Makalah Ade Ayu Agustina
Makalah Ade Ayu Agustina
Ilmu pengertahuan pada hakekatnya timbul, oleh karena adanya hasrat ingin tahu dari
manusi
a. Hasrat ingin tahu tersebut timbul,anatar lain, oleh karena banyak hal-hal atau aspek-
aspek kehidupan yang masih gelap bagi manusia,dan manusia ingin mengetahui segi
kebenaran daripada kegelapan tersebut. Setelah manusia memperoleh pengetahuan
tentang sesuatu,maka kepuasaannya tadi segera akan disusul lagi dengan suatu
kecenderungan serta keinginan untuk lebih mengetahui lagi. Hal ini tertutama
disebabkan,oleh karena apa yang menjelma dihadapan manusia, ditanggapinya
sebagai suatu yang statis dan dinamis sekaligus. Di dalam usahanya untuk mencari
kebenaran tersebut, manusia dapat menempuh pelbagi macam cara,baik yang
ditanggap sebagai usaha yang tidak ilmiah,maupun usaha yang dapat dikwalifikasikan
sebagai kegiatan-kegiatan ilmia.
Adakalanya manusia mencari kebenaran dengan melalui pikiran yang kritis, ataupun
berdasarkan pengalaman. Usaha inipun belum merupakan kegiatan ilmiah yang
seutuhnya, oleh karena tidak jarang mengabaikan sistematika dan metodologi tertentu,
serta juga tidak dilandaskan pada kekuatan pemikiran yang mantap. Usaha lainnya
adalah melalui penelitian secara ilmiah. Artinya,suatu metode yang bertujuan untuk
mempelajari satu atau beberapa gejala,dengan jalan menganalisanya dan dengan
mengadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta tersebut,untuk kemudian
mengusahakan suatau pemecahaan atas masalah-masalah yang timbulkan oleh fakta
tersebut.
Penelitian secara ilmiah, dilakukan oleh manusia untuk menyalurkan hasrat ingin tahu
yang telah mencapai taraf ilmiah, yang disertai dengan suatu keyakinan bahwa setiap
1
DR.Soerjono Soekanto,S.H.,M.A,Pengantar Penelitan Hukum,Penerbit Universitas Indonesia(UI-Press),1981.hal.2
gejalan akan dapat ditelah dan dicari hubungan sebaik-baiknya atau kecendungan-
kecendrungan yang timbul. Suatu penelitian,sebenarnya merupakan (H.L.Manheim
:1977)
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang diberikan dengan analisa dan
konstruksi, yang dilakukan secara metodologi berarti sesuai dengan metose atau cara
tertentu sistematis adalah berdasarkan suatu system, sedangkan konsisten berart tidak
adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.
Sudah tentu bahwa daalm penelit]ian hokum, seseorang dapat mengadakan kegiatan-
kegiatan untuk mengungkapkan kebenaran hokum, yang dilakukan secra kebetulan .
selain itu, dia dapat pula menerapkan metode untung-untungan yang lebih banyak
didasarkan pada kegiatan mengadakan percobaan dan kesalahan. Suatu percobaan
yang gagal. Kemudian disusul dengan percobaan selanjutnya untuk memberikan
kesalahan yang terjadi. Kegiatan tersebut dilakukan tidak atas dasar metode tertentu
yang ilmiah, dan juga tidak sistematis maupun konsisten.
Tidak jarang kegiatan untuk mencari kebenaran hokum dilakukan atas dasar
penghormatan pada suatu pendapat atau penemuan. Yang telah dihasilkan oleh
seseorang atau lembaga tertentu. Orang atau lembaga tersebut,kebetulan mempunyai
taraf kewibawaan ilmiah tertentu,sehingga seringkali tidak diadaakan pengujian terlebih
dahulu terhadap pendapat atau penemuan-penemuan yang telah dihasilkannya.
Kemudian ada pula usaha-usaha yang dilakukan sekedar melalui pengalaman-
pengalaman. Usaha inipun seringkali mengabaikan metode dan
sistematika,disampingtidak didasarkan pada pemikiran yang mantap.penelitian hokum
merupakansuatu kegiatan ilmiah,yang didasarkan pada metode sistematika dan
pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hokum
tertentu, dengan jalan menganalisisnya. Kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan
yang mendalam terhadap fakta hokum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu
pemecahan atas permasalaahan –permasalahan yang timbul di dalam gejala yang
bersangkutan.
Kiranya tidak asing lagi, bahwa pada lembaga pendidikan hokum di tingkat sarjaan,
dikuliahkan bermacam-macam ata pelajaran. Ada mata pelajaran pengantar, mata
pejalatan dasar, mata pelajaran lanjutan, dan seterusnya. Di dalam mata pelajaran
hokum pidana, misalnya maka yang diberikan adalah hokum dalam arti ilmu, demikian
juga pada mata pelajaran-mata pelajaran lainnya. Di samping itu, maka hokum kadang-
kadang juga diartikan sebagai disiplin, yakni system ajaran tentang kenyataan-
kenyataan di sini di artinya sebagai gejala-gejala yang dihadapi oleh manusia, yang
biasanya terkesan dalam pemikiran,melalui proses persepsi. Biasanya dibedakan
anatara disiplin preskriptif, hokum merupakan disiplin preskriptif, oleh karena
merupakan system ajaran tentang kenyataannya yang sepantasnya 2.
2
Ebid.hal 43
Lazimnya hokum diartikan sebagai kaedah, atau norma. Kaedah atau norma
,merupakan patokan atau pedoman mengenai perilaku manusia yang dianggap pantas,
atas dasar ruang lingkupnya, biasanya dibedakan antara kaedah yang mengatur
kepentingan pribadi, dengan kaedah yang mengatur kepentingan antara pribadi.
Kaedah hokum tergolong pada kaedah yang mengatur kepentingan-kepentingan
anatara pribadi. Selain itu, maka hokum juga diartikan sebagai tata-hukum,tat hokum
tersebut adalah hukum positif yang tertulis.
Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang senantiasa harus dikaitkan dengan
arti-arti yang diberikan pada hukum, sebagaimana disebutkan di atas.
Terlepas dari tepat atau tidak tepatnya maupun benar atau tidak benarnya arti-arti yang
diberikan oleh masyarakat pada hukum, hal-hal tersebut merupakan kenyataan. Apabila
arti-arti tersebut dipergunakan sebagi pegangan awal di dalam penelitian hukum, maka
diharapkan adanya netralisasi terhadap kesimpangan siuran yang biasanya terjadi
apabila orang bicara mengenai hukum.
Penelitian merupakan terjemahan dari bahasa inggris, yaitu research. Kata research
berasal dari re ( kembali ) dan to search(mencari). Research berate mencari kembali.
Oleh karena itu, penelitian pada dasarnya merupakan “sesuatu upaya pencarian”.
Apabila suatu penelotian merupakan usaha pencarian, maka timbul pertanyaan apakah
yang dicari itu? Pada dasarnya yang dicari adalah pengetahuan atau pengetahuan
yang benar.
Pengetahuan yang benar tersebut , dapat dipakai untuk menjawab pertanyaan dari
ketidaktahuan tertentu. Karena penelitian tidak akan dapat dilaksanakan kalau diawali
dengan ketidaktahuan. Dengan ketidaktahuan seseorang berharap sesuatau. Ia akan
bertanya dan setiap pertanyaan akan memerlukan jawaban. Untuk jawaban suatu
pertanyaan seseorang harus mempunyai pengetahuan tentang hal yang yang
ditanyakan. Apabila jawaban harus mencari jawaban3.
Ada berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh
pengetahuan. Yang pertama dapat dilakukan adalah bertanya kepada orang yang
dianggap lebih tahu tentang sesuatu(mempunyai otoritas keilmuan pada bidang
tertentu). Namun bila tidak ditemukan jawabannya atau pemecahannya, maka dapat
dicari melalui akal sehat, intuisi,prasangka atau coba-coba saja. Car ini tentu tidak
melalui penalaran,sehingga jawaban atau pengetahuan yang diperoleh bukanlah ilmiah.
3
Prof.Dr.Zainuddin Ali,M.A,Metode Penelitian Hukum,Sinar Grafika,2014,hal 1-2
Lain halnya metode ilmiah, yaitu suatu metode yang mengutamakan keyakinan bahwa
setiap gejala akan ditelaah dan dicari hubungan sebab akibatnya, atau kecenderungan-
kecenderuangan yang timbul.
2. Tujuan penetian
Di dalam bab 1 dan II dimuka, telah dijelaskan dengan ringkas,perihal tujuan-tujuan dari
penelitian pada umumnya, maupun penelitian hukum pada khususnya . tujuan-tujuan
tersebut,adalah sebagai berikut:
A. suatu keadaan
b. perilaku pribadi
c. perilaku kelompok
b. memperoleh data mengenai hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain
Kalau penelitian hukum yang dilakukan, merupakan penelitian yang bertujuan untuk
memperoleh data mengenai hubungan anatara suatu gejala dengan gejala lain atau
ingin menguji suatu hipotesa, maka di dalam judul penelitian tersebut perlu
dicantumkan independent variable dan dependent variable dari penelitian tersebut,
variable merupakan katarteristik atau ciri dari pada orang-orang, benda-benda atau
keadaan yang mempunyai nilai-nilai yang berbeda, seperti misalnya,usia, pendidikan,
kedudukan,sosioal,kedudukan ekenomis,jenis kelamin, dan setrusnya. Suatu
independent variable merupakan sebab yang diguna dari suatu gejala, sedangkan
dependent variable adalah akibat yang digunakan dari gejala yang sama (atau dapat
pula disebut sebagai gejala yang dipengaruhi oleh sebab-sebab tertentu). Hal-hal
tersebut merupakan syarat-syarat meteriil dari judul penelitian deskriptif dan penelitian
yang bertujuannya telah dijelaskan dimuka.
Untuk lebih menjelaskan masalahnya, mak dibawah ini akan di sajikan beberapa judul,
masing-maing dengan keterangan seperlunya. Judul-judul tadi adalah, sebagi berikut:
4
DR.Soerjono Soekanto,S.H.,M.A,Pengantar Penelitan Hukum,Penerbit Universitas Indonesia(UI-Press),1981,hal 95
2. a. pola-pola kewarisan di daerah semuatera barat dewasa ini.
c. masalah yang diteliti adalah pola-pola kewarisan yang didasarkan pada studi kasus
yang mendalam mengenai gejala etrsebut, yang didukung oleh frekuensi peristiwa
c. masalah adalah, sampai seberapa jauh pengaruh dari undang-undang nomor 1 tahun
1974 terhadap pelaksanaan program keluarga berencana di dalam kenyataannya.
f. penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesa yang diajukan.mungkin penelitian ini
bertujuan untuk menemukan hubungan anatara kedua gejala tersebut, sehingga dapat
pula dikwalifikasikan sebagai penetian deskriptif.
Disamping tujuan-tujuan umum tersebut di atas,yang secara garis besar tidak berbeda
dengan tujuan pada penelitian ilmu-ilmu social lainnya, maka pada penelitian hukum
terdapat tujuan-tujuan tertentu yang dapat membedakannya dari tujuan penelitian pada
ilmu-ilmu soaial lainnya, secar khusus, maka tujuan penelitian hukum, adalah sebagai
berikut :
Didalam melakukan penelitian hukum, baik yang normative maupun yang sosiologis
atau empiris,seyoglanya diikuti pula langkah-langkah yang biasanya dianuti dalam
penelitian ilmu-ilmu social lainnya.langkah-langkah adalah sebagi berikut:
5
DR.Soerjono Soekanto,S.H.,M.A,Pengantar Penelitan Hukum,Penerbit Universitas Indonesia(UI-Press),1981,hal12
Walaupun demikian perlu diperhatikan, bahwa langkah-langkah tersebut mungkin
mengalami perbedaan pada penelitian hukum normative dengan penelitian hukum
sosiologis atau empiris. Pada penelitian hukum normative yang sepenuhnya
mempergunakan datasekunder , maka penyusunan kerangka teoritis yang bersifat
tentative dapat ditinggalkan. Akan tetapi, penyusunan kerangka konsepsionil mutlak
diperlukan. Di dalam penyusunan yang terdapat di dalam peraturan perundangan-
undangan yang dijadikan dasar penelitian, atau yang hendak diteliti. Kalaupun
penelitian hukum sosiologis atau empiris hendak mengadakan pengukuran terhadap
peraturan perundang-undangan tertentu mengenal efektivitasnya, maka definisi-definisi
operasional dapat diambil dari peraturan perundang-undangan tersebut.
Penelitian yuidis normative membhas doktrin-doktrin atau asas-asas dalam ilmu hukum.
Asa tersebut menurut pasal 5 dan 6 undang-undang nomor 10 tahun 2004 tentang
pembentukan peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut
Pasaln 5
a. Kejelasan tujuan
b. Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat
c. Kesesuaian antara jenis dan materi muatan
d. Dapat dilaksanakan
e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan
f. Kejelasan rumusan dan
g. Keterbukaan
Pasal 6
a. pengayoman
b. kemanusiaan
c. kebangsaan
d. kekeluargaan
e. kenusantaraan
g. keadilan
Untuk penelitian asas hukum tersebut, dapat memanfaatkan beberapa metode yaitu
metode historys deskriptif dan experimental. Pemanfaatan metode ini berkaitan dengan
dimensi waktu yang meliputi : (1). Penjelasan tentang masa lampau (2) penjelasan
tentang apa yang sedang berlangsung atau berlaku, (3). Penjelasan tentang masa yang
akan datang.
a. Alamiah, misalnya dalam pasal 362 dan 363 KUHP. Hal ini diuraikan sebagai
berikut :
6
Prof.Dr.H.Zainuddin Ali,M.A, Metode Penelitian Hukum,Sinar Grafika,Jakarta,2015,hal 25
Pasal 362
Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian
kepunyaan orang lain, dengan maksut untuk dimiliki secara melawan hukum,
diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau
denda pidana paling banyak 900 Rupiah.
pasal 363
(1). Diancam dalam pidana penjara paling lama 7 Tahun
1. pencurian ternak
2. pencurian pada waktu ada kebakaran, letusan, banjir, gempa bumi, atau
gempa laut, gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kerta
api, hura-hura, pembrontakan atau bahay perang.
3. pencurian diwaktu malam dalam sebuah rumah atau pekatrang tertutup yang
ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada disitu tidak diketahui atau
tidak dihendak oleh yang berhak.
4. pencurian yang dilakukan oleh 2 orang atrau lebih
5. pencurian yang untuk masuk ketempat melakukan kejahatan, atau untuk
sampai barang yang diambil, yang dilakukan dengan merusak, memotong atau
memanjat, atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah oalsu atau pakaiaan
jabatan palsu
(2). Jika pencurian yang diterangkan dalam butir 3 disertai dengan salah satu hal
dalam butir 4 dan 5, maka diancam dengan pidana penjara paling lama selama 9
tahun
Penelitian terhadap taraf singkronisasi hukum yang menjadi objek penelitian adalah
sampai sejumlah pada hukum posotif tertulis yang ada singkron atau selaras satu sama
lainya. Hal ini dapt dilakukan melalui 2 faktor yaiyu : (a). vertical, dan (b). horizontal.
Kedua hal ini diurikan sebagai berikut
a. Vertical
Untuk melihat apakah suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap
bidang tertentu tidak saling bertentangan anatar satu dengan yang lainya atau
menurut hairarki peraturan perundang-undangan yang ada. Misalnya, jenis dan
hirarki perundang-undangan menurut pasal 7 undang-undang nomor 10 tahun 2004
tentang pembentukan peraturan perundang-undangan sebagai berikut.
Pasal 7.
4. Peraturan pemerintah
5.keputusan presiden
Keputusan presiden berisi keputusan yang bersifat khusus, yaitu untuk
melaksanakan ketentuan UUD yang bersangkutan, ketetapan MPR(S)
dalam bidang eksekutif atau peraturan pemerintah.
6.peraturan pelaksanaan lainya
Peraturan pelaksanaan lainya, seperti peraturan mentri, intruksi mentri,
dan lain-lainya, harus dengan tegas berdasar dan bersumber pada peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi.
b.horizontal
Fungsi sosIal uang zakat itu adalah mengurangi kemiskinan atau mampu
memberdayakan orang miskin menjadi orang yanerkecukupan yang pada akhirnya
akan mampu mengeluarkan zakat.
a. Kaidah hukum
Didalm teori-teori ilmu hukum, dapat dibedakan antara tiga macam hal mengenai
berlakunya hukum sebagai kaidah. Hal ini diungkapkan sebagai berikut
Kalau dikaji secara mendalam agar hukum itu berfungsi maka setiap kaidah hukum
harus memenuhi tiga unsur kaidah diatas, sebab (1). Apabila kaidah hukum hanya
berlaku secara yuridis maka akan kemungkinan kaidah itu merupakan kaidah mati (2).
Apabila hanya berlaku secara sosiologis dalam arti teori kekuasaan maka kaidah itu
menjadi aturan paksa (#). Apabila hanya berlaku secara filosofis maka kemungkiannaya
kaidah itu hanya merupakan hukum yang dicita-citakan
Kedua, peraturan perundang-undangan kerap dibuat secara tidak realitis hal ini terjadi
terhadap pembuatan peraturan perundang-undangan yang merupakan pesanan dari elit
politik Negara asing maupun lembaga keuangan internasional. Disini peraturan
perundang-undangan dianggap sebagai komoditas elit politik dapat menentukan
undangandianggap agar suatu perundang-undangan dibuat bukan karena kebetuhan
masyarakat melainkan agar Indonesia memiliki peraturan perundang-undangan yang
sebanding (comparable) dengan Negara industry. Sementara Negara asing maupun
lemabaga keuangan internasional dapat meminta Indonesia membuat peraturan
perundang-undangan tertentu sebagai syarat Indonesia mendapatkan pinjaman atau
hibah luar negri
b. Penegak huklum
Penegak hukum atau orang yang bertugas menerapkan hukum pencakup ruang lingkup
yang sangat luas,sebab menyangkut petugas pada strata atas,menengah,dan bawah.
Artinya di dalam melaksanakan tugas-tugas penerapan hukum, petugas seyogianya
harus memiliki suatu pedoman di antaranya peraturan tertulis tertentu yang
mencangkup ruang lingkup tugas-tugasnya. Di dalam hal penegakan hukum
tersebut,kemungkinan penegak hukum menghadapi hal-hal sebagai berikut.
salah satu factor yang mengefektifkan suatu peraturan adalah warga masyarakat, yaitu
berupa kesadaran warga masyarakat untuk mematuhi suatu peraturan perundang-
undangan, derajat kepatuhan. Secara sederhana dapat dikatakan,bahwa derajat
kepatuhan masyarakat terhadap hukum, merupakan salah satu indicator berfungsinya
hukum yang bersangkutan. Sebagai contoh dapat diungkapkan sebagai berikut: