Anda di halaman 1dari 27

Laporan Kasus

DEMENSIA VASKULAR

Oleh:
Hayatun Nufus, S.Ked 1830912310117

Patimah, S.Ked 1830912320116

Rosela Elmita, S.Ked 1830912320076

Pembimbing

dr. H. Achyar Nawi Husin, Sp.KJ

BAGIAN/KSM ILMU KEDOKTERAN JIWA

FK UNLAM-RSUD DR. H. MOH. ANSARI SALEH

BANJARMASIN

Juli, 2019

DAFTAR ISI
1
1. HALAMAN JUDUL 1

2. DAFTAR ISI 2

3. BAB I: PENDAHULUAN 3

4. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 5

5. BAB III: DATA PASIEN 24

6. BAB IV: PEMBAHASAN 32

7. BAB V: PENUTUP 36

8. DAFTAR PUSTAKA 37

BAB I
PENDAHULUAN

2
Demensia merupakan salah satu penyakit yang paling sering terjadi pada usia tua.
Menurut WHO, demensia adalah sindrom neurodegeneratif yang timbul karena adanya
kelainan yang bersifat kronis dan progresif disertai dengan gangguan fungsi
luhur multipel seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan mengambil keputusan.
Kesadaran pada demensia tidak terganggu. Gangguan fungsi kognitif biasanya disertai
dengan perburukan kontrol emosi, perilaku dan motivasi. Sindrom ini terjadi pada penyakit
Alzheimer, pada penyakit serebrovaskuler, dan pada kondisi lain yang secara primer atau
sekunder mengenai otak 1.
Stroke pada usia lanjut adalah sesuatu yang sering dijumpai. Kaitan antara demensia
dengan stroke adalah kompleks. Katzman melaporkan bahwa penyebab terbanyak kedua
demensia adalah penyakit serebrovaskular (20 - 25%) sesudah penyakit Alzheimer (60-70%).
Jadi selain menyebabkan defisit neurologis fokal, stroke juga dihubungkan dengan demensia.
Sebagian pasien stroke akan mengalami demensia. Diperkirakan sekitar 25% dari penderita
stroke bisa mengalami penurunan kemampuan kognitifnya hingga ke taraf demensia.
Demensia paska stroke iskemik akut berpengaruh terhadap lamanya survival paska stroke
iskemik akut dan memberikan akibat yang signifikan pada prognosis 1,2.
Demensia vaskular adalah penurunan kognitif dan kemunduran fungsional yang
disebabkan oleh penyakit serebrovaskuler, biasanya stroke hemoragik dan iskemik, juga
disebabkan oleh penyakit substansia alba iskemik atau sekuale dari hipotensi atau hipoksia.
Demensia vaskuler merupakan penyebab demensia terbanyak kedua (20 - 25%) setelah
sesudah penyakit Alzheimer (60 -70%). Persentase pasien stroke yang mengalami demensia
vaskular atau demensia paska stroke dilaporkan berkisar 16 – 48%. Demensia paska stroke
iskemik akut berpengaruh terhadap lamanya survival paska stroke iskemik akut dan
prognosis1.
Pada laporan kasus ini penulis melaporkan pasien dengan gangguan memori dan
fungsi kognitif serta fungsi sosial setelah serangan stroke yang didiagnosa sebagai demensia
vaskular.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Demensia


Demensia adalah sindrom penyakit akibat kelainan otak bersifat kronik atau
progresif serta terdapat gangguan fungsi luhur (Kortikal yang multiple) yaitu daya ingat,

3
daya fikir, daya orientasi, daya pemahaman, berhitung, kemampuan belajar, berbahasa,
kemampuan menilai, kesadaran tidak berkabut, biasanya disertai hendaya fungsi kognitif dan
ada kalanya diawali oleh kemerosotan (detetioration) dalam pengendalian emosi, perilaku
sosial atau motivasi. Sindrom ini terjadi pada penyakit Alzheimer, pada penyakit
kardiovaskular dan pada kondisi lain yang secara primer atau sekunder mengenai otak 1.
Demensia vaskular adalah penurunan kognitif dan kemunduran fungsional yang
disebabkan oleh penyakit serebrovaskuler, biasanya stroke hemoragik dan iskemik, juga
disebabkan oleh penyakit substansia alba iskemik atau sekuale dari hipotensi atau hipoksia 1.

2.2. Epidemiologi
Demensia vaskular merupakan penyebab demensia yang kedua tertinggi di Amerika
Serikat dan Eropa, tetapi merupakan penyebab utama di beberapa bagian di Asia. Prevalensi
demensia vaskular 1,5% di negara Barat dan kurang lebih 2,2% di Jepang. Di Jepang, 50%
dari semua jenis demensia pada individu berumur lebih dari 65 tahun adalah demensia
vaskular. Di Amerika Latin, 15% dari semua demensia adalah demensia vascular3.
Kadar prevalensi demensia adalah 9 kali lebih besar pada pasien yang telah
mengalami stroke berbanding kontrol. Setahun pasca stroke, 25% pasien mengalami
demensia awitan baru. Dalam waktu 4 tahun berikutnya, resiko relative kejadian demensia
adalah 5,5%. Demensia vaskular paling sering pada laki-laki, khususnya pada mereka dengan
hipertensi yang telah ada sebelumnya atau faktor risiko kardiovaskular lainnya. Insiden
meningkat sesuai dengan peningkatan umur3.

2.3 Etiologi
Penyebab demensia yang paling sering pada individu yang berusia diatas 65 tahun
adalah (1) penyakit Alzheimer, (2) demensia vaskuler, dan (3) campuran antara keduanya.
Penyebab lain yang mencapai kira-kira 10 persen diantaranya adalah demensia Lewy body
(Lewy body dementia), penyakit Pick, demensia frontotemporal, hidrosefalus tekanan
normal, demensia alkoholik, demensia infeksiosa (misalnya human immunodeficiency virus
(HIV) atau sifilis) dan penyakit Parkinson. Banyak jenis demensia yang melalui evaluasi dan
penatalaksanaan klinis berhubungan dengan penyebab yang reversibel seperti kelaianan
metabolik (misalnya hipotiroidisme), defisiensi nutrisi (misalnya defisiensi vitamin B12 atau
defisiensi asam folat), atau sindrom demensia akibat depresi. Pada tabel berikut ini dapat
dilihat kemungkinan penyebab demensia 3:

4
Gambar 2.1 Perbandingan Persentase Etiologi dari Demensia4

5
2.4 Klasifikasi Demensia Vaskuler
Demensia vaskular (Dva) terdiri dari tiga subtipe yaitu5 :
1. DVa paska stroke yang mencakup demensia infark strategis, demensia multi-infark, dan
stroke perdarahan. Biasanya mempunyai korelasi waktu yang jelas antara stroke dengan
terjadinya demensia.
2. DVa subkortikal, yang meliputi infark lakuner dan penyakit Binswanger dengan kejadian
TIA atau stroke yang sering tidak terdeteksi namun memiliki faktor resiko vaskuler.
3. Demensia tipe campuran, yaitu demensia dengan patologi vaskuler dalam kombinasi
dengan demensia Alzheimer (AD).

Sedangkan pembagian DVa secara klinis adalah sebagai berikut 5:


1. DVa pasca stroke
Demensia infark strategis yaitu lesi di girus angularis, thalamus, basal forebrain, teritori
arteri serebri posterior, dan arteri serebri anterior. Multiple Infark Dementia (MID)
Perdarahan intraserebral
2. DVa subkortikal Lesi iskemik
substansia alba Infark lakuner subkortikal Infark non-lakuner subkortikal

2.5 Patofisiologi Demensia Vaskular


Semua bentuk demensia adalah dampak dari kematian sel saraf atau
hilangnya komunikasi antara sel-sel ini. Otak manusia sangat kompleks dan banyak
faktor yang dapat mengganggu fungsinya. Telah dilakukan beberapa penelitian yang sampai
sekarang belum mendapatkan gambaran yang jelas bagaimana demensia terjadi6.

Gambar 2.2. Gambaran Patologi Sel Saraf6

Patologi dari penyakit vaskuler dan perubahan-perubahan kognisi telah diteliti.


Berbagai perubahan makroskopik dan mikroskopik diobservasi. Beberapa penelitian telah
berhasil menunjukkan lokasi dari kecenderungan lesi patologis, yaitu bilateral dan melibatkan
6
pembuluh-pembuluh darah besar (arteri serebri anterior dan arteri serebri posterior).
Penelitian-penelitian lain menunjukan keberadaan lakuna-lakuna di otak misalnya di bagian
anterolateral dan medial thalamus, yang dihubungkan dengan defisit neuropsikologi yang
berat. Pada demensia vaskular, penyakit vaskular menghasilkan efek fokal atau difus pada
otak dan menyebabkan penurunan kognitif.

Gambar 2.3 Mekanisme dari kerusakan white matter oleh faktor resiko cardiovascular dan
Aβ7.

Stress oksidatif dan inflamasi yang diinduksi dari factor-faktor tersebut


bertanggungjawab terhadap kerusakan dari fungsi unit neurovascular. Yang menyebabkan
hipoksia-iskemia, demyelinisasi axonal, dan penurunan potensi perbaikan dari white matter
dengan perubahan oligodendrycte progenitor cell. Kerusakan dari white matter berkontribusi
terhadap VCI dan AD7.

7
Gambar 2.4. Pada vascular demensia, resiko cerebrovaskular menginduksi disfungsi
neurovascular yang menyebabkan disfungsi dan kerusakan dari otak7.

Penyakit serebrovaskular fokal terjadi sekunder dari oklusi vaskular emboli atau
trombotik. Area otak yang berhubungan dengan penurunan kognitif adalah substansia alba
dari hemisfera serebral dan nuklei abu-abu dalam, terutama striatum dan thalamus
6
.

Gambar 2.5. Makroskopis korteks serebral pada potongan koronal dari suatu kasus
demensia vascular. Infark lakunar bilateral multipel mengenai thalamus,
kapsula interna dan globus palidus5.

Mekanisme patofisiologi dimana patologi vaskuler menyebabkan kerusakan kognisi


masih belum jelas. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dalam kenyataannya beberapa patologi
vaskuler yang berbeda dapat menyebabkan kerusakan kognisi, termasuk trombosis otak,
emboli jantung, dan perdarahan6.

Gambar 2.3. Gambaran Letak Lesi pada Demensia Vaskular8

8
1. Infark Multiple6
Dementia multi infark merupakan akibat dari infark multiple dan bilateral. Terdapat
riwayat satu atau beberapa kali serangan stroke dengan gejala fokal seperti hemiparesis,
hemiplegi, afasia, hemianopsia. Pseudobulbar palsy sering disertai disarthia, gangguan
berjalan (sleep step gait). Forced laughing/crying, refleks babinski dan inkontinensia. CT
scan otak menunjukan hipodens bilateral disertai atrifi kortikal kadang disertai dilatasi
ventrikel.
2. Infark Lakuner6
Lakunar adalah infark kecil, diameter 2-15 mm yang disebabkan kelainan pada small
penetrating arteries di daerah diencephalon, batang otak dan subkortikal akibat dari
hipertensi. Pada 1/3 kasus, infark lakunar bersifat asimptomatik. Apabila menimbulkan
gejala, dapat terjadi gangguan sensoris, TIA, hemiparesis atau ataxia. Bila jumlah lakunar
bertambah maka akan timbul sindrom demensia, sering disertai pseudobulbar palsy. Pada
derajat yang berat terjadi lacunar state. CT scan kepala menunjukan hipodensitas multiple
dengan ukuran kecil, dapat juga tidak tampak pada CT scan karena ukurannya yang kecil atau
terletak di batang otak. MRI kepala akurat untuk menunjukan adanya lakunar terutama di
batang otak, terutama pons.
3. Infark Tunggal6
Strategic single infarc dementia merupakan akibat lesi iskemik pada daerah kortikal
atau subkortikal yang mempunyai fungsi penting. Infark girus angularis menimbulkan gejala
sensorik, aleksia, agrafia, gangguan memori, disorientasi spasial dan gangguan konstruksi.
Infark id daerah distribusi arteri serebri posterior menimbulkan gejala anmnesia disertai
agitatasi, halusinansi visual, gangguan visual dan kebingungan. Infark daerah distribusi arteri
arteri serebri anterior menimbulkan abulia, afasia motorik dan apraksia. Infark lobus
parietalis menimbulkan gangguan kognitif dan tingkah laku yang disebabkan gangguan
persepsi spasual. Infark pada daerah distribusi arteri paramedian thalamus mengkasilkan
thalamic dementia.
4. Sindroma Binswanger6
Gambaran klinis sindrom Binswanger menunjukan demensia progresif dengan
riwayat stroke, hipertensi dan kadang diabetes melitus. Sering disertai gejala pseudobulbar
palsy, kelainan piramidal, gangguan berjalan (gait) dan inkontinensia. Terdapat atropi white
matter, pembesaran ventrikel dengan korteks serebral yang normal. Faktor resikonya adalah
small artery disease (hipertensi, angiopati amiloid), kegagalan autoregulasi aliran darah di
otak usia lanjut, hipoperfusi periventrikel karena kegagalan jantung, aritmia dan hipotensi.
5. Angiopati amiloid cerebral6

9
Terdapat penimbunan amiloid pada tunika media dan adventitia arteriola serebral.
Insidennya meningkat denga bertambahnya usia. Kadang terjadi dementia dengan onset
mendadak.
6. Hipoperfusi6
Dementia dapat terjadi akibat iskemia otak global karena henti jantung, hipotensi
berat, hipoperfusi dengan atau tanpa gejala oklusi karotis, kegagalan autoregulasi arteri
serebral, kegagalan fungsi pernafasan. Kondisi tersebut menyebabkan lesi vaskular di otak
yang multiple terutama di daerah white matter.

2.6. Kriteria Diagnosis


Terdapat beberapa kriteria diagnostik yang melibatkan tes kognitif dan neurofisiologi
pasien yang digunakan untuk diagnosis demensia vaskular. Diantaranya adalah:

a. Kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, fourth edition, text
revision (DSM-IV-TR). Kriteria ini mempunyai sensitivitias yang baik tetapi spesifitas
yang rendah. Rumusan dari kriteria diagnostik DSM-IV-TR adalah seperti berikut5:

b. Skor iskemik Hachinski


Riwayat dan gejala Skor
Awitan mendadak 2
Deteriorasi bertahap 1
Perjalanan klinis fluktuatif 2
Kebingungan malam hari 1
Kepribadian relatif terganggu 1
Depresi 1
Keluhan somatic 1
Emosi labil 1
Riwayat hipertensi 1
Riwayat penyakit serebrovaskular 2
Arteriosklerosis penyerta 13 1
Keluhan neurologi fokal 2
Gejala neurologis fokal 2

10
Skor ini berguna untuk membedakan demensia alzheimer dengan demensia vaskular.
Bila skor ≥ 7 : demensia vaskular. Skor <4 : penyakit alzheimer.

c. Kriteria the National Institute of Neurological Disorders and Stroke-Association


International pour la Recherché at L'Enseignement en Neurosciences (NINDS-
AIREN)9.

1. Kriteria untuk diagnosis probable vascular dementia:


11
A. Demensia
Didefinisikan dengan penurunan kognitif dan dimanifestasikan dengan
kemunduran memori dan dua atau lebih domain kognitif (orientasi, atensi, bahasa,
fungsi visuospasial, fungsi eksekutif, kontrol motor, praksis), ditemukan dengan
pemeriksaan klinis dan tes neuropsikologi, defisit harus cukup berat sehingga
mengganggu aktivitas harian dan tidak disebablan oleh efek stroke saja.
Kriteria eksklusi yaitu kasus dengan penurunan kesadaran, delirium, psikosis,
aphasia berat atau kemunduran sensorimotor major. Juga gangguan sistemik
atau penyakit lain yang menyebabkan defisit memori dan kognisi.

B. Penyakit serebrovaskular
Adanya tanda fokal pada pemeriksaan neurologi seperti hemiparesis,
kelemahan fasial bawah, tanda Babinski, defisit sensori, hemianopia, dan disartria yang
konsisten dengan stroke (dengan atau tanpa riwayat stroke) dan bukti penyakit
serebrovaskular yang relevan dengan pencitraan otak (CT Scan atau MRI) seperti infark
pembuluh darah multipel atau infark strategi single (girus angular, thalamus, basal
forebrain), lakuna ganglia basal multipel dan substansia alba atau lesi substansia alba
periventrikular yang ekstensif, atau kombinasi dari yang di atas.

C. Hubungan antara dua kelainan di atas


- Awitan demensia 3 bulan pasca stroke
- Deteriorasi fungsi kognitif mendadak atau progresi defisit kognitif
yang fluktuasi atau stepwise

2. Gambaran klinis konsisten dengan diagnosis probable vascular dementia


A. Adanya gangguan langkah dini (langkah kecil “marche a petits pas”, atau langkah
magnetik, apraksi-ataxic atau Parkinson)
B. Riwayat unsteadiness dan jatuh tanpa sebab
C. Urgensi dan frekuensi miksi dini serta keluhan berkemih yang lain bukan disebabkan
oleh kelainan urologi
D. Pseudobulbar palsy
E. Perubahan personaliti dan suasana hati, abulia, depresi, inkontinensi emosi,
atau defisit subkortikal lain seperti retardasi psikomotor dan fungsi eksekutif
abnormal.

3. Gambaran klinis yang tidak mendukung demensia vaskular


A. Awitan dini defisit memori dan perburukan memori dan fungsi kognitif lain
seperti bahasa (aphasia sensori transkortikal), ketrampilan motor (apraksia) dan
persepri (agnosia) yang progresif tanpa disertai lesi fokal otak yang sesuai pada
pencitraan
B. Tidak ada konsekuensi neurologi fokal selain dari gangguan kognitif
12
C. Tidak ada kerusakan serebrovaskular pada CT Scan atau MRI otak

4. Diagnosis klinikal untuk possible vescular dementia


A. Adanya demensia dengan tanda neurologi fokal pada pasien tanpa pencitraan
otak/tiada hubungan antara demensia dengan stroke.
B. Pasien dengan defisit kognitif yang variasi dan bukti penyakit
serebrovaskular yang relevan

5. Kriteria untuk diagnosis definite vascular dementia


A. Kriteria klinis untuk probable vascular dementia
B. Bukti histopatologi penyakit serebrovaskular dari biopsi atau autopsi
C. Tidak ada neurofibrillary tangles dan plak neuritik
D. Tidak ada kelainan patologi atau klinikal yang dapat menyebabkan demensia

2.7 Gejala Klinis


Tanda dan gejala kognitif pada demensia vaskular yaitu subkortikal, bervariasi dan
biasanya menggambarkan peningkatan kesukaran dalam menjalankan aktivitas harian
seperti makan, berpakaian, berbelanja dan sebagainya. Hampir semua kasus demensia
vaskular menunjukkan tanda dan simptom motorik 6.
Tanda dan gejala fisik 6:
• Kehilangan memori, pelupa
• Lambat berfikir (bradifrenia)
• Pusing
• Kelemahan fokal atau diskoordinasi satu atau lebih ekstremitas
• Inersia
• Langkah abnormal
• Konsentrasi berkurang
• Perubahan visuospasial
• Penurunan tilikan
• Defisit pada fungsi eksekutif seperti kebolehan untuk inisiasi, merencana dan
mengorganisasi
• Sering atau Inkontinensia urin dan alvi. Inkontinensia urin terjadi akibat kandung
kencing yang hiperrefleksi.

Tanda dan gejala perilaku:


• Perbicaraan tidak jelas
• Gangguan bahasa
• Depresi
• Berhalusinasi
• Tidak familiar dengan persekitaran
• Berjalan tanpa arah yang jelas
• Menangis dan ketawa yang tidak sesuai. Disfungsi serebral bilateral
menyebabkan inkontinensi emosional (juga dikenal sebagai afek pseudobulbar)
• Sukar menurut perintah
• Bermasalah dalam menguruskan uang

13
Riwayat pasien yang mendukung demensia vaskular adalah kerusakan
bertahap seperti tangga (stepwise), kekeliruan nokturnal, depresi, mengeluh somatik, dan
inkontinensi emosional, stroke, dan tanda dan gejala fokal. Contoh kerusakan bertahap
adalah kehilangan memori dan kesukaran membuat keputusan diikuti oleh periode yang stabil
dan kemudian akan menurun lagi.
Awitan dapat perlahan atau mendadak. Didapatkan bahwa TIA yang lama dapat
menyebabkan penurunan memori yang perlahan sedangkan stroke menyebabkan gejala yang
serta-merta6.

2.8. Faktor Resiko


Faktor resiko demensia vaskuler yaitu6:
1. Faktor demografi, termasuk diantaranya adalah usia lanjut, ras dan etnis( Asia, Africo-
American), jenis kelamin ( pria), pendidikan yang rendah, daerah rural.
2. Faktor aterogenik, termasuk diantaranya adalah hipertensi, merokok cigaret, penyakit
jantung, diabetes, hiperlipidemia, bising karotis, menopause tanpa terapi penggantian
estrogen, dan gambaran EKG yang abnomal.
3. Faktor non-aterogenik, termasuk diantaranya adalah genetik, perubahan pada hemostatis,
konsumsi alkohol yang tinggi, penggunaan aspirin, stres psikologik, paparan zat yang
berhubungan dengan pekerjaan ( pestisida, herbisida, plastik), sosial ekonomi.
4. Faktor yang berhubungan dengan stroke yang termasuk diantaranya adalah volume
kehilangan jaringan otak, serta jumlah dan lokasi infark.

2.9. Diagnosis Banding


1. Penyakit alzheimer
Biasanya demensia vaskular telah dibedakan dari demensia tipe Alzheimer
dengan pemburukan yang mungkin menyertai penyakit serebrovaskular selama
satu periode waktu. Walaupun pemburukan yang jelas dan bertahap mungkin tidak
ditemukan pada semua kasus, gejala neurologis fokal adalah lebih sering pada demensia
vaskular dibandingkan pada demensia tipe Alzheimer, demikian juga faktor risiko standar
untuk penyakit serebrovaskular5.

14
2. Penurunan kognitif akibat usia
Apabila usia meningkat, terjadi kemunduran memori yang ringan. Volume otak
akan berkurang dan beberapa sel saraf atau neurons akan hilang5.
3. Depresi
Biasanya orang yang depresi akan pasif dan tidak berespon. Kadang-kadang keliru
dan pelupa5.
4. Delirium
Adanya kekeliruan dan perubahan status mental yang cepat. Individu ini
disorientasi, pusing, inkoheren. Delirium disebabkan keracunan atau infeksi
yang dapat diobati. Biasanya sembuh sempurna setelah penyebab yang mendasari
diatasi5.
5. Kehilangan memori
Antara penyebab kehilangan memori yang lain adalah5:
• Malnutrisi
• Dehidrasi
• Fatigue
• Depresi
• Efek samping obat
• Gangguan metabolik
• Trauma kepala
• Tumor otak jinak
• Infeksi bakteri atau virus
• Parkinson

2.10. Prevensi
Sindrom demensia vaskular biasanya disebabkan oleh stroke. Jadi, prevensi
(terapi primer) atau terapi sekunder stroke adalah kunci untuk mencegah penurunan kognitif
ini. Memodifikasi faktor resiko kemunduran kognitif dapat membantu mencegah stroke dan
demensia vaskular. Faktor resiko yang paling penting adalah hipertensi. Penelitian
kohort epidemiologi dan percobaan intervensi dengan pengobatan antihipertensi

15
menunjukkan kegunaan obat antihipertensi dalam mencegah demensia vaskular. Pasien
dengan merokok harus berhenti merokok karena dapat menyebabkan perbaikan perfusi
serebral dan fungsi kognitif. Faktor diet seperti hiperkolesterolemia juga dapat berperan.
Sedangkan dalam penelitian yang lain pula mendapati bahwa individu yang
yang melakukan aktivitas yang menstimulasi intelektual seperti interaksi sosial, catur,
crossword puzzle dan bermain alat musik dapat menurunkan resiko demensia secara
signifikan.

2.11. Manajemen Terapi3,6


Tujuan penatalaksanaan demensia vaskular adalah:
• Mencegah terjadinya serangan stroke baru
• Menjaga dan memaksimalkan fungsi saat ini
• Mengurangi gangguan tingkah laku
• Meringankan beban pengasuh
• Menunda progresifitas ke tingkat selanjutnya

Penatalaksanaan terdiri dari non-medikamentosa dan medikamentosa:


1. Non-Medikamentosa
a. Memperbaiki memori
The Heart and Stroke Foundation of Canada mengusulkan beberapa cara untuk
mengatasi defisit memori dengan lebih baik:
 Membawa nota untuk mencatat nama, tanggal, dan tugas yang perlu dilakukan.
 Melatih otak dengan mengingat kembali acara sepanjang hari sebelum tidur. Ini dapat
membina kapasiti memori
 Menjauhi distraksi seperti televisi atau radio ketika coba memahami pesan atau
instruksi panjang.
 Tidak tergesa-gesa mengerjakan sesuatu hal baru. Coba merencana sebelum
melakukannya.
 Banyak bersabar. Marah hanya akan menyebabkan pasien lebih sukar untuk
mengingat sesuatu. Belajar teknik relaksasi juga berkesan.

B. Diet
Penelitian di Rotterdam mendapati terdapat peningkatan resiko demensia vaskular
berhubungan dengan konsumsi lemak total. Asam folat, vitamin B6 dan vitamin B12 yang
rendah juga berhubungan dengan peningkatan homosisteine yang merupakan faktor resiko
stroke.

2. Medikamentosa
a. Mencegah demensia vaskular memburuk
Progresifitas demensia vaskular dapat diperlambat jika faktor resiko
vaskular seperti hipertensi, hiperkolesterolemia dan diabetes diobati. Agen anti platlet
16
berguna untuk mencegah stroke berulang. Pada demensia vaskular, aspirin mempunyai
efek positif pada defisit kognitif. Agen antiplatelet yang lain adalah tioclodipine dan
clopidogrel.
• Aspirin
Mencegah platelet-aggregating thromboxane A2 dengan memblokir aksi prostaglandin
sintetase seterusnya mencegah sintesis prostaglandin
• Tioclodipine
Digunakan untuk pasien yang tidak toleransi terhadap terapi aspirin atau gagal dengan
terapi aspirin.
• Clopidogrel bisulfate
Obat antiplatlet yang menginhibisi ikatan ADP ke reseptor platlet secara direk. Agen
hemorheologik meningkatkan kualiti darah dengan menurunkan viskositi,
meningkatkan fleksibiliti eritrosit, menginhibisi agregasi platlet dan formasi trombus
serta supresi adhesi leukosit.
• Pentoxifylline dan ergoid mesylate (Hydergine)
Dapat meningkatkan aliran darah otak. Dalam satu penelitian yang melibatkan 29
pusat di Eropa, didapatkan perbaikan intelektual dan fungsi kognitif dalam waktu 9
bulan. Di European Pentoxifylline Multi-Infarct Dementia Study, pengobatan dengan
pentoxifylline didapati berguna untuk pasien demensia multi-infark.

b. Memperbaiki fungsi kognitif dan simptom perilaku


Obat untuk penyakit Alzheimer yang memperbaiki fungsi kognitif dan gejala perilaku
dapat juga digunakan untuk pasien demensia vaskular. Obat-obat demensia adalah seperti
berikut:

17
2.12. Prognosis
Prognosis demensia vaskular lebih bervariasi dari penyakit Alzheimer. Berdasarkan
beberapa penelitian, demensia vaskular dapat memperpendek jangka waktu hidup sebanyak
50% pada lelaki, individu dengan tingkat edukasi yang rendah dan pada individu
dengan hasil uji neurologi yang memburuk.
Penyebab kematian adalah komplikasi dari demensia, penyakit
kardiovaskular dan berbagai lagi faktor lainnya seperti keganasan.

BAB III
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. H
Usia : 45 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : jalan simpang sungai kuin selatan Gg. Husada
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : tidak bekerja (dulu karyawan swasta)
Agama : Islam
Suku : Banjar
Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : Menikah
Berobat Tanggal : 23 Juli 2019

