Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perpisahan anak dengan orang tuanya untuk pertama kali membuat anak

merasakan suatu kondisi yang berbeda dimana awalnya kebiasaan anak selalu

dengan orangtua setiap waktu sekarang anak harus pergi bersekolah tanpa di

dampingi orang tua. Perpisahan anak dengan orang tua ini bisa menimbulkan

kecemasan hingga stres pada anak. Gangguan kecemasan yang sering dialami

anak seperti ini biasa disebut SAD (Separation Anxiety Disorder) yaitu

kecemasan yang berlebihan tentang keterpisahan dengan anggota keluarga

terutama orang tua. Anak yang mengalami kecemasan ini sangat tertekan

berpisah dengan figur lekatnya dan berusaha sekuatnya untuk menghindari

perpisahan (Schoeder,2002).

Menurut APA (Assotiation Pshyciatric America) tahun 2008 terdapat 60 – 80%

anak mengalami kecemasan akibat perpisahan dengan orang tua saat berada di

sekolah, dan sekitar 43% anak menolak untuk bersekolah karena takut

berdaptasi. Menurut Leni Susanti, Di Indonesia, Gangguan cemas merupakan

gangguan yang paling banyak dialami anak yang tidak mau bersekolah dan

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor perpisahan terhadap orang tua

merupakan faktor yang paling dominan yakni 58,33%. Berdasarkan studi

pendahuluan yang dilaksanakan di TK Pertiwi 2 Sugihwaras selama 3 minggu

terakhir didapatkan bahwa dari jumlah 49 anak yang mengalami kecemasan

saat berpisah dengan orang waktu pembelajaran di sekolah ada 20 anak.


Ketidakinginan berpisah dengan orang tua saat belajar di sekolah karena cemas

merasa takut dengan suasana dan kondisi yang baru.

Anak pada usia pre school terbiasa beraktivitas dan berkumpul dengan orang

tua atau keluarga yang dikenalinya, namun pada saat anak masuk ke sekolah

pertama kali ia akan merasa dirinya asing berada ditempat tersebut, belum

mengenal teman, belum mengenal guru, itupun harus beradaptasi dahulu dari

perbedaan yang ada di rumah sehingga menimbulkan kecemasan atau

ketakutan pada diri anak saat orang tua atau keluarganya meninggalkan anak

tersebut untuk belajar sendiri di sekolah. Kecemasan pada anak dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, saat berpisah dengan orang tua

saat belajar di sekolah yang tidak di atasi akan menimbulkan beberapa dampak

yang dapat mengganggu perkembangan psikososial misal, anak menjadi

pendiam tidak mau berinteraksi, takut yang berlebihan, stress, terganggunya

pelajaran dan lebih fatal lagi jika anak tersebut mengalami depresi. bentuk dari

kecemasan ini anak bisa menangis, berteriak, mengamuk (Tantrum)Orang tua

dan guru wajib memperhatikan kecemasan anak sehingga tidak terjadi hal yang

tidak diinginkan seta membantu dan mendorong motivasi anak agar dapat

mandiri dan mau berpisah dengan orang tua saat belajar di sekolah.

Untuk mencegah dan mengatasi kecemasan anak pada saat berpisah dengan

orang tuanya dalam belajar disekolah antara lain ada beberapa hal dengan

membujuk anak dengan suatu permainan, dengan dongeng atau cerita, atau

mungkin menenagkan anak dengan terapi musik dan Terapi Dramatic Play.

Dimana terapi dramatic play (Terapi bermain drama) adalah salah satu contoh

terapi yang dapat dilakukan pada anak dengan masalah psikososial. Bermain
dramatic dapat dilakukan anak dengan mencoba melakukan berpura-pura

dalam berperilaku seperti anak memperankan sebagai orang dewasa, seorang

ibu dan guru dalam kehidupan sehari-hari. Sifat dari permainan ini adalah

dituntut aktif dalam memerankan sesuatu. Permainan dramatik ini dapat

dilakukan apabila anak sudah mampu berkomunikasi dan mengenal kehidupan

social (Hidayat, A.Aziz Alimul:2005). Di dalam terapi ini anak akan diajak

bermain drama untuk mencontohkan bahwa tidak ada yang pelu ditakutkan jika

berpisah dengan orang tua pada saat proses belajar disekolah. Selain itu,

Sebagai perawat peneliti harus melakukan asuhan keperawatan untuk

mengurangi kecemasan dengan menggunakan model terapi ini, karena dengan

terapi ini anak akan lebih mudah mengerti dan memahami bahwa anak tidak

perlu cemas atau takut saat berada disekolah sehingga perkembangan

psikososial anak tidak terganggu.

Berdasarkan fenomena dan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Pengaruh Terapi Dramatic Play terhadap

Kecemasan Pada anak saat berpisah dengan orang tua dalam proses belajar di

sekolah di TK Pertiwi 2 Sugihwaras ”.

