Anda di halaman 1dari 19

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

OTOMATISASI NYALA LAMPU BERDASARKAN ADA DAN


TIDAKNYA ORANG

DISUSUN OLEH : Kelompok 13

Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia Gedung Administrasi dan Laboratorium,

Kampus UI Depok 16424, Indonesia.

Telp. +62 21 290 274


HALAMAN PENGESAHAN

Program Kreatifitas Mahasiswa yang berjudul “ Otomatisasi Nyala Lampu

Berdasarkan Ada dan Tidaknya Orang” yang disusun oleh kelompok 13 telah disetujui dan

diserahkan sebagai syarat untuk mengikuti Simulasi OIV.

Jakarta, Mei 2015

Disetujui Oleh

Dosen Pembimbing Mentor Pembimbing

Febilia Yusabriani
DAFTAR ISI

SAMPUL.....................................................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................................ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................iii

RINGKASAN………………………………………………………………………………....v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah.............................................................................................................2

1.3 Rumusan Masalah................................................................................................................2

1.4 Manfaat Penelitian................................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori.....................................................................................................................4

2.1 Hipotesis...............................................................................................................................6

BAB III METDOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian..............................................................................................7

3.2 Setting Penelitian..................................................................................................................7

3.3 Teknik Pengambilan Data....................................................................................................7

3.4 Teknik Analisis Data..........................................................................................................10

3.5 Hasil Penelitian..................................................................................................................11


3.6 Pembahasan........................................................................................................................12

3.7 Kesimpulan.........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….....…….14
RINGKASAN

Tujuan penelitian ini adalah merancang sistem kontrol penyalaan lampu ruang

berdasarkan pendeteksian ada dan tidaknya orang didalam ruangan. Selain itu

penelitian ini juga dapat memudahkan masyarakat dalam melakukan segala aktifitas

mereka. Penulis akan melakukan suatu percobaan atau eksperimen untuk

membuktikan apakah otomatisasi nyala lampu berdasarkan ada dan tidaknya orang

dapat bermanfaat bagi kehidupan sehari – hari.


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penulis melakukan penelitian ini untuk memudahkan masyarakat dalam

melakukan segala aktifitas yang mereka lakukan sehari-hari. Dalam hal ini

otomatisasi nyala lampu merupakan salah satu cara untuk memudahkan masyarakat

dalam kegiatan mereka sehari-hari. Otomatisasi nyala lampu berdasarkan ada dan

tidaknya orang cukup membantu masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai

contoh dapat kita lihat pada lampu taman atau teras. Hal ini dikarenakan adanya

penggunaan otomatisasi pada lampu tersebut. Pada lampu-lampu taman atau teras

kemungkinan yang dapat terjadi pada sistem instalasi listriknya adalah menggunakan

sakelar otomatis. Contoh sakelar otomatis tersebut bisa saja photocell atau timer.

Photocell merupakan sakelar otomatis yang prinsip kerjanya berdasarkan sensor

cahaya. Jika photocell bekerja dengan prinsip cahaya, maka timer bekerja dengan

prinsip berdasarkan waktu tertentu. Otomatisasi yang akan dibahas kali ini yaitu

otomatisasi nyala lampu berdasarkan ada dan tidaknya orang dalam suatu ruangan.

Jika ada salah satu orang yang memasuki ruangan tersebut maka lampu otomatis akan

menyala. Seiring perubahan zaman yang semakin maju kita tidak boleh tertinggal

oleh negara-negara maju yang rata-rata mereka sudah menggunakan sistem robotika

dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu penulis ingin membuktikan bahwa Bangsa

Indonesia juga bisa menciptakan suatu alat yang bermanfaat bagi masyarakat dalam

kehidupan sehari-hari walaupun masih sangat sederhana. Indonesia merupakan negara

paling boros dalam pemakaian listrikdi ASEAN. Pemborosan dalam pemakaian listrik
itu umumnya terjadi di perkantoran atau bangunan publik. Contoh pemborosan

terbesar di perkantoran atau bangunan publik adalah penggunaan mesin penyejuk

udara (air conditioner,AC) dan lampu yang tetap dihidupkan meski sedang tidak

diperlukan. Padahal, porsi konsumsi listrik AC dan lampu relatif besar, yakni di atas

45% (untuk AC) dan 30% (untuk lampu). Berdasarkan pengamatan yang penulis

lakukan secara kualitatif terhadap penggunaan lampu dan AC di sejumlah ruangan

kelas di MTs. Negeri 4 bahwa rata – rata AC dan lampu tetap menyala saat tidak

diperlukan. Hal ini disebabkan perilaku dan kesadaran manusia pengguna ruangan itu

yang cenderung tidak peduli (atau lupa) terhadap upaya penghematan energi listrik.

Ruang kelas sering terlihat tetap menyala meskipun sedang tidak digunakan. Dengan

kata lain, lampu atau AC di ruangan tersebut terlihat terus – menerus manyala sejak

pagi hingga sore hari.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana cara kerja otomatisasi nyala lampu berdasrakan ada dan tidaknya

orang?

2. Mengapa memilih otomatisasi nyala lampu berdasarkan ada dan tidaknya orang,

bukan yang lain?

3. Apa yang menyebabkan lampu dapat menyala secara otomatis?

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulakan suatau rumusan masalah

sebagai berikut : “Apa yang menyebabkan lampu dapat menyala secara

otomatis?”

Lampu dapat menyala karena terdapat sensor PIR (Passive Infra Red) pada

otomatisasi tersebut. Sensor ini dapat mendeteksi keberadaan suatu benda (manusia)
dalam suatu ruangan. Sensor ini hanya dapat menangkap gelombang yang di

pancarkan manusia. Jadi, sensor ini dapat mengetahui kebaradaan benda (manusia)

dalam suatu ruangan tesebut.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian karya tulis ini antara lain :

1. Dapat memudahkan masyarakat dalam aktifitas mereka sehari – hari

2. Memudahkan siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar

3. Menghemat waktu dan tenaga, sehingga dapat melakukan hal yang lebih

bermanfaat

4. Menjadi motivasi bagi siswa untuk membuat sesuatu yang bermanfaat bagi

kelas,sekolah,maupun tempat umum.

5. Dapat menyadarkan masyarakat agar tidak boros dalam penggunaan listik.


BAB II

2.1 Landasan Teori

Otomatisasi adalah penggantian tenaga manusia dengan tenaga mesin yang

secara otomatis melakukan dan mengatur pekerjaan sehingga tidak memerlukan lagi

pengawasan manusia. Istilah otomasi mengandung pengertian sebagai suatu yang

bekerja dengan sendirinya. Maksud dari pengertian diatas adalah sebuah perangkat /

alat yang bekerja secara otomatis atau sendiri sesuai dengan fungsinya, tanpa

menunggu perintah dari luar. Contoh sederhana ada dalam tubuh kita, yaitu lambung.

Pada saat tidak ada makanan maka lambung akan dalam keadaan diam. Ketika ada

makanan yang masuk, lambung secara otomatis akan bekerja dan tentu saja dengan

bantuan beberapa kelenjar untuk mempermudah proses pengolahan makanan tersebut.

Contoh lainnya yang berkaitan dengan teknologi adalah Pintu Geser Otomatis, di

mana pada saat ada orang yang melewatinya maka pintu terbuka secara otomatis

kemudian akan menutup kembali jika oang tersebut sudah melewatinya dan akan

tertutup selama tidak ada yang melewatinya. Dari contoh – contoh diatas maka sebuah

perangkat otomat senantiasa akan memeriksa kondisi tertentu sesuai fungsinya dan

menjalankan tugas berdasarkan kondisi tertentu. Sedangkan sistem memiliki

pengertian sebagai susunan beberapa unsur / perangkat yang secara teratur saling

berkaitan membentuk satu kesatuan secara totalitas. Contoh sebuah sistem juga ada

dalam tubuh kita seperti sistem pencernaan yang terdiri dari mulut, lambung, usus

halus, adan usus besar dimana masing – masing memiliki fungsi yang berbeda namun

menjadi satu kesatuan yang utuh. Contoh lainnya yang berhubungan dengan teknologi

adalah kendaraan dimana terdapat mesin, setir, roda, rem, dan lain - lain yang bekerja

menjadi satu kesatuan yang utuh. Jadi sistem otomasi dapat dinyatakan sebagai

susunan beberapa perangkat yang masing – masing memiliki fungsi yang berbeda
namun saling berkaitan membentuk satu kesatuan dengan secara terus menerus

memeriksa kondisi masukan yang mempengaruhi untuk kemudian melaksanakan

pekerjaan sesuai dengan fungsinya secara otomatis atau dengan sendirinya. Beberapa

sistem kecil dapat digabungkan menjadi sebuah sistem yang lebih besar dan

kompleks. Telah dilakukan rancang-bangunan sistem otomatisasi kontrol lampu

berdasarkan keberadaan orang didalam ruangan. Sistem kontrol lampu akan menyala

selama ada orang di dalam ruangan. Keberadaan orang akan dideteksi oleh sensor

passive infrared (PIR). Jarak waktu respon dari sensor PIR KC7783R telah dicobakan,

dimana sensor hanya dapat mendeteksi objek selama 5,37 detik, namun dapat diatasi

dengan menggunakan program yang ditanamkan kedalam mikrokontroler ATmega16.

Jarak maksimum yang dapat dideteksi sistem PIR adalah 4,3 meter pada sudut 0°

(lurus dari depan sensor), dan 2 meter pada sudut 30° (kekiri dan kekanan). Sensor

membutuhkan waktu pemanasan selama 25,52 detik. Relay digunakan untuk

menhubungkan antara arus DC dan arus AC. Kata kunci : kontrol lampu, passive

infrared KC7783R, mikrokontroler ATmega16, relay. Untuk memantau / mendeteksi

seseorang yang masuk atau keluar ruangan itu digunakan sensor inframerah.

Informasi dari sensor diolah oleh mikrokontroler ATmega16 yang ada di ruang kelas

dan dikirim ke PC (personal computer) yang ada diruang kontrol melalui konektor

komunikasi serial RS485. Data yang diterima PC kemudian diolah dengan

menggunakan program Delphi untuk menghasilkan informasi visual yang ditampilkan

diruang kontrol. Kekurangan / kelemahan dalam penelitian ini adalah bahwa sistem

kontrolnya masih menggandalkan tenaga operator di ruang kontrol untuk menhidup –

matikan lampu diruang kelas.


2.1 Hipotesis

Jarak waktu respon dari sensor hanya dapat mendeteksi objek selama 5,37

detik. Jarak maksimum yang dapat dideteksi sistem PIR adalah 4,3 meter pada sudut

0° (lurus dari depan sensor), dan 2 meter pada sudut 30° (kekiri dan kekanan). Sensor

membutuhkan waktu pemanasan selama 25,52 detik


BAB III

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu : 10 Agustus – 26 Agustus

Tempat : kediaman penulis

3.2 Setting Penelitian

No. Waktu Kegiatan

1. 10 Agustus 2018  Menginstal software

 Mengatur software

2. 13 Agustus 2018  Mempersiapkan alat dan bahan

3. 15 Agustus 2018  Merakit alat

4. 23 Agustus 2018  Membuat progam

 Memindahkan program

5. 25 Agustus 2018  Melakukan percobaan

3.3 Teknik Pengambilan Data

Eksperimen

a. Alat dan Bahan :

 Minimum system

 Downloader

 Mikrokontroler

 Relay

 Lampu set

 Power supply

 Kabel
 Sensor pir

 Tang

b. Cara Kerja :

 Cara kerja sensor pir

Ketika seseorang berjalan melewati sensor, sensor akan menangkap

pancaran sinar inframerah pasif yang dipancarkan oleh tubuh manusia

yang memiliki suhu yang berbeda dari lingkungan sehingga

menyebabkan material pyroelectric bereaksi menghasilkan arus listrik

karena adanya energi panas yang dibawa oleh sinar inframerah pasif

tersebut. Kemudian sebuah sirkuit amplifier yang ada menguatkan arus

tersebut yang kemudian dibandingkan oleh comparator sehingga

menghasilkan output.

Ketika manusia berada di depan sensor PIR dengan kondisi diam,

maka sensor PIR akan menghitung panjang gelombang yang dihasilkan

oleh tubuh manusia tersebut. Panjang gelombang yang konstan ini

menyebabkan energi panas yang dihasilkan dapat digambarkan hampir

sama pada kondisi lingkungan disekitarnya. Ketika manusia itu

melakukan gerakan, maka tubuh manusia itu akan menghasilkam

pancaran sinar inframerah pasif dengan panjang gelombang yang

bervariasi sehingga menghasilkan panas berbeda yang menyebabkan

sensor merespon dengan cara menghasilkan arus pada material

Pyroelectricnya dengan besaran yang berbeda beda. Karena besaran

yang berbeda inilah comparator menghasilkan output.


Jadi sensor PIR tidak akan menghasilkan output apabila sensor ini

dihadapkan dengan benda panas yang tidak memiliki panjang

gelombang inframerah antar 8 sampai 14 mikrometer dan benda yang

diam seperti sinar lampu yang sangat terang yang mampu

menghasilkan panas, pantulan objek benda dari cermin dan suhu panas

ketika musim panas.

 Cara kerja relay

Secara umum, keutamaan penggunaan relay adalah bagaimana

menggunakan daya yang kecil pada bagian elekromagnet – katakanlah

misalnya, dari panel saklar kecil atau sirkuit elektronik berdaya rendah

– untuk memindahkan angker dinamo yang mampu mengalirkan daya

yang lebih besar. Sebagai contoh, Anda mungkin ingin elektromagnet

dapat memberi energi hanya dengan menggunakan 5 volt dan 50

milliamps (250 miliwatt), sementara angker dinamo dapat mendukung

120V AC pada 2 amp (240 watt).

Relay cukup umum dalam peralatan rumah dimana terdapat kontrol

elektronik untuk menyalakan sesuatu seperti motor atau lampu.

Mereka juga sering terdapat pada mobil, di mana suplai tegangan 12V

berarti hampir semuanya membutuhkan arus yang besar. Pada model

mobil berikutnya, produsen telah mulai menggabungkan panel relay ke

dalam kotak sekering untuk membuat perawatan lebih mudah.

Relay juga sering digunakan di tempat-tempat di mana daya yang besar

perlu dibuat dalam bentuk saklar. Dalam hal ini, relay kecil
mensaklarkan daya yang dibutuhkan untuk menggerakkan relay yang

jauh lebih besar, dan relay yang kedua mensaklarkan daya untuk

menggerakkan beban.

3.4 Teknik Analisis Data

Sistem lampu kontrol otomatis dengan menggunakan mikrokontroler

ATmega16 terdiri atas dua bagian utama, yaitu perancangan perangkat keras

(hardware) dan perancangan perangkat lunak (software). Perancangan perangkat keras

terdiri dari rangkaian minimum mikrokontroler, rangkaian catu daya, dan juga

rangkaian relay. Sementara rancangan perangkat lunak (software) menggunakan

bahasa C.

Perancangan perangkat keras terdiri dari bagian catudaya, sensor, rangkaian

minimum mikrokontroler, dan rangkaian relay. Sistem kontrol penyalaan lampu ruang

berdasarkan ada dan tidaknya orang berbasis mikrokontroler Atmega16 dibuat dengan

menggunakan sistem perangkat keras.

Rangkaian saklar dikontrol oleh mikrokontroler Atmega16 melalui port P0.1.

Kemudian rangkaian ini berfungsi untuk mengontrol aktif dan non aktif saat

mikrokontroler memberikan logika high maka arus akan mengalir sehingga dapat

digunakan untuk mengontrol lampu. Pengujian saklar menggunakan LED. LED akan

hidup ketika arus melewati saklar.

Rangkaian karakteristik sensor PIR diperlukan untuk mengetahui karakteristik

dari sensor. Dalam penelitian ini kemampuan sensor PIR yang dibutuhkan adalah

respon sensor terhadap kehadiran objek pada sudut dan jarak tertentu dari posisi

sensor.
Komponen yang dibutuhkan untuk membuat rangkaian mikrokontroler adalah

satu buah IC Mikrokontroler ATmega16 sebagai pusat pengolah data dan pengendali

rangkaian secara keseluruhan, satu buah tombol reset, resitor sebagai hambatan, LED

sebagai indikator, dan satu buah catudaya. Perancangan perangkat lunak terdiri dari

pembuatan diagram alir sistem yang dimulai dengan masukan tegangan AC yang di

proses menjadi tegangan DC sebagai sumber tegangan dan penanaman program.

3.5 Hasil Penelitian

Sistem otomatisasi yang dirancang dalam penelitian ini memerlukan dua catu daya,

yaitu catu dya 5 V dan catu daya 6 V. Untuk itu digunakan transformator step down

1A yang akan menurunkan tegangan 220 V AC dari PLN menjadi tegangan 12 V AC.

Untuk mengubahnya menjadi tegangan DC digunakan rangkaian penyearah tegangan

berupa rangkaian diode tipe penyearah jembatan (bridge rectifier), IC regulator

LM7805 untuk keluarannya berupa tegangan DC sebesar 5 V, dan IC LM7806 untuk

\menghasilkan tegangan DC 6 V.

Dari percobaan yang dilakukan sensor PIR mampu mendeteksi objek hanya dalam

rentang sudut 60°, yaitu 30° ke kanan dan -30° ke kiri sensor pada arah horizontal dan

30° ke atas dan -30° ke bawah arah vertikal. Sedangkan pada sudut 40° sensor tidak

lagi mendeteksi objek. Hal ini ditandai dengan lampu yang tidak menyala pada sudut

40°.

Jarak maksimum yang mampu dideteksi sensor adalah 4 meter pada sudut 0°, yaitu

daerah tepat di depan sensor. Sedangkan jarak minimum deteksi sensor adalahpada

sudut 30° dan -30° yaitu sejauh 2 meter dari sensor. Jarak deteksi minimum sensor

berada di sisi terluar daerah deteksi sensor. Hal ini disebabkan karena berkurangnya

radiasi infra merah objek yang mampu diserap oleh sensor.


Ketika sensor dihubungkan ke catu daya (power supply), sensor tidak langsung

mendeteksi objek, melainkan ada rentang waktu yang diperlukan untuk pemanasan

sensor. Biasanya waktu yang dibutuhkan untuk pemanasan oleh sensor yang

digunakan rata – rata sekitar 25,52 detik.

3.6 Pembahasan

Sistem kontrol penyalaan lampu ruang ini meliputi rangkaian sensor,

rangkaian relay, dan rangkaian mikrokontroler. Rangkaian mikrokontroler dan

rangkaian relay pada rangkaian sistem kontrol ruang, merupakan bagian yang paling

penting. Mikrokontroler dan relay akan mengendalikan masing – masing blok

rangkaian, agar sistem kontrol ruang dapat berfungsi dengan baik.

Keluran sensor dihubungkan ke port P0.1 mikrokontroler dan ground sensor

dihubungkan ke ground catu daya (power supply). Mikrokontroler akan mengontrol

penyalaan lampu ruamg secara otomatis. Ketika sensor mendeteksi adanya sensor

infra merah dari objek, sensor akan memberikan logika high ke mikrokontroler

melalui port P0.1 mikrokontroler memproses logika high dan menyampaikannya

melalui port P0.1 untuk mengaktifkan relay secara otomatis yang kemuadian lampu

akan hidup secara otomatis.

3.7 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dan analisis yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa sistem kontrol penyalaan lampu ruang berdasarkan pendeteksian

ada tidaknya orang didalam ruangan dengan dengan menggunakan sensor PIR

(passive infrared) ini telah dapat bekerja sesuai dengan area jangkauan maksimum

sensor, yaitu 4,3 meter pada sudut 0° dan 2 meter pada posisi tepi (30° ke kiri dan 30°
ke kanan) dari posisi tengah. Sinyal sensor dapat menembus benda-benda tipis seperti

plastik,kertas, dan kain, tetapi tidak bisa menembus benda yang cukup tebal seperti

gabus, papan, dan kaca. Rentang waktu yang diperlukan untuk pemanasan adalah

25,52 detik dan lama waktu deteksi sensor saat obyek tidak bergerak rata-rata 5,37

detik.
DAFTAR PUSTAKA

Gifson, A. S., 2009, Sistem pemantauan Ruang Jarak Jauh dengan sensor Passife Infrared
Berbasis Mikrokontroler AT089S52, Telkomnika Vol. 7, No. 3, Jakarta SelatanSumber :

http://hardi-santosa.blog.ugm.ac.id/2012/06/22/mengenal-minimum-system-%E2%80%93-1/

https://cicink.wordpress.com/2011/07/16/pendeteksi-gerakan-manusia-menggunakan-sensor-
passive-infra-red-pir-dan-arduino/

http://perangkatcerdas.blogspot.com/2012/12/tentang-downloader-usbasp-
untuk.htmlhttp://www.elangsakti.com/2013/03/pengertian-fungsi-prinsip-dan-cara.html

http://jurnalsainunand.com/FilesJurnal/957400576V3N3%209%20NANDA%20RAHMAN.p

df

http://jurnalsainunand.com/FilesJurnal/754721493V2N4%206%20GALOEH%20OTOMO.p

df

Anda mungkin juga menyukai