Anda di halaman 1dari 33

11

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Bahasa
1. Hakikat berbahasa
Menurut KBBI (1995:77) bahasa adalah sistem
lambang bunyi yang arbiter, yang digunakan oleh
para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi dan mengidentifikasikan diri.
Sedangkan menurut Mulyati (2013:2.3) bahasa
merupakan: bunyi ujar (lisan) yang berwujud
lambang. Hal ini dapat dijelaskan dengan
menggunakan fakta sejarah bahwa orang atau
kelompok orang (masyarakat) sejak dahulu kala telah
dapat melakukan komunikasi dengan menggunakan
bahasa yang telah disepakati bersama secara lisan.
Bahasa tulis baru datang kemudian setelah muncul
para ahli linguis yang menciptakan lambang-
lambang tulis yang juga didasari atas kesepakatan
bersama. Kesepakatan masing-masing
kelompok/lingkungan masyarakat pengguna bahasa
tersebut.
Pengertian bahasa adalah suatu bentuk
ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran (Santosa,
2011:1.2). Ujaran inilah yang membedakan manusia
dari makhluk lainnya. Dengan ujaran inilah manusia
mengungkapkan hal yang nyata atau tidak, yang
berwujud maupun kasat mata, situasi dan kondisi
yang lampau, kini, maupun yang akan datang.
Ujaran manusia itu menjadi bahasa apabila dua
orang manusia atau lebih menetapkan bahwa
seperangkat bunyi itu memiliki arti yang serupa.
12

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa bahasa


adalah bunyi ujar (lisan) atau bentuk ungkapan yang
digunakan oleh para anggota suatu masyarakat
untuk bekerja sama, berinteraksi dan
mengidentifikasikan diri.
2. Keterampilan berbahasa
Menurut Tarigan (2008:2) keterampilan
berbahasa (language arts, language skills) mencakup
empat segi :
a. Keterampilan menyimak (listening skills)
b. Keterampilan berbicara (speaking skills)
c. Keterampilan membaca (reading skills)
d. Keterampilan menulis (writing skills)
Lain halnya dengan Tarigan, Santosa
(2011:6.3:6.13) mengungkapkan bahwa keterampilan
berbahasa dibagi menjadi dua, yakni keterampilan
berbahasa tulis dan keterampilan berbahasa lisan.
Yang mana keterampilan berbahasa tulis ini terdiri
dari keterampilan membaca dan menulis.
Sedangakn keterampilan berbahasa lisan terdiri dari
keterampilan menyimak dan keterampilan
berbicara.
Aspek kemampuan berbahasa sendiri memiliki
beberapa keterampilan yakni keterampilan
mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca dan
menulis, yang berkaitan dengan ragam bahasa
nonsastra (Sunaji dkk, 2014:122).
Jadi menurut ketiga tokoh diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa keterampilan berbahasa terdiri
dari keterampialan berbahasa lisan (menyimak dan
berbicara) dan keterampilan berbahasa tulis
(membaca dan menulis).

B. Keterampilan Menyimak
13

1. Pengertian menyimak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1995:216) Menyimak adalah mendengarkan atau
memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau
dibaca orang.
Menyimak adalah suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan
penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta
interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi atau pesan, serta memahami makna
komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara
melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan, 2008:31).
Menurut Mulyati (2013:2.21) menyimak adalah
kegiatan berbahasa dengan tujuan memahami pesan
yang disampaikan pembicara. Di dalam menyimak
orang tidak hanya mengaktifkan pendengarannya,
tetapi juga harus berkonsentrasi serta menggunakan
sikap-sikap positif, baik terhadap pembicara maupun
bahan pembicaraan. Sikap positif terhadap bahan
simakan atau pembicaraan akan membantu
penyimak berkonsentrasi dalam memahami simakan.
Jadi kesimpulan yang dapat diambil dari
menyimak adalah mendengarkan atau
memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau
dibaca orang dengan penuh perhatian, pemahaman,
apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh
informasi, menangkap isi atau pesan, serta
memahami makna komunikasi yang telah
disampaikan sang pembicara.
2. Tujuan menyimak
Menurut Logan, dkk,( dalam Tarigan, 2008:60-61)
tujuan orang menyimak sesuatu itu beraneka ragam,
antara lain:
14

a. Ada orang yang menyimak dengan tujuan utama


agar dapat memperoleh pengelahuan dari bahan
ujaran pembicara, dengan perkataan lain,
menyimak untuk belajar.
b. Ada orang yang menyimak dengan penekanan
pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi
yang diujarkan atau yang didengarkan atau
dipagelarkan (terutama sekali dalam bidang
seni), pendeknya, menyimak untuk menikmati
keindahan audial.
c. Ada orang yang menyimak dengan maksud agar
dapat menilai sesuatu yang sedang disimak
(baik-buruk, indah-jelek, logis-tak logis, dan lain-
lain), singkatnya menyimak untuk mengevaluasi.
d. Ada orang yang menyimak agar dapat
menikmati serta menghargai sesuatu yang
disimaknya itu (misalnya pembicaraan cerita,
pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi
panel, dan perdebatan), pendek kata, menyimak
untuk mengapresiasi materi simakan.
e. Ada orang yang menyimak dengan maksud agar
dapat mengomunikasikan ide-ide, gagasan-
gagasan, ataupun perasaan-perasaannya kepada
orang lain dengan lancar dan tepat. Banyak
contoh dan ide dapat diperoleh dari sang
pembicara dan semua ini merupakan bahan
penting dan sangat menunjang dalam
mengkomunikasikan ide-idenya sendiri.
f. Ada pula orang yang menyimak dengan maksud
dan tujuan agar dapat membedakan bunyi-bunyi
dengan tepat, mana bunyi yang membedakan
arti, biasanya, ini terlihat nyata pada seseorang
yang sedang belajar bahasa asing yang asyik
15

mendengarkan ujaran pembicara asli (native


speaker).
g. Ada lagi orang yang menyimak dengan maksud
agar dapat memecahkan masalah secara kreatif
dan analisis, sebab dari pembicara, mungkin
memperoleh banyak masukan berharga.
h. Selanjutnya, ada lagi orang yang tekun
menyimak pembicara untuk meyakinkan dirinya
terhadap suatu masalah atau pendapat yang
selama ini diragukan, dengan perkataan lain,
menyimak secara persuasif.
Menurut Dhieni (2007:4.18), tujuan seseorang
menyimak tergantung pada niat setiap orang. Berikut
adalah beberapa tujuan dari menyimak bagi anak,
adalah :

a. Untuk belajar
Bagi anak TK tujuan menyimak pada
umumnya adalah untuk belajar. Misalnya
belajar untuk membedakan bunyi-bunyi yang
diperdengarkan guru, mendengarkan cerita,
dan permainan bahasa. Jadi, anak TK
melakukan kegiatan menyimak lebih cenderung
bukan karena keinginan anak itu sendiri tetapi
karena ditugaskan sehubungan dengan kegiatan
dalam pembelajaran.
b. Untuk mengapresiasi
Artinya menyimak bertujuan untuk
dapat memahami, menghayati dan menilai
bahan yang disimak. Bahan yang disimak
dengan tujuan ini biasanya berbentuk karya
sastra, seperti cerita atau dongeng dan puisi.
16

c. Untuk menghibur diri


Menyimak yang bertujuan untuk
menghibur diri artinya dengan menyimak anak
merasa senang dan gembira.
d. Untuk memecahkan masalah yang dihadapi
Tujuan ini biasanya ditemui pada orang
dewasa. Orang yang sedang punya
permasalahan bisa mencari pemecahannya
melalui kegiatan menyimak.
Lain halnya dengan Logan dan Dhieni,
Noviana (2013:10) menyatakan bahwa tujuan
menyimak dapat ditambah dengan tujuan-tujuan
lain yang tergantung pada niat untuk menyimak.
Jadi tujuan menyimak dari pendapat diatas
adalah untuk memperoleh pengetahuan, menikmati
keindahan audial, mengevaluasi, mengapresiasi
materi simakan, berkomunikasi, untuk membedakan
bunyi-bunyian dengan tepat, untuk memecahkan
masalah, untuk meyakinkan diri sendiri, untuk
belajar, untuk menghibur diri dan tergantung pada
niat penyimak.
3. Tahapan-tahapan menyimak
Logan,dkk, 1972 ( dalam Tarigan, 2008:63)
mengatakan menyimak adalah suatu kegiatan yang
merupakan suatu proses. Dalam proses menyimak
pun terdapat tahap-tahap, anatara lain:
a. Tahap mendengar, dalam tahap ini baru
mendengar segala sesuatu yang dikemukakan
oleh pembicara dalam ujaran atas
pembiaraannya. Jadi, masih berada dalam tahap
hearing.
b. Tahap memahami, setelah mendengar maka ada
keinginan untuk mengerti atau memahami
17

dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan


oleh pembicara. Kemudian, sampailah pada
tahap understanding.
c. Tahap menginterpretasi, penyimak yang baik,
yang cermat dan teliti, belum puas kalau hanya
mendengar dan memahami isi ujaran sang
pembicara, jadi penyimak ingin menafsirkan atau
menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat
yang terdapat dan tersirat dalam ujaran itu,
dengan demikian, sang penyimak telah tiba pada
tahap interpreting.
d. Tahap mengevaluasi, setelah memahami dan
dapat menafsir atau menginterpretasikan isi
pembicaraan, penyimak pun mulailah menilai
atau mengevaluasi pendapat serta gagasan
pembicara mengenai keunggulan dan kelemahan
serta kebaikan dan kekurangan pembicara,
dengan demikian, sudah sampai pada tahap
evaluating.
e. Tahap menanggapi, tahap ini merupakan tahap
terakhir dalam kegiatan menyimak. Penyimak
menyambut, mencamkan, dan menyerap serta
menerima gagasan atau ide yang dikemukakan
oleh pembicara dalam ujaran atau
pembicaraannya. Lalu, penyimak pun sampailah
pada tahap menanggapi (responding).
Ahli lain, yaitu Morris (dalam Rosdiana dan
Setiawati, 2014:1.19) membagi proses menyimak
menjadi 5 tahap sebagai berikut:
1. Hearing (mendengar).
2. Attention (perhatian).
3. Perception (menafsirkan).
4. Evaluation (menilai).
18

5. Response atau reaction (mereaksi).


Dari kedua ahli diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa tahapan menyimak meliputi tahap mendengar,
tahap memahami / perhatian, tahap menginterpretasi /
menafsirkan, tahap mengevaluasi/menilai dan tahap
menanggapi atau memberi reaksi.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya simak
Faktor-fakor yang mempengaruhi daya simak
seseorang menurut Suhendar, 1992 (dalam Mulyati,
2013:3.9-3.10), ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan untuk dapat menyimak dengan baik,
yaitu:
a. Alat dengar si pendengar (penyimak) dan alat
bicara si pembicara baik.
b. Situasi dan lingkungan pembicara harus baik.
c. Konsentrasi penyimak pada pembicaraan.
d. Pengenalan tujuan pembicaraan.
e. Pengenalan paragrap atau bagian pembicaraan
dan pengenalan kalimat-kalimat inti
pembicaraan.
f. Kesanggupan menarik kesimpulan yang tepat.
g. Memiliki intelegensi yang tinggi.
h. Latihan yang teratur
Menurut Tarigan (2008:201-202) faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi mempengaruhi daya
simak adalah:
a. Faktor pengalaman, sangat menentukan besar
atau tidaknya perhatian seseorang untuk
menyimak sesuatu. Pengalaman yang dimaksud
dapat berasal dari pembicaraan ataupun dari
penyimak. Rasa ingin tahu merupakan akar dari
perhatian yang besar.
b. Faktor pembawaan, seseorang pun turut
berperan, apakah perhatiannya untuk menyimak
19

sesuatu itu besar atau tidak. Ada orang yang


berpembawaan baik ada pula orang yang
berpembawaan jelek. Orang yang berpembawaan
baik dapat menyesuaikan diri pada situasi dan
kondisi, sedanglan orang yang berpembawaan
jelek justru sebaliknya. Baik pembawaan
pembicara maupun pembicaraan penyimak turut
menentukan taraf perhatian seseorang untuk
menyimak.
c. Faktor sikap, tidak boleh mengabaikan perhatian
menyimak. Sikap terbuka memang sangat
dibutuhkan dalam kegiatan menyimak.
Sebaliknya, sikap tertutup atau sikap curiga akan
mengurangi minat atau perhatian seseorang
untuk menyimak pembicaraan seseorang.
d. Faktor motovasi, dorongan atau alasan sangat
menentukan besar atau tidaknya perhatian
seseorang untuk menyimak ceramah, kuliah,
khotbah, atau pembicaraan yang dibawakan oleh
seorang pembicara.
Sedangkan menurut Bromley, 1992 ( dalam
Dhieni, 2014:4.4) beberapa jenis faktor yang
berpengaruh terhadap kemampuan menyimak anak,
yaitu faktor penyimak, faktor situasi, dan faktor
pembicara.
Jadi kesimpulan dari tiga tokoh diatas tentang
faktor yang mempengaruhi daya simak adalah alat
dengar, situasi, konsentrasi, tujuan pembicaraan,
pengenalan bagian pembicaraan, kesanggupan
menarik kesimpulan, memiliki intelegensi yang tinggi,
latihan yang teratur, faktor pengalaman, faktor
pembawaan, faktor sikap, faktor motivasi, faktor
penyimak dan faktor pembicara.
20

C. Hakikat Media
1. Pengertian media
Menurut Heinich (dalam Zaman dan Hermawan,
2014:3.4) , media berasal dari bahasa Latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata medium yang
secara harfiah berarti perantara, yaitu perantara
sumber pesan (a source) dengan penerima (a receiver).
Media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan
pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran
di sekiolah pada khususnya ( Arsyad, 2013:2).
Sedangkan menurut Criticos (dalam Daryanto,
2013:4) media merupakan salah satu komponen
komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari
komunikator menuju komunikan.
Berdasarkan penjelasan beberapa teori diatas
dapat disimpulkan bahwa media adalah perantara
pembawa pesan yang tidak dapat dipisahan dari
proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan
pendidikan dan pembelajaran serta merupakan
komponen komunikasi antara komunikator menuju
komunikan.
2. Media pembelajaran
Menurut Hamalik (dalam Arsyad 2013:19-20)
mengemukakan bahwa pemakaian media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan
belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh
psikologis terhadap anak. Penggunaan media
pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran
akan sangat membantu keefektifan proses
21

pembelajaran dan penyampaian pesan dan pelajaran


pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan
minat anak, media pembelajaran juga dapat
membantu anak meningkatkan pemahaman,
menyajikan data dengan menarik dan terpercaya,
memudahkan penafsiran data, dan memadatkan
informasi.
Media pembelajaran dapat dipahami sebagai
segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan
menyalurkan pesan dari sumber secara terencana
sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif
dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar
secara efisien dan efektif (Munadi, 2013:7-8).
Menurut Schram (dalam Zaman dan Hermawan,
2014:3.5) media pembelajaran diartikan sebagai
teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan
untuk keperluan pembelajaran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah teknologi yang dapat
menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber
secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar
yang kondusif dimana penerimanya dapat
melakukan proses belajar secara efisien dan efektif
guna membangkitkan keinginan dan minat yang
baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-
pengaruh psikologis terhadap anak
3. Manfaat media pembelajaran
Menurut Zaman dan Hermawan (2014:3.14)
mengungkapkan manfaat media pembelajaran, di
antaranya :
a. Memungkinkan anak berinteraksi secara
langsung dengan lingkungannya.
22

b. Memungkinkan adanya keseragaman


pengamatan atau persepsi belajar pada masing-
masing anak.
c. Membangkitkan motivasi belajar anak.
d. Menyajikan informasi belajar secara konsisten
dan dapat diulang maupun disimpan menurut
kebutuhan.
e. Menyajikan pesan atau informasi belajar secara
serempak bagi seluruh anak.
f. Mengatasi keterbatasan waktu dan ruang.
g. Mengontrol arah dan kecepatan belajar anak.
Sedangkan menurut Sudjana dan Rivai (dalam
Arsyad, 2013:28) mengemukakan manfaat media
pembelajaran dalam proses belajar anak, yaitu:
a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian anak
sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar
b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya
sehingga dapat lebih dipahami oleh anak dan
memungkinkannya menguasai dan mencapai
tujuan pembelajaran
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak
semata-mata komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata oleh guru, sehingga anak
tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga,
apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam
pelajaran
d. Anak dapat lebih banyak melakukan kegiatan
belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian
guru tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, memerankan,
dan lain-lain.
Secara rinci, manfaat media dalam proses
pembelajaran menurut Daryanto (2013:10-12) adalah
sebagai berikut :
23

a. Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa


yang terjadi pada masa lampau. Dengan
perantara gambar, potret, slide, film, video,
atau media yang lain, siswa dapat
memperoleh gambaran yang nyata tentang
benda/peristiwa sejarah.
b. Mengamati benda/peristiwa yang sukar
dikunjungi, baik karena jaraknya jauh,
berbahaya, atau terlarang. Misalnya, video
tentang kehidupan harimau di hutan,
keadaan dan kesibukan di pusat reaktor
nuklir, dan sebagainya.
c. Memperoleh gambaran yang jelas tentang
benda/hal-hal yang sukar diamati secara
langsung kerena ukurannya yang tidak
memungkinkan, baik karena terlalu besar
atau terlalu kecil. Misalnya dengan perantara
paket anak dapat memperoleh gambaran
yang jelas tentang bendungan dan kompleks
pembangkit listrik, dengan slide dan film
siswa memporoleh gambaran tentang
bakteri, amuba, dan sebagainya.
d. Mendengar suara yang sukar ditangkap
dengan telinga secara langsung. Misalnya,
rekaman suara denyut jantung dan
sebagainya.
e. Mengamati dengan teliti binatang-binatang
yang sukar diamati secara langsung karena
sukar ditangkap. Dengan bantuan gambar,
poster, slide, film atau video anak dapat
mengamati berbagai macam serangga,
burung hantu, kelelawar, dan sebagainya.
24

f. Mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang


terjadi atau berbahaya untuk didekati.
Dengan slide, film, atau video peserta didik
dapat mengamati pelangi, gunung meletus,
pertempuran dan sebagainya.
g. Mengamati dengan jelas benda-benda yang
mudah rusak/sukar diawetkan. Dengan
menggunakan model/benda tiruan, anak
dapat memperoleh gambaran yang jelas
tentang organ-organ tubuh manusia seperti
jantung, paru-paru, alat pencernaan dan
sebagainya.
h. Dengan mudah membandingkan sesuatu.
Dengan bantuan gambar, model atau foto
anak dapat dengan mudah membandingkan
dua benda yang berbeda sifat ukuran, warna
dan sebagainya.
i. Dapat melihat secara cepat suatu proses yang
berlangsung secara lambat. Dengan video,
proses perkembangan katak dari telur
sampai menjadi katak dapat diamati hanya
dalam waktu beberapa menit. Bunga dari
kuncup sampai dengan mekar yang
berlangsung beberapa hari, dengan bantuan
film dapat diamati hanya dalam beberapa
detik.
j. Dapat melihat secara lambat gerakan-
gerakan yang berlangsung secara cepat.
Dengan bantuan film atau video, peserta
didik dapat mengamati dengan jelas gaya
lompat tinggi, teknik loncat indah, yang
disajikan secara lambat atau pada saat
tertentu dihentikan.
25

k. Mengamati gerakan-gerakan mesin/alat


yang sukar diamati secara langsung. Dengan
film atau video dapat dengan mudah anak
mengamati jalannya mesin 4 tak, 2 tak, dan
sebagainya.
l. Melihat bagian-bagian yang tersembunyi
dari suatu alat. Dengan diagram, bagan,
model, anak dapat mengamati bagian mesin
yang sukar diamati secara langsung.
m. Melihat ringkasan dari suatu rangkaian
pengamatan yang panjang/lama. Setelah
anak melihat proses penggilingan tebu atau
di pabrik gula, kemudian dapat mengamati
secara ringkas proses penggilingan tebu yang
disajikan menggunakan film atau video
(memantapkan hasil pengamatan).
n. Dapat menjangkau audien yang besar
jumlahnya dan mengamati suatu obyek
secara serempak. Dengan siaran radio atau
televisi ratusan bahkan ribuan mahasiswa
dapat mengikuti kuliah yang disajikan
seorang profesor dalam waktu yang sama.
o. Dapat belajar sesuai dengan kemampuan,
minat, dan temponya masing-masing.
Dengan modul atau pengajaran
berprograma, anak dapat belajar sesuai
dengan kemampuan, kesempatan, dan
kecepatan masing-masing.
Jadi menurut pemaparan beberapa teori diatas
dapat disimpulkan bahwa manfaat media
pembelajaran sangat beragam tergantung dari sisi
mana menilai. Karena keberagaman yang akan
26

tercipta berdasarkan kebutuhan masing-masing


pengguna media pembelajaran.

D. Media Celemek
1. Pengertian media celemek
Media celemek merupakan media pembelajaran
anak yang dibuat dari kain flannel. Media ini dapat
digunakan oleh guru untuk menyampaikan
informasi, materi atau bahan pengembangan kepada
anak secara dinamis dalam arti dapat digunakan
guru dengan membawa dan menunjukkannya
kepada anak sambil berkeliling di sekitar anak
(Zaman dan Hermawan, 2014:4.12).
Trisyani, dkk (2014:5) menyatakan bahwa media
kain celemek merupakan media yang terbuat dari
kain flannel yang berbentuk seperti celemek dengan
ditempeli gambar-gambar yang sesuai dengan cerita.
Sedangkan menurut Madyawati (2016:188),
media celemek (cerita) merupakan sarana fisik
berupa kain penutup baju menempel di dada yang
digunakan untuk membantu menyampaikan pesan,
informasi, atau dongeng yang didengarkan dengan
cara menyenangkan.
Menurut ketiga tokoh di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa media celemek adalah media
pembelajaran untuk anak yang dibuat berupa kain
penutup baju menempel di dada yang digunakan
oleh guru untuk menyampaikan pesan, informasi,
atau dongeng yang didengarkan dengan cara
menyenangkan.
2. Kelebihan media celemek
27

Menurut Sadiman (dalam Madyawati, 2016:193-


194), media celemek memiliki beberapa kelebihan, di
antaranya sebagai berikut :
a. Bersifat konkret, lebih realistis menunjukkan
pokok masalah dibanding media verbal semata.
Bercerita dengan media ini tentunya sangat
sesuai dengan tahapan perkembangan anak usia
dini yang lebih mudah memahami hal-hal
konkret. Media ini lebih mudah dicerna dan
dipahami anak, karena anak dapat secara
langsung melihat tokoh yang diperankan dalam
cerita tersebut.
b. Dapat mengatasi ruang dan waktu. Tidak semua
benda, objek atau peristiwa dapat dibawa lebih
dekat dengan anak. Menggunakan media
celemek sangat efektif karena semua hal yang
ada dalam cerita dapat diperlihatkan melalui
media ini, sehingga alur cerita mudah dipahami
anak dibandingkan dengan bercerita tanpa alat
peraga.
c. Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan
melalui indra penglihatan. Celemek yang
memiliki sifat mobile dapat dibawa kemana saja
menyampaikan materi pembelajaran karena
melekat pada tubuh pengajar (guru) sehingga
mampu mengatasi keterbatasan penglihatan
anak. Ketika ada anak yang sulit melihat objek
yang di tunjukkan guru, maka guru tinggal
mendekati anak tersebut sehingga anak dapat
langsung melihat objek tersebut.
d. Murah, dapat dibuat sendiri, mudah digunakan
tanpa peralatan khusus. Media ini sangat murah
dan mudah dibuat sendiri karena berasal dari
28

bahan-bahan yang ada disekitar, bahkan dapat


dibuat dari bahan-bahan bekas, seperti: kain
perca, kertas HVS bekas, serta kardus bekas.
Masih merujuk pada pendapat Madyawati
(2016:194) kelebihan media celemek yaitu
merangsang daya pikir dan imajinasi anak. Anak
dapat mengungkapkan berbagai gagasan menurut
gambar yang dilihatnya. Menciptakan suasana yang
menyenangkan yang akan mempercepat proses
belajar anak.
Media celemek juga mudah untuk dibawa-bawa
oleh guru sambil memberikan penjelasan kepada
anak-anak (Zaman dan Hermawan, 2014:4.23).
Jadi kelebihan yang dimiliki media celemek
adalah bersifat konkret, dapat mengatasi ruang dan
waktu, dapat mengatasi keterbatasan pengamatan
melalui indra penglihatan, murah, mudah dibawa-
bawa dan dapat merangsang daya pikir serta
imajinasi anak.
3. Manfaat media celemek
Menurut Satriana (dalam Madyawati, 2016:188-
189), ada beberapa manfaat yang diperoleh dari
kegiatan bercerita dengan media celemek, yaitu:
a. Menumbuhkembangkan kemampuan kognitif
anak, untuk terlatih memahami proses cerita,
mempelajar hubungan bagian-bagian dalam
cerita termasuk hubungan sebab-akibat.
b. Melatih daya konsentrasi anak untuk
memusatkan perhatiannya pada seluruh gambar
tokoh pada celemek, karena dengan pemusatan
perhatian tersebut anak dapat melihat hubungan
bagian-bagian cerita sekaligus menangkap ide
pokok dalam cerita yang diilustrasikan dalam
29

gambar dan latar suasana yang dilukiskan


melalui media celemek.
c. Mengembangkan daya imajinasi anak. Ketika
melihat gambar tokoh dan latar pada celemek,
akan membentuk cerita sesuai versi anak sendiri
melalui indra pendengaran dan penglihatannya
yang kemudian akan disesuaikan dengan
kenyataan cerita dalam celemek.
d. Menciptakan situasi yang menggembirakan serta
mengembangkan suasana hubungan yang akrab
sesuai dengan tahapan perkembangannya. Anak
senang mendengarkan cerita terutama bila guru
menyajikannya dengan menarik.
Selaras dengan pendapat tersebut, Susilawati
(dalam Madyawati, 2016:189) mengungkapkan
manfaat bercerita dengan celemek (cerita), yaitu
menjadi fondasi dasar kemampuan berbahasa,
meningkatkan kemampuan komunikasi verbal,
meningkatkan kemampuan menyimak, mengasah
logika berpikir dan rasa ingin tahu, menambah
wawasan, mengembangkan imajinasi dan jiwa
petualang, mempererat ikatan batin orangtua dan
anak, meningkatkan kecerdasan emosional, dan alat
untuk meningkatkan nilai moral, etika serta
membangun pribadi.
Manfaat menggunakan media celemek dalam
proses pembelajaran pada anak usia dini yakni
bahwa media celemek dapat digunakan untuk
berbagai kepentingan salah satu diantaranya adalah
untuk menyampaikan informasi atau materi
pengembangan kepada anak (Zaman dan
Hermawan, 2014:4.23).
30

Dari paparan teori-teori diatas maka dapat


disimpulkan bahwa manfaat menggunakan media
celemek adalah menumbuh kembangkan
kemampuan kognitif anak, melatih daya konsentrasi
anak, mengembangkan daya imajinasi anak,
menciptakan situasi yang menggembirakan serta
menjadi fondasi dasar kemampuan berbahasa,
meningkatkan kemampuan komunikasi verbal,
meningkatkan kemampuan menyimak, mengasah
logika berpikir dan rasa ingin tahu, menambah
wawasan, mengembangkan imajinasi dan jiwa
petualang, mempererat ikatan batin orangtua dan
anak, meningkatkan kecerdasan emosional, dan alat
untuk meningkatkan nilai moral, etika dan
membangun pribadi sekaligus menyampaikan
informasi.
4. Media Celemek Cerita
a. Media Celemek Cerita Bongkar Pasang
Media celemek cerita bongkar pasang adalah
media pembelajaran berbentuk celemek yang
akan dimodifikasi menjadi sebuah media untuk
menyampaikan isi cerita yanga mana celemek
tidak hanya memiliki satu cerita yang permanent,
namun dapat digunakan untuk beberapa cerita.
Bongkar pasang yang dimaksud adalah tokoh
dan suasana dapat ditempel dan dilepas sesuai
dengan cerita yang tengah dibawakan oleh guru.
Jadi dalam satu celemek dapat memuat beberapa
cerita dengan cara dibongkar pasang secara
bergantian untuk mempermudah guru agar
meminimalisir tempat dan biaya untuk
pembuatan celemek.
31

Hal ini didukung oleh kelebihan media celemek


Menurut Sadiman (dalam Madyawati, 2016:193-194),
media celemek memiliki beberapa kelebihan,
diantaranya sebagai berikut :
1) Bersifat konkret, lebih realistis menunjukkan
pokok masalah dibanding media verbal
semata. Bercerita dengan media ini tentunya
sangat sesuai dengan tahapan perkembangan
anak usia dini yang lebih mudah memahami
hal-hal konkret. Media ini lebih mudah
dicerna dan dipahami anak, karena anak
dapat secara langsung melihat tokoh yang
diperankan dalam cerita tersebut.
2) Dapat mengatasi ruang dan waktu. Tidak
semua benda, objek atau peristiwa dapat
dibawa lebih dekat dengan anak.
Menggunakan media celemek sangat efektif
karena semua hal yang ada dalam cerita
dapat diperlihatkan melalui media ini,
sehingga alur cerita mudah dipahami anak
dibandingkan dengan bercerita tanpa alat
peraga.
3) Dapat mengatasi keterbatasab pengamatan
melalui indra penglihatan. Celemek yang
memiliki sifat mobile dapat dibawa kemana
saja menyampaikan materi pembelajaran
karena melekat pada tubuh pengajar (guru)
sehingga mampu mengatasi keterbatasan
penglihatan anak. Ketika ada anak yang sulit
melihat objek yang ditunjukkan guru, maka
guru tinggal mendekati anak tersebut
32

sehingga anak dapat langsung melihat objek


tersebut.
4) Murah, dapat dibuat sendiri, mudah
digunakan tanpa peralatan khusus. Media ini
sangat murah dan mudah dibuat sendiri
karena berasal dari bahan-bahan yang ada
disekitar, bahkan dapat dibuat dari bahan-
bahan bekas, seperti: kain perca, kertas HVS
bekas, serta kardus bekas.
b. Alat dan Bahan
Berikut ini adalah beberapa alat dan bahan
pembuatan Media Celemek Cerita Bongkar Pasang,
antara lain :
1) Alat: gunting, pensil, lem, double tip.
2) Bahan: kain, perekat kain, kain flannel, kertas
manila dan benang
c. Cara Pembuatan
Cara pembuatan Media Celemek Cerita
Bongkar Pasang :
1) Jait kain menjadi celemek.
2) Menyiapkan naskah cerita.
3) Membuat latar/setting tempat dan suasana sesuai
dengan alur cerita. Dapat menggunakan kain
flannel
4) Membuat dan menggunting tokoh-tokoh dalam
cerita pada kertas manila. Selanjutnya, tokoh
yang sudah berupa guntingan di laminating dan
diberi perekat kain pada sisi belakangnya.
5) Media celemek cerita siap digunakan.
d. Cara Penggunaan
Cara penggunaan celemek cerita ada :
1) Guru yang akan membawakan cerita memakai
celemek cerita bongkar pasang.
33

2) Tempel gambar yang sesuai dengan cerita pada


kain flannel yang terdapat pada celemek.
3) Lepas dan tempel kembali gambar sesuai
dengan cerita yang akan dibawakan.

E. Anak Usia Dini Usia 4-5 tahun


Anak adalah manusia kecil yang memiliki
potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki
karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan
orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis, antusias dan
ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar,
dirasakan, mereka seolah-olah tak pernah berhenti
bereksplorasi dan belajar. Anak bersifat egosentris,
memiliki rasa ingin tahu secara alamiah, merupakan
makhluk sosial, unik, kaya dengan fantasi, memiliki daya
perhatian yang pendek dan merupakan masa yang
paling potensial untuk belajar (Sujiono, 2009:6).
Masih dalam Sujiono (2009:22) penyelenggaraan
pendidikan bagi anak usia dini pada jalur formal adalah
Taman Kanak-Kanak (TK) atau RA dan lembaga sejenis.
Penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini pada
jalur nonformal diselenggarakan oleh masyarakat atas
kebutuhan dari masyarakat sendiri, khususnya bagi
anak-anak yang dengan keterbatasannya tidak terlayani
di pendidikan formal (TK dan RA). Pendidikan jalur
informal dilakukan oleh keluarga atau lingkungan.
Pendidikan informal bertujuan memberikan keyakinan
agama, menanamkan nilai budaya, nilai moral, etika, dan
kepribadian, estetika serta meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan anak dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional.
Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudhatul Athfal
(RA) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan
34

PAUD jalur pendidikan formal untuk anak usia 4 - 6


tahun. Sedangkan penyelenggaraan PAUD jalur
nonformal berbentuk Taman Pendidikan Anak (TPA)
dan bentuk lain yang sederajat, yang menggunakan
program untuk anak usia 0 - < 2 tahun, 2 - < 4 tahun, 4 - 6
tahun dan Program Pengasuhan untuk anak usia dini 0 -
< 6 tahun; Kelompok Bermain (KB) dan bentuk lain yang
sederajat, menggunakan program untuk anak usia 2 - < 4
tahun dan 4 - < 6 tahun yang telah tercantum di dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun
2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.
Pendidikan TK adalah pendidikan untuk anak
usia 4-6 tahun, yang dibagi menjadi kedalam dua
kelompok belajar berdasarkan usia yaitu Kelompok A
untuk anak usia 4-5 tahun dan kelompok B untuk anak
didik usia 5-6 tahun.
Maka dapat disimpulkan bahwa anak usia dini
kelompok A adalah sekelompok anak usia 4-5 tahun
yang berada pada proses perkembangan fisik motorik,
sosial emosional, kognitif, bahasa, dan moral agama yang
berada pada jalur pendidikan fomal yaitu Taman Kanak-
kanak.

F. Keterkaitan Media Celemek Terhadap Keterampilan


Menyimak Anak Usia 4-5 Tahun
Menurut Santosa (2011:1.2) pengertian bahasa
adalah suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya
ujaran. Ujaran inilah yang membedakan manusia dari
makhluk lainnya. Dengan ujaran inilah manusia
mengungkapkan hal yang nyata atau tidak, yang
berwujud maupun kasat mata, situasi dan kondisi yang
lampau, kini, maupun yang akan datang. Ujaran manusia
itu menjadi bahasa apabila dua orang manusia atau lebih
35

menetapkan bahwa seperangkat bunyi itu memiliki arti


yang serupa.
Bahasa sendiri memiliki beberapa keterampilan
yakni keterampialan berbahasa lisan meliputi menyimak
dan berbicara, sedangkat keterampilan berbahasa tulis
meliputi membaca dan menulis (Mulyati, 2013:2.20).
Menyimak adalah suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh
perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta
memahami makna komunikasi yang telah disampaikan
sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan
(Tarigan, 2008:31).
Untuk meningkatkan keterampilan menyimak
pada anak, peneliti memilih media celemek sebagai
sarana untuk bercerita. Hal ini didukung oleh pendapat
Madyawati (2016:162-163), bahwa bercerita adalah salah
satu keterampilan yang terdapat pada bahasa lisan yang
bertujuan untuk memberikan informasi pada orang lain
dengan cara menyampaikan berbagai macam ungkapan,
berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami
dirasakan, dilihat dan dibaca.
Menurut Moeslichatun (dalam Madyawati,
2016:188), mengungkapakan bahwa metode bercerita
dengan celemek cerita merupakan salah satu metode
guna menarik minat anak untuk mendengarkan cerita
dan memperhatikan isi cerita melalui sebuah media
sederhana yang menarik berupa celemek yang
digunakan ditempel di dada guna menunjang
penyampaian isi cerita.
Keterkaitan antara media celemek dengan
keterampilan menyimak yaitu ketika menggunakan
media celemek untuk melakukan sebuah kegiatan seperti
36

bercerita maka anak akan secara jelas melihat objek atau


pada celemek. Maka akan sangat mempengaruhi
kenaikan tingkat ketertarikan anak untuk menyimak
dengan sungguh-sungguh materi cerita yang
disampaikan oleh guru.

G. Penelitian yang Relevan


Berikut akan diuraikan beberapa penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan variabel pada
penelitian yang di lakukan di TK Aisiyah Bustanul Athfal
Cabang Loceret Nganjuk melalui tabel matriks penelitian.

