Anda di halaman 1dari 18

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONKIALE DAN STATUS

ASMATIKUS

A. PENGERTIAN
Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermitten, reversible dimana
trakea dan bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu
(Smeltzer, 2001).
Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak berespon
terhadap terapi konvensional. Serangan dapat berlangsung lebih dari 24 jam.
Infeksi, ansietas, penggunaan tranquiliser berlebihan, penyalahgunaan
nebulizer, dehidrasi, peningkatan blok adregenergik, dan iritan nonspesifik
dapat menunjang epidose ini. Episode akut mungkin dicetuskan oleh
hipersensitivitas terhadap penisilin (Smeltzer, 2001).

B. ETIOLOGI
Penyebab serangan asma antara lain :
1. Alergen
Faktor alergi dianggap mempunyai peranan pada sebagian besar anak
dengan asma. Di samping itu hiper aktivitas saluran napas juga
merupakan faktor yang penting. Bila tingkat hiper aktivitas bronkus
tinggi, diperlukan jumlah alergen yang sedikit, dan sebaliknya jika hiper
aktivitas rendah diperlukan jumlah antigen yang lebih tinggi untuk
menimbulkan serangan asma. Sensitisasi bergantung pada lama dan
intensitas hubungan dengan bahan alergen berhubungan dengan umur.
Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah,
misalnya tungau, serpih atau bulu binatang, spora jamur yang terdapat di
rumah. Dengan bertambahnya umur makin banyak jenis alergen
pencetusnya. Asma karena makanan sering terjadi pada bayi dan anak
kecil.
2. Infeksi
Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak. Virus yang
menyebabkan adalah Virus Respiratory Syncytial (RSV) dan virus para
influenza. Kadang-kadang karena bakteri misalnya petusis dan
sterptokokus, jamur misalnya aspergilus dan parasit seperti askaris.
3. Iritan
Hairspray, minyak wangi, obat nyamuk semprot, asap rokok, bau tajam
dari cat, SO2, dan polutan udara lainnya dapat memacu serangan asma.
Iritasi hidung dan batuk sendiri dapat menimbulkan refleks
bronkokonstriksi.
4. Cuaca
Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan kelembaban
udara dihubungkan dengan percepatan dan terjadinya serangan asma.
5. Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani berat misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu
serangan asma. Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat
merupakan pencetus. Pasien dengan faal paru di bawah optimal sangat
rentan terhadap kegiatan jasmani.
6. Infeksi saluran napas
Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronis dapat
memudahkan terjadinya asma (Rachelesfky, 1978). Rhinitis alergika
dapat memberatkan asma melalui mekanisme iritasi atau refleks.
7. Faktor psikis
Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan dan sangat
kompleks. Tidak adanya perhatian dan atau tidak mau mengakui
persoalan yang berhubungan dengan asma oleh pasien atau keluarganya
akan menggagalkan usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu takut terhadap
adanya serangan atau hari depan pasien juga dapat memperberat serangan
asma.
C. KLASIIKASI
Pembagian derajat asma menurut GINA (Global Inititiative for Asthma)
1. Intermiten
Gejala kurang dari 1x/minggu dan serangan singkat
2. Persisten ringan
Gejala lebih dari 1x/ minggu tapi kurang dari 1x/ hari
3. Persisten sedang
Gejala terjadi setiap hari
4. Persisten berat
Gejala terjadi setiap hari dan serangan sering terjadi

D. TANDA AN GEJALA
Menurut Smeltzer (2001) asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan
napas, yang menyebabkan dispnea, batuk, dan mengi. Serangan asma
biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak dalam dada, disertai
dengan pernapasan lambat, mengi, laborious. Ekspirasi lebih panjang dari
inspirasi. Jalan napas yang tersumbat menyebabkan dispnea. Batuk pada
awalnya susah dan kering tapi menjadi lebih kuat. Sputum yang terdiri atas
sedikit mucus mengandung masa gelatinosa bulat. Sianosis sekunder, dan
gejala-gejala retensi karbon dioksida, termasuk berkeringat, takikardia, dan
pelebaran tekanan nadi.
Serangan asma dapat berlangsung lebih dari 30 menit sampai beberapa jam
dan dapat hilang dengan spontan. Meski serangan asma jarang yang fatal,
kadang terjadi reaksi continue yang lebih berat, yang di sebut status
asmatikus. Kondisi ini merupakan kondisi yang mengancam hidup.
Manifestasi klinis dari status asmatikus sama dengan manifestasi klinis yang
terdapat pada asma hebat-pernapasan labored, perpanjangan ekhalasi,
pembesaran vena leher, mengi. Namun lamanya mengi tidak mengindikasikan
keparahan serangan. Dengan makin besarnya obstruksi, mengi dapat hilang,
yang seringkali menjadi pertanda bahaya gagal pernapasan.

E. PATOFLOW DIAGAM
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan antara lain:
1. Pemeriksaan jasmani
Kelainan pemeriksaan jasmani yang paling sering ditemukan adalah
mengi pada saat auskultasi. Fungsi pulmonari biasany anormal antar
serangan. Selama serangan akut, terdapat suatu peningkatan kapasitas
paru total (TLC) dan volume residual fungsional (FRV) sekunder
terhadap terjebaknya udara, FEV dan kapasitas vital kuat (FVC) sangat
menurun.
2. Spirometri
Untuk mengetahui adanya obstruksi jalan napas.
3. Sputum
Kultur untuk menentukan adanya infeksi. Pemeriksaan sputum dan darah
dapat menunjukan eosinofilia (kenaikan kadar eosinofil). Terjadi
peningkatan kadar IgE pada asma alergik. Sputum dapat jernih atau
berbusa (alergik) atau kental dan putih (nonalergik) dan berserabut
(nonalergik).
4. Uji provokasi bronkus
Dilakukan apabila tidak dilakukan lewat tes spirometri. Pada penderita
dengan gejala asma dan faal paru normal sebaiknya dilakukan uji
provokasi bronkus, karena hasil negatif dapat menyingkirkan diagnosis
asma persisten, tetapi hasil positif tidak selalu berarti bahwa penderita
tersebut asma.
5. Pengukuran status alergi
Komponen alergi pada asma dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan uji
kulit.
6. Laboratorium
Pemeriksaan AGD.
7. Rontgen Thorax
Selama episode akut, rontgen dada dapat menunjukan hiperinflasi dan
pendataran diafragma.
Pada status asmatikus pemeriksaan fungsi paru adalah cara yang paling kaurat
dalam mengkaji obstruksi jalan napas akut. Pemeriksaan gas arteri dilakukan
jika pasien tidak mampu melakukan manuver fungsi pernapasan karena
obstruksi yang berat atau karena keletihan, atau bila pasien tidak berespon
terhadap tindakan. Respirasi alkalosis (CO2 rendah) adalah temuan yang
paling umum pada pasien asmatik. Peningkatan PCO2 (ke kadar normal atau
kadar yang menandakan respirasi asidosis) seringkali merupakan tanda bahaya
serangan gagal napas. (Smeltzer, 2001)

G. PENGKAJIAN
1. Oksigen :
Sesak nafas, dapat muncul saat beaktifitas, saat bicara maupun saat istirahat
mengi (wheezing), batuk, peningkatan frekuensi pernafasan, penggunaan otot
bantu pernafasan tergantung berat ringan nya serangan asma. Pada anak
retraksi dada intercostal, suprasternal sampai dengan pernafasan cuping
hidung dan gerakan paradoxtorako-abdominal pada ancaman gagal nafas.
Sianosis tampak pada serangan asma berat maupun gagal nafas.
Saturasi oksigen pada serangan asma ringan diatas 95%, dan mengalami
penurunan hingga kurang dari 90% seiring dengan beratnya serangan asma.
PaO2 pada serangan asma ringan dan sedang masih normal atau menurun
hingga 60 tetapi pada serangan asma berat atau gagal nafas kadar PaO2
menurun kurang dari 60, demikian juga pada PaCO2 pada serangan asma
ringan sampai sedang kurang dari 42 dan pada serangan berat lebih dari 42
Penurunan kapasitas vital berdasar beratnya ringannya serangan

2. Sirkulasi
Pada serangan asma ringan frekuensi denyut jantung kurang 100x/menit, pada
serangan asma ringan sampai berat terjadi takikardia, sedangkan pada gagal
nafas dapat terjadi bradikardi relative. Pasien dapat mengalami diaphoresis,
kulit lembab dan pucat mengarah pada kondisi gagal nafas.
3. Nutrisi, Cairan dan elektrolit
Pada serangan asma berat serangan sesak nafas membatasi kenyamanan
makan dan minum, anoreksia, mual dan keengganan untuk makan atau
minum, sedangkan kalori yang dibutuhkan untuk mengganti energy yang
dikeluarkan untuk mengkompensasi pernafasan cukup tinggi. Pada bayi akan
mengalami kesulitan menyusu sampai dengan tidak mau makan/ minum.
4. Keamanan, nyaman dan pencegahan cidera
Pasien dapat mengalami agitasi, bingung atau mengantuk sampai dengan
penurunan kesadaran.
Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat/faktor lingkungan dan
adanya /berulangnya infeksi.
5. Aktifitas / istirahat
Pada serangan asma ringan muncul pada saat beraktifitas berjalan atau
berbicara, sedangkan pada serangan berat terjadi pada saat istirahat.
Pasien lebih suka duduk atau duduk bertopang lengan dari pada berbaring.
Keletihan, kelelahan, malaise, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
sehari-hari, dan ketidakmampuan untuk tidur, insomnia, perlu tidur dalam
posisi duduk tinggi
6. Hygiene perseorangan:
Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas
sehari-hari, kebersihan buruk, bau badan dan banyak keringat
7. Psikososial
Pasien mengalami ansietas, ketakutan, peka terhadap rangsang. Interaksi
social terganggu akibat kurangnya/ gagalnya sistim dukungan orang terdekat
dan tingkat ketergantungan, penyakit kronis dan penurunan libido

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas


a. Definisi:
Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran
napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.

b. Batasan Karakteristik:
1) Batuk yang tidak efektif
2) Dispnea
3) Gelisah
4) Kesulitan verbalisasi
5) Ortopnea
6) Penurunan bunyi napas
7) Perubahan frekuensi napas
8) Perubahan pola napas
9) Sianosis
10) Sputum dalam jumlah yang berlebihan
11) Suara napas tambahan

c. Faktor yang berhubungan


1) Lingkungan
a) perokok
b) perokok pasif
c) terpajan asap
2) obstruksi jalan napas
a) mucus berlebihan
b) sekresi yang tertahan
c) spasme jalan napas
3) fisiologis
a) asma
b) infeksi
c) jalan napas alergik

d. NOC
e. NIC
1) Manajemen jalan nafas:
a) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b) Ajarkan teknik nafas panjang dan batuk efektif
c) Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun
atau tidak ada dan adanya suara tambahan
d) Kelola pemberian bronkodilator
e) Kelola pemberian nebulizer
f) Ajarkan pasien bagaimana menggunakan inhaler sesuai
resep
g) Kelola pemberian oksigen yang dilembabkan
h) Posisikan untuk meringankan sesak nafas
i) Monitor status pernafasan dan oksigenasi

2) Monitor Pernafasan
a) Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas
b) Catat pergerakan dada, penggunaan otot-otot bantu nafas, dan
retraksi pada otot supraclaviculas dan intercosta
c) Monitor suara nafas tambahan
d) Monitor pola nafas :bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
pernafasan kusmaul, pernafasan 1:1, apneustik, respirasi biot,
dan pola ataxic
e) Monitor saturasi oksigen
f) Pasang sensor pemantauan oksigen non-invasif/ oksimetri
g) Monitor keluhan sesak nafas pasien, dan aktifitas yang
meningkatkan atau memperburuk sasak nafas
h) Berikan bantuan resusitasi jika diperlukan
i) Berikan nebulizer sesuai program dokter

2. Ketidakefekifan pola nafas


a. Definisi
Inspirasi dan atau inspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat.
b. Batasan karateristik
1) Bradipnea
2) Dispnea
3) Fase ekspirasi memanjang
4) Ortopnea
5) Penggunaan otot bantu pernafasan
6) Penggunaan posisi tiga-titik
7) Peningkatan diameter anterior-posterior
8) Penurunan kapasitas vital
9) Penurunan tekanan ekspirasi
10) Penurunan tekanan inspirasi
11) Pernafasan bibir
12) Pernafasan cuping hidung
13) Perubahan ekspansi dada
14) Pola nafas abnormal ( misalnya irama, frekuensi, kedalaman)
15) takipnea

c. Factor yang berhubungan


1) Ansietas
2) Hiperventiasi
3) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
d. NOC
e. NIC
1) Manajemen asma
a) Monitor reaksi asma
b) Kaji pemahaman klien / keluarga mengenai penyakit dan
manajemen asma
c) Jelaskan pada klien / keluarga mengenai pengobatan anti
inflamasi dan bronkodilator dan penggunannya dengan tepat
d) Ajarkan teknik yang tepat untuk menggunakan pengobatan
dan alat (misalnya : inhaler, nebulizer).
e) Tentukan kepatuhan dengan penanganan yang diresepkan
f) Dorong pasien mengungkapkan perasaan mengenai
diagnosis , penanganan dan dampak pada gaya hidup.
g) Identifikasi pemicu yang diketahui dan reaksi yang biasanya
terjadi
h) Ajarkan klien untuk mengidentifikasi dan menghindari
permicu
i) Bantu klien untuk mengenal tanda dan gejala sebelum
serangan asma dan jelaskan tindakan yang tepat
j) Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan usaha pernafasan
k) Catat kapan terjadinya, karakteristik dan durasi dari batuk
l) Amati pergerakan dada, penggunaan otot baru pernafasan,
retraksi otot supra vaskular dan interkostal auskultasi suara
nafas, catat area adanya penurunan atau hilangnya suara
ventilasi dan suara nafas tambahan
m) Berikan pengobatan dengan tepat/ atau sesuai dengan
kebijakan dan petunjuk prosedur
n) Auskultasi suara paru setelah dilakukan penanganan untuk
menentukan hasilnya
o) Tawarkan minum hangat
p) Ajarkan tekhnik bernafas relaksasi
q) Gunakan pendekatan yang kalem dan memberikan jaminan
selama serangan asma
r) Informasikan klien / keluarga untuk membawa obat asma
dimanapun berada
s) Tetapkan jadwal perawatan teratur lanjutan
t) Jelaskan pengobatan asma dengan tepat.
2) Manajemen jalan nafas
a) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b) Ajarkan teknik nafas panjang dan batuk efektif
c) Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun
atau tidak ada dan adanya suara tambahan
d) Kelola pemberian bronkodilator
e) Kelola pemberian nebuulizer
f) Ajarkan pasien bagaimana menggunakan inhaler sesuai resep
g) Kelola pemberian oksigen yang dilembabkan
h) Posisikan untuk meringankan sesak nafas
i) Monitor status pernafasan dan oksigenasi

3) Monitor pernafasan
j) Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas
k) Catat pergerakan dada, penggunaan otot-otot bantu nafas, dan
retraksi pada otot supraclaviculas dan intercosta
l) Monitor suara nafas tambahan
m) Monitor pola nafas :bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
pernafasan kusmaul, pernafasan 1:1, apneustik, respirasi biot,
dan pola ataxic
n) Monitor saturasi oksigen
o) Pasang sensor pemantauan oksigen non-invasif/ oksimetri
p) Monitor keluhan sesak nafas pasien, dan aktifitas yang
meningkatkan atau memperburuk sasak nafas
q) Berikan bantuan resusitasi jika diperlukan
r) Berikan nebulizer sesuai program dokter

3. Gangguan pertukaran gas


a. Definisi:
Kelebihan atau deficit oksigenasi dan / atau eliminasi karbon dioksida
pada membrane alveolar kapiler
b. Batasan Karakteristik:
1) Diaphoresis
2) Dispnea
3) Gas darah arteri abnormal
4) Gelisah
5) Hiperkapnia
6) Hipoksemia
7) Hipoksia
8) Iritabilitas
9) Konfusi
10) Nafas cuping hidung
11) Penurunan karbon dioksida
12) pH arteri abnormal
13) pola nafas abnormal ( misal., kecepatan, irama, kedalaman)
14) siaosis
15) somnolen
16) takikardia
17) warna kulit abnormal ( mis., pucat, kehitaman)

