Anda di halaman 1dari 23

.

T
#-\

,,\ rticles :

Basir Rohronrana
The Application of Participated Doctrine in Corruption (Study Of Decision on
Ciminal Act Court at [a Jayapura Distid Court)

Nluhamma<l Iftar Aryaputra; B. Rini Heryantil Dhian Indah Astanti il.


M enyorot P utusan M ah kamah Konsti tus i Nomor 2 5 / P uu-Xiv / 20 l 6 Terkait Unsur rf
M erugikan Keuangan atau Perekonomian Negara" dalam Perkara Korupsi

Ilx iarr ('hristianto


Ajaran Sifat Melawan Hukum Materiil Sebagai Upaya Harmonisasi Ketentuan Hukum
Pidana Pornografi Melalui Internet

Rahmi I)wi Sutanti


Kebijakan Aplikatif Pemberatan Pidana bagi Pelaku Pengulangan Tindak Pidana

l)cnty Suci Mareta Fcmylia, Muchammad Chasani


Putusan Ultra Petita dalam Kasus Pembunuhan di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

Wahyu Priyanka Nata Pcrmana


SinkronisasiPenangananPerkarlli*nuvlry-p_il$gtlnglghSfPj*qI_l-{y!ypr:-rygrryj..

l)rlrnr \rdiansr alr


Pencabutan Hak untuktutggilib Pg*Plp_llihp"qg1re'pi9*ryr!1{$.$"4*n*5oryn:i "

l\luhanrnrad Ikbal
The Irnplernentation of Discretion on Criminal Settlement in The Theft Cases

ISSN Online 74787610\1


Cetak 1478761688
Kcsckretariatan :

Gcdung K,I)ckanat Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang


Sckarirn Gunungpati Scmarang 50229
Tclcpon + 02248 507 89 l, + 62 47 07 092 05 ; Fax. + 62248 507 89 | ililluilluilruLilil[il
plseuopul 'dltsrarrtu6 a1e15 Euereurag 'rrrel Jo dr1n 'UUFV u?iap1g
"d
ursauopul ,flrsrarrrun alels EuereuraS 'rrre13o drlnceg 'orpn1ar4
"Ipuslcl
',{lrsraruun alels tuureurag 'rrre1lo r{fpeeg 'euetpteulng duuag
"Iseuopul
ersauopul 'ftrtsra,rtun a1e15 Euereulag ',rre13o ffpceg tru1dsery FzV p?tutu"qnry
srsauopul,,$rsra,nu11 a1e15 EueruuraS'rne1 Jo &lm"d'olue.(u ftA\ Eunpul
€rsauopul ',$lsraltun a1e15 Euereurag 'ltru13o ffpceg '16 arleofdeS fuuog
ulsauoPul 'r$tsra,uun alels tuereua5 'me1Jo &lmud 'peinefpt6 sruy
toqpg Eufoaoy41
,$tsrairrun aluls Euuruuag'rne1 3o frpceg'opuoqnSl{laH
&lsrartlun a1e15 Euereurag 'inel Jo &lmed 'lpse1
fltsrarrtun a1e15 Euereurag ?ne13o drpceg 'lrell.1 IrS r1?pul
dlrsra,ttun alels Euereruag'rvrz1 3o r$1nceg'rer$qe1n1 5y
,fitsraltun ueurpaos I?rapuaf 'rne1 3o drpceg' ofruqea snEV
,,fitsralrun orotauodtg'rne13o &1nczg JapV tltlell\€N epr"g
$guem ntlpg ptoog
prsauopul ,,$lsrarrrun a1e15 EuereulaS 'rnel Jo d{nted 'Fepuep16
"/tt{"J
JalqJ a! ntlpg
r^[vflrrvTuoildg
FOCUS AND SCOPE

Indonesian Journar of criminat Law studies


@ctrg)
a means of dissemination of the results
of tegat
researchers who have interest in the freld,
dissemination of research resurts in the
Journar rs
grow a network of researchers in the
fietd of
criminal law and penal reform according to
interests. In addition, through the dissemination
is expected to develop the jurisprudence
of the fri
The scope of this journal is the pubticailon of
field of criminal law, both written by researchers
of law or other parties whose study is law.
published twice in a year, that is on MAy
AND
sas"J
uaql aqJ ul tueuraplas l€qrulrJ uo uollartslcl Jo uo4"lualualdrul aql
v6 IeQtr Psrutu?qnI I
Isdruo) ?u"pld
{€pull €uepldral peg qryd16 u"61 qlltuarN >lntun 43H uelnq"ruad
w gzdsuepry.fuuaq
tserodro;1un{nH
{alqns qalo ue>lruIepq Euuf eu€pld €J€{Jad ueuu8ueuad IsesruoDIIrIS
pupulrad e1e11 e4ue.dpd rL{rIslA.
99
JilurI €u?>lef
ua8a51 ueype8ua4 ry ueqnunquad sns") Iuel"p uesntnd
"]Ilad "J}ln
rcn5,$uaq
gs 1ups?rlD pelrurerpnl{'e11,{ruag ela'relry
3u"pId
{"pql ue8ueFEua4 n4e1a4 t8zq ueleraqruad gue4ldy ue>1e fiqa;1
za Fu€lns lfi.d r-urrtBu
teuratul mlelalN ge;3otuo4 eu"pld run>InH u"ruu3la)
rs?sruoruleg e,{edn re8eqag IIIJaIeN urn{nH uel\elatrAl 1e;rg uerefy
ez olupFslrllc u"I^6.H
rsdruo;X ?rDIJad ur€lep
,,ere8a51 uerruouolaJad rcl" ue8uena;tr ue4r8rua1n1 1edeq, Jnsun lIsTraJ
grcZ/Ny1-nrLd/SZ roruoN IsruBsuo) q"uDItl€I I uesnlnd 1orofua141
-IlueNV qepql uelg61 lpuu,irag
OI 1ur-U'g !e.4nde,{ry reUI peruul"qnl I
(uno3 plrsl6 etndef,el €I13 unoJ pV leululu3 uoqdrulo3 uo
uorsrJaqJO fpruS) uoqdruro3 uI auulrocl paludrcrue4;o uotlec4ddv aqt
Jlsug
"upluorqo'[
ISI rrVI{V(I
rJcLS II (1) (2017)

INDONIESIAN JOURNAL OF CRIMINAL LAW


STUDTES (TJCLS)

SINKRONISASI PENANGANAN PERKARA PIDANA YANG DILAKUKAN


OLEH SUBJEK HUKUM KORPORASI

Wahyu Priyanka Nata Permana-


* Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel: Kotporasi dalaffi peratulafl perundang-undangan di Indonesia telah ditempatkan sebagai subjek hukum
DiterimaMaret 2017 tindak pidarra yang dapat dimintai pertenggungiawaban pidana. Dalam praktek penanganan perkara
Disetujui April 2017 pidana yang melibatkan kotporosi sebagai subjek hukum masih menemui kendala dalam prosedur dan tata
Dipublikasikan Mei 2017 can pemeriksaan koryorasi sebagai pelaku tindak pidana, oleh karma itu Mahkamah Agung KI dan Jaksa
Agung EI mmgel*arkan pedoman pmanganan perkara tindak pidana oleh kotporasi. Pmelitian ini
Keywords: betujuan untuk melihat si*ronisai uttara Peratilrun Mahkamah Agung RI deflgan Peraturun Jaksa
Cotporatiots, Crimiaal Aa, Agung KI. Maode pmelitian yang digunakan adalah yuidis normatif dengan pendekatan kualhatif serta
Legal Subjects sumber data pimer dan sekunder. Adapun hasil penelitian mmunjakkan adanya keserugaman dalam
sebagian besar penangangan perkara pidana dalam Peraturan Jaksa Agung dengan Peraturan Mahkamah
Agung, tetapi dalam pelaksanaan putasan pidana terhadap korporasi terdapat pefiedaan ketika korporasi
tidak mtmbayar pidana ilenda dan hatta kotporasi tidak mena*upi untuk membayar denda tenebut.
Terhadap hal-hal yang tidak diatur oleh Peraturan Jeksa Agung, berkmaan pemeriksaan terhadap
kotporasi dalam hal wjadi Tnleburan, pengabungan, pemisahan dan proses penbubaran korporasi telah
tcrmuat dalam Peraturan Mahkamah Agung,

Abstract

Corporations in the Indonsian legislation have bem placed as criminal liability subject. In practice the
handling ofcriminal casa im,oling corlnrations as legal subjeas still encorflters obstacles in the procedures
and procedures of corporction *amination as petparatorc of criminal aas, Iherefore the Srpreme Court of
the Republic of Indonaia and the Attomey General of Indonesia issued guidelines for handling c'riminal
cases h1t cotporations. This sndy ait?ts to see the synchronintion between the Regulation of the Suprene

Court and the Attomet Getteral's Regulation. The research ,nethod used b normative juridical with
qualiiative approach as well as ptimary and secondary data sources. The resuls of the study indicae the
existence of unifoftnity in the rnajoity of ctiminal case handling in the Attomey Gmeral's Regulation with
the Supreme Court Regulation, but in the aecTttian of ctiminal verdict agairst the corporation there is a
diference whm the cotporation doa rct pay thefne, and the corporation's propr! is not suffcient to pay
thefne. In respect of matten not govemed by the Auomey Gmeral's Regulation, conceming the eramination
of the cotporation in the event of a merger, tnerger, sqaretiott and dissolution process of the cotporation has .

bem contained in the Supreme Court Regulation


@ 2017 Universitas Negeri Semarang

Email : wahyupriyanka@gmail.com

55
Wahyu Priyanka Nata Permana / lndonesian Journal of Criminal Law Studies II (l) (2017)

PENDAHULUAN Peftama, Korporasi sebagai subjek tindak pidana


dan pertanggungjawabannya dibebankan kepada
Kejahatan korporasi pada dasamya anggota atau pengunrs. Kedua, Korporasi
merupakan kejahatan yang memilikl sebagai subjek tindak pidana dan
karakteristik tersendiri yang berbeda dengan pertanggungjawaban pidananya dibebankan
tindak pidana konvensional seperti pencurian, kepada pengurus dan atau kepada korporasi.
perampokan atau kejahatan konvensional Korporasi yang dapat dimintai
dengan motif ekonomi lainnya. Terdapat banyak pertanggungjawaban pidana, dapat pula
karakteristik atau tipologi dari tindak pidana dijatuhkan pidana apabtTa terbukti melakukan
yang dilakukan korporasi ini, beberapa tindak pidana. Bentuk sanksi pidana yang dapat
diantaranya antara lain :r dijatuhkan beraneka tagam mulai dari pidana
1 Kejahatan korporasi sebagai kejahatan denda, dan sanksi tambahan / tindakan yang
kerah putih (white collar crimes); dapat berupa pembubaran korporasi,
2 Kelahatan korporasi sebagai kejahatan perampasan terhadap perusahaan dimana tindak
lintas batas negara (trarc-national crime); pidana dilakukan, pencabutan izin usaha
3 Kejahatan korporasi sebagai kejahatan seluruh atau sebagian, penghapusan seluruh
terorganisir (organized crimes); atau sebagian keuntungan tertentu, penutupan
4 Kejahatan korporasi sebagai kejahatan seluruh atau sebagian perusahaan untuk jangka
terstruktur (stntaural oimes\; waktu tertentu, pembayaran biaya yang timbul
5 Kejahatan korporasi sebagai kejahatan akibat tindak pidana, uang pengganti atau ganti
lintas batas rregara yang terorganisasi rugi dan lain sebagainya.
(transnational organized c-rime s); Dalam prakteknya, penegakan hukum
6 Kejahatan korporasi sebagai kejahatan pidana terhadap korporasi sebagai subjek hukum
yang berdampak luar biasa (extra banyak mengalami kendala, mulai dari modus
ordinary times); operadinya yang cenderung meningkat dan
7 Kejahatan korporasi sebagai kejahatan kompleks, sehingga menimbulkan kesulitan
bisnis (busi n ess a im es) ; dalam menentukan pertanggungiawaban
8 Kejahatan korporasi sebagai kejahatan pidananya. Termasuk berkenaan dengan belum
internasional (international times); adanya hukum acara yang mengatur tentang
9 Kejahatan korporasi sebagai kejahatan tata cara pemerilsaan korporasi sebagai subjek
dengan dimensi-dimensi yang baru (new hukum. Untuk mengatasi kendala tersebut Jaksa
dimention of crimes); Agung RI telah menerbitkan Peraturan Jaksa
' 10 Kejahatan korporisi sebagai kejahatan Agung RI, Nomor. PER.028/A/IA/10/2014
kemanusiaan (crimes against humanity). tentang Pedoman Penanganan Perkara Pidana
Korporasi sebagai legal entities ataa dengan Subjek Hukum Korporasi. Melalui
rechtsperson telah diakui dan diatur dalam peraturan ini setidaknya dapat dijadikan
peraturan perundang-undangan sebagai salah pedoman bagi Jaksa/Penuntut lJmum dalam
satu subjek hukum yang dapat dimintai menangani perkara pidana dengan subjek
pertanggungiawaban pidana apabtla terbukti hukum korporasi baik sebagai tersangka,
melakukan suatu tindak pidana. Setidaknya ada terdakwa atau terpidana.
2 (dua) bentuk atau model pengaturan tentang Mahkamah Agung RI melalui
pertanggungiawaban korporasi dan siapa yang Perafuran Mahkamah Agung telah
dimintai per.tanggungiawaban pidananya. mengeluarkan pula Perma RI No. 13 Tahun
2076 tentang Tata Cara Penanganan Perkara
Tindak Pidana oleh Korporasi, yang ditetapkan
' Kristian. 2016. Kqahatan Korporasi di Era pada tanggal2l Desember 2016. Melalui Perma
Modern dan Sistem Pertanggungjawaban Pidana inidiharapkan dapat menjadi pedoman bagi
Korporasi. Bandung: Refika Aditama. Hlm. I I 5-1 16

66
Wahl'u Priyanka Nata Permana / Indonesian Journal of Criminal Law Srudies II (1) (2017)

aparat penegak hukum dalam penanganan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


perkara pidana yang dilakukan oleh korporasi.
Peneliti selanjutnya tertarik untuk Sinkronisasi Penanganan Perkara Tindak
mengkaji yakni Apakah Peraturan Jaksa Agung Pidana yang Dilalrukan oleh Korporasi
RI, Nomor. PER.028/ A/JA/10/2014 tentang Sebagai Subjek Hukum
Pedoman Penanganan Perkara'Pidana Dengan Melalui Peraturan Jaksa Agung RI
Subjek Hukum Korporasi telah sinkron terhadap Nomor. PER.028/A/JA/ 10/2014, diharapkan
upaya penangafian perkara pidana terhadap dapat menjadi panduan dalam penanganan
korporasi sesuai dengan Peraturan Mahkamah perkara pidana dengan subjek korporasi,
Agung RI Nomor 13 Tahun 2016 tentangTata mengupayakan penyelesaian penangangan
Cara Penanganan Perkara Perkara Tindak perkara dengan subjek hukum korporasi dan
Pidana Oleh Korporasi?. Penelitian ini berrujuan mengoptimalkan tuntutan pidana tambahan
untuk mengetahui Peraturan Jaksa Agung RI, terhadap subjek hukum korporasi sesuai dengan
Nomor. PER.028/A/JA/10/2014 tentang peraftrran perundang-undangan. Adapun
Pedoman Penanganan Perkara Pidana Dengan mekanisme penanganan perkara pidana dengan
Subjek Hukum Korporasi apakah telah sinkron subjek korporasi yang diatur yakni mulai
terhadap upaya penanganan perkara pidana kegiatan penyelidikan, penyidikan, penuntutan
terhadap korporasi sesuai dengan Peraturan dan pelalsanakaan putusan pengadilan yang
Mahkamah Agung RI Nomor 13 Tahun 2016 melibatkan korporasi.
tentang Tata Cara Penanganan Perkara Perkara Ruang lingkupnya mengatur tentang
Tindak Pidana Oleh Korporasi subjek hukum korporasi yang dibedakan
menjadi 3 (tiga) kategori, yakai Pertama, Dalam
METODEPENELITIAN hal undang-undang mengatur _subjek hukum
korporasi, maka funtutan pidana diajukan
Metode penelitian yang digunakan dalam kepada (a). Korporasi; (b). Pengurus korporasi;
penelitian ini adalah yuridis normatif, yang (c). Korporasi dan pengurus korporasi. Kedua,
menganalisis permasalahan dari sudut pandang Dalam hal undang-undang tidak mengatur
atau menurut ketentuan hukum dan peraturan subjek hukum korporasi, maka tuntutan pidana
yang berlaku saat ini. Sedangkan metode diajukan kepada pengurus. Ketiga, Terhadap
pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini korporasi bukan berbadan hukum,
adalah pendekatan yang benifat deskriptif pertanggungiawaban pidana dibebankan kepada
kualitatif, dimana bahan hukum yang diperoleh pengurus serta dapat dikenakan pidana
disajikan secara deskriptif dan dianalisis secara tambahan dan/atat tindakan tata tertib
kualitatif. Dalam penelitian ini menggunakan terhadap korporasi.
sumber bahan hukum primer berupa peraturan Korporasi diartikan kumpulan orang
perundang-undangan yang berlaku dan dan/atat kekayaan yang terorganisasi baik
mengingat terhadap permasalahan yang akan merupakan badan hukum maupun bukan badan
diteliti, bahan hukum sekunder berupa hukum, sedangkan yang dimaksud pengurus
penjelasan dari bahan hukum primer seperti korporasi adalah pengurus korporasi sesuai
buku, literature, jumal, dan bahan hukum tersier undang-undang yang berlaku, termasuk penonil
berupa kamus, ensiklopedia, maupun sumber pengendali korporasi, pemberi perintah,
bahan hukum lainnya yang sejenis dan pemimpin baik yang masuk dalam stmktur
berhubungan dalam penelitian ini. organisasi maupun yang tidak masuk struktur
organisasi korporasi tetapi dapat mengendalikan
secara efektif.
Untuk dapatnya perbuatan korporasi
danlatau perbuatan pengurus korporasi dapat
dimintakan pertanggungiawaban pidana, maka

67
Wahyu Priyanka Nata Permana / Indonesian Journal of Criminal Law Srudies II ( 1) (201 7)

telah pula ditenrukan kriteria .perbuatan- menganjurkan melakukan, atau


perbuatan yang dapat dimintai membantu melakukan tindak pidana;
pertanggungjawab pidana baik terhadap 2) Setiap orang yang memiliki kendali dan
korporasi maupun pengurus korporasi, afitara wewenang untuk mengambil langkah
lain : pencegahan tindak pidana tersebut
a Perbuatan korporasi yang dapat dimintakan namun tidak mengambil langkah yang
pertanggunglawaban pidana apabila telah seharusnya dan menyadari akan
memenuhi kriteria sebagaimana diatur menerima resiko yang cukup besar
dalam undang-undang yang berlaku, apabtl.a apablla tindak pidana tersebut terjadi;
memenuhi kualifrkasi sebagai berikut : 3) Setiap orang yang mempunyai
1) Segala bentuk perbuatan yang pengetahuan akan adanya risiko yang
didasarkan pada keputusan pengurus cukup besar cukuplah apablla ia tahu
korporasi yang melakukan maupun bahwa tindak pidana tersebut dilakukan
turut serta melakukan; oleh korpora si;dan/ atav
2) Segala bentuk perbuatan baik berbuat 4) Segala bentuk perbuatan lain yang
atau tidak berbuat yang dilakukan oleh dapat dimintakan pertanggungiawaban
. seseorang untuk kepentingan korporasi kepada Pengurus Korporasi menurut
. baik karena pekerjaannya dan/atau undang-undang;
hubungan lain; Dalam proses penyelidikan dan
. 3) Segala. bentuk perbvatan y^ng penyidikan jaksa dapat melakukannya terhadap
menggunakan sumber daya manusia, korporasi yang diduga melakukan tindak pidana
dana dan/atau segala bentuk dukungan tertentu, seperti tindak pidana korupsi, tindak
atau fasilitas lainnya dari korporasi; pidana pencucian uang dan tindak pidana lain
4) Segala bentuk perbuatan yang berdasarkan undang-undang. Dalam melakukan
dilakukan pihak ketiga atas permintaan penyelidikan dan penyidikan terhadap tindak
atau perintah korporasi dan/atau pidana tersebut yang dilakukan oleh korporasi
pengurus korporasi; maka dapat dilakukan secara bersama-sama
5) Segala bentuk perbuatan dalam rangka dengan subjek hukum perseorangan.
mglaksanakan kegiatan usaha sehari- Kedudukan korporasi yang ditetapkan sebagai
hari korporasi; tersangka dalam tindak pidana, seperti tindak
6) Segala bentuk perbuatan yang pidana korupsi dan tindak pidana lainnya
menguntungkan korporasi ; berdasarkan undang-undang tidak meniadakan
7) Segala bentuk, tindakan yang pertanggungiawaban pidana para pengurusnya.
diterima,/biasanya diterima (orcepted) Oleh karenanya, p;ua pengurusnya tetap dapat
oleh korporasi tersebut; dimintakan pertanggungjawaban pidananya
8) Korporasi yang secara nyata meskipun korporasi telah ditetapkan secara
menampung hasil tindak pidana dengan tersangka.
subjek hukum korporasi dan/ atau; Jaksa sebagai penyidik dalam tindak
9) Segala bentuk perbuatan lain yang pidana korupsi dan tindak pidana lainnya
dapat dimintakan pertanggungjawaban berdasarkan undang-undang dalam melakukan
kepada korproasi menurut undang- penyidikan terhadap korporasi, penyidik dapat
undang; pula melakukan penyitaan terhadap asset
b Perbuatan pengwus yang dapat dimintakan korporasi dan asset pengurus korporasi yang
pertanggungiawaban pidana, apabila terkait dengan tindak pidana dan untuk
memenuhi kriteria sebagai berikut : kepentingan penyidikan. terhadap korporasi
1) Setiap orang yang melakukan, turut maka penyidik wajib melakukan penyiraan
serta melakukan, menyuruh melakukan, terhadap Anggaran Dasar (AD)/Anggaran
Rumah Tangga (ART), termasuk akta lainnya

68
Wahyu Priyanka Nata Permana / Indonesian Journal of Criminal Law Studies II (l) (20.17)

seperti akta pendirian, akta perubahan Nama korporast


korporasi, surat keputusan menteri hukum dan b Nomor dan tanggal akta pendirian
hak asasi manusia mengenai pengesahan akta korporasi beserta perubahannya
pendirian/perubahan korporasi apabila c Nomor dan tanggal akta korporasi pada
korporasi telah berbentuk badan hukum. saat peristiwa pidana
Disamping hal tersebut, penyidik dapat d Tempat kedudukan
pula melakukan penyitaan terhadap asset Kebangsaan korporasi
korporasi dan asset pengunrs korporasi yang f Bidang usaha
terkait dengan tindak pidana. Pengurus g Nomor pokok wajib pajak;dan
korporasi juga dapat mewakili korporasi dalam h Identitas yang mewakili korporasi
tahap penyidikan, namun apabila korporasi sesuai Pasal 143 ayat (2) huruf a
menolak untuk mewakili korporasi sebagai KUHAP.
tersangka maka penyidik membuat beita acara Dalam hal apabila yang menjadi
penolakan tersebut. tersangka korporasi bukan merupakan badan
Setelah melewati proses penyelidikan hukum, maka identitas sesuai dengan bentuk
dan penyidikan oleh jaksa maka proses korporasinya. Dalam . penyusunan surat
selanjutnya adalah penuntutan yang diawali dakwaan ini terdapat 3 (tiga) model surat
dengan pra penuntutan, dimana Penuntut dakwaan yang dapat dibuat yakni Pertam4 Surat
IJmum yang telah ditunjuk, selanjutnya meneliti dakwaan yang terdakwanya adalah pengurus
kelengkapan berkas perkara seperti : korporasinya saja. Kedua, Surat dakr,vaan yang
a Akta pendirian korporasi; menjadi terdakwanya adalah korporasinya saja
b Akte perubahan korporasi; yang diwakili oleh pengurus korporasi/yang
c Surat keputusan Menteri Hukum dan dikuasakan, penguraian identitas terdakwanya
Hak Asasi Manusia mengenai dimulai dari identitas korporasi selanjutnya
pengesahan akta pendirian/perubahan identitas yang mewakili korporasi. Ketiga, Surat
korporasi; dakwaan yang terdakwanya terdiri dari
d Benruk korporasi; Korporasi yaflg diwakili oleh pengurus
e Hubungan korporasi dengan pengurus korporasi/kuasanya dan pengurus korporasi
mewakili korporasi;
y ang juga menjadi terdakwa.
f Surat kuasa korporasi kepada yang Dalam membuat surat dalcvraan
mewakili; terhadap korporasi, setidaknya ada beberapa hal
g Surat, dokumen, pembukuan dan yang harus diperhatikan, antara lain :
barang bukti yang tcrkait dengan tindak a Status/kedudukanterdakwa;
pidana yang disangkakan; b Waktu dan tempat tindak pidana dilakukan,
h Kerusakan dan kerugian yang termasuk delik perbuatan berlanjut
ditimbulkan oleh tindak pidana serta (Voorgesette handeling) dan/ atau perbarengan
keuntungan yang diperoleh korporasi; (concunus realis);
i Data keuangan dan perpajakan baik c Apabila terdapat penyertaan maka
korporasi maupun pengurus korporasi; dimalsukan bentuk penyertaan;
j Keterangan ahli apabrla diperlukan; dan d Rumusan pasal-pasal dari tindak pidana
k Hal-hal lain yang berhubungan dengan yang didakwakan;
perkara; e Uraian secara cennat, jelas dan lengkap
Penelitian terhadap berkas perkara mengenai perbuatan, kejadian, keadaan
menjadi penting dalam rangka menyusun surat yang mendukung/terkait dengan masing-
dakwaan bagr penuntut umum terhadap masing unsur tindak pidana yang
Korporasi yang didakwakan nantinya. Surat didakwakan, dengan memperhatikan
dakwaan terhadap korporasi sebagai terdakwa kriteria berupa perbuatan atau kejadian
harus mencantumkan identitas korporasi, yaitu : tersebutsebagaima kriteriapemidanaan;

69
Wahyu Priyanka Nata Permana / Indonesian Journal ofCrin.rinal Law Srudies II (1) (2017)

f Uraian mengenai antara lain kerusakan, 7) Pencabutan sebagian atau seluruh hak-
keuntungan, kerugian dan/atau akibat larn hak tertentu;
sepanjang merupakan unsur delik; 8) Pencabutan izin usaha;
g Hindari uraian yang bersifat pembuktian 9) Perampasan barang bukti atau harta
fakta dalam dakwan, karena pembuktian kekay aan/ asset korporasi ;dan / atau
apakah fakta itu benar akan dianalisis dalam 10) Tindakan lain sesuai dengn ketentuan
surat tunfutan. undang-undang yang berlaku.
Surat dakwaan yang telah disusun Tuntutan pidana tambahan berupa
sebagaimana dimaksud diatas, selanjutnya uang pengganti dalam perkara tindak pidana
penuntut umum dalam melakukan pelimpahan korupsi yang dikenakn terhadap korporasr,
berkas perkara terhadap terdakwa dengan subjek apabila korporasi tidak mampu membayar
hukum korporasi, pengurus korporasi, korporasi dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari, harra
dan pengurus korporasi, kepada pengadilan kekayaan/asset korporasi disita unfuk
dengan permintaan untuk segera diperiksa dan memenuhi pembayaran uang pengganti, apabila
diadili. Adapun proses pelimpahannya korporasi tidak memiliki harta kekayaan/asset
dilakukan sesuai dengan ketentuan yangada. maka korporasi tersgbut dituntut dengan pidana
Adapun korporasi yang dapat dituntut, tambahan lainnya sebagaiman dimaksud diatas.
antara lain korporasi; korporasi yang Termasuk apabila funtutan pidana tidak dibayar
dipindahtangankan atau diambil alih; korporasi oleh korporasi maka harta kekayaan/asset
kelompok (group) yang merupakan kumpulan korporasi dapat dirampas untuk negara dan
orang atau badanyang satu sama lain dilakukan pelelangan sesuai ketentuan peraturan
mempunyai kaitan dalam hal kepemilikan, perundang-undangan yang berlaku, untuk
kepengurusan, dan/atau hubungan keuangan; memenuhi pidana denda tersebut. Sementara itu
dan atau korporasi yang masih dalam proses terhadap korporasi yang tidak berbentuk badan
kepailitan dapat dilakukan penuntutan. hukum, Pengurusnya dapat ditunfut pidana
Terhadap korporasi hanya dapat dituntut penjara, denda dan pidana tambahan.
pidana denda dan pidana tambahan dan/atau Untuk pelaksanaan putusan pengadilan
pidana tata tertib. yang memilki kekuatan hukum tetap
Tuntutan pidana tambahan atau dilaksanakan oleh Jaksa setelah menerima
tindakan tata tertib yang dikenakan terhadap salinan atau petikan putusan dari panitera.
korporasi dan pengurus korporasi berdasarkan Dalam hal terpidana hanya membayar sebagian
ketentuan yang menjadi dasar pemidanaan dari jumlah denda maka sisanya diganti dengan
antara lain, berupa : pidana kurungan pengganti denda secara
l) Pembayaran uang pengganti kerugian berimbang dalam hal terpidananya adalah
keuangan negara; pengurus korporasi. Untuk masa telggang
2) Perampasan atau penghapusan waktu pembayaran denda pun diarur paling
keuntungan yang diperoleh dari tindak lama I (satu) bulan dan dapat di perpanjang
pidana; untuk paling lama 1 (satu) bulan, dan apabila
3) Perbaikan kerusakan akibat dari tindak tidak dibayar diganti dengan perampasan harta
pidana; kekayaan/asset untuk dijual melalui lelang pada
4) Kewajiban menge4iakan apa yarrg kantor lelang negara (KPKNL) sesuai dengan
dilakukan tanpa hak; ketentuan perundang-undangan.
5) Penempatan perusahaan di bawah Dalam tindak pidana pencucian uang,
pengampuan untuk jangka waktu tertentu; apabtla korporasi tidak mampu membayar
6) Penutupan ataupembekuan sebagian atau pidana denda, diganti dengan perampasan harta
seluruh kegiatan perusahaan untuk jangka kekayaan milik korporasi atau pengurus
waktu tertentu; korporasi yang nilainya sama dengan pidana
denda yarg difatuhkan dan apabrla tidak

70
Wahyu Priyanka Nata Permana ,/ Indonesian Journal of Criminal Law Studies II (1) (2O17)

mencukupi, pidana kurungan penganti denda satu perusahaan induk. Oleh karenanya
dijatuhkan kepada pengurusnya dengan terhadap korporasi induk maupun perusahaan
memperhitungkan denda yang telah dlbayar. subsidairi dapat dimintakan
Berkenaan dengan penanganan asset korporasi pertanggunglawaban pidana atas tindak pidana
pada setiap tingkat pemeriksaan dan yang dilakukan oleh korporasi ataupun
pelaksanaan putusan dilaksanakan melalui pengrrrus' korporasi
kerjasama dengan Pusat Pemulihan Aser Dalam hal tata cara penanganan
Kejaksaan RI. Seluruh jenis asset korporasi dan perkara, dalam Permaini telah menentukan 3
pengurus korporasi yang menjadi obyek (tiga) benruk pertanggungj awaban pidana
penanganan harta kekayaan dalam rangka korporasi, antanlain
program pemulihan asset adalah harta benda a. Pertanggungjawaban pidana korporasi dan
bergerak dan tidak bergerak melingkupi pula pengurus
harta kekayaan lancar, investasi jangka panjang, Korporasi dapat dimintakan
harta kekayaan tetap, harta kekayaan tidak pertanggungjawaban pidana sesuai dengan
berwujud, harta kekayaan pajak tangguhan, ketentuan pidana korporasi dalam undang-
dan/atau harta kekayaan jenis lainnya. undang yang mengatur tentang Korporasi.
Mengenai pidana tambahan berupa perampasan Adapun yang dikatakan sebagai tindak pidana
barang bukti atau harta kekayaan sepanjang oleh korporasi merupakan tindak pidana
mengenai benda bergerak sudah harus yang dilakukan oleh orang berdasarkan
dilaksanakan dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak hubungan kerja3, atau berdasarkan
hubungan
salinan,/petikan putusan pengadilan yarig laina, baik sendiri-sendiri maupun bersama-
mempunyai kekuatan hukum tetap diterima oleh sama yang bertindak untuk dan
atas nama
Jaksa. korporasi di dalam maupun di luar lingkungan
Pembentukan Perma 13 Tahun 2016 korporasi. Tentunya untuk dapat menentukan
terdiri dari 6 Bab dan 37 Pasal yang mengatur korporasi dapat dimintakan
tentang tata cara penanganan perkara tindak pertanggungiawaban pidana harus sesuai
pidana oleh korporasi ini dilandasi dengan dengan ketentuan pidana korporasi dalam
tujuan untuk menjadi pedoman bagi penegak
hukum dalam penangani perkara pidana dengan
pelaku korporasi dan/atau pengurus, mengisi 2 Lthat Perma Pasal I angka l0 yang dimaksud
kekosongan hukum khusunya hukum acara dengan pengurus adalah organ korporasi yang
pidana dalam pengangan perkara pidana menjalankan pengurusan korporasi sezuai anggaran
dasar atau undang-undang yang berwenang mewakili
korporasi. Perma ini mendefinisikan korporasi korporasi, termasuk mereka yang tidak memiliki
sebagai kumpulan orang dan/atau kekayaan kewenangan untuk merrgambil keputusan, namun
dalam kenyataannya dapat mengendalikan atau turut
yang teroganisir, baik merupakan badan hukum
mempengaruhi kebijakan korporasi atau turut
maupun bukan badan hukum. memutuskan kebijakan dalam korporasi yang dapat
Dalam Perma ini lebih rinci dijelaskan dikualifikasikan sebagai tindak pidana.
mengenai bentuk-bentuk dari korporasi yakni 3 Lihat Perma Pasal I angka I I yang dimaksud
Hubungan Kerja adalah hubungan antara korporasi
korporasi induk Qtarmt company) dan dengan peke4a/pegawainya berdasarkan perjanjian
perusahaan subsidairi (subsidiary company). yang mempunyai unsur pekerjaan, vpah, dan/atau
perintah.
Korporasi induk dimana perusahaan yang
4 Lihat Perma Pasal I angka 12 yang dimalsud
berbadan hukum memiliki dua atau lebih anak dengan Hubungan Lain adalah hubungan antara
perusahaan yang disebut perusahaan subsidairi penguus dan/ atau korporasi dengan orang dan/ atav
korporasi lain sehingga menjadikan pit ut tuin
yang memiliki status badan hukum sendiri. tersebut bertindak untuk kepentingan pihak pertama
Sedangkan perusahaan subsidiary atau berdasarkan perikatan, baik ternrlis maupun tidak
perusahaan-perusahaan berbadan hukum yang terhrlis.
mempunyai hubungan (sister cornpany) adalah
perusahaan yang dikontrol atau dimiliki oleh

7l
WahYu Priyanka Nata Permana / Indonesian Journal ofCriminal Law Studies II (1) (2017)

undang-undang ya\g mengafur tentang ouanya sesual dengan peran yang


korporasi. dilakukan.
Dalam menjatuhkan pidana terhadap 3) Dalam hal Korporasi sedang dalam
korporasi bagi hakim, Hakim dapat menilai proses pembubaran, maka
kesalahan Korporasi, antaft laiil pertanggungjawaban pidana tetap
1) Korporasi dapat memperoleh keuntungan dikenakan terhadap Korporasi yang
atau manfaat dari tindak pidana tersebut akan dibubarkan. Korporasi yang telah
atau tindak pidana tersebut dilakukan bubar setelah terjadinya tindak pidana
untuk kepentingan korporasi; tidak dapat dipidana, akan tetapi
2) Korporasi membiarkan terjadinya tindak terhadap aset milik Korporasi yang
pidana; atau diduga digunakan untuk melakukan
3) Korporasi tidak melakukan langkah- kejahatan dan/atau merupakan hasil
langkah yang diperlukan untuk melakukan kejahatan, maka penegakkan
pencegahan, mencegah dampak yang lebih hukumnya dilaksanakan sesuai dengan
besar dan memastikan kepatuhan terhadap mekanisme sebagaimana diatur dalam
ketentuan hukum yang berlaku guna peraturan pgrundang-undangan.
menghindari terjadinya tindak pidana. Setelah mengetahui bentuk
Dalam hal ada seorang atau lebih pertanggungjawaban dari korporasi itu sendiri,
pengurus korporasi yang berhenti atau selanjutnya terhadap korporasi dapat dilakukan
meninggal dunia tidak mengakibatkan hilangnya proses pemeriksaan dengan melakukan
pertanggungjawaban korporasi. Oleh karenanya, pemanggilan terhadap korporasi. Pemanggilan
terhadap korporasi tetap dapat dimintai terhadap korporasi ditujukan atau disampaikan
pertanggungiawaban pidana meskipun pengurus ke-:alamat tempat kedudukan korporasi atau
korproasi ada yang berhenti atau meninggal apabila tidak diketahui, pemanggilan dirujukan
dunia. kepada korporasi disampaikan melalui alamat
b. Pertanggungjawaban grup korporasi. tempat tinggal salah satu pengurus. Jikapun,
Dalam hal tindak pidana dilakukan oleh tempat tinggal maupuan tempat kediaman
Korporasi dengan melibatkan induk Korporasi pengurus tidak diketahui maka pemanggilan
dan/ataa Korporasi subsidiari dan/atau disampaikan melalui media cetak atau
Korporasi yang mempunyai hubungan dapat elektronik dan ditempel pada tempat
dipertanggungjawabkan secara pidana sesuai pengumuman di gedung pengadilan yang
dengan peran masing-masing. berwenang mengadili perkara tersebut. Dalam
c. Pertanggungiawaban
, Korporasi dalam surat panggilan terhadap korporasi tersebut
Penggabungan, Peleburan, Pemisahan dan setidaknya memuat hal-hal sebagai berikut :

Pembubaran Korporasi 1. Nama Korporasi;


1) Dalam hal terjadi penggabungan atau 2. Tempatkedudukan;
peleburan Korporasi maka 3. Kebangsaankorporasi;
pertanggungiawaban pidana dikenakan 4. Status korporasi dalam petkara pidana
sebatas nilai harta kekayaan atau aset (saksi / ter sangka / terdakwa) ;
yang ditempatkan terhadap Korporasi 5. Waktu dan tempat dilakukannya
yang menerima penggabungan ata'u pemeriksaan; dan
Korporasi hasil peleburan. 6. Ringkasan dugaan peristiwa pidana terkait
2) Dalam hal terjadi pemisahan Korporasi, pemanggilan tersebut.
maka pertanggungjawaban pidana Pemeriksaan terhadap korporasi yang
dikenakan terhadap Korporasi yang telah ditetapkan sebagai tersangka pada tingkat
dipisahkan dan/atau Korporasi yang penyidikan diwakili oleh seorang pengurus,
melakukan pemisahan dan/ atau kedua- selaqiutnya apabrla akan dilakukan pemeriksaan
terhadap korporasi tersebut maka penyidik dapat

72
Wahyu Priyanka Nata Permana / Indonesian Journal of Criminal Law Srudies II (1) (2017)

memanggil korporasi yang diwakili oleh berikutnya. Dalam hal Pengurus tidak hadir juga
pengurus dengan surat panggilan yang sah dan pada persidangan tersebut hakim/kerua sidang
patut dan pengurus yang mewakili korporasi memerintahkan penuntut umum supaya
dalam pemeriksaan yang telah dipanggil oleh Pengurus tersebut dihadirkan secara paksa.
penyidik wajib hadir dalam pemeriksaan Dalam persidangan keterangan yang
korporasi. Apabila korporasi yang telah disampaikan oleh pengums yang mewakili
dipanggil secara sah dan patut tidak hadir, korporasi merupakan alat bukti yang sah dan
menolak hadir atau tidak menunjuk Pengurus sistem pembuktian dalam penanganan tindak
untuk mewakili korporasi dalam pemeriksaan pidana yang dilakukan oleh Korporasi KUHAP
maka, penyidik menentukan salah seorang dan ketentuan hukum acara yang diafur khusus
pengurus untuk mewakili korporasi dan dalam undang-undang lainnya. Dalam hal ada
memanggil sekali lagi dengan perintah kepada kekhawatiran Korporasi membubarkan diri
petugas untuk membawa pengurus tersebut dengan tujuan untuk menghindari
secara paksa. pertanggungjawaban pidana, baik yang
Dalam pembuatan surat dakwaan dilakukan sesudah maupun sebelum penyidikan,
terhadap korporasi sebagai terdakwa Ketua Pengadilan 'Negeri atas permintaan
berdasarkan tetap didasarkan pada ketentuan penyidik atau penuntut umum melalui suatu
pada Pasal 143 ayat 2 KUHAP dengan penetapan dapat menunda segala upaya atau
penyesuaian isi surat dakwaan sebagai berikut: proses untuk membubarkan Korporasi yang
1. Nama Korporasi, tempat, tanggal pendirian sedang dalam proses hukum sampai adanya
dan/atau nomor anggarall. dasar/akta putusan berkekuatan hukum tetap. Tetapi
pendirian,/perahxan/ dokumen,/perjanjian penetapan pengadilan untuk menunda
,_ serta perubahan terakhir, tempat pembubaran korporasi hanya dapat diberikan
kedudukan, kebangsaan Korporasi, jenis -oleh Ketua Pengadilan Negeri sebelum
Korporasi, bentuk kegiatan/usaha dan permohonan penundaan kewajiban pembay aran
identitas pengurus yang mewakili; dan utang atau permohonan pailit didaftarkan.
2. IJraian secara cennat, jelas dan lengkap Sementara itu terhadap korporasi yang bubar
mengenai tindak pidana yang didakwakan karena berakhirnya jangka wakru sebagaimana
dengan menyebutkan waktu dan tempat ditentukan dalam dokumen pendirian, Kerua
tindak pidana itu dilakukan. Pengadilan Negeri tidak dapat mengeluarkan
Dalam persidangan terhadap Pengurus penetapan untuk menunda pembubaran
yang mewakili Korporasi pada tingkat korporasi tersebut.
penyidikan wajib pula hadir pada pemeriksaan Dalam hal terjadi penggabungan,
Korporasi dalam sidang Pengadilan untuk peleburan, pemisahan atau dalam proses
mewakili korporasi. Jika Pengurus tidak hadir pembubaran tidak menjadi halangan bagi
karena berhalangan sementara atau tetap, penyidik atau penuntut umum maupun hakim
hakim/ketua sidang d4pat memerintahkan untuk melakukan proses pemeriksaan terhadap
penuntut umum agar menentukan dan korporasi atau yang mewakili
menghadirkan Pengurus lainnya untuk mewakili korprasi,/pengurusnya. Dalam hal teqadi
Korporasi sebagai terdakwa dalam pemeriksaan penggabungan atau peleburan korporasi, maka
di sidang Pengadilan. Dalam hal Pengurus yang pihak yang mewakili korporasi dalam
mewakili Korporasi sebagai terdakwa telah pemeriksaan perkara adalah pengurus saat
dipanggil secara patut tidak hadir dalam dilakukan pemerilsaan perkara. Selanjutnya
pemeriksaan tanpa alasan yang sah, apabila terjadi pemisahan lorporasi, maka pihak
hakim/ketua sidang menunda persidangan dan yang mewakili korporasi dalam pemeriksaan
memerintahkan kepada penuntut umum agar perkara adalah pengurus dari korporasi yang
memanggil kembali Pengurus yang mewakili menerima peralihan setelah pemisahan
Korporasi tersebut unfuk hadir pada hari sidang dan/atau yang melakukan pemisahan dan

73
Wahvu Privanka Nata Permana / Indonesian Journal of Criminal Law Studies II (1) (-2017)

apabila korporasi dalam proses pernbubaran sltaan tersebut tidak dirampas untuk negara,
maka pihak yang mewakili Korporasi dalam maka uang hasil peqjualan lelang barang sitaan
pemeriksaan perkara adalah likuidator. harus dikembalikan kepada yang berhak paling
Pemanggilan dan pemeriksaan lambat 30 (tiga puluh) hari sejak putusan
pengurus yang diajukan sebagai saksi, tersangka berkekuatan hukum tetap. Dalam hal da/r
dan/ atav terdakwa dilaksanakan sesuai penyimpanan uang hasil lelang benda sitaan
KUHAP dan pemeriksaan pada tahap terdapat bunga keuntungan maka perampasan
penyidikan dan penuntutan terhadap korporasi atau pengembalian uang hasil lelang benda
dan/atau pengurus dapat dilakukan secara sitaan juga disertai dengan" bunga keuntungan
sendiri-sendiri atau bersama-sama. Kemudian yang diperoleh dari penyimpanan uang hasil
berkenan dengan penanganan harta kekayaan lelang benda sitaan tersebut.
korporasi yang terkait dengan tindak pidana Kewenangan menuntut pidana dan
korporasi dapat dikenakan penyitaan dan menjalankan pidana terhadap Korporasi dapat
apablla benda sitaan terdiri atas benda yang hapus dikarenakan daluwarsa sebagaimana
dapat lekas rusak atau yang membahayakan, ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-
sehingga tidak mungkin untuk disimpan sampai Undang ,Hukum .Pidana (KUHP). Dalam
putusan pengadilan terhadap perkara yang melakukan pemeriksaan dan mengadili terhadap
bersangkutan memperoleh kekuatan hukum terdakwa korporasi dan/atau pengurusnya
tetap atau jika biaya penyimpanan benda hakim dapat menjatuhkan pidana terhadap
tersebut akan menjadi terlalu tinggi atau dapat Korporasi atau Pengurus, atau Korporasi dan
mengalami penurunan nilai ekonomis, sejauh Pengurus yang didasarkan pada masing-masing
mungkin dengan persetujuan tersangka atap undang-undang yang mengatur ancam.rn pidana
kuasanya benda tersebut dapat diamankan atau terhadap Korporasi dan/atav Pengurus serta
dilelang. tidak menutup kemungkinan penjatuhan pidana
Menurut Perma ini dalam proses lelang terhadap pelaku lain yang berdasarkan
tersebut barang yang dilelang tidak dapat dibeli ketentuan undang-undang terbukti terlibat
oleh tersangka atau terdakwa dan,/atau pihak dalam tindak pidana tersebut. Terhadap putusan
yang mempunyai hubungan keluarga sedarah pemidanaan dan putusan bukan pemidanaan
sampai derajat kedua, hubungan semenda, terhadap korporasi dibuat sesuai dengan
hubungan keuangan, hubungan ketentuan KUHAP, dengan mencantumkan
kerja,/manajemen, hubungan kepemilikan identitas sebagai berikut: Nama
dan/atau hubungan lain dengan tersangka atau Korporasi;Tempat, tanggal pendirian dan/atau
terdakwa tersebut. Terhadap benda sitaan yang nomor anggatan dasar/4kta
sudah terlaqjut dilakukan lelang dan ternyata pendirian/peraturan,/dokumen/ pe4'anjian serta
penetapan tersangka terhadap korporasi perubahan terakhir; Tempat kedudukan;
dinyatakan tidak sah oleh putusan praperadilan Kebangsaan Korporasi; Jenis Korporasi; Bentuk
atau penyidikan maupun penuntutan terhadap kegiatan/usaha; dan Identitas Pengurus yang
korporasi dihentikan berdasarkan surat mewakili.
penetapan penghentian penyidikan atau Hakim dalam menjatuhkan pidana
penuntutan, maka uang hasil penjualan lelang terhadap korporasi berupa pidana pokok berupa
bnang sitaan harus dikembalikan kepada yang denda dan/atau pidana tambahan. Pidana
berhak paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tambahan dijatuhkan terhadap korporasi sesuai
putusan praperadilan berkekuatan hukum tetap dengan ketentuan peraturan perundang-
ata'u sejak surat penetapan penghentian undangan yang menjadi dasar dakwaan
penyidikan atau penuntutan berlaku. terhadap korporasi. Apabila putusan pengadilan
Termasuk apablla benda sitaan telah menjatuhkan pemidanaan terhadap korporasi
dilelang, namun berdasarkan putusan dan putusan tersebut telah memperoleh
berkekuatan hukum tetap dinyatakan benda kekuatan hukum yang tetap maka terhadap

74
fi

I
ii
Wahyu Priyanka Nata Permana / Indonesian Journal of Criminal Law Studies II (1) (2017)

pidana denda yang dijatuhkan kepada korporasi, Dalam melihat sinkronisasi dalam
korporasi diberikan jangka wakru 1 (saru) bulan penanganan perkara tindak pidana yang
sejak pufusan berkekuatan hukum tetap untuk dilakukan oleh korporasi dalam Peraturaan
membayar denda tersebut dan dapat Jaksa Agung RI dengan Peraturan Mahmakah
diperpanjang paling lama I (satu) bulan. Apabila Agung RI tersebut, akan ditinjau dalam
ternyata terpidana korporasi tidak membayar beberapa aspek hukum, antara lain :

denda maka harta benda korporasi dapat disita a. Tentang pengertian dan bentuk-bentuk
oleh jaksa dan dilelang untuk membayar denda. korporasi
Pidana denda yang dijaruhkan hakim b. Tentang pertanggungjawaban pidana
kepada pengurus korporasi, maka pengurus terhadap korporasr
diberikan jangka waktu 1 (satu) bulan sejak c. Tentang mekanisme pemeriksan terhadap
pufusan berkekuatan hukum tetap untuk korporasi, baik pada tahap penyidikan,.
membayar denda tersebut dan dapat penuntutan maupun di pengadilan
diperpanjang paling lama I (satu) bulan. Namun d. Tentang penyusunan dakwaan, tuntutan
bilamana denda tidak dlbayar sebagian atau dan putusan terhadap korporasi
seluruhnya, pengurus dapat dijatuhkan pidana e.Tentang pelaksanaan putusan pidana
kurungan pengganti denda yang dihitung secara Istilah korporasi secara etimologis,
proposional dan pidana kurungan pengganti berasal dari kata corporatio dalam bahasa latin
denda denda tersebut dilaksanakan setelah yang berarti sebagai kata benda (substantium),
berakhimya hukuman pidana pokok. dan berasal dari kata ke4a corprare, yang berasal
Terhadap korporasi yang dijatuhkan dan kata cot?us yang berbearti memberi badan
pidana tambahan atau tindakan tata tertib atau atau membadankan dengan kata lain badan
tindakan lain berupa perampasan barang bukti, yang dijadikan orang sebagai hasil, ciptaan
maka perampasan barang bukti dilaksanakan hukum sebagai lawan terhadap badan manusia
paling lama 1 (satu) bulan sejak putusan yang tef adi menurut alams.
berkekuatan hukum tetap dan dapat Korporasi sendiri menurut Sadipto
diperpanjang paling lama I (satu) bulan. Rahardjo, yakni suatu badan hasil ciptaan
Termasuk apabila terdapat keuntungan berupa hukum yang terdiri dari corpus, yaitu struktur
harta kekayaan yang timbul dari hasil kejahatan fisiknya dan kedalamnya hukum memasukkan
maka seluruh keuntungan tersebut dirampas unsur animus yarrg membuat badan itu
untuk negara. mempunyai kepribadian. Oleh karena badan
Korporasi yang dikenakan pidana hukum itu merupakan ciptaan hukum maka
tambahan berupa uang pengganti, ganti rugi dan kecuali penciptaannya, kematiannya pun juga
restitusi, tata cara pelaksanaannya diberikan ditentukan oleh hukum. Istilah korporasi adalah
jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak sebutan yang lazim dipergunakan di kalangan
putusan berkekuatan hukum tetap untuk pakar hukum pidana untuk menyebut apa yang
membayar uang pengganti, ganti rugi dan biasa dalam pidana hukum lain, khususnya
restitusi dar, dapat diperpanjang untuk paling bidang hukum perdata sebagai badan hukum
lama I (satu) bulan. Jika terpidana Korporasi atau dalam bahasa Belanda disebut rechtsperoon,
tidak membayar uang pengganti, ganti rugi dan atau yang dalam bahasa Inggris disebut legal
restitusi maka harta bendanya dapat disita oleh enti ti es atau c otp ora ti on.
jaksa dan dilelang untuk membayar uang
pengganti, ganti rugi dan restitusi. Korporasi
yang dikenakan pidana tambahan berupa
perbaikan kerusakan akibat dari tindak pidana,
t
Soetan, K Malikoel, Adi. 1955. Pembaharuan Hukum
tata cara pelaksanaannya dilakukan sesuai Perdata Kita. Jakarta: PT Pembangungan. Hlm. 83.
dengan ketentuan peraturan perundang- Dalam. Rufinus, Hotmaulana, Hutauruk. 2013.
undangan. Petanggulangan KQahatan Koryorasi Melalui Pendekatan
Restoratif. Jakarta: Sinar Grafika. H1m. 18.

75
Wahyu Priyanka Nata Permana / Indonesian Journal of Criminal Law Srudies II (1) (2017)

Dari peneiusuran terhadap 7 Z"peraturan Dari pengertian tersebut apabila


perundang-undangan sekitai di Indonesia dapati dihubungan peraturan perundang-undangan,
disimpulkan telah ditentukan bahwa korporasi dapat ditentukan yang termasuk badatg hukum
sebagai subjek hukum tindak pidana hanya antara lain :

untuk tindak pidana tertentu dan penggunaan l. Perseroan terbatas, sesuai UU No.40
istilah korporasi yang tidak seragam dan tidak Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
konsisten. Termasuk tidak seragarnnya 2. Koperasi, sesuai UU No. 17 Tahun 2012
perumusan korporasi dalam pelafuran Tentang Perkoperasian
perundang-undangan di luar KUHP adalah 3. Yayasan, UU Nomor 16 Tahun 2001
merupakan bagian dari penyesuaian terhadap Tentang Yayasan dan perubahan dalam
perkembangan perundang-undangan yang lfU Nomor 28Tatun2004
mengatur jenis tindak pidana korporasi dalam sedangkan yang merupakan benruk badan usaha
system perundang-undangan untuk yang tidak berbadan hukum, antara lain :
menanggulangi tindak pidana korporasi yang l. Usaha Dagang (UD) yang dikenal dengan
semakin meningkat.6 istilah PD (Perusahaan Dagang);
Dalam Peraturan Jaksa Agung maupun 2. Persekutuan Perdata (Maatschap)
Peraturan Mahkamah Agung, terlihat sinkron sebagaimana Pasal 1618-1652 KUHper:
dalam memberikan pengertian tentang korporasi 3. Ftrma/Fa (Vennootschap Onder Firma),
yang diartikan sebagai kumpulan orang dalam Pasal 16-35 KUHD;
dan/atau kekayaan yang terorganisasi baik 4. Persekutuan Komanditer/ CY (Comanditaire
merupakan badan hukum maupun bukan badan Vennootschhap), dalam pasal 19 KUHD;
hukum. Namun sayangnya dalam kedua dan
peraturan ini tidak menjelaskan secara lebih
_" 5. Perkumpulan yang tidak berbadan hukum,
terperinci yang dimaksud badan hukum maupun yang diatur dalam Pasal 1653-1665
yang bukan b'adan hukum. KUHPer.
Untuk menentukan badan hukum dan Berkenaan dengan bentuk-bentuk
bukan badan hukum setidaknya dapat didasar korporasi dalam Peraturan Kejaftsaan tidak
pada perafuran perundang-undangan lainnya menjelaskannya, hanya disebutkan korporasi
yang menyebutkan badan hukum dan bukan yangdapat dituntut meliputi :
badan hukum. Menurut Sutan Remy Sjahdeini a. Korporasi
memberikan pengertian korporasi meliputi baik b. Korporasi yang dipindahtangankan atau
badan hukum maupun bukan badan hukum, diarnbilalih
bukan saja badan-badan hukum seperti c. Korporasi kelompok (group) yang
perseroan terbatas, yayasan, koperasi atau merupakan kumpulan orang atau badan
perkurirpulan yang telah disahkan sebagai badan yang satu sama lainya mempunyai kaitan
hukum yang digolongkan sebagai korporasi dalam hal kepemilikan, kepengurusan,
menurut hukum pidana, tetapi juga firma, dan/ atau hubungan keuangan; dan/ ataa
persekutuan komanditer atau CV, dan d. Korporasi yang masih dalam proses
persekutuan atau maatsch ap, yaiht badan-badan kepailitan
usaha yang menurut hukum perdata bukan Sementara apabila dilihat dalam
suatu badan hukum.T Peraturan Mahkamah Agung ini lebih rinci
d{jelaskan mengenai bentuk-bentuk dari
korporasi yang dapat dimintakan
pertanggungiawaban pidna atas tindak pidana
o Rufinus, Hotmaulana, Hutauruk. 2013. yang dilakukan oleh korporasi ataupun pengurus
Pmanggulangan Kejahatan Koryorai Melalui pendekatan
Ratoratif. Jakarta: Sinar Grafika. Hlm. 49 korporasi. Adapun bentuk-benruk korporasi
' Sutan Remi Sjahdeini. 2006. tersebut, yakni korporasi induk Qtarent company)
Pertanggungiawaban Pidana Korporasi. Jakarta: dan perusahaan subsidaii (subsidiary company\,
Grafiti Pers. Hlm. 43

76
Wahyu Priyanka Nata Permana / Indonesian Journal of Criminal Law Studies Il (l) (2017)

termasuk korporasi yang dalam penggabungan, disebut juga dengan teori alter ego atatr teorr
peleburan, pemisahan dan korporasi yang dalam organ yang dapat diartikan secara sempit
proses pembubaran. (Inggris) yakni hanya perbuatan dari pejabat
Korporasi induk Qtarent company) atau senior atau otak korporasi yang dapat
yang lebih dikenal dengan Group Companl, yakni dipertanggunglawabkan kepada korporasi,
dimana perusahaan yang berbadan hukum sedangkan dalam arti luas (Amerika Serikat)
memiliki 2 (dua) atau lebih anak perusahaan tidak hanya pejabat senior atau direktur tetapi
yang disebut perusahaan subsidairi yang juga agen dlbawahnya.e Perbuatan dan mens rea
memiliki stafus badan hukum sendiri. Sebagai para individu itu kemudian dikaitkan dengan
contoh Perusahaan A yang telah berbadan korporasi. Jika individu diberi kewenangan
hukum, memiliki atau mendirikan lagi untuk bertindak atas nama dan selama
perusahaan B dan C sebagai anak perusahaan menjalankan bisnis korporasi, maka lnens rea
yang saham-sahamnya sebagian besar dimiliki pata individu itu merupakan mens rea
oleh Perusahan A. Maka, perusahaan A disebut korporasi.lo Korporasi mempunyai sifat yang
sebagai korporasi in&tk (parettt company) dan mandiri dalam hal pertanggungjawaban pidana
Perusa.haan B dan C disebut sebagai perusahaan sehingga tidak dapat disamakan dengan model
subsidairi (s ubsi d i ary company). pertanggungjawaban pengganti (vicaious
Perusahaan subsidiari atau perusahaan- liability).
perusahaan berbadan hukum yang mempunyai Kedua, Stict liabilityl/ diartikan sebagai
hubungan (sister company) adalah perusahaan suatu perbuatan pidana yang tidak
yang dikonkol atau dimiliki oleh satu mensyaratkan adanya kesalahan pada diri
perusahaan induk Qtarent company). Dalam pelaku terhadap satu atau lebih dari actus reus.tz
prakteknya parent cotlrpany ini dlkenal dengan Strict liability merupakan pertanggungiawaban
group atau holding colnpany. Oleh karenanya tanpa kesalahan (liabiliry wfthout fault), yang
terhadap korporasi induk maupun perusahaan dalam hal ini si pelaku perbuatan pidana sudah
subsidairi tersebut apabila dalam melaksanakan dapat dipidana jika ia telah melakukan
kegiatan usahanya melakukan suatu tindak perbuatan pidana yang dilarang sebagaimana
pidana, maka terhadap korporasi itduk Qtarent yang telah dirumuskan dalam undang-undang
company) dan perusahaan subsidaii (subsidiary tanpa melihat lebih jauh sikap batin si pelaku.
cornpany) dapat dimintakan pertanggun gtraw aban Dalam perbuatan pidana yang bersifat stict
pidana atas tindak pidana yang dilakukan oleh liability, hanya dibutuhkan dugaan atau
korporasi ataupun pengurus korporasi. pengetahuan dari pelaku (terdakwa), sudah
Sejak diakuinya kdrporasi sebagai subjek cukup menuntut pertanggungjawaban pidana
hukum pidana, maka muncul konsep
pertanggungiawaban pidana terhadap korporasi
eBarda Nawawi Arief. 2003. Kapilta
agar korporasi juga dapat dijatuhi pidana ketika Selekta
Hukum Pidana. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
terbukti melakukan tindak pidana. Secara
Hlm.233
teoritis terdapat 3 (tiga) teori atau system to Dwi4lo Priyino. 2004. Kebijakan Legislatif
petanggngajawaban pidana pada subjek tentang Sistem Pertanggungiawaban Korporasi di
Indonaia. Bandung: Utomo. Hlm. 89
hukum korporasi, yaitu teori identifikasi, teori tt Konsqr Stict Liability sezungguhnya
strict liability danteoi vicaious tability.8 merupakan konsep yang ada dalam system hukum
Pertatna, menurut Teori Identifikasi cotntnon Law, Pada mulanya system
pertanggungiawaban tersebut diterapkan dalam kasus-
(idcnffication theory) perbuatan/kesalahan
kazus perdata. Namun dalam perkembangannya,
"pejabat senior" (senior officer) diidentifikasi konsep strit liability j,aga diterapkan pada kasus-kasus
sebagai perbuatan/kesalahan korporasi, yang pidana tertentu yang dianggap membahayakan social,
seperti narkotika, pelanggaran lalu lintas, makanan
dan lainlain. Lihat Sue Titus Reid. 1995. Criminal
Zcu. New Jersey. USA. Thrid Edition:Englenood
8
Mahrus Ali. 2011. Dasar-dasar Hukurn Pidana. Cliffs. Hlm.414
p
Jakarta: Sinar Grafika. Hlm. 160 Mahrus Ali. op.cit. lF,.lm. 163

77

I
Wahyu Priyanka Nata Permana / Indonesian Journal of Criminal Law Srudies II ( 1) (201 7)

dari padanya. Jadi tidak persoalkan adanya mer6 pengganti.tt Oleh karenanya dalam vicarious
rea, karena unsur pokok striat liability adalah actus Iiability terdapat dua syarat penting yang harus
reus (perbvatan), sehingga yang harus dibuktikan dipenuhi untuk dapat menerapkan suatu
adalah actus reus (perbuatan), bukan merts rea perbuatan pidana berdasarkan teori
ini, yaitu :

(kesalahan).13 Menurut pendapat Barda Nawawi (1). Harus terdapat suatu hubungan seperri,
Arief memandang strict liability sebagai hubungan pekerjaan antara majikan dan pekerja;
pengecualian berlakunya asas "tiada pidana dan (2). Perbuatan pidana yang dilakukan oleh
tanpa kesalahan".ra peke{a tersebut harus berkaitan atau masih
Strict liability sering juga dikatakan dalam ruang lingkup pekerjaannya.
sebagai "the nature of strict liability offences is Dari teori tentang pertanggungjawaban
that they are crimes which do not require any pidana tersebut, apabila dilihat dari ketentuan
mens rea with regard to at least one element of dalam Perja, maka yang dapat dimintakan
their "actus reus" (pada dasamya konsep pertanggungjawaban pidana antara lain
pertanggungiawaban mutlak merupakan bentuk korporasi dan/atatt pengurus korporasi,
pelanggaran / kejahatan yang didalamnya tidak sepanjang undang-undang mengatur subjek
mensyaratkan adanya unsur kesalahan, tetapi hukum korporasi. Apabila undang-undang tidak
hanya disyaratkan adanya suatu perbuatan).15 mengatur subjek hukum korporasi maka
Ketiga. Vicarious liability diartikan oleh pertanggungjawaban pidana ditujukan kepada
Henry Black sebagai indirect legal responsibiliry, pengurus. Termasuk terhadap korporasi yang
the liability of an employer for the acts of an bukan badan hukum pertanggungjawabannya
employee, of a principle for torts and contracts dibebankan kepada pengurus, tetapi terhadap
of an agent (pertanggungjawban pengganti korporasi yang bukan badan hukum tersebut
adalah pertanggujawaban hukum secara tidak tetap dapat dikenakan pidana tambahan
langung, pertanggungjawaban majikan atas dan/atau sanksi tindakan tata tertib sesuai
tindakan dari pekerja; atau pertanggungiawaban dengan ketentuan undang-undang yang menjadi
prinsipal terhadap tindakan agen dalam suatu dasar dalam surat dakwaan. Selanjutnya di
kontrak).16 Berdasarkan pengertian ini vicarious dalam Perja ditentukan kriteria perbuatan
liability adalah pertanggunglawaban menurut korporasi yang dapat dimintakan
hukum seseorang atas perbuatan salah yang pertanggsrrglawaban pidana, ap abrla memenuhi
dilakukan orang lain. Kedua orang tersebut kualifikasi, antara lain :
harus mempunyai hubungan, yaitu hubungan a. Segala bentuk perbuatan yang didasarkan
atasan dan bawahan atau hubungan majikan pada keputusan Pengurus Korporasi yang
dan buruh atau hubungan,pekeq'aan. Perbuatan melakukan maupun turut serta melakukan;
yang dilakukan oleh pekerja tersebut harus b. Segala bentuk perbutan baik berbuat atau
masih dalam ruang lingkup pekerjaannya. tidak berbuat yang dilakukan oleh
Secara singkat pertanggungiawaban ini seseorang untuk kepentingan korporasi
disebut dengan pertanggungjawaban baik karena pekerjaannya dan/atau
hubungan lain;
c. Segala bentuk perbuatan yang
13 menggunakan sumber daya manusia, dana
Hanafi. 1997. Strict Liabitity dar. Vicaious
Liability dalam Huhum Pidarc. Yogyakarta: Lembaga dan/atau segala bentuk dukungan atau
Penelitian Universitas Islam Indonesia. Hlm. 63,64 fasilitas lainnya dari korporasi;
ra
Barda Nawawi Arief. 2001. Masalah Penegakan
d. Segala bentuk perbuatan yang dilakukan
Hukum dan Kebijaknn Penanggulangan Kejahatan.
Bandlng: Citra Aditya Bakti. Hlm. 108. pihak ketiga atas permintaan atau perintah
'' Barda Nawawi Arief. 1990. Perbandungan korporasi dan/ atau pengurus korporasi;
Hukum Pidana. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hlm.
28
tu Henry Campbell Black. 1979. Blach's Law
Dictionary. St. Paul Minim: West Publishing Co. Hlm.
l4a4 ttMahrus
1Ji. Op.cit.Hlm. 168