18
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan heteroanamnesis tanggal 23 Juli 2019 di
Rumah Pasien.
A. Keluhan Utama
Keluhan utama pasien yaitu sering lupa.
B. Riwayat gangguan sekarang
Anak pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUD Ansari Saleh untuk kontrol
rutin ayahnya karena masih terdapat keluhan sering lupa.
Keluhan pertama kali muncul setelah pasien mengalami stroke pada tahun
2014. Menurut keterangan istri dan anak pasien, pasien lupa terhadap kegiatan
sehari-hari seperti mandi, makan, memakai baju sendiri, dan cara solat. Pasien juga
sering BAK dan BAB sembarangan tempat. Pasien juga terkadang marah-marah jika
kemauan pasien tidak dituruti. Pasien bertingkah kekanak-kanakan. Pasien juga
mengalami lupa terhadap sesuatu yang disimpannya dan tidak ingat terhadap waktu
dan tempat. Pernah sesekali pasien lupa nama anaknya. Pasien juga sering jalan-jalan
sendiri, saat membeli makanan pasien tidak tahu berapa jumlah uang yang diberikan.
Keluhan diperberat dengan pasien sering melamun dan berdiam diri. Pasien tidak
bisa berbicara dengan jelas dan terbatas. Saat pasien diberikan pertanyaan, pasien
hanya menggangguk, agak marah dan menunjuk istri pasien seperti menyuruh istri
pasien yang menjawab pertanyaannya saja. Menurut istri, pasien seperti tidak
mempunyai semangat hidup, yakni untuk meminum obat saja pasien harus dipaksa
terlebih dahulu. Keluhan seperti ini dirasakan semakin memberat sejak tahun awal
tahun 2019.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien sebelumnya belum pernah mengalami gangguan psikiatri.
2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Tidak terdapat riwayat penggunaan zat psikoaktif
3. Riwayat penyakit dahulu (medis)
Hipertensi, stroke.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat pranatal
Pasien dilahirkan dengan persalinan normal dan tidak terdapat kelainan saat
kehamilan maupun proses kelahiran.
2. Masa kanak-kanak awal
Pasien tumbuh dan berkembang sesuai usianya dan mempunyai banyak teman.
Tidak ada gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan dan dapat
berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman-temannya.
3. Masa kanak-kanak akhir
- Hubungan sosial: pasien mengaku memiliki banyak teman.

19
- Riwayat sekolah: prestasi pasien kurang baik dan hanya sekolah hingga SMP
dan setelah itu pasien menikah.
4. Riwayat pekerjaan
Pasien sudah tidak bekerja lagi, dulu pernah bekerja sebagai karyawan swasta.
5. Riwayat agama
Pasien beragama islam.
6. Aktivitas sosial
Pasien tidak dapat bersosialisasi terhadap lingkungan sekitar.

E. Riwayat keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan sama seperti pasien.
Keluarga pasien ada yang hipertensi. Menurut istri pasien, ibu pasien pernah
didiagnosis gangguan jiwa akan tetapi tidak tahu pasti penyakit apa itu.
F. Situasi sosial sekarang
Pasien seorang laki-laki berusia 45 tahun. Pasien sudah menikah dan memiliki
3 orang anak. Pasien saat ini tinggal di rumah milik pribadi, dengan istri dan 2
anak.Saat ini pasien tidak bekerja dan biaya hidup ditanggung anaknya. Pasien tidak
dapat bersosialisasi dengan baik terhadap orang - orang di lingkungan sekitar.
G. Persepsi (tanggapan) pasien tentang dirinya dan kehidupannya
1. Pasien tidak sadar dia sakit.

III. STATUS MENTAL


A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien seorang laki-laki berusia 45 tahun, tampak kurang terawat,memakai baju
coklat dan celana hitam pendek, tanpa ekspresi, warna kulit sawo matang.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Pasien tampak gelisah, tidak bisa berdiam diri di rumah.
3. Sikap pasien terhadap pemeriksa
Tidak kooperatif
B. Keadaan afektif (mood), perasaan, ekspresi afektif (hidup emosi) serta empati :
1. Mood : irritable
2. Afek : datar
3. Keserasian : serasi
C. Gangguan persepsi
Tidak terdapat gangguan persepsi
D. Pembicaran
Tidak spontan, terbatas, artikulasi tidak jelas
E. Pikiran :
1. Proses pikir :
a. Bentuk pikiran : tidak realistic
b. Arus pikiran : inkoheren
2. Arus pikiran : Waham (-)
F. Sensorium dan kognitif
1. Kesadaran :Apatis
2. Orientasi : disorientasi waktu, tempat, dan orang
20
3. Daya ingat : Pasien tidak dapat mengingat jangka segera, pendek, menengah
maupun panjang.
4. Konsentrasi : buruk
5. Perhatian : buruk
6. Kemampuan membaca dan menulis : tidak bisa
7. Kemampuan visuospasial : tidak bisa
8. Pikiran abstrak : tidak ada
9. Kapasitas intelegensia : buruk
10. Bakat kreatif : tidak ada
11. Kemampuan menolong diri : pasien tidak dapat merawat diri sendiri
G. Kemampuan mengendalikan impuls :
Pasien tidak dapat mengendalikan dorongan kemarahan
H. Tilikan
1
I. Taraf dapat dipercaya
Pasien tidak dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Apatis
3. Tanda vital
- Tekanan darah: 100/70 mmHg - Frekuensi nadi: 86 x / menit
- Frekuensi napas: 20 x / menit - Suhu: 36,5O C
4. Bentuk badan : Kesan dalam batas normal
5. Sistem kardiovaskular : Tidak ada kelainan
6. Sistem muskuloskeletasl : Kaki sebelah kiri tampak terseret
7. Sistem gastrointestinal : Tidak ada kelainan
8. Sistem urogenital : Tidak ada kelainan
9. Gangguan khusus : Tidak ada kelainan

B. Status Neurologis
1. GCS : E4V5M6
2. Gejala rangsngan selaput otak : Tidak ada kelainan
3. Gejala Tekanan Intrakranial : Tidak ada kelainan
4. Mata : gerakan : Tidak ada kelainan
Pupil bentuk : Bulat, Isokor
Reaksi cahaya : +/+
Reaksi kornea : +/+
Pemeriksaan oftalmoskopik : Tidak dilakukan
5. Motorik : Tonus : eutoni
Turgor : Normal
Koordinasi : Normal
Refleks : Normal
6. Sensibilitas : Normal
7. Fungsi luhur :Normal
8. Gangguan khusus : Tidak terdapat gangguan khusus
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
1. Pasien laki-laki usia 45 tahun, diwakilkan anaknya datang karena obat sudah habis,
pasien memiliki keluhan sering lupa.
21
2. Pasien lupa terhadap kegiatan sehari-hari seperti mandi, makan, memakai baju
sendiri, dan cara solat.
3. Pasien juga terkadang marah-marah jika kemauan pasien tidak dituruti
4. Pasien sering melamun dan berdiam diri.
5. Pasien tidak bisa berbicara dengan jelas dan terbatas.
6. Pasien seperti tidak mempunyai semangat hidup, yakni untuk meminum obat saja
pasien harus dipaksa terlebih dahulu.
7. Pasien mempunyai riwayat stroke iskemik. Orientasi waktu, tempat, orang dan
situasi buruk.
8. Di keluarga pasien ada yang mengalami gangguan jiwa.
9. Pasien tidak dapat bersosialisasi dengan baik terhadap orang - orang di lingkungan
sekitar.
10. Pasien menempuh pendidikan SD, SMP.
11. Pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi.
12. Kegiatan pasien saat ini tidak bekerja, penghasilan didapatkan dari gaji anak.

VI. DIAGNOSTIK MULTIAKSIAL


1. Diagnosis Aksis I
F01 Demensia vaskular
2. Diagnosis Aksis II
Tumbuh kembang normal, sebelum sakit, pasien bisa berinteraksi dan bersosialisasi
dengan orang lain sebagaimana orang normal lainnya maka pada pasien tidak
terdapat gangguan kepribadian. Pasien juga memiliki fungsi kognitif baik maka
pada pasien tidak terdapat retardasi mental. Karena pada pasien tidak terdapat
gangguan kepribadian dan retardasi mental sehingga aksis II tidak ada diagnosis.
3. Diagnosis Aksis III
G00-G99 penyakit susunan saraf
4. Diagnosis Aksis IV
none
5. Diagnosis Aksis V
Pada pasien didapatkan disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak
mampu berfungsi hamper semua bidang. Maka pada aksis V didapatkan GAF
Scale 30-21.

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL


Aksis I : F01 Demensia vaskular
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : G00-G99 penyakit susunan saraf
Aksis IV : Tidak ada diagnosis
Aksis V : GAF scale 30-21

VIII. PROGNOSIS
Prognosis ke arah baik
- Respon terhadap pengobatan baik
- Mendapat dukungan sepenuhnya dari keluarga terhadap kesembuhan pasien
22
-Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami sakit serupa dengan pasien
Prognosis ke arah buruk
- Perjalanan penyakit sudah berlangsung selama 5 tahun
- Pasien tidak patuh minum obat
- Pasien tidak dapat bersosialisasi dengan baik

Berdasarkan data-data diatas, dapat disimpulkan prognosis pasien adalah:


Ad vitam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam

IX. TERAPI
Psikofarmaka :
Haloperidol 5 mg ½-0- ½
THP 2 mg ½-0- ½
Aricept 10mg 1-0-0
Clopidogrel 1x75mg
Amlodipin 5 mg 1 x 1

BAB IV
PEMBAHASAN

a. DIAGNOSIS
Fakta Teori
Anamnesis
 Pasien laki-laki, usia 45 tahun Diagnosis demensia vaskular menurut DSM-
 Pasien lupa terhadap kegiatan sehari- IV adalah menggunakan kriteria sebagai
hari seperti mandi, makan, memakai
23
baju sendiri, dan cara solat. berikut.
 Pasien tidak bisa berbicara dengan a) Adanya defisit kognitif multipleks yang
jelas dan terbatas dicirikan oleh gangguan memori dan
 saat membeli makanan pasien tidak satu atau lebih dari gangguan kognitif
tahu berapa jumlah uang yang berikut ini:
diberikan 1) Afasia (gangguan berbahasa)
 Pasien juga terkadang marah-marah 2) Apraksia (gangguan kemampuan
jika kemauan pasien tidak dituruti untuk mengerjakan aktivitas motorik,
 Pasien sering melamun dan berdiam sementara fungsi mototik normal).
diri. 3) Agnosia (tidak dapat mengenal atau
 Pasien seperti tidak mempunyai mengidentifikasi suatu benda
semangat hidup, yakni untuk walaupun fungsi sensoriknya
meminum obat saja pasien harus normal).
dipaksa terlebih dahulu.. 4) Gangguan dalam fungsi eksekutif
 Pasien tidak dapat bersosialisasi (merancang, mengorganisasikan,
dengan baik terhadap orang - orang daya abstraksi, dan membuat urutan).
di lingkungan sekitar. b) Defisit kognitif pada kriteria a) yang
menyebabkan gangguan fungsi sosial
Riwayat Penyakit Dahullu
o Pasien mempunyai riwayat stroke dan okupasional yang jelas.
c) Tanda dan gejala neurologik fokal
iskemik. Orientasi waktu, tempat,
orang dan situasi buruk (refleks fisiologik meningkat, refleks
o Kejang (-)
patologik positif, paralisis pseudobulbar,
o Riwayat konsumsi alkohol (-) dan
Napza (-) gangguan langkah, kelumpuhan anggota
o Riwayat merokok (-) gerak) atau bukti laboratorium dan
o Tidak pernah dirawat di Rumah
Sakit Jiwa radiologik yang membuktikan adanya
gangguan peredaran darah otak
Status Psikiatrikus
 Kesan umum kurang (GPOD), seperti infark multipleks yang
terawat melibatkan korteks dan subkorteks,
 Kontak verbal (-), kontak
visual (-) yang dapat menjelaskan kaitannya
 Kesadaran apatis, dengan munculnya gangguan.
disorientasi tempat, waktu d) Defisit yang ada tidak terjadi selama
dan orang
berlangsungnya delirium.
 Pasien tampak gelisah,
tidak bisa berdiam diri di
rumah.
 Emosi tidak stabil, afek
datar
 Gangguan kognitif
 Tidak dapat merawat diri
24
Berdasarkan anamnesa yang diperoleh secara autoanamnesa maupun alloanamnesa
yang dialami pasien mencakup sebagian besar dari gejala demensia vaskular. Diagnosis
demensia vaskular ditegakkan melalui dua tahap, pertama menegakkan diagnosis demensia
itu sendiri, kedua mencari proses vaskular yang mendasari. Proses yang mendasari yakni
karena ada stroke yang dialami sebelumnya. Gejala demensia vascular yang terdapat pada
pasien yaitu adanya keluhan sering lupa. Pasien lupa terhadap kegiatan sehari-hari seperti
mandi, makan, memakai baju sendiri, dan cara solat. Pada pasien juga didapatkan afasia,
yakni pasien tidak bisa berbicara dengan jelas dan terbatas. Pasien juga memiliki gangguan
dalam fungsi eksekutif, misalnya saat membeli makanan pasien tidak tahu berapa jumlah
uang yang diberikan. Pasien tidak dapat bersosialisasi dengan baik terhadap orang - orang di
lingkungan sekitar.

