Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah vertigo yang timbul bila kepala
mengambil posisi atau sikap tertentu. Serangan vertigo dapat dicetuskan oleh perubahan sikap,
misalnya bila penderita berguling di tempat tidur, menolehkan kepala, melihat ke bawah,
menengadah. BPPV merupakan vertigo yang berasal dari kelainan perifer terbanyak, paling
sering dijumpai di masyarakat, yaitu sekitar 30%. Wanita agak lebih sering daripada pria.
Penatalaksanaan BPPV salah satunya adalah Epley maneuver yang sering dilakukan oleh
dokter. Maneuver ini dapat dilakukan olh pasien bersama dokter maupun di rumah. Tetapi
memang untuk pertama kalinya akan lebih aman pada pasien apabila melakukannya bersama
BPPV bukanlah penyakit yang secara langsung membahayakan jiwa, tetapi apabila
gejalanya sering timbul dapat menimbulkan kecemasan pada pasien. Manuver Epley adalah
serangkaian posisi yang dapat diterapkan pada pasien BPPV. Pada referat kali ini akan dibahas
1
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Umur : 25 tahun
Status : Menikah
Pekerjaan : Karyawan
No CM : 00220194
II. SUBYEKTIF
Keluhan Utama :Kepala pusing berputar
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan kepala terasa pusing berputar sejak
2 jam SMRS. Pusing dirasakan selama kurang lebih 20 detik. Pusing yang dirasakan
timbul secara tiba-tiba dan dirasakan hilang timbul. Pasien merasa dirinya melayang
mengitari ruangan, terutama jika pasien membuka mata dan mengubah posisi kepala, dari
posisi tidur ke posisi duduk atau tegak/berdiri.
Tidak dirasakan rasa penuh dan suara berdenging pada kedua telinga. Penurunan
pendengaran tidak dirasakan selama serangan. Sebelumnya pasien tidak pernah
2
merasakan pusing yang sehebat ini. Keluhan juga disertai dengan mual dan muntah
selama kepala terasa pusing. Pasien akan merasakan pusing jika berubah posisi ke arah
kanan ataupun kiri. Pasien lebih nyaman jika memejamkan matanya. Tidak ada gangguan
penglihatan selama keluhan ini dirasakan. Tidak ada riwayat trauma/terjatuh dan demam
sebelumnya. Tidak ada riwayat kejang dan penurunan kesadaran. Di keluarga pasien
tidak ada yang merasakan keluhan yang seperti dirasakan pasien saat ini. Keluhan seperti
ini baru dirasakan pertama kali.
Tidak ada keluarga pasien yang mengeluh adanya keluhan yang sama seperti yang
dirasakan pasien.
Cukup
3
Respirasi : 20 x/ menit
Suhu : 36,7 oC
Kepala : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Status Interna
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Paru
Inspeksi : Simetris hemitoraks kanan-kiri saat statis dan dinamis
Abdomen
Inspeksi : Permukaan cembung
4
1. Status Psikis
Cara berfikir : baik
Ingatan : baik
Kecerdasan : baik
2. Status Neurologis
A. Kepala
Bentuk : normocephalus
Simetris : (+)
Pulsasi : (-)
B. Leher
Sikap : dalam batas normal
C. Nervus kranialis
N. I (olfaktorius)
Subyektif : tidak dilakukan
5
N. II (optikus)
Tajam penglihatan : baik
N. III (oculomotor)
Sela mata : simetri kanan kiri sama
Strabismus : (-)
Eksopftalmus : (-)
Pupil
Besar : ± 3 mm
N. IV (trochlearis)
Pergerakan mata (bawah-dalam) : tidak dapat dinilai
N. V (trigeminus)
6
Membuka mulut : baik
Menguyah : baik
Mengigit : baik
N.VI (abducens)
Pergerakan mata (ke lateral) : baik
N.VII (fascialis)
Mengerutkan dahi : baik
Perasaan lidah
7
Tes Swabach : tidak dilakukan
N.IX (glosofaringeus)
Perasaan lidah
N.X (vagus)
Arkus faring : dalam batas normal
Berbicara : baik
Menelan : baik
N.XI (asesorius)
Menengok : baik
N.XII (hipoglosus)
Pergerakan lidah : baik
Artikulasi : baik
D. Fungsi luhur
Baik
8
Pergerakan kolumna vetebralis : dalam batas normal
Pergerakan : +/+
Kekuatan : 5/5
Tonus : baik
Atropi : (-)
Refleks
Biceps : +/+
Trisep : +/+
Radius : +/+
Sensibilitas : baik
Taktil : baik
Nyeri : baik
Suhu : 36,7
9
Lokalis : tidak dilakukan
Pergerakan : +/+
Kekuatan : 5/5
Tonus : baik
Atropi : (-)
Sensibilitas
Taktil : baik
Nyeri : baik
Suhu : baik
Refleks fisiologis
Patella : +/+
Achilles : +/+
Refleks patologis
Babinsky : (-/-)
Chaddock : (-/-)
10
Openhaeim : (-/-)
Gordon : (-/-)
Schaefer : (-/-)
Disdiadokokinesis : baik
11
Rebound phenomen : tidak dilakukan
Athetosis : (-)
Mioklonik : (-)
Khorea : (-)
H. Fungsi vegetatif
Miksi : lancar
Defekasi : lancar
IV. Diagnosis
Benign Paroxysmal Positional Vertigo
V. Rencana Awal
Medikamentosa
Betahistine meleat tab 2x1
Inj. ondancentron
Inj. Neurotam 2x 3gr iv
Inj. Neurilon 3x12mg iv
VI. Rencana edukasi
Minum obat sesuai anjuran
Istirahat yang cukup dan mengurangi aktivitas yang dapat menimbulkan keluhan
tersebut di atas
Menerapkan pola hidup sehat (makan makanan yang bergizi, tidur cukup, dan
olahraga teratur)
VII. Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
12
BAB II
1. DEFINISI
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah salah satu jenis vertigo vestibular
tipe perifer yang paling sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, ditandai dengan serangan-
serangan yang menghilang spontan. Benign Paroxysmal Positional Vetigo didefinisikan sebagai
kelainan pada telinga bagian dalam yang mana ada pengulangan episodic dari vertigo posisional.
BPPV juga sering dikenal dengan kelainan pada bagian vestibular.1,2
BPPV bukan suatu penyakit, melainkan suatu sindroma sebagai gejala sisa dari penyakit
pada telinga dalam.3
Penelitian Baloh mendapatkan usia rata-rata penderita BPPV adalah 54 tahun, dengan
rentang usia 11-84 tahun. Wanita : pria 1.6 : 1.0, sedangkan pada yang idiopatik 2:1. Insidensi
dari BPPV berkisar 10.7-64 per 100.000 orang dan meningkat 38% setiap dekadenya.1,4
2. ETIOLOGI
a. Idiopatik
Sekitar 50% penderita BPPV tidak diketahui penyebabnya.4
b. Simtomatik
Pasca trauma, pasca-labirinitis virus, insufisiensi vertebrobasilaris, Meniere, pasca-
operasi, ototoksisitas, mastoiditis kronik.5
Pada orang tua, penyebab paling umum adalah degenerasi dari sistem vestibular dari
telinga bagian dalam.6
3. PATOFISIOLOGI
Terdapat 2 hipotesa yang menerangkan patofisiologi BPPV, yaitu:4,7
1. Hipotesa kupulotiasis
2. Hipotesa kanalitiasis
13
Hipotesa Kupulotiasis
Adanya debris yang berisi kalsium karbonat berasal dari fragmen otokonia yang terlepas
dari macula utrikulus yang berdegenerasi, menempel pada permukaan kupula semisirkularis
posterior yang letaknya langsung di bawah makula urtikulus. Debris ini menyebabkannya lebih
berat daripada endolimfe sekitarnya, dengan demikian menjadi lebih sensitif terhadap perubahan
arah gravitasi. Bilamana pasien berubah posisi dari duduk ke berbaring dengan kepala
tergantung, seperti pada tes Dix Hallpike, kanalis posterior berubah posisi dari inferior ke
superior, kupula bergerak secara utrikulofugal, dengan demikian timbul nistagmus dan keluhan
vertigo.
Pergeseran massa otokonia tersebut membutuhkan waktu, hal ini yang menyebabkan
adanya masa laten sebelum timbulnya nistagmus dan keluhan vertigo.
14
Gerakan posisi kepala yang berulang akan menyebabkan otokonia terlepas dan masuk ke
dalam endolimfe, hal ini yang menyebabkan timbulnya fatigue, yaitu berkurangnya atau
menghilangnya nistagmus/vertigo, disamping adanya mekanisme kompensasi sentral.
Nistagmus tersebut timbul secara paroksismal pada bidang kanalis posterior telinga yang
berada pada bidang kanalis posterior telinga yang berada pada posisi di bawah, dengan arah
komponen cepat ke atas.
Hipotesa Kanalitiasis
Menurut hipotesa ini debris otokonia tidak melekat pada kupula, melainkan mengambang
di dalam endolimfe kanalisis posterior. Pada perubahan posisi kepala debris tersebut akan
bergerak ke posisi paling bawah, endolimfe bergerak menjauhi ampula dan merangsang nervus
ampularis. Bila kepala digerakkan tertentu debris akan ke luar dari kanalis posterior ke dalam
krus komunis, lalu masuk ke dalam vestibulum, dan vertigo/nistagmus menghilang.
4. MANIFESTASI KLINIS
Gejala umum yang didapatkan yaitu pusing biasanya muncul setelah beberapa gerakan
kepala, bermasalah dengan keseimbangan, dan rasa ingin muntah (mual).8
Vertigo muncul mendadak pada perubahan posisi, misalnya miring ke satu sisi pada waktu
berbaring, bangkit dari tidur, membungkuk atau waktu menegakkan kembali badan, menunduk
atau menengadah. Serangan berlangsung dalam waktu singkat, biasanya kurang dari 30 detik.4
Vertigo pada BPPV dirasakan berputar, bisa disertai rasa mual, kadang-kadang muntah.
Setelah rasa berputar menghilang pasien bisa merasa melayang.9,10
Umumnya BPPV menghilang sendiri dalam beberapa hari sampai minggu dan kadang-
kadang bisa kambuh lagi.10
5. DIAGNOSIS
Diagnosis BPPV ditegakkan secara klinis berdasarkan:4,10
a. Anamnesis
15
Adanya vertigo yang terasa berputar, timbul mendadak pada perubahan posisi
kepala atau badan, lamanya kurang dari 30 detik, bisa disertai oleh rasa mual, kadang-
kadang muntah.
b. Pemeriksaan fisik
Pada yang idiopatik tidak ditemukan kelainan. Pada yang sistomatik bisa
ditemukan kelainan neurologic fokal, atau kelainan sistemik.
1. Tes Dix Hallpike
Tes ini dilakukan sebagai berikut:2,4
a. Sebelumnya pasien diberi penjelasan dulu mengenai prosedur pemeriksaan
supaya tidak tegang.
b. Pasien duduk dekat bagian ujung pemeriksa.
c. Dengan mata terbuka dan berkedip sedikit mungkin selama pemeriksaan, pada
posisi duduk kepala menengok ke kiri atau ke kanan, lalu dengan cepat badan
pasien dibaringkan sehingga kepala tergantung pada ujung meja pemeriksa, lalu
dilihat adanya nistagmus dan keluhan vertigo, pertahankan posisi tersebut selama
10 sampai 15 detik, setelah itu pasien dengan cepat didudukkan kembali.
Berikutnya maneuver tersebut diulang dengan kepala menunjuk kesisi lain. Untuk
melihat adanya fatigue maneuver ini diulang 2-3 kali.
