Anda di halaman 1dari 4

Topik Toleransi dari XI MIPA 2 :

1. Rahmad Puja Safitransyah


2. Ahmad Ryansyah

Toleransi di Sumenep: Masjid dengan


tukang dari Cina dan 'bicara tafsir di
kelompok Syiah'
19 Januari 2017

Hak atas foto PEMDA SUMENEP Image


captionMasjid Baitul Arham, tempat
Ibadah Tri Dharma Pao Sian Lin Kong,
dan Gereja Katolik Maria Gunung Karmel
di Jalan Slamet Riadi, Pabian, Sumenep.
"Masjid Jami Sumenep yang umurnya
254 tahun, kepala tukangnya adalah
Cina, bukan orang Islam tapi dia yang
bangun masjid," itulah jawaban Bupati
Sumenep, Madura, Busyro Karim, saat
ditanya contoh toleransi di daerah itu.

"Saat Natal, ada yang jaga gereja ... tak hanya menjaga gereja tapi persahabatannya kental,"
kata Busyro Karim. "Termasuk ada pula masjid Syiah ... saya sering bicara tafsir di kelompok
Syiah."

Toleransi yang terjadi di Sumenep mulai terjalin sejak zaman kesultanan, tambahnya. "Tidak
ada dalam sejarah, kekerasan antara umat beragama atau sesama agama Islam misalnya." Di
Sumenep, terdapat sekitar 400 penganut Syiah.
 Kisah anak Muslim yang tinggal di keluarga Cina-Kristen
 Komnas HAM: Pemda mulai berani atasi aksi-aksi intoleran
 Masjid dan gereja yang berdampingan di Kupang

Kekerasan sesama Islam yang diacu Busyro adalah yang terjadi terkait kelompok Syiah di
Sampang, Madura pada 2012 yang berujung pada relokasi penganut Syiah ke Sidoarjo, Jawa
Timur.
Image captionPenganut Syiah mengungsi di gedung
olahraga Sampang, Madura.

Desa yang dicontohkan membawa semangat toleransi


ini adalah Pabian, dengan tiga tempat ibadah, gereja,
masjid dan klenteng yang terletak berdekatan.

Salah seorang warga, Taufik Iskandar, anggota gereja


Katolik di Sumenep, bercerita tentang ibadah Natalnya tahun lalu bahwa, "Pemuda Muslim
ikut jaga gereja, itu toleransi. Kami tak saling ganggu tapi tolong menolong."

Sumenep -dengan 95% dari 1,1 juta penduduk memeluk Islam- bukan satu-satunya daerah yang
membanggakan toleransi, di tengah kasus intoleransi yang meningkat di Indonesia dalam satu
tahun terakhir.

Hak atas foto PEMDA SUMENEP Image


caption Penduduk Sumenep yang berjumlah 1,1
juta jiwa terdiri dari 95% pemeluk Islam.
Komnas HAM dalam laporan tahunan
tentang kebebasan beragama dan berkeyakinan
yang dikeluarkan awal tahun ini mencatat
peningkatan kasus intoleransi namun memuji
ketegasan sejumlah pemerintah daerah dalam
menghadapi aksi-aksi seperti ini.

Tren peningkatan yang dicatat Komnas HAM, 76 kasus pada 2014 dan 97 kasus sepanjang
tahun lalu.

Tiga daerah yang disebut paling banyak kasus intoleransi adalah Jawa Barat, DKI Jakarta dan
Sulawesi Tenggara.

Efektifkah membangun kampung toleransi?


Aksi intoleransi di daerah-daerah lain inilah yang membuat pemerintah daerah Kabupaten
Kupang merencanakan membangun enam tempat ibadah; gereja Katolik, Protestan, masjid,
kuil untuk Hindu, Buddha dan klenteng untuk pemeluk Konghucu.

"Dengan fenomena akhir-akhir ini, kadang terjadi provokasi terhadap agama satu terhadap
agama lain, misalnya saling menghina dan menista. Untuk itu di daerah yang masih miskin dan
terbelakang ... fokus kami adalah mengentaskan kemiskinan dan bukan memperdebatkan
keyakinan satu sama lain dan saling bermusuhan," kata Bupati Kupang Ayub Titu Eki kepada
BBC Indonesia.

"Kita tidak menunggu (perpecahan), namun (melakukan) pencegahan, karena kalau sudah
terjadi kerusuhan, menyembuhkannya lama," kata Ayub terkait rencana membangun tempat
ibadah yang dia katakan merupakan inisiatif bersama.
Belum jelas kapan pembangunan apa yang disebut 'kampung toleransi' ini selesai namun Ayub
mengatakan dengan lokasi yang berdekatan ini, kontak antarumat beragama semakin sering.

Di kota Kupang sendiri, jemaat Gereja HKBP dan jemaah Masjid Al-Muttaqin menyatakan
telah hidup berdampingan selama puluhan tahun, sebagai salah satu contoh nyata toleransi.

Image captionMasjid dan gereja di kota Kupang, NTT.

Gereja dan masjid saling berbagi lahan parkir dan mengatur jam ibadah sedemikian rupa pada
hari-hari besar dan juga Ramadan.

Hidup berdampingan seperti ini juga terjadi di Manado, seperti yang pernah diutarakan
pengurus masjid At-Taqwa, Mukhlis.
 Serangan vihara di Tanjung Balai, aksi toleransi
 Kisah toleransi: Kitorang samu basudara di Manado

"Walaupun di kelurahan ini hanya ada satu masjid, yakni masjid At-Taqwa, yang dikelilingi
oleh beberapa gereja, tapi Alhamdulilah kerukunan umat beragama di sini sejak dahulu sampai
saat ini sangat akrab. Satu sama lain saling mengunjungi saat hari raya keagamaan," tutur
Mukhlis.

Namun apakah membangun kampung toleransi seperti yang tengah direncanakan di Kupang
efektif?

Hak atas fotoYONGKE LONDAImage


captionMasjid At Taqwa, Manado yang
dikelilingi gereja.

Hendardi dari Setara Institute untuk


Perdamaian dan Demokrasi mengatakan
upaya membentuk kampung toleransi
bisa bertahan bila digagas oleh
masyarakat sendiri.
"Langkah itu akan berkontribusi pada
penguatan toleransi sepanjang dikelola
secara serius bukan simbolik. Sebagai inisiatif warga, maka sustainability(keberlangsungan)
gagasan tersebut memungkinkan berjalan panjang," kata Hendardi.
"Tapi jika ide ini dilakukan oleh pemerintah, saya khawatir hanya proyek simbolik yang tidak
berkelanjutan," tambahnya.
Dan apa kata para pembaca BBC tentang toleransi? Inilah sejumlah komentar dari Facebook
BBC Indonesia terkait berita soal toleransi ini.

Lenny Johor:"Orang yang meributkan agama adalah orang yang bodoh, bagi saya agama sama
saja, yang penting orangnya hidup benar ... saya wanita keturunan Jawa-Cina, keluarga besar
saya mempunyai agama beraneka ragam, ada Kristen, Katholik, Buddha, Hindu, bahkan ada
banyak yang masuk Islam tapi kami damai selalu."

Dyah Widyasari: Di keluarga besarku campur ... saling menghormati dan menghargai, Natalan
ngumpul, Lebaran ngumpul.

Yusuf Avicenna Asihanto: Bagimu agamamu bagiku agamaku. Toleransi menurut saya tidak
mencampuradukkan agama ... apalagi menyimpang dari ajaran agama.

Link Topik : https://www.bbc.com/indonesia/trensosial-38662873

Anda mungkin juga menyukai