c. Factor yang berhubungan


Ketidakseimbangan ventilasi perfusi
d. NOC
e. NIC
1) Manajemen jalan nafas
a) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b) Ajarkan teknik nafas panjang dan batuk efektif
c) Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun
atau tidak ada dan adanya suara tambahan
d) Kelola pemberian bronkodilator
e) Kelola pemberian nebuulizer
f) Ajarkan pasien bagaimana menggunakan inhaler sesuai resep
g) Kelola pemberian oksigen yang dilembabkan
h) Posisikan untuk meringankan sesak nafas
i) Monitor status pernafasan dan oksigenasi
2) Terapi oksigen:
a) Bersihkan mulut, hidung, dan sekresi trakea dengan tepat
b) Batasi aktifitas merokok
c) Pertahankan kepatenan jalan nafas
d) Siapkan peralatan oksigen dan berikan sistem humidifier
e) Berikan oksigen tambahan sesuai program
f) Monitor aliran oksigen
g) Monitor posisi alat pemberian oksigen
h) Pastikan alat pemberian oksigen siap pakai
i) Monitor efektifitas terapi oksigen ; tekanan oksimetri, AGD
(bila perlu)
j) Rubah perangkat pemberian oksigen dari masker oksigen ke
kanul nasal saat makan
k) Monitor kemampuan pasien untuk mentolelir pengangkatan
oksigen saat makan
l) Amati tanda-tanda hipoventilasi induksi oksigen
m) Pantau terjadinya keracunan oksigen dan kejadian atelektasis
n) Monitor kecemasan pasien yang berkaitan dengan kebutuhan
mendapatkan terapi oksigen
o) Monitor kerusakan kulit terhadap adanya gesekan perangkat
oksigen
p) Sediakan oksigen ketikan pasien dipindahkan
q) Anjurkan pasien untuk mendapatkan oksigen tambahan
sebelum perjalanan udara atau perjalanan ke dataran tinggi
dengan cara yang tepat
r) Jelaskan pasien dan keluarga mengenai penggunaan oksigen
di rumah.
3) Monitor pernafasan
a) Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas
b) Catat pergerakan dada, penggunaan otot-otot bantu nafas, dan
retraksi pada otot supraclaviculas dan intercosta
c) Monitor suara nafas tambahan
d) Monitor pola nafas :bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
pernafasan kusmaul, pernafasan 1:1, apneustik, respirasi biot,
dan pola ataxic
e) Monitor saturasi oksigen
f) Pasang sensor pemantauan oksigen non-invasif/ oksimetri

4. Keidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


a. Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
b. Batasan karateristik
1) Kurang minat pada makanan
2) Mual/ muntah
c. Faktor yang berhubungan
Kurang asupan makan
d. NOC
Nutritional status: Adeguacy of nutrient
Nutritional status: food and fluid intake
Kriteria hasil:
e. NIC
1) Manajemen Nutrisi
a) Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien
b) Diskusikan pada pasien tentang kebutuhan nutisi
c) Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi
d) Berikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan terhadap pilihan
makanan yang sehat
e) Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makanan
f) Lakukan atau bantu pasien melakukan perawatan mulut sebelum makan
g) Pastikan pasien menggunakan gigi palsu yang pas dengan cara yang tepat
h) Berikan obat-obat sebelum makan(misalnya: anti emetik, penghilang rasa
sakit)
i) Anjurkan pasien untuk duduk tegak di kursi jika memmungkinkan
j) Pastikan makanan disajikan dengan cara menarik dan pada suhu yang
paling cocok untuk dikomsumsi secara optimal
k) Tawarkan makanan ringan yang padat gizi
l) Monitor kalori dan asupan makanan
2) Monitor Nutrisi
a) Timbang berat badan pasien
b) Monitor pertumbuhan dan perkembangan
c) Lakukan pengukuran antropometrik pada komposisi tubuh (misal: index
massa tubuh, pengukuran pinggang dan lipatan kulit)
d) Identifikasi perubahan berat badn terakhir
e) Monitor turgor kulit dan mobilitas
f) Identifikasi adanya abnormalitas rambut (misalnya; kering, tipis, kasar,
dan mudah patah)
g) Monitor adanya mual muntah
h) Monitor diet dan asupan kalori
i) Identifikasi perubahan nafsu makan dan aktifitas akhir-akhir ini
j) Diskusikan peran dari aspek soaial dan emosi terkait dengan
mengkonsumsi makanan
k) Tentukan pola makan (misalnya makanan yang disukai dan tidak disukai,)
l) Monitor adanya warna konjungtiva: pucat, kemerahan, konjungtiva
kering
m) Identifikasi ketidaknormalan kuku (misal; bentuk cembung, retak,
terpisah, pecah, rapuh, dan kaku)

f. Evaluasi
g. Dokumentasi

5. Intoleransi aktifitas (00092)


a. Definisi
Ketidakcukupan energy psikologis atau fisiologis untuk
mempertahankan atau menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari
yang harus atau masih ingin dilakukan.
b. Batasan karateristik
a) Dispnea setelah beraktifitas
b) Keletihan
c. Factor yang berhubungan
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
d. NOC:
1) Toleransi terhadap aktifitas (0005)
a) Saturasi oksigen
b) Frekuensi nadi saat beraktifitas
c) Frekuensi pernafasan saat beraktifitas
d) Warna kulit
e) Jarak berjalan
2) Daya tahan (0001)
a) Melakukan aktifitas rutin
b) Aktifitas fisik
3) Energy psikomotor (0006)
Menunjukkan kemampuan untuk menyelesaikan tugas sehari-hari
e. NIC
Manajemen energy:
a) Tentukan persepsi pasien/ orang terdekat dengan pasien mengenai
penyebab kelelahan
b) Pilih intervensi untuk mengurangi kelelahan baik secara
farmakologis maupun non farmakologis, dengan tepat
c) Tentukan jenis dan banyaknya aktivitas yang dibutuhkan untuk
menjaga ketahanan
d) Monitor intake / asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energy
yang adekuat
e) Konsulkan dengan ahli gizi mengenai cara meningkatkan asupan
energy dari makanan
f) Monitor/ catat waktu dan lama istirahat/ tidur pasien
g) Bantu pasien untuk memahami prinsip konservasi energy (misalnya,
kebutuhan untuk membatasi aktivitas dan tirah baring)
h) Bantu pasien identifikasi pilihan aktivitas-aktivitas yang akan
dilakukan
i) Tingkatkan tirah baring/ pembatasan kegiatan (misalnya,
meningkatkan jumlah waktu istirahat pasien) dengan cakupannya
yaitu pada waktu istirahat yang dipilih
j) Anjurkan periode istirahat dan kegiatan secara bergantian
k) Susun kegiatan fisik untuk mengurangi penggunaan cadangan
oksigen untuk fungsi organ vital (misalnya, menghindari aktivitas
segera setelah makan)
l) Tawarkan bantuan untuk meningkatkan tidur (misalnya, music atau
obat)
m) Anjurkan tidur siang bila diperlukan
n) Hindari kegiatan perawatan selama jadwal istirahat pasien
o) Rencanakan kegiatan pada saat pasien memiliki banyak energy
p) Evaluasi secara bertahap kenaikan level aktivitaspasien
q) Monitor respon oksigen pasien (misalnya,tekanan nadi, tekanan
darah, respirasi) saat perawatan maupun saat melakukan perawatan
diri secara mandiri
r) Bantu pasien untuk memantau secara mandiri dengan mencatat
intake / asupan kalori dan energy yang digunakan sesuai kebutuhan
s) Instruksikan psaien/orang yang dekat dengan pasien mengenai
kelelahan (gejala yang mungkin muncul dan kekambuhan yang
nanti akan muncul kembali)
t) Instruksikan pasien/orang yang dekat pasien mengenai teknik-
teknik perawatan diri yang memungkinkan penggunaan energy
sehemat mungkin (monitor diri dan teknik untuk melakukan
aktivitas sehari-hari)
u) Berikan penjelasan pada pasien untuk mengenali tanda dan gejala
kelelahan yang memerlukan pengurangan aktivitas
v) Ajarkan pasien untuk menghubungi tenaga kesehatan jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang

6. Ansietas (00146)
a. Definisi
Perasaan tidak nyaman atau kekawatiran yang samar disertai respon
otonom (sumber seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya. Hal ini merupakan syarat kewaspadaan yang memperingatkan
individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk
bertindak menghadapi ancaman.

b. Batasan karakteristik
1) Mengekspresikan kekawatiran karena perubahan dalam peristiwa
hidup
2) Kesedihan yang mendalam
3) Wajah tegang
c. Faktor yang berhubungan
1) Ancaman kematian
2) Krisis situasi

d. NOC
e. NIC
Pengurangan kecemasan
a) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
b) Jelaskan semua prosedur dengan jelas termasuk sensasi yang
dirasakan yang mungkin akan dialami selama prosedur dilakukan.
c) Pahami situasi krisis yang terjadi dari perspektif lain
d) Berikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan dan
prognosis
e) Berada disisi pasien untuk meningkatkan rasa aman dan
mengurangi ketakutan
f) Dorong keluarga untuk mendampingi pasien dengan cara yang
tepat
g) Berikan objek yang menunjukkan perasaan aman
h) Lakukan usapan pada leher dan punggung dengan cara tepat
i) Dorong aktifitas yang tidak kompetitif secara tepat
j) Dengarkan pasien
k) Dorong verbalisasi perasaan, persepsi dan ketakutan
l) Identifikasi pada saat terjadi perubahab tingkat kecemasan
m) Berikan aktifitas pengganti yang bertujuan ubtuk mengurangi
tekanan
n) Bantu pasien mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
o) Dukung penggunaan mekanisme koping yang sesuai
p) Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
q) Atur penggunaan obat-obatan untuk mengurangi kecemasan
secara tepat
r) Kaji tanda verbal non verbal kecemasan

Anda mungkin juga menyukai