BAB II Cemas Baru Lagi
BAB II Cemas Baru Lagi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
al, 2010)
mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang,
Menurut Hamzah B Uno, 2012 bahwa ada tiga asumsi yang perlu
gerak dengan tujuan, dan aturan tertentu yang terdapat unsur senang dalam
Dalam proses bermain peran ada beberapa tahap yang harus dilakukan dan
bermain peran:
dimainkan.
2.3.1.2 Memilih peran dalam terapi bermain. Tahap ini peserta didik dan perawat
tersebut, perawat dapat menunjuk salah satu peserta didik yang pantas dan
2.3.1.3 Menyusun tahap-tahap peran. Pada tahap ini para pemeran menyusun
garis-garis besar adegan yang akan dimainkan. Dalam hal ini tidk perlu
ada dialog khusus karena para peserta didik dituntut untuk bertindak dan
12
terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar semua peserta didik turut
2.3.1.5 Tahap pemeranan. Pada tahap ini peserta didik mulai beraksi secara
bermain peran tidak berjalan mulus karena para peserta didik ragu dengan
2.3.1.6 Diskusi dan evaluasi terapi. Diskusi akan mudah dimulai jika pemeran
dan pengamat telah terlibat dalam bermain peran, baik secara emosional
2.3.1.8 Diskusi dan evaluasi tahap dua. Diskusi dan evaluasi pada tahap ini
pemeranan ulang, dan pemecahan masalah pada tahap ini mungkin sudah
lebih jelas.
Pendekatan dan
Pemilihan peran
penentuan masalah
Diskusi dan
Evaluasi Terapi
mereka, kebutuhan bermain tidak berhenti pada saat anak-anak sakit atau di
tujuan terapi bermain adalah untuk menciptakan suasana aman bagi anak-
dapat terjadi, mempelajari aturan sosial dan mengatasi masalah mereka serta
keadaan terkontrol.
sebagai berikut :
perkembangannya.
gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi dari ancaman
sumber actual yang tidak nyaman, rasa khawatir akan terjadinya sesuatu
(NANDA, 2007).
16
terikat pada suatu benda atau keadaan akan tetapi mengambang bebas.
disertai respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak
sebagai berikut:
1) Psikoanalitis
Cemas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen keribadian
norma budaya. Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua
2) Interpersonal
yang berat.
1) Faktor Psikososial
Anak kecil, imatur dan tergantung pada tokoh ibu, adalah terutama rentan
kehilangan cinta ibu, takut cidera tubuh, takut akan impulsnya dan takut
2) Faktor Belajar
besarkan bahaya.
3) Faktor Genetik
anak–anak.
2.4.3.1 Fisiologis
2.4.3.2 Emosional
buruk, kritisme pada diri sendiri, menarik diri, kurang inisiatif, mencela
19
2.4.3.3 Kognitif
terlalu perhatian, orientasi pada masa lalu daripada kini atau masa depan.
menjadi :
spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan
dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama,
tidak realistik pada anak tentang apa yang akan terjadi bila ia berpisah dengan
orang- orang yang berperan penting dalam hidupnya, misalnya orang tua.
Ketakutan itu mungkin berpusat pada apa yang mungkin terjadi dengan
individu yang berpisah dengan anak itu(misalnya orang tua yang akan
meninggal,atau tidak kembali karena suatu alasan. Atau apa yang terjadi
dengan anak itu bila terjadi perpsahan( ia akan diculik,disakiti, atau dibunug).
Karena alasan tersebut anak itu enggan untuk dipisahkan dengan orang lain,
dan mungkin karena itulah ia tidak mau tidur sendirian tanpa ditemani atau
berfungsi dengan baik karena ia tercekam oleh rasa takut terhadap apa yang
akan terjadi dengan dirinya atau terhadap orang- orang yang berpisah
tua. Ketika terlepas dari figur kelekatan, mereka sering perlu tahu di mana
orangtua mereka dan perlu untuk tetap berhubungan atau melihat mereka.
Beberapa saat menjadi sangat rindu ketika jauh dari rumah (Jeffery, 2003).
22
sebagai berikut:
2.4.1.1 Kardiovaskular
peningkatan tekanan darah atau dapat juga menurun, rasa mau pingsan,
2.4.1.2 Pernafasan
Respon dari pernafasan dapat berupa nafas menjadi cepat dan dangkal,
2.4.1.3 Neuromuskuler
2.4.1.4 Gastrointestinal
menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, dan diare.
2.4.1.6 Kulit
(telapak tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, dan
2.4.1.8 Kognitif
2.4.1.9 Afektif
kecemasan untuk mengukur kecemasan pada anak pada usia pra sekolah.
Skala ini terdiri dari 28 pertanyaan kecemasan. Skala ini dilengkapi dengan
meminta orang tua untuk mengikuti petunjuk pada lembar instrumen. Jumlah
skore maximal pada skala kecemasan SCAS pre school adalah 112. Hasil total
skore kecemasan sebagai berikut : ringan (score < 28) sedang (score 28-56),
Jumlah pertanyaan dalam instrumen ini terdiri dari 6 sub skala kecemasan dan
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
siapa saja yang belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang masih
kesegaran jasmani atau rekreasi. Kebutuhan emosi atau kasih saying (Asih),
25
selaras antara ibu atau pengganti ibu dengan anak merupakansyarat yang
perkembangan :
Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya
dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak
menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada saat lapar, haus, basah
Ada beberapa respon non verbal yang biasa ditunjukkan bayi misalnya
menggerakkan badan, tangan dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi
kurang dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang. Oleh karena
Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah 3 tahun
adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan takut
pada ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang akan
akan terjadi padanya. Misalnya, pada saat akan diukur suhu, anak akan
merasa melihat alat yang akan ditempelkan ke tubuhnya. Oleh karena itu
berbahaya untuknya.
Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Hal ini disebabkan
karena anak belum mampu berkata-kata 900-1200 kata. Oleh karena itu
malu. Beri kesempatan pada yang lebih besar untuk berbicara tanpa
Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang dirasakan
Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir masa anak-
anak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola piker dan tingkah laku
Apabila anak merasa cemas atau stress, jelaskan bahwa ia dapat mengajak
keberadaan identitas diri dan harga diri merupakan hal yang prinsip dalam
bahagia.
28
belajar membedakan salah dan benar serta mengembangkan kata hati juga
proses sosialisasi.
keterampilan fisik dan motorik, membentuk sikap yang sehat mengenai diri
kelamin, menemukan diri sendiri berkat refleksi dan kritik terhadap diri
Menurut WHO, Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang
mandiri. Anak usia pre school adalah anak yang berusia 3 sampai 6 tahun .
umum terdri dari tahapan prenatal (usia 0 sampai 28 hari), periode bayi (usia
28 hari sampai 12 bulan), masa anak – anak awal (terdiri atas usia 1 sampai 3
tahun disebut toddler dan usia 3 sampai 6 tahun disebut prasekolah), masa
diri untuk memasuki dunia sekolah dan perkembangan konsep diri telah
dimulai pada periode ini. Perkembangan fisik lebih lambat dan relatif
30
semakin luwes, tetapi otot dan tulang belum begitu sempurna (Supartini,
2004).
cara eksplorasi terhadap apa yang ada disekelilingnya. Hasil akhir yang
prestasinya. Perasaan bersalah akan muncul pada anak apabila anak tidak
tidak tercapai. Anak usia prasekolah adalah pelajar yang energik, antusias,
dan pengganggu dengan imajinasi yang aktif. Anak menggali dunia fisik
tua membuat anak merasa bahwa imajinasi dan aktifitasnya tidak dapat