Pernikahan Dini
Pernikahan Dini
GRINGSING
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan
Skiripsi yang berjudul FENOMENA PERNIKAHAN USIA MUDA DI
MASYARAKAT GRINGSING (Studi Kasus di Desa Yosorejo Kecamatan
Gringsing, Kabupaten Batang). Shalawat beserta salam senantiasa tercurah
limpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat
serta ummatnya.
Dalam penulisan ini, banyak kesulitan dan hambatan yang penulis rasakan, namun
Syukur Alhamdulillah berkat inayah-Nya, kesungguhan, kerja keras disertai
banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak
langsung. Segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya oleh penulis,
Oleh karena itu, melalui kesempatan terimakasih kepada:
1. Seluruh Dosen pengajar Fakultas Syariah yang telah memberikan
ilmu dan pengalaman selama masa perkuliahan.
2. Seluruh staf dan civitas akademik Fakultas Syariah Universitas
Islam Negeri (UIN) Pekalongan yang telah memberikan pelayanan
administrasi dengan baik.
3. Seluruh Masyarakat di Desa Yosorejo Kecamatan Gringsing,
Kabupaten Batang. Terimakasih atas keramahan dan bantuan khususnya
tokoh masyarakat yang telah memberikan partisipasi yang sangat baik
selama penulis melakukan penelitian.
Demikian ucapan terimakasih yang penulis sampaikan kepada pihak-pihak
yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Karena berkat do’a, motivasi, kesabaran, arahan, fasilitas, dan
bimbingan dari mereka penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Mudah-mudahan
Allah SWT membalas kebaikan mereka dengan berlipat-lipat kebaikan. Dan
semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang Amin
Jakata, 29 Juni 2016
Penulis
VIII
3
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
4 Abu Al-Ghifar, Badai Rumah Tangga. (Bandung: Mujahid Press, 2003), h. 132.
5 Undang-undang Nomor. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Pasal 7 ayat (1)
6 Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan, (Bandung: Al-Bayani, 1995), h. 18-19.
7 Husein Muhammad, Ijtihad Kyai Husein Upaya Membangun Keadilan Gender, (Jakarta: Rahima,
2001), h. 223.
5
BAB II
PERNIKAHAN
8 Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassana, Taudhin Al-Ahkam Min Bulugh Al Maram (syarah
Bulugh Maram), (Jakarta: Pustaka Azzam, Jilid 5, 2006), h. 252
9 Muhammad Bagir, Fiqih Praktis Menurut al-4 AT‟E12, AKA1212EKAGE12 1 3112GEBEW1
3E1E Ulama, (Bandung: Karisma, 2008), h. 3-4.
10 Undang-undang Nomor. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Pasal 7 ayat (1)
11 Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Focus Media, 2016) , h. 7.
12 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, (Yogyakarta: UII Prees, 1999), h. 11
7
13 Kustini, Menelusuri Makna Fenomena Perkawinan di Bawah Umur dan Perkawinan Tidak
Tercatat (Releansi Penelitian Perkawinan Di Bawah Umur Dan Perkawinan Tidak Tercatat:
Sebuah Pengantar), (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2013), h. 13
14 http://www.isadanislam.com/ulasan-berita-agama/145-pernikahan-dini-dalam-Islam.
15 http://nyna0626.blogspot.compernikahan-dini-pada-kalangan-remaja
8
cukup tentang masa depan yang baik). Hal itu sangat mempengaruhi
perkembangan psikologi anak nantinya, karena perkembangan anak, karena ibu
yang dewasa secara psikologis akan lebih terkendali emosi maupun tindakannya
jika dibandingkan dengan ibu muda
2) Pernikahan Usia Muda Berkaitan dengan Emosi18
Usia remaja merupakan suatu masa dimana ketegangan emosi
meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Remaja
pada umumnya memiliki sifat yang masih labil, emosi tinggi dan
susah diatur. Bagaimana jika pernikahan dilakukan pada usia muda,
dimana remaja belum memiliki kesiapan secara fisik maupun psikis
untuk menanggung beban pernikahan. Jika itu terjadi, perwujudan
keluarga yang penuh dengan cinta, mawaddah dan warahmah
mungkin akan jauh dari impian.
3) Pernikahan Usia Muda Berkaitan dengan Kesehatan
Reproduksi19
Penting untuk diketahui bahwa kehamilan pada usia kurang
dari 17 tahun meningkatkan resiko komplikasi medis, baik pada ibu
ataupun pada anak. Kehamilan di usia yang sangat muda ini ternyata
berkorelasi dengan angka kematian dan kesakitan ibu. Disebutkan
bahwa anak perempuan berusia 10-14 tahun beresiko lima kali lipat
meninggal saat hamil maupun bersalin dibandingkan kelompok usia
20-24 tahun, sementara resiko ini meningkat dua kali lipat pada
kelompok usia 15-19 tahun.
Karena tubuh_anak belum siap untuk proses mengandung
maupun melahirkan, sehingga dapat terjadi komplikasi berupa
obsitructed labour serta obstetric fistula, fistula merupakan
kerusakan pada organ kewanitaan yang menyebabkan kebocoran
urin atau feses ke dalam vagina. Wanita berusia kurang dari 20 tahun
sangat rentan mengalami obsitructed labour serta obstetric fistula,
karena diakibatkan hubungan seksual di usia dini.
Menjadi orang tua di usia muda yang tidak disertai
keterampilan yang cukup untuk mengasuh anak sebagaimana yang
dimiliki orang dewasa dapat menempatkan anak yang dilahirkan
18 Eddy Fadlyana, “Pernikahan Usia Dini dan Permasalahannya” artikel
19 Eddy Fadlyana, “Pernikahan Usia Dini dan Permasalahannya”artikel
10
pernikahan tersebut, pasangan suami isteri diberi tuntunan akan hak dan
tanggung jawab masing-masing demi kebahagiaan hidup yang lebih
sempurna.
Diantara keistimewaan ajaran agama Islam adalah bersifat
fleksibel, universal, rasional, sesuai dengan tempat dan zaman serta
mudah diterima oleh kebanyakan orang, baik yang berkaitan dengan
masalah ibadah, akhlak, muamalah, maupun yang berkaitan dengan
hukum munakahat atau pernikahan.20
Pernikahan usia muda sering menjadi polemik bahkan menjadi
kontroversi dalam kehidupan masyarakat sekarang ini, dikarenakan
masih adanya asumsi bahwa pernikahan di usia muda tersebut
dianjurkan oleh agama, didorong serta di contohkan oleh baginda nabi
Muhammad SAW. Agama Islam dalam prinsipnya tidak melarang
secara terang-terangan tentang pernikahan usia muda, akan tetapi juga
tidak pernah mendorong pernikahan usia muda untuk dilakukan, apalagi
jika dilaksanakan dengan tidak sama sekali mengindahkan dimensi-
dimensi mental, hak-hak anak, psikis dan fisik terutama pihak wanita,
bahkan masyarakat berdalih bahwa agama Islam sendiri tidak melarang.
Hukum Islam secara umum meliputi lima prinsip yaitu
perlindungan terhadap agama, jiwa, keturunan, harta dan akal. Dari
kelima nilai universal Islam ini, satu diantaranya adalah agama menjaga
jalur keturunan (hifdzu al nasl). Oleh sebab itu agar jalur nasab tetap
terjaga, hubungan seks yang mendapatkan legalitas agama harus
melalui pernikahan yang sah secara agama dan hukum. 21 Hukum Islam
mengajarkan kepada kita bahwa salah satu tujuan pernikahan adalah
untuk meneruskan keturunan yang sah, dan keturunan yang dibuahkan
adalah keturunan yang mempunyai kualitas terbaik, baik itu fisik
maupun mental. Apabila tujuan pernikahan untuk membuahkan
generasi yang kuat dan berkualitas, tentu saja pernikahan usia muda
22 Anshari Thayib, Struktur Rumah Tangga Muslim, (Surabaya: Risalah Gusti, 1992), h. 39
13
2. Syarat Pernikahan
Syarat pernikahan menurut Prof. Dr. Ainur Rofiq adalah sebagai
berikut :26
a. Calon mempelai laki-laki syaratnya adalahberagama
Islam, laki-laki, jelas orangnya, dapat memberikanpersetujuan,
tidak terdapat halangan pernikahan.
b. Calon mempelai perempuan syaratnya adalah: beragama
Islam, perempuan, jelas orangnya, dapat dimintai persetujuannya,
tidak terdapat halangan pernikahan.
c. Syarat wali nikah adalah laki-laki, dewasa, mempunyai hak
perwalian dan tidak terdapat halangan perwaliannya.
23 Hasbi Indra dkk, Potret Wanita Sholehah, (Jakarta: Pena Madani, 2005), h. 89
24 Nasrul Usman Syafi’i dan Ufi Ulfiah, Ada Apa Dengan Nikah Beda Agama, (Depok: Qoltum
Media, 2004), h. 32
25 Sudarsono, Sepuluh Aspek Agama Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta, cet I, 1994), h. 238-239
26 Ainur Rofiq, Hukum Islam di indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), h. 50
14
33 Riyanto, Batas Minimal Usia Nikah (Studi Komparatif Antara Inmpres No. 1 Tahun 1991Tentang
Kompilasi Hukum Islam (KHI) Dan Counter Legal Draft (CLD)), Skripsi S1 Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, (Yoyakarta: 2009)
34 Kustini, Ed. Menelusuri Makna Fenomena Perkawinan di Bawah Umur dan Perkawinan Tidak
Tercatat (Releansi Penelitian Perkawinan Di Bawah Umur Dan Perkawinan Tidak Tercatat:
Sebuah Pengantar), h. xxi
19
dan sikap pandang lebih realistis, pada masa ini seseorang mulai dapat
menilai dirinya sebagai mana adanya, menghargai apa yang menjadi
miliknya, keluarganya orang lain seperti keadaan sesungguhnya
menjauhkan dari rasa kecewa; ketiga, mengahadapi masalah secara
lebih matang; keempat, perasaan merasa lebih tenang, ketenangan
perasaan dalam menghadapi kekecewaan atau hal-hal lain yang
mengakibatkan kemarahan mereka, ditunjang oleh adanya kemampuan
pikir dan dapat menguasai atau mendominasi perasaan-perasaannya
serta keadaan yang realistis dalam menentukan sikap, minat dan cita-
cita mengakibatkan mereka tidak terlalu sehingga timbul perasaan
puas dan kecewa dengan adanya kegagalan yang dijumpainya,
kebahagiaan akan semakin kuat jika mereka mendapat tanggapan baik
dari orang lain.35
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah persiapan fisik, ekonomi
maupun mental baik bagi laki-laki maupun bagi perempuan untuk
memasuki jenjang kehidupan baru tersebut. Karena suatu ikatan dalam
pernikahan tersebut akan membentuk suatu keluarga yang baru yang akan
memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan oleh pasangan hidupnya, agar
terwujud keluarga yang bahagia dan kekal di dunia maupun akhirat
(sakinah, mawadah, warahmah).
Jadi setiap orang tidak dapat ditentukan batas usia minimal atau
maksimal mengalami menstruasi bagi perempuan, atau mimpi basah bagi
laki-laki. Usia baligh antara satu orang dengan orang lainnya tidak sama,
ada yang lebih cepat.
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Nikah adalah akad yang menghalalkan pergaulan sebagai suami isteri
(termasuk hubungan seksual) antara laki-laki dan perempuan serta
menetapkan hak dan kewajiban masing-masing demi membangun
keluarga yang sehat secara lahir dan batin. Sedangkan pernikahan muda
adalah suatu pernikahan antara laki-laki dan perempuan yang belum
memenuhi syarat usia nikah yang ditentukan dalam Undang-undang
Nomor. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, yakni bagi laki-laki belum
mencapai usia 19 tahun dan bagi perempuan belum mencapai usia 16
tahun.
2. Faktor penyebab pernikahan usia muda yang paling dominan adalah
tradisi, rendahnya pendidikan dan kebiasaan para orang tua yang selalu
menjodohjodohkan anak-anak mereka, serta masih adanya anggapan 1I‟
FSIjuXFOIhtX F (perempuan tidak laku) jika usia anak mereka lebih dari
12-15 tahun tapi belum menikah. Selain faktor tradisi faktor rendahnya
pendidikan dan ekonomi juga ikut ambil bagian terhadap tingginya minat
masyarakat Desa Yosorejo dalam melakukan pernikahan usia muda.
3. Dampak dari pernikahan usia muda adalah sering terjadinya pertengkaran
dalam rumah tangga meskipun tidak berakibat pada perceraian.
Sedangkan dampak yang akan dirasakan anak yang lahir dari pernikahan
usia muda ialah kurangnya kasih sayang dari kedua orang tuanya, karena
mereka akan diasuh oleh nenek dan kakek mereka sedangkan orang tua
akan pergi merantau ke kota lain untuk mencari nafkah.
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah penulis sampaikan sebelumnya, maka
penulis juga memberikan saran-saran terkait dengan pernikahan usia muda,
yakni sebagai berikut:
1. Kepada masyarakat Desa Yosorejo untuk meningkatkan kesadaran
hukum dan pentingnya kematangan dan kedewasaan seseorang untuk
melaksanakan pernikahan, karena semakin dewasa calon pengantin,
semakin matang fisik dan mental seseorang akan semakin mampu
menghadapi tantangan kehidupan jadi lupakan mitos tentang
kewajiban menerima pinangan dan mengatakan bahwa anak yang
tidak menikah usia muda itu tidak laku.
0. Menumbuhkan semangat pendidikan bagi orang tua khususnya
bagi anak muda, Agar orang tua selalu memberikan motivasi kepada
anaknya bahwa betapa pentingnya pendidikan dan pengembangan
diri.
1. Kepada Pejabat Kantor KUA agar lebih intensif memberikan
penyuluhan, khususnya mengenai dampak negatif pernikahan usia
muda dan pentingnya pencatatan pernikahan.
2. Perlu adanya peran aktif dari tokoh agama dan tokoh masyarakat
agar bias bekerjasama untuk ikut serta meminimalisir jumlah
pernikahan usia muda, karena masyarakat banyak yang menikahkan
anaknya kepada kiayi yang mendapatkan persetujuan dari tokoh
masyarakat.
23
DAFTAR PUSTAKA