78
Wahyu Priyanka Nata Permana ,/ Indonesian Journal of Criminal Law Studies II ( 1) (2q17)

e. Segala bentuk perbuatan dalam rangka mengakib atkan hilangny a p ertanggon 91 aw ab an


melaksanakan kegiatari usaha sehari-hari korporasi.
korporasi; Dalam hal pertanggungjawaban pidana
f. Segala benhrk perbuatan yang terhadap korporasi dan pengurus berdasarkan
menguntungkan korporasi ; dua perahrran Perja dan Perma sebenarnya
C. Segala bentuk sudah saling melengkapi bagaimana kedua
tindakanyang
diterima/biasanya diterima (accepted) oleh peraturan tersebut mengafur. Hanya saja
korporasi tersebut; menurut penulis, pengaturan Perma dapat
h. Korporasi yang secara nyata menampung dikatakan lebih luas cakupannya dalam
hasil tindak pidana dengan subjek hukum penganrran berkenaan dengan
korporasi dan/atau; pertanggungjawaban pidananya. Seperri
i. Segala bentuk perbuatan lain yang dapat pertanggungj awaban pidana terhadap korporasi
dimintakan pertanggungajwaban kepada pada saat terjadi penggabungan, peleburan,
korproasi menurut undang-undang; pemisahan dan proses pembubaran sejauhmana
Dalam Perma, korporasi dapat juga pertanggungiawaban pidananya telah ditentukan
dimintakan pertanggungajawaban pidana dalam Perma. Misalnya terjadinya
sepanjang telah sesuai dengan ketentuan pidana penggabungan atau peleburan korporasi maka
korporasi dalam undang-undang yang mengafur pertanggungjawaban pidana yang dikenakan
korporasi sebagai subjek hukum korporasi. Ada hanya sebatas nilai harta kekayaan atau aset
3 (tiga) hal yang hakim dapat nilai mengenai yang ditempatkan terhadap korporasi yarug
kesalahan korporasi dalam menjatuhkan pidana, menerima penggabungan atau korporasi hasil
antara lain : peleburan.
a. Apabila korporasi memperoleh Untuk pertanggungf awaban ketika terjadi
keuntungan (proft) atau manfaat dan pemisahan korporasi, pertanggungiawaban
tindak pidana tersebut, atau tindak pidana pidana dikenakan tehradap korporasi yang
dilakukan untuk kepentingan korporasi; dipisahkan dan/atau korporasi yang melakukan
b. Korporasi membiarkan terjadinya tindak pemisahaan atau kedua-duanya dapat
pidana;atau dimintakan pertanggungajawaban sesuai peran
c. Korporasi tidak melakukan langkatr- yang dilakukan dan untuk korporasi yang
langkah yang diperlukan untuk sedang dalam proses pembubaran
melakukan pencegahan, mencegah pertanggungjawaban tetap dikenakan terhadap
dampak yang lebih besar dan memastikan korporasi yang akan dibubarkan tersebut.
kepatuhan terhadap, ketentuan'hukum Berkenaan dengan pemeriksaa! terhadap
yang beflalcu guna menghindari te{adinya korporasi baik didalam Perja mau di Perma
tindak pidana. telah mengafur mekanisme pemeriksaan
Disamping terpenuhinya kesalahan terhadap korporasi. Meskipun didalam Perja
korporasi tersebut, haruslah dapat dibuktikan pengaturannya tidak begitu terperinci
pula tindak pidana yang dilakukan oleh sebagaimana dalam Perma, tetapi sudah
korporasi yang merupakan tindak pidana yang menentukan bahwa dalam proses penyelidikan
dilakukan oleh orang berdasarkan hubungan dan penyidikan terhadap subjek hukum
kerja, atau berdasarkan hubungan kerja, atau korporasi yang diduga melakukan trndak pidana
hubungan lain, baik sendiri-sendiri maupun korupsi, tindak pidana pencucian uang, atau
bersama-sama yang bertindak untuk dan atas tindak pidana lain yang diatur oleh undang-
nama korporasi di dalam maupun di luar undang pemeriksaan terhadap korporasi
lingkungan korporasi. Oleh karenanya, apablla diwakili oleh pengurus korporasi. Apabila
ada seorang atau lebih pengurus korporasi pengurus korporasi menolak untuk mewakili
berhenti, atau meninggal dunia tidak korporasi sebagai tersangka maka penyidik
membuat berita acata penolakan. Berbeda

79
Wahyu Priyanka Nata Permana / Indonesian Journal of Criminal Larv Srudies II (1) (2017)

dengan Perma yang menyatakan apablla tangankan atau korporasi yang dalam proses
korporasi menolak hadir atau tidak menunjuk pailit dapat dilakukan penuntutan. Namun,
pengurus untuk mewakili korporasi dalam dalam Perja tidak dijelaskan lebih lanjut
pemeriksaan maka penyidik menentukan salah mengenai mekanisme pemeriksaan terhadap
seorang pengurus untuk mewakili korporasi dan korporasi yang diambilalih atau dipindah
penyidik dapat membawa pengurus tersebut tangankan atau yang sedang dalam proses pailit
secara paksa untuk dilakukan pemeriksaan. tersebut. Sementara dalam Perma menggunakan
Tentunya hal ini sebagai solusi bagi penyidik istilah diambil alih atau dipindahtangankan atau
agar tidak menemukan kesulitan atau hambatan sedang dalam proses pailit dengan istilah
bilamana pengurus korporasi menolak mewakili penggabungan atau peleburan, pemisahan, atau
korporasi sebagai tersangka. dalam proses pembubaran.
Dalam penyidikan terhadap subjek Dalam hal teqadi penggabungan atau
hukum korporasi, menurut penulis ada yang peleburan korporasi, maka pihak yang mewakili
tidak sinkron dalam Perja khususnya pada Bab korporasi dalam pemeriksaan perkara adalah
III angka 6 yang menyatakan "pmyidikan pengurus saat dilakukan pemeriksaan perkara,
terhadap subjek hukum korporasi dilakukan secara artinya pengurus . korporasi yang menerima
terylsah dengan subjek hukum orang perceorangan". penggabungan atau korporasi hasil peleburan.
Padahal dalam ketenfuan yang lain dalam Perja Apabila terjadi pemisahan korporasi, pihak yang
Bab III angSa 2 disebutkan penyelidikan dan mewakili korporasi dalam pemeriksaan perkara
penyidikan terhadp tindak pidana korupsi dan adalah pengurus dari korporasi yang menerima
tindak pidana lain berdasarkan undang-undang peralihan setelah pemisahan dan/atau yang
terhadap korporasi dapat dilakukan secala melakukan pemisahan. Sementara iru untuk
be'rsama-sama dmgan ;ubjek hukum perseofangan. korporasi yang sedang atau masih dalam proses
Termasuk didalam Formulir 3 templated surat pembubaran pihak yang mewakili korporasi
dakwaan terhadap korporasi dan pengurus dalam pemeriksaan perkara adalah likuiditor.
korporasi dalam Perja terhadap Korporasi dan Tentunya pemeriksaan dimaksud adalah
Pengurus dapat didakwa dalam satu surat pemeriksaan pada tahap penyelidikan,
dakwaan yang sama. penyidikan, penuntutan maupun pemeriksaan
Pemeriksaan terhadap korporasi sebagai dipersidangan.
terdakwa dalam persidangan diperkara yang Penyusunan surat dakwaan terhadap
sama dengan pengurus, maka menurut Perma korporasi diantara kedua peraturan tersebut
pengurus yarrg mewakili korporasi adalah merujuk pada ketentuan dari Pasal 143 ayat 2
pengurus yang menjadi terdakwa, tetapi tidak KUHAP, sehingga tidak terlalu ada perbedaan
menutup kemungkinan plngu*s lainnya yang dalam penyusunan surat dakwaan yang
tidak menjadi tersangka atau terdakwa tetap ditentukan lain dari ketentuan tersebut. Untuk
dapat mewakili korporasi dalam perkaru melengkapi ketentuan Pasal 143 ayat (2)
tersebut. Hal ini menunjukkan dimungkinkan KUHAP, dalam Pe4a untuk surat dakwan
dilakukan perneriksaan terhadap korporasi terhadap korporasi mencantumkan identitas
dan/atat pengurus dapat dilakukan secara korporasi, yang diri dari:
sendiri-sendiri atau bersama-sama. Oleh 1) Nama korporasi
karenanya, pemeriksaan terhadap korporasi dan 2) Nomor dan tanggal akta pendirian
pengurus yang dilakukan bersama-sama baik korporasi beserta perubahannya
padatahap penyidikan maupun penuntutan, tata 3) Nomor dan tanggal akta korporasi pada
cara pemanggilan dan pemeriksaan mengikuti saat peristiwa pidana
ketentutan dalam Pasal 9 sampai 18 Perma yang 4) Tempatkedudukan
lebih detail pengaturannya. 5) Kebangsaankorporasi
Dalam Perja telah ditentuka terhadap 6) Bidang usaha
korporasi yang diambil alih atau dipindah 7) Nomor pokok wajib paja(dan

80

ij

J
wahyu Priyanka Nata permana / Indonesian Journal of Criminar Law srudies Ii a) (mn)

