Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Uraian Lokasi PKL
Dalam rangka menunjang pembelajaran mata kuliah Fitokimia I dalam
bidang farmasi, maka pada tanggal 05-08 Januari 2017 diadakan Praktek
Kerja Lapangan untuk mahasiswa/mahasiswi jurusan Farmasi Univesitas
Negeri Gorontalo yang memprogramkan mata kuliah ini. Adapun PKL kali
ini bertempat di desa Botumoito Kecamatan Mebongo Kabupaten
Boalemo. Pada PKL ini mahasiswa mengambil sampel di daerah kaki
gunung desa Botumoito karena banyak tumbuhan yang tumbuh didaerah
tersebut.
Didesa Botumoito Kecamatan Mebongo ini termasuk desa yang
bersih lingkungan, selain itu masyarakat sekitar juga menyambut para
praktikan dengan ramah, dan juga desa tersebut dikelilingi dengan
pegunungan. Diantara gunung tersebut merupakan pusat pendakian untuk
mencari sampel pada kegiatan PKL. Selama empat hari dilokasi PKL ada
banyak kegiatan-kegiatan mahasiswa yang dilakukan di desa Botumoito
tersebut. Desa Botumoito juga merupakan salah satu daerah wisata yang
dikenal dengan keindahan alamnya karena di desa tersebut terdapat air
terjun yang dapat menarik para wisatawan.
Perjalanan pencarian sampel di pegunungan Botumoito, mahasiswa
menempuh jarak sekitar 10000 dpl dari rumah warga. Jarak tersebut cukup
jauh dan melelahkan namun karena keramahan dari warga setempat kami
dipandu dengan warga setempat yang telah mengetahui arah jalan menuju
lokasi dan para asisten juga yang membantu menempuh susahnya jalan
dipegunungan tersebut. Selama di perjalanan kami disuguhkan dengan
pemandangan alam yang indah dan udara yang segar dari pepohonan
dengan susana cuaca hujan yang kurang mendukung. Dengan mengikuti
jalur sungai, akhirnya kami sampai pada lokasi pengambilan sampel.
Pencarian sampel dimulai berbagai tumbuhan yang kami dapatkan untuk
pembuatan simplisia berupa daun, batang, akar, bunga, serta bagian
tanaman lain. Setelah pengambilan sampel kami sempat melepas lelah
dengan mandi di air terjun Botumoito.
II.2 Simplisia
II.2.1 Definisi
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain,
berupa bahan yang telah dikeringkan (Dep.Kes RI, 1995).
Simplisia sebagai produk hasil pertanian atau pengumpulan dari
tumbuhan liar (wild crop) memiliki kandungan kimia yang tidak terjamin
selalu konstan karena adanya variabel bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi
(umur dan cara) panen, serta proses pasca panen dan preparasi akhir.
Variasi kandungan senyawa dalam produk hasil panen tumbuhan obat
disebabkan oleh beberapa aspek sebagai berikut (Depkes RI, 2000) :
1. Genetik (bibit)
2. Lingkungan (tempat tumbuh, iklim)
3. Rekayasa agronomi (fertilizer, perlakuan selama masa tumbuh)
4. Panen (waktu dan pasca panen) Besarnya variasi senyawa
kandungan meliputi baik jenis ataupun kadarnya, sehingga timbul
jenis (spesies) lain yang disebut kultivar (Depkes RI, 2000).
Proses pemanenan dan preparasi simplisia merupakan proses yang
dapat menentukan mutu simplisia dalam artian, yaitu komposisi senyawa
kandungan, kontaminasi dan stabilitas bahan (Depkes RI, 2000).
II.2.2 Penggolongan simplisia (Dep.Kes RI, 1995)
1. Simplisia nabati, adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh,
bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan anatara ketiganya.
Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari
tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya.
Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya
yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya.
2. Simplisia hewani, adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau
zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan
kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asseli) dan madu
(Meldepuratum).
3. Simplisia mineral atau pelikan, adalah simplisia yang berupa bahan
pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng
dan serbuk tembaga.
II.2.3 Cara Pembuatan Simplisia (Dep.Kes RI, 1995)
Pembuatan simplisia merupakan proses memperoleh simplisia dari
alam yang baik dan memenuhi syarat-syarat mutu yang dikehendaki
a. Teknik pengumpulan
Pengumpulan atau panen dapat dilakukan dengan tangan atau
menggunakan alat (mesin). Apabila pengambilan dilakukan secara
langsung (pemetikan) maka harus memperhatikan keterampilan si
pemetik, agar diperoleh tanaman/bagian tanaman yang dikehendaki,
misalnya daun yang muda, maka daun yang tua jangan dipetik dan
jangan merusak bagian tanaman lainnya. Misalnya jangan
menggunakan alat yang terbuat dari logam untuk simplisia yang
mengandung senyawa fenol dan glikosa.
1. Waktu pengumpulan atau panen
Kadar kandungan zat aktif suatu simplisia ditentukan oleh
waktu panen, umur tanaman, bagian tanaman yang diambil dan
lingkungan tempat tumbuhnya,
Pada umumnya waktu pengumpulan sebagai berikut :
1) Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum
buah menjadi masak, contohnya, daun Athropa belladonna
mencapai kadar alkaloid tertinggi pada pucuk tanaman saat
mulai berbunga. Tanaman yang berfotosintesis diambil
daunnya saat reaksi fotosintesis sempurna yaitu pukul 09.00-
12.00.
2) Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar.
3) Buah dipetik dalam keadaan tua, kecuali buah mengkudu
dipetik sebelum buah masak.
4) Biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna.
5) Akar, rimpang (Rhizoma), umbi (Tuber) dan umbi lapis
(Bulbus), dikumpulkan sewaktu proses pertumbuhannya
berhenti.
2. Bagian Tanaman
1) Klika batang (Korteks)
Klika diambil dari batang utama dan cabang, dikelupas
dengan ukuran panjang dan lebar tertentu, sebaliknya dengan
cara berselang-seling dan sebelum jaringan kambiumnya,
untuk klika yang mengandung minyak atsiri atau senyawa
fenol gunakan alat pengelupas yang bukan terbuat dari logam.
2) Batang (Caulis)
Batang diambil dari cabang utama sampai leher akar,
dipotong-potong dengan panjang dan diameter tertentu.
3) Kayu (Lignum)
Kayu diambil dari batang atau cabang, kelupas kulitnya dan
potong-potong kecil.
4) Daun (Folium)
Daun tua atau muda (daun kelima dari pucuk) dipetik satu
persatu secara manual.
5) Bunga (Flos)
Tergantung yang dimaksud, dapat berupa kuncup atau
bunga mekar atau mahkota bunga atau daun bunga, dapat
dipetik langsung dengan tangan.
6) Akar (Radix)
Bagian yang digunakan adalah bagian yang berada di
bawah permukaan tanah, dipotong-potong dengan ukuran
tertentu.
7) Rimpang (Rhizoma)
Tanaman dicabut, rimpang diambil dan dibersihkan dari
akar, dipotong melintang dengan ketebalan tertentu.
8) Buah (Fructus)
Dapat berupa buah yang masak, matang atau buah muda,
dipetik dengan tangan
9) Biji (Semen)
Buah yang dikupas kulit buahnya menggunakan tangan
atau alat, biji dikumpulkan dan dicuci.
10) Umbi lapis (Bulbus)
Tanaman dicabut, bulbus dipisahkan dari daun dan akar
dengan memotongnya.
b. Pencucian dan sortasi basah
Pencucian dan sortasi basah dimaksudkan untuk
membersihkan simplisia dari benda-benda asing dari luar (tanah,
batu dan sebagainya), dan memisahkan bagian tanaman yang
tidak dikehendaki. Pencucian dilakukan bagi simplisia utamanya
bagian tanaman yang berada di bawah tanah (akar, rimpang),
untuk membersihkan simplisia dari sisa-sisa tanah yang melekat.

