Bab Ii
Bab Ii
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Bahasa
1. Hakikat berbahasa
Menurut KBBI (1995:77) bahasa adalah sistem
lambang bunyi yang arbiter, yang digunakan oleh
para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi dan mengidentifikasikan diri.
Sedangkan menurut Mulyati (2013:2.3) bahasa
merupakan: bunyi ujar (lisan) yang berwujud
lambang. Hal ini dapat dijelaskan dengan
menggunakan fakta sejarah bahwa orang atau
kelompok orang (masyarakat) sejak dahulu kala telah
dapat melakukan komunikasi dengan menggunakan
bahasa yang telah disepakati bersama secara lisan.
Bahasa tulis baru datang kemudian setelah muncul
para ahli linguis yang menciptakan lambang-
lambang tulis yang juga didasari atas kesepakatan
bersama. Kesepakatan masing-masing
kelompok/lingkungan masyarakat pengguna bahasa
tersebut.
Pengertian bahasa adalah suatu bentuk
ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran (Santosa,
2011:1.2). Ujaran inilah yang membedakan manusia
dari makhluk lainnya. Dengan ujaran inilah manusia
mengungkapkan hal yang nyata atau tidak, yang
berwujud maupun kasat mata, situasi dan kondisi
yang lampau, kini, maupun yang akan datang.
Ujaran manusia itu menjadi bahasa apabila dua
orang manusia atau lebih menetapkan bahwa
seperangkat bunyi itu memiliki arti yang serupa.
12
B. Keterampilan Menyimak
13
1. Pengertian menyimak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1995:216) Menyimak adalah mendengarkan atau
memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau
dibaca orang.
Menyimak adalah suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan
penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta
interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi atau pesan, serta memahami makna
komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara
melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan, 2008:31).
Menurut Mulyati (2013:2.21) menyimak adalah
kegiatan berbahasa dengan tujuan memahami pesan
yang disampaikan pembicara. Di dalam menyimak
orang tidak hanya mengaktifkan pendengarannya,
tetapi juga harus berkonsentrasi serta menggunakan
sikap-sikap positif, baik terhadap pembicara maupun
bahan pembicaraan. Sikap positif terhadap bahan
simakan atau pembicaraan akan membantu
penyimak berkonsentrasi dalam memahami simakan.
Jadi kesimpulan yang dapat diambil dari
menyimak adalah mendengarkan atau
memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau
dibaca orang dengan penuh perhatian, pemahaman,
apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh
informasi, menangkap isi atau pesan, serta
memahami makna komunikasi yang telah
disampaikan sang pembicara.
2. Tujuan menyimak
Menurut Logan, dkk,( dalam Tarigan, 2008:60-61)
tujuan orang menyimak sesuatu itu beraneka ragam,
antara lain:
14
a. Untuk belajar
Bagi anak TK tujuan menyimak pada
umumnya adalah untuk belajar. Misalnya
belajar untuk membedakan bunyi-bunyi yang
diperdengarkan guru, mendengarkan cerita,
dan permainan bahasa. Jadi, anak TK
melakukan kegiatan menyimak lebih cenderung
bukan karena keinginan anak itu sendiri tetapi
karena ditugaskan sehubungan dengan kegiatan
dalam pembelajaran.
b. Untuk mengapresiasi
Artinya menyimak bertujuan untuk
dapat memahami, menghayati dan menilai
bahan yang disimak. Bahan yang disimak
dengan tujuan ini biasanya berbentuk karya
sastra, seperti cerita atau dongeng dan puisi.
16
C. Hakikat Media
1. Pengertian media
Menurut Heinich (dalam Zaman dan Hermawan,
2014:3.4) , media berasal dari bahasa Latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata medium yang
secara harfiah berarti perantara, yaitu perantara
sumber pesan (a source) dengan penerima (a receiver).
Media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan
pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran
di sekiolah pada khususnya ( Arsyad, 2013:2).
Sedangkan menurut Criticos (dalam Daryanto,
2013:4) media merupakan salah satu komponen
komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari
komunikator menuju komunikan.
Berdasarkan penjelasan beberapa teori diatas
dapat disimpulkan bahwa media adalah perantara
pembawa pesan yang tidak dapat dipisahan dari
proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan
pendidikan dan pembelajaran serta merupakan
komponen komunikasi antara komunikator menuju
komunikan.
2. Media pembelajaran
Menurut Hamalik (dalam Arsyad 2013:19-20)
mengemukakan bahwa pemakaian media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan
belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh
psikologis terhadap anak. Penggunaan media
pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran
akan sangat membantu keefektifan proses
21
D. Media Celemek
1. Pengertian media celemek
Media celemek merupakan media pembelajaran
anak yang dibuat dari kain flannel. Media ini dapat
digunakan oleh guru untuk menyampaikan
informasi, materi atau bahan pengembangan kepada
anak secara dinamis dalam arti dapat digunakan
guru dengan membawa dan menunjukkannya
kepada anak sambil berkeliling di sekitar anak
(Zaman dan Hermawan, 2014:4.12).
Trisyani, dkk (2014:5) menyatakan bahwa media
kain celemek merupakan media yang terbuat dari
kain flannel yang berbentuk seperti celemek dengan
ditempeli gambar-gambar yang sesuai dengan cerita.
Sedangkan menurut Madyawati (2016:188),
media celemek (cerita) merupakan sarana fisik
berupa kain penutup baju menempel di dada yang
digunakan untuk membantu menyampaikan pesan,
informasi, atau dongeng yang didengarkan dengan
cara menyenangkan.
Menurut ketiga tokoh di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa media celemek adalah media
pembelajaran untuk anak yang dibuat berupa kain
penutup baju menempel di dada yang digunakan
oleh guru untuk menyampaikan pesan, informasi,
atau dongeng yang didengarkan dengan cara
menyenangkan.
2. Kelebihan media celemek
27
penelitian
di TK
Aisiyah
Bustanul
Athfal
Cabang
Loceret
Nganjuk
adalah
penelitian
kuantitatif
H. Kerangka Berpikir
Menurut Sekaran (dalam Sugiyono, 2013:60)
menjelaskan bahwa kerangka berpikir merupakan model
konseptual tentang bagaiman teori berhubungan dengan
berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
yang penting. Sugiyono (2013:60) menambahkan bahwa
seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah
sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun
kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis.
Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan
sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi obyek
permasalahan. Dari penjelasan di atas maka peneliti
menguraikan kerangka berpikir melalui bagan berikut
ini:
41
NAM Sosial
Bahasa Kogniti Fisik Seni
Seni
Emosional Motorik
f
Kemampuan
Keterampilan menyimak anak usia 4-5 tahun di TK
menyimak
Aisyiyah Bustanul Athfal Cabang Loceret
Nganjuk perlu mendapatkan perhatian lebih
I. Hipotesis
42