Anda di halaman 1dari 5

Tokoh Pembaharuan Dalam Islam

A.Jamaluddin Al-Afghani dilahirkan pada tahun 1939 di As’ad Abad,


Afghanistan. Ia dikenal sebagai reformer dalam dunia Islam, sekaligus sebagai seorang pejuang
yang terus menerus mengobarkan api semangat menegakkan “kalimatulhaq” kepada siapapun,
sampai kepada penguasa yang zalim.
negeri non muslim untuk mengenalkan dan menjelaskan hakekat dinul Islam dan meluruskan
pengertian dan persepsi yang keliru tentang ikhwal Islam.
negara Islam, beliau kembali mengobarkan semangat jihad menegakkan kebenaran dan keadilan
serta mengobarkan semangat jihad melawan kaum penjajah.

B.Ibnu Taimiyah gelar sebagai ‘mujtahid’ LAHIR tanggal 22 Januari 1263 Miladiyah di
kota Al-Harran, Siria

Karya-karya Ibnu Taimiyah

Ibnu Taimiyah digambarkan sebagai pemikir yang paling cemerlang dan konsisten, ahli dalam
bidang ilmu hadis, ilmu bahasa, ilmu tafsir, ilmu kalam, serta ahli juga dalam bidang filsafat.
Usaha reformatif Ibnu Taimiyah dan pencarian ilmu meliputi tema yang luas,yang dapat
disimpulkan sebagai berikut :

1 Membangkitkan keimanan dalam ketaatan terhadap tauhid (pengesaan Allah Swt)


2 Memberantas kepercayaan Patheis dan budaya
3 Kritik terhadap filsafat, pemikiran silogistik, dan berdebat dalam rangka menunjukkan
superioritas Al-Qur’an dan As-Sunnah
4 Memberantas anti Islam melalui penentangan terhadap Kristen dan Syi’ah
5 Pembaharuan pemikiran Islam dan ilmu-ilmu yang berhubungan dengannya

bukunya seperti kitab “Minhajus Sunnah an-Nabawiyah fi naqdil kalam asy-Syi’ah wal Qadriyah
menjelaskan tentang ide-ide politik negara. Karyanya yang kedua yakni Sistem Politik Syari’ah
merupakan karya yang sangat eksklusif mengenai pemikiran politik yang lebih rinci yang di
dalamnya memuat juga fungsi-fungsi dari organisasi negara. Sedangkan karyanya yang ketiga
adalah kitab ‘al-Hisbah fil Islam’ yang didalamnya menguraikan penggunaan prinsip
menyerukan kebajikan mencegah kejahatan, terutama sekali dalam hubungannya dengan
administrasi negara. Karya-karyanya yang lain diantaranya Radd ala al-Mantiqyyin Liman
Baddala Din Al-Masih, al-Qiyas fi-Syari’il Islamy, al-Iqtidaus Shiratil Mustaqim, dan lain-
lainnya

C.Muhammad bin Abdul Wahab.


Pokok-Pokok Ajarannya

Gerakan ini memegang prinsip teguh, mereka ingin membuang segala bentuk kemusyrikan,
khurafat, berbagai macam bid’ah dan taqlid.

Satu hal yang tidak kalah pentingnya, yang dijadikan tema pokok pembahasan dan
perjuangannya adalah permasalahan tentang tauhid. Hal-hal yang berkisar di seputar masalah
memurnikan tauhid inilah yang sangat ditekankan, anatar lain:

1 Penyembahan selain Tuhan adalah perbuatan yang salah, dan apabila ada yang demikian
akan dibunuh.
2 Orang-orang yang mencari ampunan Tuhan dengan mengunjungi kuburan, termasuk
orang-orang musyrik.
3 Meberikan pengantar dalam shalat terhadap nama Nabi-nabi atau wali atau malaikat
termasuk perbuatan musyrik.
4 Termasuk kufur apabila memberikan ilmu tanpa didasari oleh dalil-dalin yang terdapat
pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
5 Termasuk kufur dan ilhad mengingkari “Qadar” dalam semua perbuatan.
6 Dilarang memakai buah tasbih dalam mengucapkan nama Tuhan dan do’a-do’a cukup
menghitungnya dengan keratan jari.
7 Al-Qur’an dan As-Sunnah merupakan sumber syari’at Islam dalam soal halal dan haram,
perkataan para ulama tentang haram dan halal tidak menjadi pegangan.
8 Pintu Ijtihad terbuka dan siapapun juga boleh melakukan Ijtihad, selama sudah memenuhi
syarat-syarat. (A.Hanafi, 1967:143)

D. Muhammad Abduh
Pemikiran Muhammad Abduh
1. Bidang Ijtihad dan Taqlid
Penyebab yang membawa kemunduran umat Islam dikarenakan adanya kejumudan atau
kebekuan berfikir di kalangan umat Islam yaitu kebekuan dalam memahami ajaran Islam yang
bersumber kepada Al-Qur’an dan Al Hadis. Muhammad Abduh sangat menekankan arti
pentingnya ijtihad. Ajaran Islam telah menegaskan bahwa Islam diturunkan kepada umat
manusia tidak lain kecuali untuk menyebarluaskan rahmat Allah ke seluruh alam semesta.
Meskipun Ijtihad merupakan jalan yang terbaik dan merupakan suatu keharusan juga untuk
memberikan corak keislaman terhadap kejadian-kejadian masyarakat dalam lingkungan Islam,
namun Ijtihad itu hanya boleh dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai sifat-sifat keilmuan.
Karena itu, Muhammad Abduh mensyaratkan kebolehan ijtihad dengan syarat tersebut baik
untuk masanya maupun masa sesudahnya dan ia juga berhati-hati sekali dalam syarat ini,
ketelitiannya tidak kalah dengan pendahulunya.
2. Bidang Pendidikan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa seketika Muhammad Abduh masuk ke
Universitas Al-Azhar, maka tanpa menunggu terlalu lama beliau mulai melakukan berbagai
pembaharuan terhadap perguruan tinggi Islam yang tertua ini, baik dalam bidang administrasi
sampai peningkatan mata kuliah.

Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang berasas pada keyakinan Tauhid yang murni
(Islam), berpedoman pada al-Qur’an dan Sunah Nabi (Hadist), berwatak tajdid atau
pembaharuan, dan senantiasa melaksanakan da’wah Islam dalam seluruh bidang kehidupan
dengan tujuan mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Asas Muhammadiyah: Muhammadiyah berasaskan Islam

Meskipun pada masa orde baru Muhammadiyah menyesuaikan diri dengan UU no 8 tahun 1985
yang menyatakan bahwa semua lembaga sosial kemasyarakatan harus berasaskan pancasila. Lalu
setelah terbit TAP MPR nomor XVIII/MPR/1998 Muhammadiyah kembali berasaskan Islam.
Maksud dan Tujuan Muhammadiyah: Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya :

 Menegakkan, berarti membuat dan mengupayakan agar Islam dapat tegak, tidak
condong bahkan roboh.
 Menjunjung tinggi, berarti menempatkan Islam di atas segalanya, mengindahkan, serta
menghormatinya.
 Agama Islam, berarti agama Allah SWT yang diwahyukan kepada para Rasul-Nya sejak
zaman Nabi Adam as, Nabi Nuh as, Nabi Ibrahim as, Nabi Musa as, Nabi Isa as, hingga
Nabi Muhmmad saw sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada manusia sepanjang
zaman yang menjamin kesejahteraan hakiki duniawi maupun ukhrawi.
 Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, berarti masyarakat yang mempunyai
kualitas yang baik, yaitu kualitas yang dibina oleh ajaran Islam, masyarakat yang
berprikemanusiaan, masyarakat yang mengabdi kepada Allah SWT, masyarakat yang
memiliki pertalian dengan Allah dan sesama manusia, masyarakat di mana keutamaan,
kesejahteraan, dan kebahagiaan luas merata dan secara umum dapat digambarkan sebagai
“baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.”

identitas dan karakter Muhammadiyah itu adalah


sebagai berikut :

Pertama, Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Dakwah Amar makruf nahi munkar dan tajdid,
berasas Islam, bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, dengan tujuan terwujudnya
masyarakat Islam yang sebenam-benarnya.

Kedua, dalam beragama Muhammadiyah selalu memperlihatkan sikap wasathiyah (tengahan)


dan tidak ghulul (ekstrim), dengan tetap istiqamah pada prinsip-prinsip Islam yang bersumber
pada Al Qur’an dan As Sunnah yang shahihah/maqbulah serta mengembangkan akal pikiran
yang sesuai dengan ajaran Islam.

Ketiga, Muhammadiyah memandang Islam sebagaai agama yang berkemajuan (Dinul


hadharah) dan mengandung kesatuan yang utuh, menyanginkut aspek-aspek aqidah, ibadah,
akhiaq dan mu’amalah dunyawiyah, tanpa meniandang satu aspek lebih penting dari yang
lainnya, serta mewujudkannya dalam kehidupan peribadi, keluarga, dan masyarakat melalaui
dakwah yang terns menerus.

Keempat, pandangan Muhammadiyah tentang tajdid atau pembaharuan cendernng seimbang


antara pemurnian (purifikasi) dan pembaruan/pengembangan (modernisasi, dinamisasi).

Kelima, ideologi Gerakan Muhammadiyah mengenepankan penerapan nilai-nilai dan prinsip


Islam dalam kehidupan dan lebih berorientasi pada pembentukan masyarakat Islam.

Keenam, Muhammadiyah menampilkan corak Islam yang mengedepankan amaliyah yang


terlembaga dan terorganisasi sebagai perwujudan dan keyakinan dan pemahaman Islam dalam
Muhammadiyah, sehingga Islam termanifestasikan secara konkrit.

Ketujuh, perjuangan Muhammadiyah lebih memilih jalur dakwah di bidang kemasyaraakatan


dan tidak menempuh jalur politik sebagaimana ditempuh oleh partai politik, dengan tetap
menjalankan peran-peran kebangsaan.

Kedelapan, Muhammadiyah menerima Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila


dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Negara bangsa, untuk berusaha bersama-sama
menjadikan suatu Negara yang adil dan makmur dan diridlai Allah SwT: Baldatun thayyibatun
wa rabbun ghafur.
Kesembilan, dalam memosisikan diri di hadapan Negara/Pemerintah, Muhammadiyah senantiasa
mengembangkan sikap amar ma’ruf nahi munkar dalam makna memberikan dukungan pada
kebijakan-kebijakan yang positif, sebaliknya melakukan kritik secara bijaksana terhadap
kebijakan-kebijakan yang dipandang tidak baik. Kesepuluh, sejalan dengan Kepribadian
Muhammadiyah, dalam memperjuangkan sesuatu lebih mengedepankan sikap toleran,
demokratis, damai, cerdas, bekerjasama dengan golongan manapun untuk kebaikan, kuat dalam
prinsip tetapi luwes dalam cara, menjauhi konfrontasi apalagi kekerasan.

Terakhir, bergerak melalui sistem organisasi (Persyarikatan) dan tidak bersifat perorangan
dengan menjunjung tinggi semangat kolektif kolegial, demokratis, musyawarah, dan ukhuwah.

MenandaiIdentitas Muhamadiyah muhammadiyah Persyarikatan

Surat Ali 'Imran Ayat 104


َ َ‫وف َويَ ْن َه ْون‬
‫ع ِن‬ ِ ‫عونَ إِلَى ْال َخي ِْر َويَأ ْ ُم ُرونَ بِ ْال َم ْع ُر‬
ُ ‫َو ْلتَ ُك ْن ِم ْن ُك ْم أ ُ َّمةٌ يَ ْد‬
َ‫ْال ُم ْن َك ِر ۚ َوأُو َٰلَ ِئ َك ُه ُم ْال ُم ْف ِل ُحون‬

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.

Penjelasannya :

(Hendaklah ada di antara kamu satu golongan yang menyeru kepada kebaikan) ajaran Islam (dan
menyuruh kepada yang makruf dan melarang dari yang mungkar. Merekalah) yakni orang-orang yang
menyeru, yang menyuruh dan yang melarang tadi (orang-orang yang beruntung) atau berbahagia. 'Min'
di sini untuk menunjukkan 'sebagian' karena apa yang diperintahkan itu merupakan fardu kifayah yang
tidak mesti bagi seluruh umat dan tidak pula layak bagi setiap orang, misalnya orang yang bodoh.

Surat Ali 'Imran Ayat 110


َّ ‫وف َوتَ ْن َه ْونَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُؤْ ِمنُونَ ِب‬
َ‫اَّللِ ۗ َولَ ْو آ َمن‬ ِ ‫اس تَأ ْ ُم ُرونَ ِب ْال َم ْع ُر‬ ْ ‫ُك ْنت ُ ْم َخي َْر أ ُ َّم ٍة أ ُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت ِللن‬
َ‫ب لَ َكانَ َخي ًْرا َل ُه ْم ۚ ِم ْن ُه ُم ْال ُمؤْ ِمنُونَ َوأ َ ْكث َ ُر ُه ُم ْالفَا ِسقُون‬
ِ ‫أ َ ْه ُل ْال ِكتَا‬

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman,
tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik.

Penjelasan nya Adalah kamu) hai umat Muhammad dalam ilmu Allah swt. (sebaik-baik umat yang
dikeluarkan) yang ditampilkan (buat manusia, menyuruh kepada yang makruf dan melarang dari yang
mungkar serta beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, adalah ia) yakni keimanan itu (lebih
baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman) misalnya Abdullah bin Salam r.a. dan sahabat-
sahabatnya (tetapi kebanyakan mereka orang-orang yang fasik) kafir.
1.Bagaimana pendidikan islam pada masa penjajahan belanda?

2.Bagaimana pendidikan islam pada masa penjajahan jepang

Anda mungkin juga menyukai