c. Perajangan
Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses
pengeringan dan perwadahan setelah dicuci dan dibersihkan dari
kotoran atau benda asing. Sampel dijemur dulu  1 hari kemudian
dipotong-potong kecil dengan ukuran antara 0,25-0,06 cm yang
setara dengan ayakan 4/8 (tergantung jenis simplisia). Semakin
tipis perajangan maka semakin cepat proses pengeringan kecuali
tanaman yang mengandung minya menguap, perajangan tidak
boleh karena menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat aktif,
sebaliknya bila perajangan terlalu tebal pengeringannya lama dan
mudah berjamur.
d. Pengeringan
Tujuan pengeringan pada tanaman atau bagian tanaman
adalah:
1) Untuk mendapatkan simplisia yang awet, tidak rusak dan
dapat digunakan dalam jangka relatif lama.
2) Mengurangi kadar air, sehingga mencegah terjadinya
pembusukan oleh jamur atau bakteri karena terhentinya
proses enzimatik dalam jaringan tumbuhan yang selnya
telah mati. Agar reaksi enzimatik tidak dapat berlangsung,
kadar air yang dainjurkan adalah kurang dari 10 %.
3) Mudah dalam penyimpanan dan mudah dihaluskan bila
ingin dibuat serbuk.
1. Pengeringan alamiah
Tergantung dari kandungan zat aktif simplisia, pengeringan
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a) Sinar matahari langsung, terutama pada bagian
tanaman yang keras (kayu, kulit biji, biji dan
sebagainya) dan mengandung zat aktif yang relatif
stabil oleh panas)
b) Diangin-anginkan dan tidak terkena sinar matahari
secara langsung, umumnya untuk simplisia bertekstur
lunak (bunga, daun dan lain-lain) dan zat aktif yang
dikandungnya tidak stabil oleh panas (minyak atsiri).
2. Pengeringan buatan
Cara pengeringan dengan ,menggunakan alat yang dapat
diatur suhu, kelembaban, tekanan atau sirkulasi udaranya.
e. Pengawetan Dan penyimpanan simplisia
Sortasi kering dilakukan sebelum pewadahan memisahkan
sisa benda asing atau bagian tanaman yang tidak dikehendaki
yang tidak tersortir pada saat sortasi basah.
Simplisia yang diperoleh diberi wadah yang baik dan
disimpan pada tempat yang dapat menjamin terpeliharanya mutu
dari simplisia. Wadah terbuat dari plastik atau gelas yang
berwarna gelap dan tertutup kedap memberikan suatu jaminan
yang memadai terhadap isinya. Wadah dari logam tidak
dianjurkan agar tidak berpengaruh terhadap simplisia. Ruangan
penyimpanan simplisia harus diperhatikan suhu kelembaban
udara ruangannya.
II.3 Uraian Tanaman
II.3.1 Brotowali (Plasmodium berghei)
a. Klasifikasi tanaman (Badan POM RI, 2008)
Regnum : Plantae
Sub divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rununculales
Famili : Menispermaceae
Gambar II.3.1 Brotowali
Genus : Tinospora
Spesies : Tinospora crispa (Citrulus aurantium L.)

b. Nama Daerah
Bratawali (Melayu); Andawali (Sunda); Brotowali (Jawa
Tengah); Antawali (Bali).
c. Morfologi tanaman
Dalam darah rodensia bentuk Plasmodium berghei yang bisa
diketemukan ada 4 (empat) yaitu: bentuk cincin, tropozoit, skizon dan
gametosit (Gingras and Jensen, 1993):
1) Bentuk cincin: tampak sebagai cincin dengan sitoplasma biru
dengan nucleus kromatin merah seperti titik, terlihat dengan
pengecatan Giemsa dari hapusan darah tepi.
2) Bentuk tropozoit: berbentuk amuboid atau seperti pipa
3) Bentuk skizon: ukuran kira-kira 27 m pada hari keempat setelah
infeksi dan pada eritrosit tampak sebagai titik-titik kasar berwarna
merah gelap yang tampak jelas.
4) Bentuk gametosit. Ada dua bentuk gametosit yaitu
makrogametosit dan mikrogametosit. Makrogametosit berbentuk
pisang, bernoda biru mengandung kumpulan nucleus dan granul,
sedangkan bentuk mikrogametosit seperti ginjal atau kacang,
bernoda biru muda atau kemerahan mengandung nucleus yang
mengkilat dengan granul yang lebih kecil dan tersebar.
d. Kandungan kimia
Tanaman brotowali banyak mengandung bahan seperti alkaloid,
dammar lunak, pati, glikosida pikroretosid, zat pahit pikroretin, harsa,
berberin, palmatin dan kolumbin) (Umi et al., 1995; Pachaly et al.,
1992)
e. Khasiat
Tanaman ini telah diketahui memiliki banyak khasiat, yaitu:
sebagai antipiretik, analgesik, antiparasitik, antiseptik, antidiabetik
dan antitumor. Efek tersebut didapat dari kandungan bahan-bahan
aktif yang terdapat di dalamnya (Saptorini, 2007).
f. Manfaat
Tanaman brotowali dapat untuk mengatasi: rematik artritis, rematik
sendi pinggul (sciatica), memar, demam, merangsang nafsu makan,
demam kuning, kencing manis dan malaria, dan juga Brotowali
sebagai obat untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita
diabetes. (Perry, 1980; Pushpangadan dan Atal, 1984).
II.3.2 Langsat (Lansium Domestikum)
a. Klasifikasi tanaman (Badan POM RI, 2008)
Regnum : Plantae
Sub Divisi: Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Maliaceae
Genus : Lansium
Gambar II.3.2 Langsat
Spesies : Lansium Domestikum
(Mangifera indica)
b. Nama Daerah
Berdasarkan daerah nama tanaman ini memiliki perbedaan nama
seperti: Duku, kokosan, langsat, (Indonesia), duku, langsak
(Burmese), langsat, duku (English), lanzone, lanzon, lansones,
lansone, buahan (Filipino), langseh, langsep, lansa (Malay), duku,
longkong, langsat (Thai), dan bonbon Vietnamese) (Yaacob &
Bamroongrugsa, 1991; Lim, 2012).
c. Morfologi tanaman
Langsat merupakan salah satu buah asli yang tumbuh di Indonesia
dan merupakan salah satu tanaman berkayu yang hidup selama
menahun. Tanaman ini dapat tumbuh baik didaerah tropis dengan
daratan normal. Selain itu langsat juga merupakan buah yang memiliki
daging tebal dan berbiji. Tanaman langsat memiliki daun majemuk,
memiliki tangkai bercabang-cabang yang menyokong daun, langsat
memiliki batang berbentuk bulat dan memanjang serta memiliki warna
kecoklatan, abu-abu, dll. Tanamn langsat ini memiliki akar tunggang,
dan memilki buah berbentuk bulat seperti kelereng, memiliki warna
kuning muda ketika masih mnetil dan juga kuning tua keputihan jika
buah sudah matang. Dan juga memilki bunga yang berwarna
kehijauan hingga kekuningan yang berbentuk seperti bunga kelapa
(Matnawi, H. 1989).
d. Kandungan kimia
Tanaman langsat mengandung kalori yang cukup banyak yaitu 70
kal setiap 100 gram buah langsat, protein, lemak, karbohidrat, mineral
alami, kalsium dan fisfir yang baik untuk tulang, zat besi dan beberapa
kandungan bermanfaat lainnya (Matnawi, H. 1989).
e. Khasiat
Langat memiliki khasiat sebagai antimalaria, antitumor, antikanker,
antibakteri, antimelanogenesis, antimutagenik dan antioksidant (Yapp
& Yap, 2003; Saewan et al., 2006; Arung et al., 2009; Klungsupya et
al., 2012).
f. Manfaat
Pada kulit dan biji buah langsat mampu menurunkan demam dan
juga sekaligus sebagai obat diare, kulit kayu dari buah langsat juga
mampu mengobati gigitan serangga yang mematikan, berkhasiat
sebagai obat disentri, membantu melancarkan pencernaan dalam
tubuh, dan mampu mencegah akan terserangnya penyakit kanker
(Matnawi, H. 1989).
