Anda di halaman 1dari 4

HIGH MIOPY

1.1 Epidemiologi Tindakan Persalinan Terhadap Miopia

Peningkatan yang cukup signifikan pada angka persalinan dengan


tindakan sectio caesaria di seluruh dunia merupakan salah satu masalah
utama dalam sistem kesehatan. Di Iran, tingkat persalinan dengan tindakan
sectio caesaria mencapai 35 – 41,9 %. Angka ini 2 – 3 kali lebih tinggi
dibandingkan tingkat optimal yang direkomendasikan oleh World Health
Organization (WHO), yaitu 10 – 15%.9

Pada penelitian Socha et al berdasarkan rekam medis mengenai


tindakan persalinan, 2,04% dari sectio caesaria merupakan rekomendasi oleh
dokter mata. Beberapa indikasi terhadap persalinan dengan tindakan sectio
caesaria selama periode tahun 2000 – 2005 terus meningkat. Indikasi
kelainan okular yang paling umum termasuk miopia (57%), retinopati (20%),
glaukoma (5%), imminent retinal detachment (4%), dan past retinal
detachment (3%). Dalam penelitian ini, 45% dari rekam medis
mengindikasikan kelainan okular sebagai satu – satunya alasan untuk
persalinan dengan tindakan sectio caesaria.3

Pada penelitian Mohammadi et al, tidak ada dokter mata yang


merekomendasikan aborsi karena high myopia dan 31% dari dokter
kandungan tidak berkomentar. Namun, 0,6% dari dokter kandungan dan 73%
dari dokter mata memilih dan merekomendasikan persalinan pervaginam, dan
perbedaan ini sangat penting. Chiu et al melakukan survei pada tahun 2015 di
antara dokter mata dan dokter kandungan pada jenis persalinan dengan faktor
risiko untuk ablasi retina termasuk miopia. 34% dari dokter kandungan
merekomendasikan sectio caeasaria atau persalinan instrumental
dibandingkan dengan dokter mata hanya 4%.9

Alasan paling umum untuk dokter mata pada persalinan dengan


tindakan sectio caesaria adalah transplantasi kornea (46,7%), high myopia
(23,1%), gangguan retina seperti riwayat ablasi retina (29,2%), dan tumor
orbita (34,6%), serta gangguan vaskular retina (44,4%) adalah alasan paling
umum untuk dokter kandungan melakukan persalinan dengan tindakan sectio
caesaria. Semua dokter kandungan menyatakan perlunya konsultasi dengan
dokter mata dalam membuat keputusan tindakan persalinan terhadap kelainan
okular pada ibu hamil.9

2.2. Tindakan Persalinan Pada Miopia

Kelainan okular pada ibu hamil merupakan pertimbangan utama dalam


keputusan terhadap tindakan persalinan. Miopia dan faktor risiko lain seperti
ablasi retina sering digunakan sebagai alasan atas indikasi persalinan dengan
tindakan sectio caesaria. Hal itu dianggap apabila persalinan pervaginam
terutama pada fase kedua persalinan akan meningkatkan risiko ablasi retina.1

Selama kehamilan, sensitivitas kornea menurun, sementara ketebalan


dan kelengkungan kornea meningkat. Perubahan ini dapat mengubah status
refraktif pasien, mereka umumnya reversibel setelah melahirkan, dan tidak
ada bukti perburukan yang dapat dikaitkan dengan jenis persalinan. Menurut
literatur, persalinan pervaginam tidak berkorelasi dengan ablasi retina pada
wanita dengan high myopia. Oleh karena itu, wanita hamil dengan high
myopia dapat melakukan persalinan pervaginam dan disarankan untuk
menunggu beberapa minggu setelah melahirkan sebelum memperbarui
kacamata mereka.9