Tabel 2.1 Tabel Matriks Penelitian

Judul Varia- Sampel/ Hasil Persa- Perbedaan


bel Subjek Peneli- maan
tian

Pengaruh Varia- Sampel Metode Sama- Pada


Metode bel x= yang Bercerita sama penelitian
Bercerita metode diguna dapat meng- Hakim
Terhadap berceri- kan mem- guna- (2015)
Kemam- ta masing- pengaruhi kan menggunak
puan Variabel masing Kemam- menyi an
Menyi- y = kelas puan mak pendekatan
mak kemam- berjumlah Menyi- seba- eksperimen
Anak puan 20 anak mak gai dengan
Kelom- menyi- yang Kelom- variab desain
pok B Di mak terdiri pok B di el penelitian
TK dari TK terikat Quasi
Aisyiyah kelom- Aisyiyah Experimenta
37

Bustanul pok B1 Bustanul l Design


Athfal 39 dan B2 Athfal 39 sedangkan
Surabaya TK pada
(Isnariski Aisyiyah penelitian
na Bustanul yang di
Kamilah Athfal 39 lakukan di
Hakim, Surabaya TK Aisiyah
2015, Bustanul
Mahasis- Athfal
wa Cabang
Unesa) Loceret
Nganjuk
adalah
pendekatan
eksperiman
dengan
menggunak
andesain
penelitian
Pre Experi-
mental
Design

Penerapa Variabel Sampel Kegiatan Sama- Variabel


n x= yang menyanyi sama bebas pada
Kegiatan kegiatan digunaka dapat meng- penelitian
Menyanyi menya- n meningka guna- Mawarni
Untuk nyi berjumlah t-kan kan (2014)
Meningka Variabel 26 anak, kemampu menyi adalah
t-kan y = terdiri an mak kegiatan
Kemam- kemam- dari 13 menyima seba- menyanyi
puan puan laki-laki k bahasa gai sedangkan
menyi-
38

Menyi- mak dan 13 anak usia varia- variabel


mak perempua 2-3 Tahun bel bebas pada
Bahasa n PPT di PPT terikat penelitian
Anak Melati 5 Melati 5 di TK
Usia 2-3 Kec. Kec. Aisiyah
Tahun Di Benowo Benowo Bustanul
PPT Surabaya Surabaya Athfal
Melati 5 Cabang
Kec. Loceret
Benowo Nganjuk
Surabaya adalah
(Budi media
Mawarni, celemek
2014, cerita
Mahasisw Jenis
a Unesa) peneitian
yang
digunakan
dalam
penelitian
Mawarni
(2014)
adalah PTK
(Penelitian
Tindakan
Kelas)
sedangkan
jenis
penelitian
yang
digunakan
pada
39

penelitian
di TK
Aisiyah
Bustanul
Athfal
Cabang
Loceret
Nganjuk
adalah
penelitian
kuantitatif

Pengaruh Variabel Sampel Media Sama- Variabel


Media x = yang Flipchart sama bebas pada
Flipchart Media diguna- Modifika- meng- penelitian
Modifika- Flipchart kan si dapat gunak Utami
si Modifi- berjumlah mempe- an (2015)
Terhadap kasi 21 anak ngaruhi menyi adalah
Kemam- Variabel Kelompo kemam- mak Media
puan y = k A di puan sebaga Flipchart
Menyi- kemam- Taman menyi- i Modifikasi
mak puan Kanak- mak anak variab sedangkan
Anak menyi- Kanak Kelom- el variabel
Kelom- mak Dharma pok A di terikat bebas pada
pok A Di WanitaII Taman Sama- penelitian
Taman Kec. Kanak- sama di TK
Kanak- Rejoso Kanak meng- Aisiyah
Kanak Kab. Dharma gunak Bustanul
Dharma Nganjuk WanitaII an Athfal
WanitaII Kec. jenis Cabang
Kec. Rejoso peneli- Loceret
Rejoso Nganjuk tian Nganjuk
kuanti
40

Kab. tatif adalah


Nganju de- media
( Linda ngan celemek
Dwi desain cerita.
Utami, Pre
2015, Experi
Mahasis- mental
wa Design
Unesa)

H. Kerangka Berpikir
Menurut Sekaran (dalam Sugiyono, 2013:60)
menjelaskan bahwa kerangka berpikir merupakan model
konseptual tentang bagaiman teori berhubungan dengan
berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
yang penting. Sugiyono (2013:60) menambahkan bahwa
seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah
sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun
kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis.
Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan
sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi obyek
permasalahan. Dari penjelasan di atas maka peneliti
menguraikan kerangka berpikir melalui bagan berikut
ini:
41

Anak Usia Dini Aspek perkembangan


Anak Usia Dini

NAM Sosial
Bahasa Kogniti Fisik Seni
Seni
Emosional Motorik
f

Berbahasa Lisan Berbahasa Tulis

Keterampilan menyimak Keterampilan berbicara

Kemampuan
Keterampilan menyimak anak usia 4-5 tahun di TK
menyimak
Aisyiyah Bustanul Athfal Cabang Loceret
Nganjuk perlu mendapatkan perhatian lebih

Pemberian perlakuan menggunakan media celemek cerita

Adanya pengaruh media celemek cerita terhadap


keterampilan menyimak anak usia 4-5 tahun di TK Aisyiyah
Bustanul Athfal Cabang Loceret Nganjuk
2.1 Kerangka Berpikir

I. Hipotesis
42

Menurut Sugiyono (2011:96) hipotesis merupakan


jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam kalimat pertanyaan. Dalam penelitian
ini dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
1. Ho = Tidak ada pengaruh media celemek
terhadap keterampilan menyimak anak usia
4-5 tahun TK Aisyiyah Bustanul Athfal
Cabang Loceret Nganjuk
2. Ha = Ada pengaruh media celemek terhadap
keterampilan menyimak pada anak usia 4-5
tahun TK Aisyiyah Bustanul Athfal Cabang
Loceret Nganjuk
43

( Halaman ini sengaja dikosongkan )

Anda mungkin juga menyukai