Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan memiliki peran penting dalam upaya peningkatan sumber daya manusia

ke arah yang lebih baik. Pendidikan diharapkan mampu membentuk peserta didik yang

dapat mengembangkan sikap, keterampilan dan kecerdasan intelektualnya agar menjadi

manusia yang terampil, cerdas, serta berakhlak mulia.


Seperti yang tercantum dalam undang-undang No 20 tahun 2003, tentang Sistem

Pendidikan Nasional menyebutkan Bab II pasal 3, menyatakan bahwa : Pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.


Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana

yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan

masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh harapan besar terhadap

pendidikan dalam kehidupan. Brubacher (1996:4) mendefinisikan pendidikan sebagai

suat proses pengembangan potensi dasar manusia yang berkaitan dengan moral dan

intelektual. Hal ini hampir selaras dengan pendapat dari Workman (1978:5) bahwa

pendidikan adalah proses yang digunakan setiap individu untuk mendapatkan

pengetahuan, wawasan serta mengembangkan sikap dan keterampilan. Dengan demikian

pendidikan merupakan suatu sarana yang menjadikan setiap manusia menjadi manusia

yang lebih terampil dan mampu mengembangkan wawasan.


Pendidikan keluarga merupakan sumber pendidikan yang utama karena segala

sesuatu tentang pengetahuan dan kecerdasan manusia pertama kali diperoleh dari orang

tua dan anggota keluarga sendiri. Keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan

pertama, sebab dalam lingkungan inilah pertama-tama anak mendapatkan pendidikan,

bimbingan, asuhan, pembiasaan dan latihan. Bukan hanya menjadi tempat anak

dipelihara dan dibesarkan, tetapi juga tempat anak hidup dan dididik pertama kali

(Sukmadinata, 2004: 6).


Permasalahan ekonomi dalam keluarga akan sangat mengganggu kelancaran

pendidikan bagi seorang anak. Banyak siswa yang terpaksa berhenti sekolah karena

masalah biaya dan mereka harus mencari pekerjaan untuk membantu orang tua

memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini terjadi karena mereka tidak mampu membiayai

sekolah dan membeli buku-buku pelajaran. Hamalik (2002:82) mengatakan bahwa

tingkat pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, sikap keluarga terhadap masalahmasalah

sosial, realita kehidupan dan lain-lain merupakan faktor yang akan memberi pengalaman

kepada anak dan menimbulkan perbedaan dalam minat, apresiasi sikap dan pemahaman

ekonomis, perbendaharaan bahasa, abilitas berkomunikasi dengan orang lain, motif

berfikir, kebiasaan berbicara dan pola hubungan kerjasama dengan orang lain. Perbedaan-

perbedaan ini akan sangat berpengaruh dalam tingkah laku dan perbuatan dalam kegiatan

belajar mengajar di sekolah.


Keterbatasan dana yang dimiliki oleh orang tua siswa kemungkinan dapat

berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa karena tidak tersedianya fasilitas belajar yang

memadai. Penyediaan fasilitas belajar di rumah sangat memudahkan siswa dalam

mencapai prestasi yang diharapkan, hasil belajar yang telah dijalani selama proses belajar
sangat penting fungsinya untuk menentukan langkah selanjutnya dimasa yang akan

datang sehingga siswa akan semaksimal mungkin mendapatkan nilai yang baik.
Syaifullah (1981) mengemukakan bahwa status sosial orang tua pada suatu ketika

dapat menentukan sikap mereka terhadap pendidikan dan status ekonomi menentukan

kemampuan keluarga dalam menyediakan fasilitas belajar yang diperlukan anak dalam

menelaah bahan pelajaran disekolah. Dengan demikian pendidikan merupakan suatu

sarana yang menjadikan setiap manusia lebih terampil dan mampu mengembangkan

wawasan.
Kemandirian belajar merupakan salah satu hal yang penting dalam suatu proses

pembelajaran. Karena kemandirian belajar siswa diperlukan agar mereka mempunyai

tanggung jawab dalam mengatur dan mendisplinkan dirinya, selain itu dalam

mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan sendiri. Sikap-sikap tersebut perlu

dimiliki oleh siswa sebagai peserta didik karena hal tersebut merupakan ciri dari

kedewasaan orang terpelajar.


Tuntutan terhadap kemandirian sangat besar dan jika tidak direspon secara tepat bisa

saja menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi perkembangan psikologis

anak di masa mendatang. Kondisi tersebut terjadi karena menjadi mandiri merupakan

salah satu tugas perkembangan anak. Anak dituntut untuk mandiri agar dapat

menyelesaikan tugas perkembangan selanjutnya. Untuk dapat mandiri anak

membutuhkan kesempatan, dukungan dan dorongan agar dapat mencapai kemandirian

atas diri sendiri.


Kemandirian belajar menurut Haris Mudjiman (2007) adalah kegiatan belajar aktif

yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi

suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah

dimiliki. Kemandirian 2 dalam belajar dapat diartikan sebagai aktivitas belajar dan
berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab

sendiri dari pembelajaran. Siswa dikatakan telah mampu belajar secara mandiri apabila

telah mampu melakukan tugas belajar tanpa ketergantungan dengan orang lain. Pada

dasarnya kemandirian merupakan perilaku individu yang mampu berinisiatif, mampu

mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan

sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai