Anda di halaman 1dari 22

TUGAS 1 : FARMAKOTERAPI TERAPAN

“DEPRESI”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 8

RAHMAT MAKMUR : O1B1 19 028

PUTRI CANDRA SARI : O1B1 19 027

NURFITRI GOMUL : O1B1 19 026

PROGRAM STUDI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami masih diberikan kesehatan
dan kekuataan untuk dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Gagal ginjal
Kronik” ini dapat terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah “Farmakoterapi Terapan”. Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat
membantu meningkatkan pengetahuan kita tentang Penyakit “Depresi” serta dapat
memahami dan menyelesaikan permasalahan terkait penyakit yang dimaksud
dalam rangka meningkatkan kualitas hidup dibidang kesehatan serta
meningkatkan mutu individu itu sendiri.
Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, sehingga saran dan kritik yang membangun dari dosen
pengajar maupun berbagai pihak sangat kami harapkan dalam rangka perbaikan
makalah ini ke depannya.
Kendari, 4 Agustus 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Sampul
Kata Pengantar
DAFTAR ISI ........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................
A. Latar Belakang ..........................................................................................
B. Rumusan Masalah .....................................................................................
C. Tujuan .......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................
A. Defenisi Depresi ........................................................................................
B. Epideiologi ................................................................................................
C. Patofisiologi ..............................................................................................
D. Tanda dan Gejala.......................................................................................
E. Faktor Penyebab ........................................................................................
F. Jenis-jenis Depresi ....................................................................................
G. Penatalaksanaan Terapi .............................................................................
BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN .............................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
BAB I

LATAR BELAKANG

A. Pendahuluan

Setiap orang tentu akan menemukan kesulitan dan cobaan hidup. Mungkin

dia tidak merasa sedemikian berputus asa sehingga bunuh diri, tetapi dia

mempunyai pengalaman depresi sewaktu-waktu. Yang terkadang diaplikasikan

atau dicurahkan dalam beberapa bentuk, dan tak jarang membawa mereka

kedalam pemikiran yang menyulitkan, dan lain sebagainya.Biasanya semua orang

tidak mengakui bahwa mereka telah terpelosok ke dalam kancah penderitaan.

Banyak dari mereka berpikir tentang tingkat-tingkat depresi yang mereka sebut

”perasaan sedih” atau seperti yang dilakukan oleh wanita dengan menangis. Tapi

mereka sadar bahwa sekali waktu kehidupan mereka tidak bahagia. Jelaslah ada

perbedaan antara ketidakbahagiaan dan penyakit mental. Bagaimanapun juga,

bentuk depresi yang paling ringan akan menumpulkan ketajaman kehidupan yang

paling keras. Sehingga beberapa orang yang terjebak dalam kesedihan ataupun

ketidakbahagiaan lainnya, mengambil langkah berbahaya yang dapat merugikan

dirinya, yaitu dengan tindakan bunuh diri dan sebagainya.

Pada zaman modern ini, banyak manusia yang mengalami stress,

kecemasan, dan kegelisahan. Sayangnya, masih saja ada orang yang berpikir

bahwa stress dan depresi bukan benar-benar suatu penyakit. Padahal,

dibandingkan AIDS yang menjadi momok saat ini, stres dan depresi jauh lebih

bertanggung jawab terhadap banyak kematian. Karena, kedua hal tersebut

merupakan sumber dari berbagai penyakit.


Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental utama saat ini,

yang mendapat perhatian serius. Dinegara-negara berkembang, WHO

memprediksikan bahwa pada tahun 2020 nanti depresi akan menjadi salah satu

penyakit mental yang banyak dialami dan depresi berat akan menjadi penyebab

kedua terbesar kematian setelah serangan jantung. Berdasarkan data WHO tahun

1980, hampir 20%-30% dari pasien rumah sakit di Negara berkembang

mengalami gangguan mental emosional seperti depresi.

B. Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa itu depresi?

2. Bagaimana epideiologi depresi?

3. Bagaimana patofisiologi depresi?

4. Untuk engetahui tanda dan gejala depresi?

5. Untuk engetahui faktor penyebab depresi?

6. Untuk engetahui penggolongan depresi?

7. Untuk engetahui bagaimana penatalaksanaan terapi pasien depresi?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Memahami defenisi depresi

2. Memahami epideiologi depresi

3. Memahami patofisiologi depresi

4. Untuk engetahui tanda dan gejala depresi

5. Untuk engetahui faktor penyebab depresi


6. Untuk engetahui penggolongan depresi

7. Untuk engetahui proses penatalaksanaan terapi pasien depresi


BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Depresi

Depresi tidak hanya terjadi pada orang dewasa. Anak-anak dan remaja

mungkin juga dapat mengalami depresi, yang sebenarnya merupakan penyakit

yang dapat diobati. Depresi didefinisikan sebagai penyakit ketika perasaan

tertekan dan mengganggu aktifitas seorang anak atau remaja untuk berfungsi

normal. Sekitar 5% dari anak-anak dan remaja di Indonesia menderita depresi

pada suatu titik waktu tertentu. Anak-anak di bawah tekanan, pada saat belajar di

sekolah, berada pada risiko yang lebih tinggi untuk depresi. Depresi juga

cenderung ada di dalam keluarganya sendiri.

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang

berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk

perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia,

kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri (Kaplan, 2010).

Pendapat lain menyatakan bahwa depresi adalah suatu kondisi yang dapat

disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberapa aminergik

neurotransmiter (noradrenalin, serotonin, dopamin) pada sinaps neuron di

susunan saraf pusat (terutama pada sistem limbik) (Haryanto, 2015).

Amelia (2011), mengungkapkan bahwa depresi adalah salah satu bentuk

gangguan kejiwaan pada alam perasaan (affective/ mood disorder), yang ditandai

dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna

dan putus asa. Chaplin (2002) berpendapat bahwa depresi terjadi pada orang
normal dan depresi merupakan suatu kemurungan, kesedihan, kepatahan

semangat, yang ditandai dengan perasaan tidak sesuai, menurunnya kegiatan dan

pesimisme menghadapi masa yang akan datang.

B. Epidemiologi

Gangguan depresi dapat terjadi pada semua umur dengan riwayat keluarga

mengalami gangguan depresi, biasanya dimulai pada usia 15 dan 30 tahun. Usia

paling awal dikatakan 5-6 tahun sampai 50 tahun dengan rerata pada usia 30

tahun. Gangguan depresif berat rata-rata dimulai pada usia 40 tahun.

Epidemiologi ini tidak tergantung ras dan tak ada korelasinya dengan

sosioekonomi. Perempuan juga dapat mengalami depresi pasca melahirkan anak.

Beberapa orang mengalami gangguan depresif musiman, di negara barat biasanya

pada musim dingin. Gangguan depresif ada yang merupakan bagian gangguan

bipolar (dua kutub: kutub yang satu gangguan depresif, kutub lainnya mania).

Gangguan depresif berat adalah suatu gangguan dengan prevalensi seumur hidup

kira-kira 15%, pada perempuan mungkin sampai 25%. Perempuan mempunyai

kecenderungan dua kali lebih besar mengalami gangguan depresif daripada laki-

laki karena masalah hormonal, dampak melahirkan, stressor dan pola perilaku

yang dipelajari. Gangguan depresif sangat umum terjadi, setiap tahun lebih dari 17

juta orang Amerika mengalaminya (Depkes, 2007).

C. Patofisiologi

Depresi dapat disebabkan oleh penurunan jumlah neurotransmiter

norepineprin (NE), serotonin (5-HT) dan dopamin (DA) dalam otak (Dipiro et

al,2008). Ketidakseimbangan kimiawi otak yang bertugas menjadi penerus


komunikasi antar serabut saraf membuat tubuh menerima komuni kasi secara

salah dalam pikiran, perasaan, dan perilaku. Oleh karena itu pada terapi

farmakologik maka terapinya adalah memperbaiki kerja neurotransmitter

norepinefrin, serotonin dan dopamin. Berbagai faktor psikologik memainkan

peran terjadinya gangguan depresif. Kebanyakan gangguan depresif karena faktor

psikologik terjadi pada gangguan depresif ringan dan sedang, terutama gangguan

depresif reaktif. Gangguan depresif reaktif biasanya didiagnosis sebagai gangguan

penyesuaian diri selama masa pengobatan (Depkes, 2007).

D. Tanda - Tanda Dan Gejala Klinis

a. Tanta-tanda

Tanda gangguan depresif yang melanda jutaan orang di Indonesia setiap

tahun, seringkali tidak dikenali. Beberapa orang merasakan perasaan sedih dan

murung dalam jangka waktu cukup lama dengan latar belakang yang berbeda-

beda. Variasi tanda sangat luas dari satu orang ke orang lain, dari satu waktu ke

waktu pada diri seseorang. Gejalanya sering tersamar dalam berbagai keluhan

sehingga seringkali tidak disadari juga oleh dokter. Tanda gangguan depresif itu

adalah :

•Pola tidur yang abnormal atau sering terbangun termasuk diselingi

kegelisahan dan mimpi buruk

•Sulit konsentrasi pada setiap kegiatan sehari-hari

•Selalu kuatir, mudah tersinggung dan cemas

•Aktivitas yang tadinya disenangi menjadi makin lama makin dihentikan

•Bangun tidur pagi rasanya malas


Gangguan depresif membuat seluruh tubuh sakit, juga perasaan dan

pikiran. Gangguan depresif mempengaruhi nafsu makan dan pola tidur, cara

seseorang merasakan dirinya, berpikir tentang dirinya dan berpikir tentang dunia

sekitarnya. Keadaan depresi bukanlah suatu kesedihan yang dapat dengan mudah

berakhir, bukan tanda kelemahan dan ketidakberdayaan, bukan pula kemalasan.

Mereka yang mengalami gangguan depresif tidak akan tertolong hanya dengan

membuat mereka bergembira dengan penghiburan. Tanpa terapi tanda dan gejala

tak akan membaik selama berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun.

2. Gejala

Gejala gangguan depresif berbeda-beda dari satu orang ke orang lainnya,

dipengaruhi juga oleh beratnya gejala. Gangguan depresif mempengaruhi pola

pikir, perasaan danperilaku seseorang serta kesehatan fisiknya. Gangguan depresif

tidak mempunyai simptom fisik yang sama dan pasti pada satu orang dan

bervariasi dari satu orang ke orang lain. Keluhan yang banyak ditampilkan adalah

sakit, nyeri bagian atau seluruh tubuh, keluhan pada sistem pencernaan.

Kebanyakan gejala dikarenakan mereka mengalami stres yang besar, kekuatiran

dan kecemasan terkait dengan gangguan depresifnya. Simptom dapat digolongkan

dalam kelompok terkait perubahan dalam cara pikir, perasaan dan perilaku.

•Perubahan cara berpikir – terganggunya konsentrasi dan pengambilan

keputusan membuat seseorang sulit mempertahankan memori jangka pendek,

dan terkesan sebagai sering lupa. Pikiran negatif sering menghinggapi pikiran

mereka. Mereka menjadi pesimis, percaya diri rendah, dihinggapi perasaan


bersalah yang besar, dan mengkritik diri sendiri. Beberapa orang merusak diri

sendiri sampai melakukan tindakan bunuh diri atau membunuh orang lain.

•Perubahan perasaan – merasa sedih, murung, tanpa sebab jelas. Beberapa

orang merasa tak lagi dapat menikmati apa-apa yang dulu disenanginya, dan

tak dapat merasakan kesenangan apapun. Motivasi menurun dan menjadi tak

peduli dengan apapun. Perasaan seperti berada dibawah titik nadir, merasa

lelah sepanjang waktu tanpa bekerja sekalipunPerasaan mudah tersinggung,

mudah marah. Pada keadaan ekstrim khas dengan perasaan tidak berdaya dan

putus asa.

•Perubahan perilaku – ini merupakan cerminan dari emosi negatif. Mereka

menjadi apatis. Menjadi sulit bergaul atau bertemu dengan orang, sehingga

menarik diri dari pergaulan. Nafsu makan berubah drastis, lebih banyak

makan atau sulit membangkitkan keinginan untuk makan. Seringkali juga

sering menangis berlebihan tanpa sebab jelas. Sering mengeluh tentang

semua hal, marah dan mengamuk. Minat seks sering menurun sampai hilang,

tak lagi mengurus diri, termasuk mengurus hal dasar seperti mandi,

meninggalkan tanggung jawab dan kewajiban baik pekerjaan maupun pribadi.

Beberapa orang tak dapat tidur, beberapa tidur terus.

•Perubahan Kesehatan Fisik – dengan emosi negatif seseorang merasa dirinya

tidak sehat fisik selama gangguan depresif. Kelelahan kronis menyebabkan ia

lebih senang berada di tempat tidur tak melakukan apapun, mungkin tidur

banyak atau tidak dapat tidur. Mereka terbaring atau gelisah bangun ditengah

malam dan menatap langit-langit. Keluhan sakit dibanyak bagian tubuh


merupakan tanda khas dari gangguan depresif. Gelisah dan tak dapat diam,

mondar-mandir sering menyertai.

Gejala tersebut berjalan demikian lama, mulai dari beberapa minggu

sampai beberapa tahun, dimana perasaan, pikiran dan perilaku berjalan demikian

sepanjang waktu setiap hari. Jika gejala ini terasa, terlihat dan teramati, maka

sudah waktunya membawanya untuk berobat, sebab gangguan depresif dapat

diobati. (Depkes, 2007).

E. Faktor-faktor Penyebab Depresi

Kaplan dkk, (1997: 780-789), mengatakan depresi yang terjadi diakibatkan

oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Faktor Biologis

Penderita gangguan depresi menunjukkan berbagai macam abnormalitas

metabolisme biogenikamin pada darah, urin dan cairan serebromunal. Keadaan

tersebut mendukung bahwa gangguan depresi berhubungan dengan

disregulasiamin yang heterogen.

b. Faktor Genetik

Faktor genetik merupakan faktor yang sangat bermakna sebagai penyebab

timbulnya depresi. Penelitian menunjukkan bahwa keluarga generasi pertama

mempunyai resiko delapan sampai 18 kali lebih banyak dibandingkan kontrol

subyek normal oleh penderita deprsi.pada kembar homozigot untuk dapat terkena

depresi sekitar 50% sedangkan untuk kembar dizigot 10-25%.

c. Faktor Psikososial

1) Peristiwa Kehidupan dan Stres Lingkungan


Stres dalam kehidupan dapat menimbulkan episode depresi pertama kali dan

mempengaruhi neurotrarumiter dan sistem intra neuron untuk jangka lama dan

menetap. Dengan dampak stres dalam kehidupan memegang peran penting dalam

hubungannya dengan onset depresi.

2) Faktor Kepribadian Pramorbid Semua orang dengan berbagai pola kepribadian

yang mempunyai resiko tinggi untuk menderita depresi adalah kepribadian

dependen, histerionok dan obsesif-kompulsif.

3) Faktor Psikoanalisis dan Psikodinamika

Freud mengatakan bahwa pasien depresi meluapkan kemarahan langsung

ditujukkan kedalam diri sendiri sebagai identifikasi dengan obyek. Kaplan dkk,

(1997) menganggap depresi

adalah emosi yang timbul dari tekanan kedalam ego antara aspirasi dan realita.

Pada saat menyadari segala sesutau tidak sesuai yang diharapkan maka akan

merasa tidak berdaya dan tidak berguna.

Menurut Mardya (2009) Setidaknya ada lima faktor yang dapat diketahui sebagai

faktor penyebab depresi, yaitu:

1) Faktor Psikologis

Menurut teori Psikoanalitik (Freud, 1917) dan Psikodinamik (Abraham, 1927)

depresi disebabkan karena kehilangan obyek cinta, kemudian individu

mengadakan introyeksi yang ambivalen dari obyek cinta tersebut atau rasa marah

diarahkan pada diri sendiri. Sementara Beck (1974) dengan model cognitive-

behavioral nya menyatakan bahwa depresi terjadi karena pandangan yang negatif

terhadap diri sendiri, interpretasi yang negatif terhadap pengalaman hidup dan
harapan yang negatif terhadap diri sendiri dan masa depan. Ketiga pandangan ini

menyebabkan timbulnya depresi, rasa tidak berdaya dan putus asa. Penyebab

depresi pada seseorang, biasanya karena triad cognitive yaitu: perasaan tidak

berharga (worthlessness), tidak ada yang menolong dirinya sendiri (helplessness),

dan tidak ada harapan (hopelessness). Sedangkan menurut teori belajar “merasa

tidak berdaya” (learned helplessness model) depresi terjadi bila seorang individu

mengalami suatu peristiwa yang tidak dapat dikendalikannya, kemudian merasa

tidak mampu pula menguasai masa depan.

2) Faktor Biologis

Faktor ini terdiri atas faktor neuro-kimia dan neuro-endokrin. Faktor neurokimia,

yaitu mono-amine neurotransmitters, kekurangan zat ini bisa menyebabkan

timbulnya depresi. Faktor neuro-endokrin bisa berasal dari terjadinya disfungsi

dalam sistem penyaluran rangsang dari hipotalamus ke hipofise dan target organ

lain, gangguan ritme biologis, meningkatnya kardar hormon pertumbuhan secara

berlebihan serta gangguan tiroid.

3) Faktor neuro-imunologis

Pada orang dewasa sering ditemukan gangguan dalam bidang imunologis

sehingga lebih mudah terjadi infeksi pada susunan syaraf pusat. Kemungkinan

lain adalah bahwa zat-zat imunologis tersebut terlalu aktif sehingga menimbulkan

kerusakan pada susunan saraf pusat.

4) Faktor Genetik

Depresi bisa disebabkan oleh faktor keturunan. Resiko untuk terjadinya depresi

meningkat antara 20 – 40 % untuk keluarga keturunan pertama. Dapat dikatakan


bahwa anak-anak dari orangtua yang depresi psikotik dan depresi non-psikotik

terdapat insiden yang tinggi dari gejala depresi ini. Memiliki satu orangtua yang

mengalami depresi, meningkatkan resiko dua kali pada keturunannya. Resiko itu

meningkat menjadi empat kali bila kedua orangtuanya sama-sama mengalami

depresi.

5) Faktor Psikososial

Seseorang dalam lingkungan keluarga yang broken home, jumlah saudara banyak,

status ekonomi orangtua rendah, pemisahan orangtua dengan karena meningggal

atau perceraian serta buruknya fungsi keluarga, merupakan faktor psikososial

yang dapat menyebabkan seseorang mengalami depresi. Berdasarkan uraian-

uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya depresi

yaitu faktor psikologis, faktor biologis, faktor neuroimunologis, faktor genetika,

dan faktor psikososial.

F. Jenis-jenis Depresi

Jenis-jenis depresi berdasarkan DSM IV (1994: 153) dibagi menjadi tiga,

yaitu depresi ringan, depresi sedang, depresi berat. Adapun gejala utama atau

yang paling khas atau sering disebut dengan depresi mayor adalah sebagai berikut:

a. Depresi Ringan

Pada depresi ringan ini harus ada sekurang-kurangnya dua dari gejala depresi

yang khas, selain itu juga ditambah sekurang-kurangnya dua dari gejala depresi

yang lainnya dan tidak boleh ada gejala yang berat dalam depresi, biasanya

lamanya berlangsung adalah kurang lebih sekitar dua


minggu. Pada umumnya orang yang mengalami depresi ringan akan mengalami

keadaan resah, serta sukar untuk melakukan pekerjaan dan kegiatan sosial, namun

pada depresi ringan ini seseorang atau individu masih mampu untuk melakukan

kegiatan.

b. Depresi Sedang

Harus ada sekurang-kurangnya dua dari gejala yang khas dari depresi, kemudian

ditambah sekurang-kurangnya tiga dari gejala depresi lainnya. Beberapa dari

gejala depresi sedang ini tampa terlihat atau menyolok. Lamanya dari depresi

sedang ini adalah minimal dua minggu. Pada penderita depresi sedang biasanya

individu sulit untuk melakukan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah

tangga.

c. Depresi Berat

Pada depresi berat ini biasanya individu mengalami ketegangan atau kegelisahan

yang amat nyata. Kehilangan harga diri dan perasaan dirinya tidak berguna sangat

nyata terlihat, dan bunuh diri merupakan hal yang sangat nyata dialami oleh

penderita depresi berat ini. Kesimpulan yang dapat diperoleh dari uraian-uraian

diatas adalah pada tingkatan depresi harus ada gejala yang khas yaitu gangguan

perasaan (mood) yang depresif, kehilangan minat dan kesenangan, serta mudah

menjadi lelah dalam melakukan kegiatan. Kemudian pada depresi ringan

ditambah sekurangkurangnya dua gejala lainnya, depresi sedang sekurang-

kurangna tiga dan pada depresi berat adanya keinginan untuk bunuh diri.
G. Penatalaksanaan Terapi

Banyak jenis terapi, efektivitas akan berbeda dari orang ke orang dari

waktu ke waktu. Psikiater memberikan medikasi dengan antidepresan dan

medikasi lainnya untuk membuat keseimbangan kimiawi otak penderita. Pilihan

terapi sangat bergantung pada hasil evaluasi riwayat kesehatan fisik dan mental

penderita. Pada gangguan depresif ringan seringkali psikoterapi saja dapat

menolong. Tidak jarang terapi memerlukan psikofarmaka antidepresan. Medikasi

akan membantu meningkatkan suasana hati sehingga relatif penderita lebih mudah

ditolong dengan psikoterapi dan simptomnya cepat menurun.

Setiap individu mempunyai kebutuhan dan latar belakang yang berbeda,

sehingga terapinya disesuaikan dengan kebutuhannya. Terapi juga dipengaruhi

oleh masalah pribadi kehidupan penderita. Jika mereka juga menggunakan napza

atau mempunyai ketergantungan pada hal lain, seringkali tanda dan gejala

gangguan depresif mengalami distorsi, atau menjadi diperbesar dan nampak tidak

dapat dipulihkan.

Rujukan penderita ke layanan terapi profesional sangatlah diperlukan.

Terapi yang dapat dipercaya oleh penderita memberikan dorongan kuat untuk

pemulihan. Terapi diarahkan pada pemikiran positif penderita untuk membalikkan

pikiran dan perasaan negatifnya. Pengobatan gangguan depresif tersedia dan

gangguan depresif dapat diobati.

Jika penderita mengalami gangguan depresif berat, dan gejalanya sangat

membuat tidak berdaya maka perlu diketahui bahwa anti depresan tidak

menyembuhkan gangguan depresif, tetapi mengurangi sampai menghilangkan


gejala. Psikoterapi akan membantu penderita belajar adaptasi diri menghadapi

permasalahan yang muncul dalam kehidupannya yang berpotensi mencetuskan

gangguan depresif. Pola pikir negatif dan sikap pesimistik perlu digantikan

dengan perilaku yang diubah melalui pendekatan psikoterapi.

Penderita dengan gangguan depresif perlu didukung dengan empati,

dengan menekankan bahwa mereka dapat ditolong dan diobati. Kebanyakan dari

mereka merasa putus asa dan merasa tidak berdaya. Hindari ketidak-empatian

seperti mengatakan kepada mereka untuk senyum, bergembira, jangan malas,

bergaul dsb. Ini akan membuat mereka lebih terpuruk.

Evaluasi dan observasi penderita akan kemungkinan bunuh diri, keluarga

diminta bantuannya untuk mengawasi hal ini. Tujuannya adalah untuk

mengamankan penderita dari tindak mengakhiri kehidupan (Depkes, 2007).

Gambar 1. Terapi Fase Akut pada Gangguan Depresi (Karasu, 2000)

Respon
Gambar 2. Algoritme Terapi Depresi Mayor Tanpa Komplikasi (Kando, 2005)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Depresi merupakan gangguan yang terutama ditandai oleh kondisi emosi

sedih dan muram serta terkait dengan gejala-gejala kognitif, fisik, dan

interpersonal. Sebenarnya, depresi merupakan gejala yang wajar sebagai respon

normal terhadap pengalaman hidup negatif, seperti kehilangan anggota keluarga,

benda berharga atau status sosial. Dengan demikian, depresi dapat dipandang

sebagai suatu kontinum yang bergerak dari depresi normal sampai depresi klinis.

Gangguan depresif membuat seluruh tubuh sakit, juga perasaan dan pikiran.

Gangguan depresif mempengaruhi nafsu makan dan pola tidur, cara seseorang

merasakan dirinya, berpikir tentang dirinya dan berpikir tentang dunia sekitarnya.

Mereka yang mengalami gangguan depresif tidak akan tertolong hanya

dengan membuat mereka bergembira dengan penghiburan. Tanpa terapi tanda dan

gejala tak akan membaik.


DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatri Association. 1994. Diagnostik And Manual of Mental


Disorder (DSM IV). Fourt Edition. Wasingthon DC: American
Psychiatri Association.

Chaplin, J.P. 2002. Kamus Psikologi. Jakarta : Rajawali Pers.

Depkes RI, 2007.Pharaceutical Care Untuk Penderita Depresi.

Dipiro et al., 2008, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach 7th Edition,


TheMc Graw-Hill Companies, Inc., USA.

Haryanto, Hartati D.W. Siti N. 2015. Sistem Deteksi Gangguan Depresi Pada
Anak-Anak Dan Remaja. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 14 (2).

Kaplan, H.I., Sadock, B.J. 1997. Sinopsis Psikiatri. Alih bahasa oleh Widjaja
Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara.

Kando, J.C., Wells, B.G., Hayes, P.E., 2005. Pharmacoterapy A Pathophysiologic


Approach : Depressive Disorders, 6 th. ed. Appleton and Lange.

Mardya. 2009. Faktor-Faktor Penyebab Depresi. Jurnal Klinis Vol. 4 (1).

Meta Amelia Widya Saputri, Endang Sri Indrawati, 2011 . Hubungan Antara
Dukungan Sosial Dengan Depresi Pada Lanjut Usia Yang Tinggal Di
Panti Wreda Wening Wardoyo Jawa Tengah. Jurnal Psikologi Undip
Vol. 9 (1).

Anda mungkin juga menyukai