini menunjukkan bahwa DDT mempengaruhi metabolisme dalam tubuh
bebek.
mengandung klorin merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan
sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak
seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan
kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah
dapat menyebabkan kematian.
b. Pada Ekosistem
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem.
Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia
beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat
menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan
antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat
memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi
akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan
tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah,
bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-
kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas.
Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada
burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat Kematian
anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang
pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat
menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak
mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki
waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan
terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.
Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air
Limbah Ke Air atau Sumber Air
15. Keputusan MENLH Nomor 122 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Keputusan MENLH Nomor KEP-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri
16. Keputusan MENLH Nomor 202 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Usaha dan /atau Kegiatan Pertambangan Bijih Emas atau
Tembaga
17. Peraturan MENLH Nomor 02 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Rumah Pemotongan Hewan
18. Peraturan MENLH Nomor 04 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Pertambangan Bijih Timah
19. Peraturan MENLH Nomor 09 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel
20. Peraturan MENLH Nomor 10 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Industri Vinyl Chloride Monomer dan Poly Vinyl Chloride
21. Peraturan MENLH Nomor 01 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengkajian
Teknis Untuk Menetapkan Kelas Air
22. Peraturan MENLH Nomor 04 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Minyak dan Gas Serta Panas Bumi
23. Peraturan MENLH Nomor 05 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Pengolahan Buah-Buahan dan/atau Sayuran
24. Peraturan MENLH Nomor 06 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Pengolahan Hasil Perikanan
25. Peraturan MENLH Nomor 08 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Industri Petrokimia Hulu
26. Peraturan MENLH Nomor 09 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Industri Rayon
27. Peraturan MENLH Nomor 10 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Industri Terephthalate Acid dan Poly Ethylene
Terephthalate
28. Peraturan MENLH Nomor 13 Tahun 2007 tentang Persyaratan dan Tata
Cara Pengelolaan Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Hulu Minyak
dan Gas Bumi Serta Panas Bumi Dengan Cara Injeksi
29. Peraturan MENLH Nomor 12 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Pengolahan Rumput Laut
30. Peraturan MENLH Nomor 13 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Pengolahan Kelapa
31. Peraturan MENLH Nomor 14 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Pengolahan Daging
33
32. Peraturan MENLH Nomor 15 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Pengolahan Kedelai
33. Peraturan MENLH Nomor 16 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Industri Keramik
34. Peraturan MENLH Nomor 03 Tahun 2009 tentang Sertifikasi Kompetensi
dan Standar Kompetensi Manajer Pengendalian Pencemaran Air
35. Peraturan MENLH Nomor 08 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Termal
36. Peraturan MENLH Nomor 09 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Pengolahan Obat Tradisional/Jamu
37. Peraturan MENLH Nomor 10 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Industri Oleokimia Dasar
38. Peraturan MENLH Nomor 11 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Peternakan Sapid an Babi
39. Peraturan MENLH Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pemanfaatan Air Hujan
40. Peraturan MENLH Nomor 21 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Pertambangan Bijih Besi
41. Peraturan MENLH Nomor 28 Tahun 2009 tentang Daya Tampung Beban
Pencemaran Air Danau dan/atau Waduk
42. Peraturan MENLH Nomor 34 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Pertambangan Bijih Bauksit
43. Peraturan MENLH Nomor 01 Tahun 2010 tentang Tatalaksana
Pengendalian Pencemaran Air
44. Peraturan MENLH Nomor 03 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kawasan Industri
45. Peraturan MENLH Nomor 04 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Industri Minyak Goreng
46. Peraturan MENLH Nomor 05 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Industri Gula
47. Peraturan MENLH Nomor 06 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Industri Rokok dan/atau Cerutu
48. Peraturan MENLH Nomor 19 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas Serta Panas Bumi
49. Peraturan MENLH Nomor 02 Tahun 2011 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi Gas Metana
Batubara
3.1 Kesimpulan
1. Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal. Salah satunya
penyebab pencemaran air adalah aktivitas manusia yang menciptakan
limbah (sampah) pemukiman atau limbah rumah tangga. Selain itu
pencemaran air juga disebabkan dari limbah industri.
2. Upaya penanggulangan pencemaran air dimulai dari pengertian yang
baik dan perubahan dari masyarakat. Dimulai dengan tidak membuang
sampah rumah tangga sembarangan di sungai sampai pada pengertian
untuk mengolah sampah agar tidak mencemari air. Selain hal itu,
penanggulangan pencemaran air dengan cara penanaman pohon dapat
mencegah longsor dan dapat menyerap banyak air bersih.
3. Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan
merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena kebocoran
limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial yaitu penggunaan
pestisida, masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan,
kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah yaitu air limbah dari
tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah
secara tidak memenuhi syarat ( illegal dumping).
4. Ada beberapa cara untuk mengurangi dampak dari pencemaran tanah,diantaranya
dengan remediasi dan bioremidiasi.
5. Pencemaran Udara adalah peristiwa masuknya, atau tercampurnya,
polutan (unsur-unsur berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang
dapat mengakibatkan menurunnya kualitas udara (lingkungan).
3.2 Saran
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, termasuk konsumsi dan produksi,
hendaknya masyarakat dan pengelola industri selalu menjaga ekosistem dan
36
37
lingkungan sekitar agar tercipta keselarasan dalam kehidupan. Selain itu, kita juga
harus memahami standar baku dan regulasi yang telah ditetapkan pemerintah
setempat mengenai pengelolaan udara, air, dan tanah untuk terhindar dari
pencemaran yang mengancam alam dan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia (KLH). 2004. Baku mutu air
laut untuk biota laut. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51
Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut. KLH, Jakarta.
http://tutut-hardiyanti.blogspot.com/2012/05/dampak-pencemaran-tanah-
terhadap.html
http://sanitationhealth.blogspot.com/2012/02/proses-terjadinya-pencemaran-
dan.html
http://id.scribd.com/doc/55449229/Penyebab-Pencemaran-Tanah
http://zuliblog-zulismkn8.blogspot.com/2009/02/penyebab-pencemaran-
tanah.html
38