Ada beberapa studi dengan sejumlah kecil pasien yang menilai


perubahan morfologi okular dan fisiologi setelah persalinan pervaginam. Pada
tahun 1996, Prost et al mempelajari 46 pasien dengan high myopia dan/atau
riwayat ablasi retina namun tidak ada perubahan setelah persalinan. Maka
dari itu, dapat disimpulkan bahwa persalinan pervaginam merupakan tindakan
yang aman untuk ibu hamil dengan miopia. 1 Neri et al melakukan percobaan
prospektif pada tahun 1985 pada 50 pasien hamil dengan high myopia.
Pemeriksaan funduskopi dilakukan pada semua pasien sebelum dan sesudah
persalinan pervaginam. Tidak ada perubahan signifikan yang diamati oleh
peneliti. Peneliti tersebut menyimpulkan bahwa persalinan pervaginam
spontan aman untuk pasien rabun jauh.6
Penelitian Petrovic menyatakan pada 240 pasien yang dibagi dalam 3
grup. 137 pasien dengan miopia rendah, 54 pasien dengan miopia sedang,
dan 49 pasien dengan miopia tinggi. Dalam penelitian tersebut mengatakan
angka kejadian sectio caesaria pada pasien dengan miopia rendah terdapat
11%, miopia sedang 14,8%, dan miopia tinggi 10,2%. Semua tindakan sectio
caesaria diatas tidak dilakukan atas indikasi miopia. Angka kejadian tindakan
sectio caesaria hampir sama pada pasien dengan mata emetropia, miopia
rendah, miopia sedang, maupun miopia tinggi dan tidak ada satupun kasus
yang melibatkan penurunan visus akut. Peneliti tersebut menyimpulkan
bahwa persalinan pervaginam spontan sebagai pilihan pertama adalah cara
persalinan yang akurat untuk wanita dengan miopia sedang dan tinggi, dan
indikasi sectio caesarea tidak dibenarkan.7

2.3. Tatalaksana Ibu Hamil dengan High myopia

Perubahan fisiologi mata pada ibu hamil terjadi pada kornea dan lensa.
Kornea menjadi lebih tebal dan bertambah kelengkungannya oleh karena
retensi cairan.1 Beberapa penelitian membuktikan bahwa kelainan refraksi
dipicu oleh kehamilan yang ditandai dengan miopisasi, biasanya tidak
signifikan dan selalu regresif dalam 6 minggu setelah persalinan.11 Selama
kehamilan, sensitivitas kornea menurun, ketebalan dan kelengkungan kornea
meningkat.12

Ibu hamil yang memiliki high myopia, riwayat ablasio retina, atau
regenerasi retina perifer yang telah diketahui sering dikonsultasikan kepada
ahli oftalmologi untuk saran berkenaan dengan manajemen kehamilan dan
persalinan.2 Tidak ditemukan bukti bahwa miopia menjadi makin buruk
setelah persalinan normal. Oleh karena itu, sampai saat ini, persalinan normal
diperbolehkan pada ibu hamil dengan miopi. Sampai saat ini, persalinan
pervaginam spontan masih merupakan metode persalinan yang dipilih pada
kehamilan tanpa indikasi obstetri untuk pasien miopia dan/atau riwayat
patologi retina.1

2.4. Prognosis Ibu Hamil dengan High myopia


Gangguan pada mata yang paling sering terjadi pada ibu hamil dan
berakhir pada tindakan sectio caesaria yaitu miopia dan retinopati. 3 Selama
masa kehamilan, sensitifitas kornea cenderung menurun sementara ketebalan
dan kelengkungan kornea akan meningkat. Walaupun perubahan ini dapat
mengakibatkan perubahan refraktif, hal tersebut akan kembali normal setelah
proses persalinan, dan tidak ada suatu bukti yang kuat berkaitan tentang
perburukan pada mata dengan jenis persalinan yang digunakan. Menurut
literatur, ibu hamil dengan high myopia dan memilih persalinan spontan tidak
ada korelasinya dengan angka terjadinya ablasio retina.9 Menurut sudut
pandang oftalmologis, tidak ada indikasi dilakukan tindakan sectio caesaria
pada ibu hamil dengan gangguan pada mata.5 Oleh karena itu, ibu hamil
dengan high myopia dapat melakukan proses persalinan secara spontan.9

Anda mungkin juga menyukai