1.2 Rumusan Masalah

Anak usia pre school merupakan anak yang berusia 3-6 tahun.Dimana mereka

memiliki perilaku yang aktif namun masih memiliki sifat yang sangat

emosional tinggi dan suka marah dari segi psikososial pun mereka mudah stres.

(Hidayat,2010). Bertambahnya usia anak maka mereka harus mau untuk

menuntut ilmu atau bersekolah. Dimana sebelumnya anak hanya bermain dan

bersosialisasi di rumah kini anak harus beradaptasi dengan lingkungan sekolah


dengan suasana baru dan berpisah dengan orang tua dan keluarga yang

dikenalinya. Oleh sebab itu, anak banyak mengalami kecemasan pada saat awal

masuk ke sekolah mereka menangis, berteriak bahkan mengamuk (tantrum)

agar tidak berpisah dengan orang tuanya saat proses belajar di sekolah. Untuk

mengatasi hal tersebut perlunya dilakukan tindakan misal, Dramatic Play agar

anak tidak merasa cemas saat berpisah dengan orang tua di dalam proses

belajar serta mampu beradaptasi dan sosialisasi di sekolah.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah

dalam penelitian ini yaitu, adakah pengaruh Terapi Dramatic Play terhadap

Kecemasan Pada anak usia pre school saat berpisah dengan orang tua dalam

proses belajar di sekolah di TK Pertiwi 2 Sugihwaras.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh Terapi Dramatic Play terhadap Kecemasan Pada anak

saat berpisah dengan orang tua dalam proses belajar di sekolah di TK

Pertiwi 2 Sugihwaras.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi Kecemasan Sebelum dilakukan Terapi Dramatic Play

Pada Anak usia pre school di TK Pertiwi 2 Sugihwaras

1.3.2.2 Mengidentifikasi Kecemasan anak Sesudah dilakukan Terapi Dramatic

Play Pada Anak usia pre school di TK Pertiwi 2 Sugihwaras

1.3.2.3 Menganalisis pengaruh Terapi Dramatic Play terhadap Kecemasan Pada

anak usia pre school di TK Pertiwi 2 Sugihwaras


1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang adanya pengaruh Terapi

Dramatic Play terhadap Kecemasan Pada anak saat berpisah dengan orang

tua dalam proses belajar di sekolah.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Responden

Menambah Kemandirian dan perkembangan psikososial serta mengurangi

kecemasan saat berpisah dengan orang tua dalam proses belajar disekolah.

1.4.2.2 Bagi Tempat Penelitian

Dapat memberikan informasi bagi sekolah bahwa Terapi Dramatic Play

dapat mempengaruhi penurunan kecemasan pada anak saat berpisah

dengan orang tua dalam proses belajar di sekolah

1.4.2.3 Bagi Peneliti

Mengetahui adanya pengaruh Terapi Dramatic Play terhadap Kecemasan

Pada anak saat berpisah dengan orang tua dalam proses belajar di sekolah.

1.4.2.4 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai Tambahan wawasan, sumber bacaan dan sebagai sumber

penelitian berikutnya untuk mahasiswa STIKES Karya Husada Kediri.

1.5 Relevansi Penelitian

Perpisahan anak dengan orang tuanya untuk pertama kali saat berada di

sekolah merupakan salah satu faktor kecemasan pada anak. Anak harus

bersosialisasi dan beradaptasi dengan orang – orang baru yang tidak mereka

kenali sebelumnya. Mereka merasa takut dan sendirian sehingga meluapkan


kecemasan tersebut dengan marah, menangis, berteriak, mengamuk

(tantrum). Kecemasan pada anak usia pra sekolah ini perlu ditindak lanjuti

agar mereka tidak menjadi trauma, stres atau depresi. Menurut UU Nomor 18

tahun 2014 pasal 5 tentang kesehatan jiwa, dimana upaya kesehatan jiwa

dilakukan melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Untuk masalah kecemasan pada anak usia prasekolah saat berpisah dengan

orang tuanya dapat dilakukan upaya preventif. Upaya preventif ini dapat

dilakukan banyak cara agar anak merasa nyaman dan mampu berpisah saat

belajar disekolah. kejadian ini bukan hanya pada suatu tempat melainkan

banyak tempat di seluruh bagian dunia. penyebab hal ini adalah sulitnya anak

beradaptasi pada linkungan baru yang tidak mereka kenali sebelumnya.

Untuk mengatasi kecemasan pada anak-anak ini perlu dukungan dari berbagai

pihak, mulai dari keluarga, masyarakat, termasuk tenaga kesehatan yang

menangani masalah kesehatan jiwa pada anak. Oleh karena itu, Perawat,

Orang tua dan Guru saling bekerja sama untuk menangani masalah ini

sehingga kecemasan anak bisa menurun dan anak dapat belajar dan

mengembangkan pengetahuan tanpa harus merasa cemas dengan berpisahnya

dengan orang tua maupun saudara yang dikenalinya sehingga terciptalah anak

yang mandiri, kreatif dan tidak mengganggu perkembangan psikososialnya.

Anda mungkin juga menyukai