8) Identitas yang mewakili korporasi sesuai ketentuan dalam undang-undang yang berlaku
Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAp, yakni yang menjadi dasar dakwaan.
nama lengkap, tempat lahir, umur atau Dalam Perja menyebutkan funrutan
tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, pidana atau tindakan tata tertlb yang dapat
tempat tinggal, agama dan pekerjaan. dikenakan kepada korporasi, antara lain :
Dalam Perma juga mengatur ketentuan l) Pembayaran uang pengganti kerugian
yang sama mengenai pembuatan surat daklraan,
keuangan negara;
sedikit penyesuaian menurut perma dalam perlu 2) Perampasan ata:u penghapusan
dicantumkan jenis korporasinya. Dari
kedua keuntungan yang diperoteh dari tindak
peraturan tersebut terlihat peia lebih pidana;
memperinci bentuk dari penyusunan surat 3) Perbaikan kerusakan akibat dari tindak
dakwaannya. Yang selama ini menjadi kendala pidana;
dalam praktek penegakan hukum ketika hakim 4) Kewajiban mengeqakan apa yang
akan memutuskan sebuah perkara tindak dilakukan tanpa hak;
perkara korporasi, korporasi sendiri tidak 5)
dijadikan sebagai subjek hukum didalam
Penempatan
,perusahaan di bawah
pengampuan untuk jangka waktu tertenfu;
dakwaannya. Dengan adanya perja dan perma 6) Penutupan atau pembekuan sebagian atau
ini maka penempatan korporasi sebagai subjek seluruh kegiatan perusahaan untuk jangka
hukum didalam surat dakwaan sudah tidak waktu tertentu;
menjadi persoalan dalam praktek penegakan 7) Pencabutan sebagian atau seluruh hak_
hukum. hak tertentu;
Di dalam Perja bahkan sudah termuat 3 8) Pencabutanizinusaha;
(tiga) formulir model-model surat dakwaan yang
9) Perarnpasan barang bukti atau harra
bisa digunakan. Pertama. Surat dakwaan kekayaan,/asset korporasi ;dan/ atau
terhadap pengurus korporasi saja. Kedua. Swat l0) Tindakan lain sesuai dengn ketentuan
dakwaan terhadap korporsi saja. Ketiga. Surat undang-undang yang berlaku.
dakwaan terhadap korporasi dan pengurus Adapun format surat tuntutan terhadap
korporasi. Setelah mencantumkan identitas korporasi terdapat dalam formul u 4 pe4a, yang
korporasi dan yang mewakilinya maka surat terdiri dari pendahuluan, identitar terdakwa dan
dakwan haruslah diuraikan secara cernat, jelas yang mewakili korporasi, uraian dakwaan
danl lengkap mengenai tindak pidana yang lengkap, nomor dan tanggal penetapan hakim,
didakwakan dengan menyebutkan waktu dan fakta persidangan, analisis fakta, analisis yuridis,
tempat tindak pidana itu dilakukan. amar tuntutan, tempat, tanggal, nama dan
Berkenaan dengan tunfutan pidana pangkat penuntut umum. Sementara itu untuk
penunfut umum dan putusan pemidanaan yang putusan pemidanaan dan putusan bukan
dapat dijatuhkan kepada korporasi, terlihat pemidanaan terhadap korporasi dibuat sesuai
sudah sinkron apa yang diatur di perja maupun ketentuan Pasal 197 KUHAP, dengan
Perma. Baik dituntut maupun putusan terhadap mencantumkan idenfitas korporasi :
korporasi hanya dapat dituntut dan dijatuhkan 1) Nama korporasi
putusan pidana denda dan pidana tambahan 2) Tempat, tanggal pendirian dan/atau
dan/atau pidana tata @rtib, sesuai peraturan nomor anggaran dasar/akta
perundang-undangan yang menjadi dasar p endiian / p er atur an / dokumen,/perj anj
ian
dakwaan terhadap korporasi. Hanya saja perma serta perubahan terakhir
tidak menyebutkan bentuk pidana tambahan 3) Tempat kedudukan
atau tata tertib yang dapat dijatuhkan kepada 4) Kebangsaan korporasi
korporasi, karena memang bentuk pidana s) Jenis korporasi
tambahan atavtata tertib menyesuaikan dengan 6) Benruk kegtratan / usaha; dan
7) Identitas pengurus yang mewakili.

81

$
Wahvu Privanka Nata Permana / Indonesian Journal ofCriminal Law Srudies II (i) (2017)

Pelaksanaan putusan pengadilan yang korporasi tidak membayar terhadap harta


telah mempunyai ke.kuata;n ltukum baik oleh kekayaan korporasi disita dan dilelang unruk
Perja dan Perma diarur yang ketentuannya tetap membayar denda tersebut.
dilaksanakan oleh Jaksa setelah menerima
salinan,/petikan putusan dari pengadilan. SIMPULAN
Berkenaan dengan wakfu pelaksanaan pidana
denda terhadap korporasi antara Pe{a dan Berdasarkan penelitian dan pembahasan
Perma telah ada kesamaan dimana dalam hal yang telah diuraikan diatas, didapatkan
korporasi dijatuhkan pidana denda maka kesimpulan penanganan, perkara pidana
diberikan waktu jaksa waktu 1 bulan unruk terhadap subjek hukum korporasi menurut
melaksanakan putusan tersebut sejak purusan Perafuran Jalsa Agung R[, Nomor.
berkekuatan hukum tetap dan dapat PER.028/4/JA/10/2014 tentang Pedoman
diperpanjang 1 bulan lagi, apabila tidak dibayar Penanganan Perkara Pidana Dengan Subjek
denda tersebut oleh korporasi maka harta benda Hukum Korporasi telah sinkron terhadap upaya
korporasi dapat disita olehjaksa dan dilelang penanganan perkara pidana terhadap korporasi
untuk membayar denda. Apabila pidana denda sesuai dengan Peraturan Mahkamah Agung RI
dijatuhkan kepada pengurus, maka waktu untuk Nomor 13 Tahun 2016 tentang Tata Cara
melaksanakan sama seperfi pidana denda yang Penanganan Perkara Perkara Tindak Pidana
dijaruhkan kepada korporasi, yang membedakan Oleh Korporasi telah sinkron dan menunjukan
apabtla pengurus tidak membayar denda adanya keseragaman penganfian dalam
sebagian atau seluruhnya, maka pengutus penangangan perkara pidana terhadap
diiatuhkan pidana kurungan pengganti denda korporasi, hal ini terlihat dari penyebutan
yang dihitung secara proposional. Pelaksanaan identitas korporasi sebagai subjek hukum dalam
pidana penggandi denda dilalsanakan setelah surat dakwaan, surat tuntutan dan pufusan,
berakhimya hukuman pidana pokok. termasuk bentuk-bentuk korporasi yang dapat
Terdapat hal yang tidak sinkron antara dimintai pertanggungjawaban pidana, serta
Perja dan Perma berkenaan dengan pelaksanaan mekanisme pemeriksaandan pelaksanakan
putusan pidana denda, ketika korporasi tidak putusan pengadilan. Meskipun terdapat
membayarkan dendanya. Kalau didalam Perja keseragaman dalam pengaxrrannya, ada
apabila korporasi tidak mamput membayar beberapa hal yang berbeda dalam Perja dan
denda, diganti dengan perampasan harta Perma berkenaan dengan pelaksanaan pidana
kekayaan/aset milik korporasi atau pengurus denda terhadap korporasi bilamana korporasi
korporasr yang rularnya sama dengan pidana tidak membayar dan asset korporasi tidak
dendan yang dijatuhkan dan apabila tidak mencukupi untuk membayar denda. Selebihnya
mencukup, pidana kurungan pengganti denda hal-hal yang tidak diatur dalam Perja, seperti
dijaruhkan kepada pengurusnya dengan adanya perusahaan subsidairi, pemeriksaan
memperhitungkan denda yang telah dibayar. korporasi dalam hal terjadi peleburan,
Menjadi persoalan apabila yar'g pengg:abvngan, pemisahan dan proses
dijadikan terdakwa dalam petkara tersebut pembubaran, ganti rugi dan restitusi telah
hanya korporasi saja dan pengurus tidak dilengkapi oleh Perma. Oleh karenanya dengan
menjadi terdakwa, maka tidak memungkinkan adanya kedua peraturan ini dalam penangangan
korporasi dipidana denda dan korporasi tidak perkara pidana terhadap korporasi diharapkan
membayar serta harta kekayaan untuk menjadi solusi dan pedoman bagt aparat
membayar denda tidak mencukupi, lantas penegak hukum dalam penanganan tindak
pidana kurungan pengganti dendan dijatuhkan pidana korporasi ini.
kepada pengurusnya. Berbeda dengan Perma
yang hanya mengatur apabila pidana denda
dijatuhkan kepada korporasi, maka apabila

82

i
1
f
I
Wahyu Priyanka Nata Permana / Indonesian Journal of Criminal Law Srudies II (1) (2,017)

UCAPAN TERIMAKASIH Rahardjo, Satjipto. 2000. Ilmu Hukum. Banduns'


Citra Aditya Bakti
Ucapan terimakasih tidak lupa Penulis Remi Sjahdeini, Sutan. 2006. Pertanggungjawaban
Pidana Korporasi. Jakarta: Grafiti Pers
sampaikan kepada semua pihak yang telah
Titus Reid, Sue. 1995. Criminal Law. New Jersey.
membantu dan mendukung Penulis dalam
USA. Thrid Edition: Enelenood Cliffs.
menyelesaikan Jurnal ini, antara lain :

a. Orang Tua Penulis, serta adik-adik


Penulis dan segenap keluarga tercinta;
b. Seluruh Dosen Fakultas Hukum
Universitas Islam Indonesia
c. Seluruh Rekan Penulis di Kantor WP &
Partners Law Firm, Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mahrus. 2011. Dasar-dasar Hukum Pidana.


Jakarta: Sinar Grafika
Campbell Black, Henry. 1979. Black's Law
Dictionary. St. Paul Minim: West Publishing
Co.
Hanafi. 1997. Strict Liability dan Vicarious Liability
dalam Hukum Pidana. Yogyakarta: Lembaga
Penelitian Universitas Islam Indonesia.
Hotmaulana ' Hutauruk, Rufinus. 2013.
Penanggulangan Kejahatan Korporasi Melalui
Pendekatan Restoratif. Jakarta: Sinar Graffta
Kristian. 2016. Kejahatan Korporasi di Era Modern
dan Sistem Pertanggungjawaban Pidana
Korporasi. Bandung: Refika Aditama
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Muladi, Dwidja Priyatno. 1991. Pertanggungiawaban
Korporasi Dalam Hukum Pidana. Bandung:
STTIB
Nawawi Arief, Barda. 1990. Jerbandungan Hukum
Pidana. Jakarta: Raja Grafindo Persada
. 200L. Masalah Penegakan Hukum
dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan.
Bandung: Citra Aditya Bakti
2003. Kapilta Selekta Hukum
Pidana. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti
Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 13 Tahun
2016Tentang Tata Cara Penanganan Perkara
Perkara Tindak Pidana oleh Korporasi
Peraturan Jatsa Agung RI No.
Per028/a/ja/10/2AV Tentang Pedoman
Penanganan Perkara Pidana Dengan Subjek
Hukum Korporasi
Priyino, Dwidja. 2004. Kebijakan Legislatif tentang
Sistem Pertanggungjawaban Korporasi di
Indonesia. Bandung: Utomo

83

Anda mungkin juga menyukai