Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ekonomi dan Keadilan

2.1.1 Pengertian Ekonomi

Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang

berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa. Ilmu

ekonomi adalah ilmu yang mempelajari prilaku individu dan masyarakat membuat pilihan

(dengan atau tanpa uang) menggunakan sumber-sumber yang terbatas, dengan cara atau

alternatif terbaik untuk menghasilkan barang dan jasa sebagai pemuas kebutuhan manusia

yang (relatif) tidak terbatas.

2.1.2 Pengertian Keadilan

Keadilan merupakan suatu topik penting dalam etika telebih dalam konteks ekonomi

dan bisnis, karena tidak pernah sebatas perasaan atausikap batin saja tetapi menyangkut

kepentingan atau barang yang dimilikiatau dituntut oleh pelbagai pihak. Antara ekonomi dan

keadilan terjalin hubungan erat, karena dua-duanya bersasal dari sumber daya yang sama

yaitu masalah kelangkaan. Kelangkaan adalah asal-usul dari ekonomi dalam dua arti. Tentang

barang yang melimpah ruah dan tidakmenimbulkan masalah ekonomi dan tentang barang

yang tidak melimpahruah namun menimbulkan masalah ekonomi.

2.2 Hakikat Keadilan

Orang-orang Roma kuno terkenal karena menciptakan suatu sistem hukum yang

bagus (Ius Romanum), yang masih dikagumi dan dipelajari sekarang ini juga, bukan saja oleh
para sejarawan tetapi juga oleh para ahli hukum. Pengarang Roma, Ulpianus, yang dalam hal

ini mengutip orang bernama Celcus, menggambarkan keadilan dengan “tribuere cuique

suum”. Dalam bahasa Inggris berbunyi “to give everybody his own” atau dalam bahasa

Indonesia “memberikan kepada setiap orang yang mempunyainya”. Bagi kita titik tolak untuk

refleksi tentang keadilan adalah memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya.

Tiga ciri khas penanda keadilan adalah sebagai berikut :

a. Keadilan tertuju pada orang lain,

Keadilan tertuju pada orang lain atau keadilan selalu ditandai other directedness (J.

Finnis). Masalah keadilan atau ketidakadilan hanya bisa timbul dalam konteks antar-

manusia. Untuk itu diperlukan sekurang-kurangnya dua orang manusia

b. Keadilan harus ditegakan,

Keadilan harus ditegakan atau dilaksanakan. Jadi, keadilan tidak diharapkan saja atau

dianjurkan saja. Keadilan mengikat kita, sehingga kita mempunyai kewajiban. Ciri itu

disebabkan karena keadilan selalu berkaitan dengan hak yang harus dipenuhi. Oleh

karena itu dalam konteks keadilan bisa dipakai “bahasa hak” atau “bahasa kewajiban”,

tanpa mengubah artinya. Dalam mitologi Romawi dewi Iustitia (keadilan) digambarkan

dengan memegang timbangan dalam tangan. Timbangan menunjuk kepada ciri kedua

yaitu keadilan harus dilaksanakan persis sesuai dengan hak seseorang.

c. Keadilan menuntut persamaan.

Keadilan menuntut persamaan (equality). Atas dasar keadilan, kita harus memberikan

kepada setiap orang apa yang menjadi haknya, tanpa kecuali. Dewi Iustita yang

memegang timbanga dalam tangannya, digambarkan juga dengan matanya tertutup

dengan kain. Sifat terakhir ini menunjuk kepada ciri ketiga yaitu keadilan harus

dilaksanakan terhadap semua orang, tanpa melihat orangnya siapa.


2.3 Pembagian Keadilan

Jenis-Jenis pembagian keadilan diantaranya sebagai berikut :

1. Pembagian Klasik

Cara membagi keadilan ini terutama ditemukan dalam kalangan thomisme, aliran filsafat

yang mengikuti jejak filsuf dan teolog besar, Thomas Aquinas (1225-1274). Dia juga

mendasarkan pandangan filosofisnya atas pemikiran Aristoteles dalam masalah keadilan

pun demikian. Keadilan dapat menyangkut kewajiban individu-individu terhadap

masyarakat, lalu kewajiban masyarakat terhadap individu-individu dan akhirnya

kewajiban antara individu-individu satu sama lain.

Tiga macam keadilan, sebagai berikut :

a. Keadilan umum (general justice)

Berdasarkan keadilan ini para anggota masyarakat diwajibkan untuk memberi

kepada masyarakat (secara konkret berarti: negara) apa yang menjadi haknya.

Keadilan umum ini menyajikan landasan untuk paham common good (kebaikan

umum atau kebaikan bersama) dan menempatkan kepentingan umum di atas

kepentingan pribadi.

b. Keadilan distributive (distributive justice)

Berdasarkan keadilan ini negara (secara konkret berarti: pemerintah) harus membagi

segalanya dengan cara yang sama kepada para anggota masyarakat. Dalam bahasa

Indonesia bisa dipakai nama “keadilan membagi”.

c. Keadilan komutatif (commutative justice)


Berdasarkan keadilan ini setiap orang harus memberikan kepada orang lain apa yang

menjadi haknya. Hal itu berlaku pada taraf individu maupun sosial. Dalam bahasa

Indonesia bisa dipakai nama “keadilan tukar-menukar”. Keadilan komutatif menjadi

fundamennya, jika orang mengadakan perjanjian atau kontrak.

2. Pembagian pengarang Modern

Pembagian keadilan menurut beberapa pengarang modern tentang etika bisnis,

khususnya John Boatrigh dan Manuel Velasquez. Pembagian tersebut adalah sebagai

berikut :

a. Keadilan distributive (distributive justice)

Dimengerti dengan cara pembagian klasik. Benefits and burdens.

b. Keadilan retributive (retributive justice)

Berkaitan dengan terjadinya kesalahan. Hukuman atau denda yang diberikan kepada

orang yang bersalah haruslah bersifat adil. Tiga sayarat yang harus dipenuhi supaya

hukuman dapat dinilai adil. Pertama, kesengajaan dan kebebasan.Kedua, asas

praduga tak bersalah. Ketiga, Hukuman harus konsisten dan proporsional dengan

pelanggaran yang dilakukan. Syarat konsistensi terpenuhi, jika selalu diambil

tindakan terhadap suatu pelanggaran dan jika semua pelanggar dikenakan hukuman

yang sama. Syarat proporsionalitas terpenuhi, jika hukuman atau denda yang

ditetapkan tidak melebihi kerugian yang diakibatkan.

c. Keadilan kompensatoris (compensatory justice)

Menyangkut juga kesalahan yang dilakukan, tetapi menurut aspek lain. Berdasarkan

keadilan ini orang mempunyai kewajiban moral untuk memberikan kompensasi atau

ganti rugi kepada orang atau instansi yang dirugikan. Supaya kewajiban kompensasi

ini berlaku, perlu terpenuhi tiga syarat. Pertama, tindakan yang mengakibatkan
kerugian harus salah atau disebabkan kelalaian. Kedua, perbuatan seseorang harus

sungguh-sungguh menyebabkan kerugian. Ketiga, kerugian harus disebabkan oleh

orang yang bebas.

Anda mungkin juga menyukai