Bab Ii
Bab Ii
PEMBAHASAN
Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang
berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa. Ilmu
ekonomi adalah ilmu yang mempelajari prilaku individu dan masyarakat membuat pilihan
(dengan atau tanpa uang) menggunakan sumber-sumber yang terbatas, dengan cara atau
alternatif terbaik untuk menghasilkan barang dan jasa sebagai pemuas kebutuhan manusia
Keadilan merupakan suatu topik penting dalam etika telebih dalam konteks ekonomi
dan bisnis, karena tidak pernah sebatas perasaan atausikap batin saja tetapi menyangkut
kepentingan atau barang yang dimilikiatau dituntut oleh pelbagai pihak. Antara ekonomi dan
keadilan terjalin hubungan erat, karena dua-duanya bersasal dari sumber daya yang sama
yaitu masalah kelangkaan. Kelangkaan adalah asal-usul dari ekonomi dalam dua arti. Tentang
barang yang melimpah ruah dan tidakmenimbulkan masalah ekonomi dan tentang barang
Orang-orang Roma kuno terkenal karena menciptakan suatu sistem hukum yang
bagus (Ius Romanum), yang masih dikagumi dan dipelajari sekarang ini juga, bukan saja oleh
para sejarawan tetapi juga oleh para ahli hukum. Pengarang Roma, Ulpianus, yang dalam hal
ini mengutip orang bernama Celcus, menggambarkan keadilan dengan “tribuere cuique
suum”. Dalam bahasa Inggris berbunyi “to give everybody his own” atau dalam bahasa
Indonesia “memberikan kepada setiap orang yang mempunyainya”. Bagi kita titik tolak untuk
refleksi tentang keadilan adalah memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya.
Keadilan tertuju pada orang lain atau keadilan selalu ditandai other directedness (J.
Finnis). Masalah keadilan atau ketidakadilan hanya bisa timbul dalam konteks antar-
Keadilan harus ditegakan atau dilaksanakan. Jadi, keadilan tidak diharapkan saja atau
dianjurkan saja. Keadilan mengikat kita, sehingga kita mempunyai kewajiban. Ciri itu
disebabkan karena keadilan selalu berkaitan dengan hak yang harus dipenuhi. Oleh
karena itu dalam konteks keadilan bisa dipakai “bahasa hak” atau “bahasa kewajiban”,
tanpa mengubah artinya. Dalam mitologi Romawi dewi Iustitia (keadilan) digambarkan
dengan memegang timbangan dalam tangan. Timbangan menunjuk kepada ciri kedua
Keadilan menuntut persamaan (equality). Atas dasar keadilan, kita harus memberikan
kepada setiap orang apa yang menjadi haknya, tanpa kecuali. Dewi Iustita yang
dengan kain. Sifat terakhir ini menunjuk kepada ciri ketiga yaitu keadilan harus
1. Pembagian Klasik
Cara membagi keadilan ini terutama ditemukan dalam kalangan thomisme, aliran filsafat
yang mengikuti jejak filsuf dan teolog besar, Thomas Aquinas (1225-1274). Dia juga
kepada masyarakat (secara konkret berarti: negara) apa yang menjadi haknya.
Keadilan umum ini menyajikan landasan untuk paham common good (kebaikan
kepentingan pribadi.
Berdasarkan keadilan ini negara (secara konkret berarti: pemerintah) harus membagi
segalanya dengan cara yang sama kepada para anggota masyarakat. Dalam bahasa
menjadi haknya. Hal itu berlaku pada taraf individu maupun sosial. Dalam bahasa
khususnya John Boatrigh dan Manuel Velasquez. Pembagian tersebut adalah sebagai
berikut :
Berkaitan dengan terjadinya kesalahan. Hukuman atau denda yang diberikan kepada
orang yang bersalah haruslah bersifat adil. Tiga sayarat yang harus dipenuhi supaya
praduga tak bersalah. Ketiga, Hukuman harus konsisten dan proporsional dengan
tindakan terhadap suatu pelanggaran dan jika semua pelanggar dikenakan hukuman
yang sama. Syarat proporsionalitas terpenuhi, jika hukuman atau denda yang
Menyangkut juga kesalahan yang dilakukan, tetapi menurut aspek lain. Berdasarkan
keadilan ini orang mempunyai kewajiban moral untuk memberikan kompensasi atau
ganti rugi kepada orang atau instansi yang dirugikan. Supaya kewajiban kompensasi
ini berlaku, perlu terpenuhi tiga syarat. Pertama, tindakan yang mengakibatkan
kerugian harus salah atau disebabkan kelalaian. Kedua, perbuatan seseorang harus