b. PENATALAKSANAAN

Fakta Teori
a. Farmakoterapi a. Farmakoterapi
Haloperidol 5 mg ½-0- ½ Anti manic : Haloperidol, THP
THP 2 mg ½-0- ½ Penghambat kolinesterase: Aricept
Aricept 10mg 1-0-0
(donepezil)
Clopidogrel 1x75mg
Anti platelet: Clopidogrel
Amlodipin 5 mg 1 x 1
Anti hipertensi: Amlodipin

Farmakoterapi yang diberikan pada pasien ini untuk penyakit stroke yang terdapat pada
pasien sesuai dengan yang ada diliteratur. Berdasarkan teori stroke dapat diberikan:

 Clopidogrel yakni obat antiplatlet yang menginhibisi ikatan ADP ke reseptor


platlet secara direk. Agen hemorheologik meningkatkan kualiti darah dengan

25
menurunkan viskositi, meningkatkan fleksibiliti eritrosit, menginhibisi agregasi
platlet dan formasi trombus serta supresi adhesi leukosit.
 Donepezil merupakan golongan obat penghambat enzim asetilkolinesterase. Dengan
dihambatnya enzim tersebut, senyawa kimiawi otak (asetilkolin) yang berguna untuk
menyalurkan sinyal saraf, dihambat penghancurannya. Keadaan ini mampu memperbaiki
dan meningkatkan fungsi otak penderita demensia.
 Haloperidol bekerja dengan mengembalikan keseimbangan zat kimia alami dalam otak,
yakni neurotransmitter, sehingga dapat menimbulkan rasa tenang, meredakan
kegelisahan, serta mengurangi perilaku agresif dan keinginan untuk menyakiti orang lain.
 Mekanisme kerja THP yaitu dengan cara memblokir impuls saraf dan melemaskan otot-
otot. Mengobati dan mencegah kondisi otot akibat menggunakan obat-obatan seperti
chlorpromazine (CPZ), fluphenazine (Prolixin), perphenazine (Trilafon), haloperidol
(Haldol), thiothixene (Navane), dan lainnya.
 Amlodipine besylate adalah obat anti hipertensi yang termasuk ke dalam golongan
calcium channel blockers. Obat ini bekerja dengan cara menghambat secara selektif
masuknya ion kalsium ke dalam membran sel terutama sel otot polos pembuluh darah
dan sel-sel otot jantung.
BAB V
KESIMPULAN

Laporan kasus ini menampilkan laki-laki usia 45 tahun dengan penurunan daya ingat
disertai gangguan kognitif yang mengganggu aktivitas sehari-hari dan fungsi sosial setelah
yang didiagnosis sebagai demensia vaskular. Diagnosis ditegakkan melalui riwayat penyakit
yang didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Gambaran
klinis yang menyokong diagnosis DVa pada pasien ini mengarah ke diagnosis Dva tipe
hipoperfusi dementia .
Terapi untuk demensia vaskular meliputi terapi farmakoterapi berupa terapi untuk
mencegah serangan stroke dan memperbaiki fungsi kognitif dan perilaku.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman


Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, 1993. 49-67.
2. Budiarto, Gunawan. 2007. Dementia Vaskular serta kaitannya dengan stroke. Kumpulan
Makalah Pertemuan Ilmiah nasional II Neurobehaviour. Airlangga University Press,
Surabaya.
3. Dewanto, G. dkk (2009). Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal 170-184.
4. MemoryDisoders.Diaksesdarihttp://www.gabehavioral.com/Memory%20Disorders.htm. 10
Juli 2013.
5. Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Delirium, dementia, amnestic and
cognitive disorders. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: BehavioralSciences/Clinical
Psychiatry, 10th Edition. Lippincott Williams & Wilkins.
6. Alagiakrishnan, K., Masaki, K. (2010 Apr 2). eMedicine from WebMD: Vascular Dementia.
Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/292105-overview.
7. Ladecola, Costantino. 2010. The overlap between neurodegenerative and vascular factors in
the pathogenesis of dementia. Acta neuropathol journal,September; 120(3): 287-296,
NewYork.
8. Dementia. Diakses dari : http://www.geriatricsandaging.ca/fmi/xsl/article.xsl?
lay=Article&Name=Dementia:%20Biological%20and%20Clinical%20AdvancesPart%20I&-
find. 10 Juli 2013.
9. Roman, G.C. dkk. (1993). The Internet Stroke Center. Ninds-Airen Diagnostic Criteria.43 (2):
250-60. Diunduh dari http://www.strokecenter.org/trials/scales/ninds-airen.html.
10. Lovestone, Simon dan Gauthier, Serge. 2001. Management of Dementia. London: Lundbeck
Institude.

27

Anda mungkin juga menyukai