PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan memiliki peran penting dalam upaya peningkatan sumber daya manusia
ke arah yang lebih baik. Pendidikan diharapkan mampu membentuk peserta didik yang
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan
masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh harapan besar terhadap
suat proses pengembangan potensi dasar manusia yang berkaitan dengan moral dan
intelektual. Hal ini hampir selaras dengan pendapat dari Workman (1978:5) bahwa
pendidikan merupakan suatu sarana yang menjadikan setiap manusia menjadi manusia
sesuatu tentang pengetahuan dan kecerdasan manusia pertama kali diperoleh dari orang
tua dan anggota keluarga sendiri. Keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan
bimbingan, asuhan, pembiasaan dan latihan. Bukan hanya menjadi tempat anak
dipelihara dan dibesarkan, tetapi juga tempat anak hidup dan dididik pertama kali
pendidikan bagi seorang anak. Banyak siswa yang terpaksa berhenti sekolah karena
masalah biaya dan mereka harus mencari pekerjaan untuk membantu orang tua
memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini terjadi karena mereka tidak mampu membiayai
tingkat pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, sikap keluarga terhadap masalahmasalah
sosial, realita kehidupan dan lain-lain merupakan faktor yang akan memberi pengalaman
kepada anak dan menimbulkan perbedaan dalam minat, apresiasi sikap dan pemahaman
berfikir, kebiasaan berbicara dan pola hubungan kerjasama dengan orang lain. Perbedaan-
perbedaan ini akan sangat berpengaruh dalam tingkah laku dan perbuatan dalam kegiatan
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa karena tidak tersedianya fasilitas belajar yang
mencapai prestasi yang diharapkan, hasil belajar yang telah dijalani selama proses belajar
sangat penting fungsinya untuk menentukan langkah selanjutnya dimasa yang akan
datang sehingga siswa akan semaksimal mungkin mendapatkan nilai yang baik.
Syaifullah (1981) mengemukakan bahwa status sosial orang tua pada suatu ketika
dapat menentukan sikap mereka terhadap pendidikan dan status ekonomi menentukan
kemampuan keluarga dalam menyediakan fasilitas belajar yang diperlukan anak dalam
sarana yang menjadikan setiap manusia lebih terampil dan mampu mengembangkan
wawasan.
Kemandirian belajar merupakan salah satu hal yang penting dalam suatu proses
tanggung jawab dalam mengatur dan mendisplinkan dirinya, selain itu dalam
dimiliki oleh siswa sebagai peserta didik karena hal tersebut merupakan ciri dari
anak di masa mendatang. Kondisi tersebut terjadi karena menjadi mandiri merupakan
salah satu tugas perkembangan anak. Anak dituntut untuk mandiri agar dapat
yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi
suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah
dimiliki. Kemandirian 2 dalam belajar dapat diartikan sebagai aktivitas belajar dan
berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab
sendiri dari pembelajaran. Siswa dikatakan telah mampu belajar secara mandiri apabila
telah mampu melakukan tugas belajar tanpa ketergantungan dengan orang lain. Pada
mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan