Adab Tetangga2
Adab Tetangga2
Manusia adalah makhluk sosial. Mereka memiliki kebutuhan, kemampuan serta kebiasaan untuk
berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia yang lain. Hal ini merupakan fitrah mereka sejak hadir
di dunia; saling membutuhkan dan tolong menolong untuk mencapai tujuan-tujuannya dalam
kehidupan.
Bagi seorang muslim, seluruh tujuan dalam kehidupannya bermuara kepada tujuan ubudiyyah–
penghambaan kepada Allah Ta’ala. Oleh karena itu seluruh komunikasi dan interaksi mereka dengan
segala apa yang ada di luar dirinya selalu dibingkai dengan taujihat (arahan-arahan) dan irsyadat
(bimbingan-bimbingan) rabbaniyah.
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-Maidah: 2)
Salah satu bentuk mu’amalah insaniyah (hubungan kemanusiaan) yang dialami manusia adalah hidup
bertetangga. Dalam hal ini Islam pun hadir memberikan arahan dan bimbingan.
Islam dengan tegas memerintahkan kepada manusia untuk berbuat baik terhadap sesama, diantaranya
adalah kepada tetangga. Salah satu firman Allah Ta’ala yang menyebutkan tentang hal ini adalah ayat
berikut,
“…Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,.” (Q.S.
An-Nisa:36)
Kita dapat menemukan lebih banyak lagi di dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Karena demikian seringnya Jibril memberikan nasihat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk
berbuat baik kepada tetangga, sampai-sampai beliau mengira antara seseorang dengan tetangganya
akan diperintahkan untuk saling mewarisi.
و
ه
ت أن ت عحتتى ظ ون ون د ع ل نبال د و
جارن و ري ع
جب د ن
صينني ن ما وزا و
ل عيو ن ل و سل ت و
م وقا و ه ع ول وي دهن وو و
صتلى الل ت ع
ي و
ن الن تب ن ر ي الل ت ع
ه ع ون دوها ع و د ض و
ة ور ن عائ ن و
ش و ن و
عو د
سي عووررث ع ع
ه و
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “ Jibril selalu menasihatiku
tentang tetangga, hingga aku mengira mereka itu akan diperintahkan untuk saling mewarisi”. (H.R.
Bukhari Muslim)
Diantara bentuk memuliakan dan berbuat baik kepada tetangga adalah saling memberi. Perhatikanlah
hadits-hadits berikut ini,
م ان دظ عدر أ وهد و و خنلينلي صتلى الل ته ع ول ويه وسل ت و ن أ ونبي ذ ورر وقا و
ن
م د
ت نل ب وي د ت ماوءه ع ث ع ت مورنقا فوأك دث ندر و
ت و ذا ط وب و د
خ و صانني إ ن و
م أود و
د ن و و و ع و ن و
ل إن ت عو د
ف رو عم ب هان م م ه ب ص ك فوأ وو ن را جي
ن دع د ن دو ن و د ع ت ن و ن
Dari Abu Dzar, Ia berkata: “Sesungguhnya kekasihku (Rasulullah) shallallahu ‘alaihi wa sallam
menasihatiku, ‘Jika engkau memasak sayur, maka perbanyaklah kuahnya, dan perhatikan anggota
keluarga tetanggamu, berikanlah sebagian sayur itu dengan cara yang baik.” (H.R. Muslim)
Saat kita mendapat pemberian dari tetangga, hargailah pemberian tersebut, sebagaimana diperintahkan
oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
تل ما ن
سل ن و
م د ” ويا ن ن و: ل
ساوء ال ع قو د ع سل ت و
م ـ يو ع ه ع ول وي دهن وو و
صتلى الل ع
يـ و
ن الن تب ن ي و:ل
كا و ه ـ قا و
ه ع ون د ع
ي الل ع
ض و
عن أبي هعوري دورة و ـ ور ن
ن و
شاةت س و و
جاورت نوها وولود فندر وجاورة ة ل ن و ن و قور تح ن” تو د
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda, ‘Wahai para wanita muslimah, janganlah ada seorang tetangga yang meremehkan
tetangganya meskipun (pemberiannya) hanya kuah kambing.'” (Al-Bukhari dan Muslim)
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: “Aku bertanya, ‘Ya Rasulullah sesungguhnya aku memiliki dua
tetangga, lalu kepada tetangga yang manakah aku harus memberikan hadiah?'” Jawab Nabi: ‘Kepada
tetangga yang pintu rumahnya lebih dekat denganmu.'” (HR. Al-Bukhari)
Yang juga harus kita fahami, berbuat baik dan memuliakan tetangga bukanlah perkara sepele, bahkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghubungkan hal ini dengan kualitas keimanan seseorang.
و عو و
ن
م ع ن ووالل تهن ول ي عؤ د ن م ع ن ووالل تهن ول ي عؤ د ن م عل ووالل تهن ول ي عؤ د ن م وقا و سل ت و
ه ع ول وي دهن وو وصتلى الل ت ع ل الل تهن و
سو و ن ور عن أنبي هعوري دورة و أ ت
د
ه ر و
ش و
ل و
قا ه ع ق ئ وا ب ما و هت لال و
ل سو ر يا لوا ع و
قا ه و ق ئوا ب ه ر جا ن مل ال دجار ول يأ د و قاو هت لال لو سو ر يا و
ك و
ذا ما و ع
لوا و
قا
ي ع ع ن و
و و و ن و ع و ع ن و
ع ع و و و ع و ع و ن و ع و و و
Dari Abu Hurairah bahwasnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah tidak
beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman.” Mereka (para sahabat) bertanya: “Siapa
ya Rasulullah?” Jawab Nabi, “Ialah seseorang yang tidak memberikan rasa aman pada tetangganya dari
bawa’iq (bencana-bencana)-nya.” Mereka (para sahabat) bertanya: “Wahai Rasulullah apakah bencana-
bencananya itu?” Jawab Nabi: “Kejelekan (akhlak)-nya” (H.R. Bukhari Muslim)
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Siapa yang beriman
kepada Allah dan hari Akhir hendaklah ia memuliakan tetangganya.” (HR. Bukhari Muslim).
Seorang muslim pun diwajibkan untuk peduli dan peka terhadap kesulitan yang dialami tetangganya.
و
شب دوعاننات و ن وبا و
م د ن نبي وم و ما آ و و:م سل ت وه ع ول وي دهن وو و
صتلى الل ت ع
ل الل تهن و
سو ع وقا و: ل
ل ور ع وقا و، ه ي الل ت ع
ه ع ون د ع ض و
ك ور ن
مال ن ت
س بن و
عن أن و ن
جن دب نهن ووهعوو ي وعدل و ع
م ب نهن جائ نعة إ نولى و
جاعره ع و وو و
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‘Tidaklah beriman kepadaku, seseorang yang tidur dalam keadaan kenyang, sedangkan tetangganya tidur
dalam keadaan lapar, dan dia mengetahui hal tersebut’” (H.R.Thabrani dan Baihaqi)
Al-Hafidz Ibn Hajar mengatakan, “Kata ‘tetangga’ mencakup muslim maupun kafir, ahli ibadah maupun
ahli maksiat, teman dekat maupun musuh, pendatang maupun penduduk asli, yang suka membantu
maupun yang suka merepotkan, yang dekat maupun yang jauh, yang rumahnya berhadapan maupun
yang yang bersingkuran.”
Beliau juga menegaskan, “Masing-masing tetangga memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Ada yang
lebih baik sifatnya dibandingkan lainnya…dan masing-masing disikapi dengan baik sesuai keadaannya…”
(Fathul Bari, 10:441).
Pertama, semua orang yang tinggal satu kampung bersamanya. Pendapat ini berdalil dengan firman Allah
di surat Al-Ahzab,
ك نفيوها إ نتل م ول ي ع و
جاونعرون و و م ثع ت دين وةن ل ون عغدرني ون ت و
ك ب نهن د ن نفي ال د و
م ن فو و
ج ع ض ووال د ع
مدر ن مور ة ن نفي قععلوب نهن د
م و ن ووال ت ن
ذي و قو و م ي ون دت وهن ال د ع
مونافن ع ن لو د
ل وئ ن د
قونلينل
“Jika orang-orang munafik, orang- orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang
menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu) tidak menghentikan aksinya, niscaya Kami
perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di
Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar.” (QS. Al-Ahzab: 60)
Allah menyebut semua penghuni Madinah sebagai tetangga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kedua, semua orang yang menempati 40 rumah dari semua penjuru arah. Al-Hafidz Ibn Hajar
membawakan keterangan,
“Dari Aisyah, batasan tetangga adalah 40 rumah dari segala penjuru, demikian pula pendapat dari Al-
Auza’i.”
و
ن ي ود وي دهن
ن ب وي د و
م د خل د ن
فه ن و و ن ن و
م د
سارنهن وو ن
ن يو و
مين نهن ووع و د
ن يو ن
دانرا ع و د أدرب وععو و:ب
ن و شوها ت
عن بن ن
عن عيوعنس و
ووأخرج بن وهب و
“Diriwayatkan oleh Ibn Wahb, dari Yunus, dari Ibn Syihab, “Tetangga adalah 40 rumah, ke kanan, kiri,
belakang dan depan.” (Fathul Bari, 10:447).
وأل إ و
ه
ق ع
وائ ن و
جاعره ع ب و و
ف و
خا و
ن و
م د
ة و ل ال د و
جن ت و خ ع
وول ي ود د ع،جاةر
دانرا و
ن و
ن أدرب ونعي و
ن ت
“Ketauilah bahwa empat puluh rumah itu adalah tetangga, dan tidak akan masuk surga bagi siapa yang
takut dari tindak kejahatannya”
Beberapa Kiat Praktis Memuliakan Tetangga
Bawakan sekadar buah tangan buat mereka, apabila kita pulang dari bepergian jauh.
Berikanlah anak-anak mereka sesuatu yang menyenangkan, berupa makanan ataupun mainan.
Berikanlah hadiah kaset, buku bacaan yang mendorong mereka untuk lebih memahami Islam.
Ajaklah mereka sesekali ke dalam suatu acara pengajian atau majelis ta’lim, atau pergilah bersama
memenuhi suatu undangan walimah (apabila mereka juga diundang)