Interpretasi Tes Dix Hallpike11,12
a. Normal : tidak timbul vertigo dan nistagmus dengan mata terbuka. Kadang-
kadang dengan mata tertutup bisa terekam dengan elektronistagmografi
adanya beberapa detak nistagmus.
b. Abnormal : timbulnya nistagmus posisional yang pada BPPV mempunyai 4
ciri, yaitu: ada masa laten, lamanya kurang dari 30 detk, disertai vertigo yang
lamanya sama dengan nistagmus, dan adanya fatigue, yaitu nistagmus dan
vertigo yang makin berkurang setiap kali manuver diulang
16
Gambar 1. Tes Dix Hallpike bagian I.
17
Gambar 3. Tes Dix Hallpike bagian III.
18
2. Electronystagmography (ENG) pengujian mungkin diperlukan untuk mencari
karakteristik nistagmus yang disebabkan oleh Dix-Hallpike tes. Telah diklaim
bahwa BPPV disertai dengan kelumpuhan unilateral kanal lateral adalah sugestif
dari etiologi vaskuler. Untuk diagnosis BPPV dengan tes laboratorium, adalah
penting untuk memiliki tes ENG dilakukan oleh laboratorium yang dapat
mengukur gerakan mata vertikal. Sebuah Magnetic Resonance Imaging (MRI)
scan akan dilakukan jika tumor otak stroke atau dicurigai. Sebuah tes kursi
berputar dapat digunakan untuk masalah diagnostik sulit.. Hal ini mungkin tetapi
jarang (5%) untuk memiliki BPPV di kedua telinga (bilateral BPPV).7,12
6. PENATALAKSANAAN
Komunikasi dan Informasi
Oleh karena BPPV menimbulkan vertigo yang hebat, pasien menjadi cemas dan
khawatir akan adanya penyakit berat seperti stroke atau tumor otak. Maka itu perlu
diberikan penjelasan bahwa BPPV bukan sesuatu yang berbahaya dan prognosisnya baik,
dapat hilang spontan setelah beberapa waktu, walaupun kadang-kadang berlangsung lama
dan sewaktu-waktu bisa kambuh lagi.4
Medikamentosa
Beberapa kategori dari medikasi vestibular suppresan yang biasa digunakan yaitu
benzodiazepine dan antihistamine. Benzodiazepine seperti diazepam dan clonazepam
yang memiliki efek anxiolitik, sedatif, muscle relaksan, anti konvulsi derivate dari efek
inhibitor potensial sistem asam gamma-amino butirat. Dalam mengatasi dizziness,
medikasi ini bisa mengurangi sensasi rasa berputar, tetapi juga dengan kompensasi pada
kondisi vestibular perifer. Antihistamin, di sisi lain untuk menekan rasa mual dan
muntah. Contoh antihistamin yaitu meclizine dan diphenhydramine. Akan tetapi belum
ada bukti dari literature yang menyarankan medikasi vestibular suppresan efektif
sebagai pengobatan primer dari BPPV atau subsitusi dari manuver reposisi.
19
Obat-obatan anti vertigo seringkali tidak dibutuhkan, oleh karena vertigo-nya
berlangsung sebentar saja. Lagipula serangan akut vertigonya tidak dapat sepenuhnya
ditekan dengan obat antivertigo.9
ANTIHISTAMIN
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo.Antihistamin yang
dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin,
siklisin.Antihistamin yang mempunyai anti vertigo juga memiliki aktivitas anti-
kholinergik di susunan saraf pusat.Mungkin sifat anti-kholinergik ini ada kaitannya
dengan kemampuannya sebagai obat antivertigo.Efek samping yang umum dijumpai
ialah sedasi (mengantuk).Pada penderita vertigo yang berat efek samping ini
memberikan dampak yang positif.
ANTAGONIS KALSIUM
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo.Obat antagonis kalsium
Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan.Merupakan obat
supresan vestibular karena sel rambut vestibular mengandung banyak terowongan
kalsium.Namun, antagonis kalsium sering mempunyai khasiat lain seperti anti
kholinergik dan antihistamin. Sampai dimana sifat yang lain ini berperan dalam
mengatasi vertigo belum diketahui.
- Cinnarizine (Stugerone)
FENOTIAZINE
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah). Namun
tidak semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil) dan
20
Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh bahan
kimiawi namun kurang berkhasiat terhadap vertigo.
OBAT SIMPATOMIMETIK
Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo.Salah satunya obat
simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah efedrin.
- Efedrin
Lama aktivitas ialah 4 – 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali sehari.
Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti vertigo lainnya.
Efek samping ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan menjadi gelisah –
gugup.
- Skopolamin
Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin dan mempunyai
khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3 mg – 0,6 mg, 3 – 4 kali sehari.
21
Latihan
22
Gambar 4. Metoda Brandt Daroff
b. Vibrasi
Metoda ini diperkenalkan oleh Epley dan disebut Canalith Repositioning
Procedure.
Caranya L vibrator diletakkan pada daerah mastoid telinga yang diduga ada
kelainan. Pasien berbaring terlentang dengan kepala agak hiperektensi, lalu kepala
diputar ke arah telinga tersebut sampai muka menghadap ke lantai dengan sudut
45o, pertahankan posisi tersebut selama 15 detik atau sampai nistagmus
menghilang. Kemudian kepala dan badan diputar kea rah berlawanan sampai muka
menghadap ke lantai dengan sudut 45o, pertahankan selama 15 detik. Selanjutnya
pasien duduk dengan kepala menunduk selama 15-30 detik, sementara itu vibrasi
dilakukan terus pada mastoid.
23
Prosedur ini menyebabkan debris terlepas dari kupula dan masuk ke dalam
endolimfe. Setelah 1 minggu bila vertigo timbul lagi bisa dilakukan vibrasi ulang.
Komplikasi dari prosedur ini termasuk konversi dari canalith menjadi canal
yang berbeda pada alterasi dari tipe nistagmus dan atau arah nistagmus. Komplikasi
ini dapat dicegah dengan manuver tambahan selama duduk, Komplikasi lain
termasuk yang dilaporkan yaitu rasa nyeri, berkeringat, demam, dan hipotensi
selama manuver tadi.1,2,4,13
1. Tunggu selama 10 menit setelah manuver dilakukan sebelum pulang ke rumah. Ini
mencegah terjadinya putaran cepat atau serangan vertigo tiba-tiba seperti reposisi
24
debris setelah manuver. Jangan berkendara sendirian ke rumah; lebih baik
seseorang yang mengantar.
2. Tidur dengan kepala ditinggikan dengan 45o. Ini biasanya lebih mudah dilakukan
dengan kursi sandaran atau menggunakan bantal yang disusun di atas kursi.
Selama hari itu, tetap jaga kepala posisi vertical. TIdak boleh bepergian ke tempat
tukang cukur atau dokter gigi. Jangan beraktifitas yang berhubungan dengan
kepala.
3. Untuk sekurangnya 1 minggu, mencegah perubahan posisi kepala yang memicu
BPPV lagi. Gunakan 2 bantal saat tidur, cegah tidur dalam posisi sisi afektif, dan
jangan biarkan kepala terlalu ke atas atau ke bawah.
4. Selama 1 minggu setelah perawatan, posisikan diri biasanya yang membuat
pusing. Posisikan dengan tanpa mencederai diri. Biarkan dokter tahu bagaimana
dirimu melakukannya.
Manuver ini efektif dalam 80% pasien dengan BPPV. Jika manuver ini bekerja
dengan baik tetapi gejala muncul atau berespon parsial, manuver lain disarankan
dilakukan.2,13
25
Terapi Bedah
Pada sebagian kecil penderita BPPV yang berkepanjangan dan tidak sembuh dengan
terapi konservatif bisa dilakukan operasi neurektomi atau cannal plugging. Akan tetapi
tindakan operatif tersebut bisa menimbulakn komplikasi berupa tuli sensorineural pada
10% kasus.10
Hanya sekitar 1 / 200 BPPV kami pasien akhirnya memiliki prosedur ini dilakukan.
Operasi tidak harus dipertimbangkan sampai ketiga manuver / latihan (manuver epley,
semont, dan brandt daroff) telah dicoba dan gagal.
Pengobatan bedah BPPV tidak mudah - dokter THT Anda mungkin akan tidak
memiliki pengalaman sama sekali dengan operasi ini. Tentu saja, selalu dianjurkan
saat merencanakan operasi untuk memilih ahli bedah yang telah selebar pengalaman
mungkin. Komplikasi jarang terjadi, namun demikian kita masih harus berpikir hati-
hati tentang menjalani prosedur yang memiliki resiko 3% dari kehilangan pendengaran
unilateral.10,13
Jika latihan yang dijelaskan di atas tidak efektif dalam mengendalikan gejala, gejala
telah berlangsung selama satu tahun atau lebih, dan diagnosis sangat jelas, prosedur
bedah yang disebut "Canal plugging blocks" mungkin disarankan. Canal memasukkan
sebagian besar blok fungsi kanal posterior tanpa mempengaruhi fungsi dari saluran
lain atau bagian dari telinga. Prosedur ini menimbulkan risiko kecil untuk mendengar -
sekitar 3%, tetapi efektif pada sekitar 85-90% dari individu yang tidak memiliki
respon terhadap pengobatan lain. Risiko operasi untuk mendengar berasal dari
melanggar sengaja ke dalam kompartemen endolimfatik ketika mencoba untuk
membuka labirin tulang dengan bor.10,13
26
BAB IV
PEMBAHASAN
27
detik sampai beberapa menit dan diperberat oleh perubahan posisi
intermiten serta tergantung posisi dan dan gerakan kepala.
gerakan kepala. - Serangan berat.
- Serangan berat - Terdapat mual dan muntah.
- Selalu disertai nystagmus (+) arah - Tidak ada gangguan pendengaran.
horisontal.
- Terdapat gejala otonom, seperti mual,
muntah, keringatan.
- Biasanya ada disfungsi pendengaran.
Jadi kemungkinan lesi perifer belum dapat disingkirkan.
Jadi kemungkinan etiologi trauma kepala dan infeksi telinga tengah dapat disingkirkan,
28
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
telinga bagian dalam yang mana ada pengulangan episodic dari vertigo posisional.
Penyebab dari BPPV yaitu Idiopatik dan simtomatik (pasca trauma, pasca-labirinitis
Vertigo pada BPPV dirasakan berputar, bisa disertai rasa mual, kadang-kadang
Umumnya BPPV menghilang sendiri dalam beberapa hari sampai minggu dan
Diagnosa BPPV didapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik, tes Dix Hallpike
dan Elektronistagmografi.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Weber Peter. Vertigo and disequilibrium: a practical guide to diagnose and management.
United Kingdom: Thieme Medical Publishers, 2008.
2. Solomon David. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. Current Science Inc. 2000:
2:417–427.
4. Fife D, Fitzgerald JE. Do patients with benign paroxysmal positional vertigo receive
prompt treatment? Analysis of waiting times and human and financial costs associated
with current practice. Int J Audiol. 2005;44: 50-57.
6. Oghalai JS, Manolidis S, Barth JL, et al. Unrecognized benign paroxysmal positional
vertigo in elderly patients. Otolaryngol Head Neck Surg. 2000;122:630-4.
7. Aw ST, Todd MJ, Aw GE, McGarvie LA, Halmagyi GM. Benign positional nystagmus:
A study of its three-dimensional spatio-temporal characteristics. Neurology.
2005;64:1897-1905.
8. Tomaz A, Gananca MM, Gananca CF, et al. Benign Paroxysmal Positional Vertigo:
Concomitant Involvement of Different Semicurcular Canals. Ann Oto Rhinol Laryn.
2009;118: 113-117.
30