II.3.3 Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)
a. Klasifikasi tanaman (Badan POM RI, 2008)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Gambar II.3.3 Temulawak
Genus : Curcuma
(Andrographis paniculata)
Spesies : Curcuma xanthorrhiza
b. Nama Daerah
Temulawak memiliki nama daerah yang berbedah antara lain:
Sumatra (temulawak), sunda (temulawak), Jawa (Temo labak)
Madura, Indonesia (Temu lawak).
c. Morfologi tanaman
Temulawak merupakan tanaman terna berbatang semu dengan
tinggi hingga lebih dari 1 m tetapi tidak lebih dari 2 m, berwarna hijau
atau coklat gelap. Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan
memiliki cabang yang kuat, berwarna hijau gelap. Tiap batang
mempunyai daun 2-9 helai dengan bentuk bundar memanjang, warna
daun hijau atau coklat keunguan. Memiliki panjang daun 31-84 cm
dan lebar 10-18 cm. Bagian dari tanaman temulawak yang paling
banyak dimanfaatkan adalah bagian umbinya. Bagian pinggir
penampangnya berwarna kuning muda, sedangkan bagian tengahnya
berwarna kuning tua, memiliki aroma tajam dan rasa yang pahit
(Darwis et al., 1992). Bagian rimpang ini biasanya dipanen setelah
berumur 8-12 bulan. Secara alami temulawak tumbuh dengan baik
pada lahan yang teduh dan terlindung dari teriknya sinar matahari. Di
habitat alami tanaman ini dapat tumbuh subur di bawah naungan
pohon bambu atau jati (Herman, 1985).
d. Kandungan kimia
Rimpang temulawak segar mengandung air sekitar 75%,
mengandung minyak atsiri (volatile oil), lemak (fixed oil), zat
warna/pigmen, protein, resin, selulosa, pentosan, pati, mineral, zat-zat
penyebab rasa pahit dan sebagainya. Kandungan berbagai komponen
tersebut sangat tergantung pada umur rimpang pada saat dipanen,
temulawak memiliki kandungan minyak atsiri yang tinggi
dibandingkan denga curcuma yang lain. Temulawak merupakan
tanaman yang banyak digunakan untuk obat atau bahan obat.
Temulawak merupakan komponen penyusun hampir setiap jenis obat
tradisional yang dibuat di Indonesia. Dalam konteks penggunaan obat
tradisional, temulawak digunakan untuk mengatasi penyakit tertentu,
atau juga digunakan sebagai penguat daya tahan tubuh dari serangan
penyakit (Rukmana, 1995).
e. Khasiat
Rimpang tersebut berkhasiat obat yang mampu mengobati berbagai
penyakit kelainan pada hati (lever), kantong empedu dan pankreas. Di
samping itu, temulawak juga dapat menambah nafsu makan,
menurunkan kadar kolesterol dalam darah, meningkatkan sistem
imunitas dalam tubuh, berkhasiat antibakteri, anti diabetik, anti
hepatotoksik, anti inflamasi, antioksidan, anti tumor, diuretika,
depresan, dan hipolipidemik (Raharjo dan Rostiana, 2003).
f. Manfaat
Manfaat temulawak untuk kesehatan yaitu: Mengobati nyeri otot
dan sendi, Anti inflamasi atau radang, menurunkan kadar kolesterol
dalam darah, mencegah Penyakit hati, menambah nafsu makan,
diuretik atau peluruh kencing, pembersih darah alami, dan manfaat
temulawak untuk kecantikan yaitu: menghaluskan kulit wajah,
menyembuhkan jerawat serta menghilangkan bekasnya, menunda
penuaan atau kulit keriput terutama pada bagian kening wajah,
mencerahkan kulit dan mencegah kering
II.4 Uraian Bahan
II.4.1 Alkohol 70% (Dirjen POM, 1979; Raymond, 2009)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Latin : Etanol, alkohol
Rumus molekul : C2H5OH
Rumus struktur :
H H
H C C OH
H H

Berat Molekul : 46,07 g/mol


Pemerian : Jernih, berbau, bergerak, menghasilkan bau yang
khas dan rasa terbakar pada lidah.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Kegunaan : Untuk mensterilkan alat-alat laboratorium
II.4.2 Aquades (Dirjen POM, 1979; Ansel, 1989))
Nama resmi : AQUA DESTILATA
Nama latin : Aquades dan Air suling
Rumus molekul : H2 O
Rumus struktur :
O

H H
Berat molekul : 18,02 g/mol
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
Kegunaan : Sebagai pembersih

Anda mungkin juga menyukai