B.Ibnu Taimiyah gelar sebagai ‘mujtahid’ LAHIR tanggal 22 Januari 1263 Miladiyah di
kota Al-Harran, Siria
Ibnu Taimiyah digambarkan sebagai pemikir yang paling cemerlang dan konsisten, ahli dalam
bidang ilmu hadis, ilmu bahasa, ilmu tafsir, ilmu kalam, serta ahli juga dalam bidang filsafat.
Usaha reformatif Ibnu Taimiyah dan pencarian ilmu meliputi tema yang luas,yang dapat
disimpulkan sebagai berikut :
bukunya seperti kitab “Minhajus Sunnah an-Nabawiyah fi naqdil kalam asy-Syi’ah wal Qadriyah
menjelaskan tentang ide-ide politik negara. Karyanya yang kedua yakni Sistem Politik Syari’ah
merupakan karya yang sangat eksklusif mengenai pemikiran politik yang lebih rinci yang di
dalamnya memuat juga fungsi-fungsi dari organisasi negara. Sedangkan karyanya yang ketiga
adalah kitab ‘al-Hisbah fil Islam’ yang didalamnya menguraikan penggunaan prinsip
menyerukan kebajikan mencegah kejahatan, terutama sekali dalam hubungannya dengan
administrasi negara. Karya-karyanya yang lain diantaranya Radd ala al-Mantiqyyin Liman
Baddala Din Al-Masih, al-Qiyas fi-Syari’il Islamy, al-Iqtidaus Shiratil Mustaqim, dan lain-
lainnya
Gerakan ini memegang prinsip teguh, mereka ingin membuang segala bentuk kemusyrikan,
khurafat, berbagai macam bid’ah dan taqlid.
Satu hal yang tidak kalah pentingnya, yang dijadikan tema pokok pembahasan dan
perjuangannya adalah permasalahan tentang tauhid. Hal-hal yang berkisar di seputar masalah
memurnikan tauhid inilah yang sangat ditekankan, anatar lain:
1 Penyembahan selain Tuhan adalah perbuatan yang salah, dan apabila ada yang demikian
akan dibunuh.
2 Orang-orang yang mencari ampunan Tuhan dengan mengunjungi kuburan, termasuk
orang-orang musyrik.
3 Meberikan pengantar dalam shalat terhadap nama Nabi-nabi atau wali atau malaikat
termasuk perbuatan musyrik.
4 Termasuk kufur apabila memberikan ilmu tanpa didasari oleh dalil-dalin yang terdapat
pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
5 Termasuk kufur dan ilhad mengingkari “Qadar” dalam semua perbuatan.
6 Dilarang memakai buah tasbih dalam mengucapkan nama Tuhan dan do’a-do’a cukup
menghitungnya dengan keratan jari.
7 Al-Qur’an dan As-Sunnah merupakan sumber syari’at Islam dalam soal halal dan haram,
perkataan para ulama tentang haram dan halal tidak menjadi pegangan.
8 Pintu Ijtihad terbuka dan siapapun juga boleh melakukan Ijtihad, selama sudah memenuhi
syarat-syarat. (A.Hanafi, 1967:143)
D. Muhammad Abduh
Pemikiran Muhammad Abduh
1. Bidang Ijtihad dan Taqlid
Penyebab yang membawa kemunduran umat Islam dikarenakan adanya kejumudan atau
kebekuan berfikir di kalangan umat Islam yaitu kebekuan dalam memahami ajaran Islam yang
bersumber kepada Al-Qur’an dan Al Hadis. Muhammad Abduh sangat menekankan arti
pentingnya ijtihad. Ajaran Islam telah menegaskan bahwa Islam diturunkan kepada umat
manusia tidak lain kecuali untuk menyebarluaskan rahmat Allah ke seluruh alam semesta.
Meskipun Ijtihad merupakan jalan yang terbaik dan merupakan suatu keharusan juga untuk
memberikan corak keislaman terhadap kejadian-kejadian masyarakat dalam lingkungan Islam,
namun Ijtihad itu hanya boleh dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai sifat-sifat keilmuan.
Karena itu, Muhammad Abduh mensyaratkan kebolehan ijtihad dengan syarat tersebut baik
untuk masanya maupun masa sesudahnya dan ia juga berhati-hati sekali dalam syarat ini,
ketelitiannya tidak kalah dengan pendahulunya.
2. Bidang Pendidikan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa seketika Muhammad Abduh masuk ke
Universitas Al-Azhar, maka tanpa menunggu terlalu lama beliau mulai melakukan berbagai
pembaharuan terhadap perguruan tinggi Islam yang tertua ini, baik dalam bidang administrasi
sampai peningkatan mata kuliah.
Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang berasas pada keyakinan Tauhid yang murni
(Islam), berpedoman pada al-Qur’an dan Sunah Nabi (Hadist), berwatak tajdid atau
pembaharuan, dan senantiasa melaksanakan da’wah Islam dalam seluruh bidang kehidupan
dengan tujuan mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Meskipun pada masa orde baru Muhammadiyah menyesuaikan diri dengan UU no 8 tahun 1985
yang menyatakan bahwa semua lembaga sosial kemasyarakatan harus berasaskan pancasila. Lalu
setelah terbit TAP MPR nomor XVIII/MPR/1998 Muhammadiyah kembali berasaskan Islam.
Maksud dan Tujuan Muhammadiyah: Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya :
Menegakkan, berarti membuat dan mengupayakan agar Islam dapat tegak, tidak
condong bahkan roboh.
Menjunjung tinggi, berarti menempatkan Islam di atas segalanya, mengindahkan, serta
menghormatinya.
Agama Islam, berarti agama Allah SWT yang diwahyukan kepada para Rasul-Nya sejak
zaman Nabi Adam as, Nabi Nuh as, Nabi Ibrahim as, Nabi Musa as, Nabi Isa as, hingga
Nabi Muhmmad saw sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada manusia sepanjang
zaman yang menjamin kesejahteraan hakiki duniawi maupun ukhrawi.
Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, berarti masyarakat yang mempunyai
kualitas yang baik, yaitu kualitas yang dibina oleh ajaran Islam, masyarakat yang
berprikemanusiaan, masyarakat yang mengabdi kepada Allah SWT, masyarakat yang
memiliki pertalian dengan Allah dan sesama manusia, masyarakat di mana keutamaan,
kesejahteraan, dan kebahagiaan luas merata dan secara umum dapat digambarkan sebagai
“baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.”
Pertama, Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Dakwah Amar makruf nahi munkar dan tajdid,
berasas Islam, bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, dengan tujuan terwujudnya
masyarakat Islam yang sebenam-benarnya.
Terakhir, bergerak melalui sistem organisasi (Persyarikatan) dan tidak bersifat perorangan
dengan menjunjung tinggi semangat kolektif kolegial, demokratis, musyawarah, dan ukhuwah.
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
Penjelasannya :
(Hendaklah ada di antara kamu satu golongan yang menyeru kepada kebaikan) ajaran Islam (dan
menyuruh kepada yang makruf dan melarang dari yang mungkar. Merekalah) yakni orang-orang yang
menyeru, yang menyuruh dan yang melarang tadi (orang-orang yang beruntung) atau berbahagia. 'Min'
di sini untuk menunjukkan 'sebagian' karena apa yang diperintahkan itu merupakan fardu kifayah yang
tidak mesti bagi seluruh umat dan tidak pula layak bagi setiap orang, misalnya orang yang bodoh.
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman,
tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik.
Penjelasan nya Adalah kamu) hai umat Muhammad dalam ilmu Allah swt. (sebaik-baik umat yang
dikeluarkan) yang ditampilkan (buat manusia, menyuruh kepada yang makruf dan melarang dari yang
mungkar serta beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, adalah ia) yakni keimanan itu (lebih
baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman) misalnya Abdullah bin Salam r.a. dan sahabat-
sahabatnya (tetapi kebanyakan mereka orang-orang yang fasik) kafir.
1.Bagaimana pendidikan islam pada masa penjajahan belanda?