Anda di halaman 1dari 33

Nama: Wa Ode Aisyah Kahar

Kelas: XII Aksel


No. Urut: 12
• Akibat Perjanjian Renville, kabinet Amir Syarifuddin
jatuh pada bulan Januari 1948.
• Pada awal 1948, Amir Syarifuddin berbalik menjadi
pihak oposisi. Untuk memperkuat sikap oposisinya, ia
membentuk Front Demokrasi Rakyat.
• Dalam aksinya, FDR berusaha memancing bentrokan-
bentrokan dengan lawan politik.
• Berdasarkan dokumen yang berhasil disita dari rumah
Amir Syarifuddin, FDR memiliki rencana tertentu,
seperti menarik pasukan komunis yang tergabung
dalam TNI, memindahkan pasukan-pasukan komunis ke
daerah-daerah yang strategis, dan membentuk tentara
rakyat.
• Muso sebelumnya adalah tokoh PKI pada 1926 yang kabur ke
Uni Soviet setelah pemberontakan PKI digagalkan.
• Setelah bergabung dengan FDR, Muso melakukan beberapa
tindakan seperti memperkuat struktur organisasi PKI dan
melakukan agitasi politik dengan mengecam kebijakan dan
strategi pemerintah RI.
• Untuk memperkuat perjuangannya, Muso menganjurkan agar
dibentuk Front Nasional.
• Posisi kubu oposisi menjadi semakin kuat ketika pada Agustus
1948, partai-partai sosialis kiri, seperti Partai Sosialis, Partai
Buruh, dan PKI melakukan fusi.
• Untuk mengacaukan Surakarta, PKI/FDR memprovokasi
terjadinya pertentangan antara tentara Divisi Siliwangi
dengan pasukan TNI di daerah Surakarta.
• Akibat ketegangan serta bentrokan-bentrokan yang
kerap terjadi di Surakarta, pemerintah merasa prihatin
dan mengangkat Kolonel Gatot Subroto menjadi
Gubernur Militer Daerah Surakarta.
• Selanjutnya, Kolonel Gatot Subroto memerintahkan
penghentian tembak-menembak.
• Selain melakukan kerusuhan di Surakarta, PKI juga
melakukan berbagai teror serta aksi pembunuhan
lawan politiknya di daerah Madiun untuk menjatuhkan
kewibawaan pemerintah RI.
• Puncak agitasi PKI adalah diproklamasikannya berdirinya Negara Republik Soviet Indonesia
oleh Muso pada 18 September 1948.
• Dengan menggunakan Radio Gelora Pemuda, PKI berusaha menarik simpati rakyat dengan
menyatakan bahwa bagian yang terpenting dari revolusi adalah membersihkan tentara RI
dari golongan reaksioner dan kolonial.
• Setelah berhasil menguasai Madiun, pihak komunis juga berhasil menguasai seluruh daerah
karesidenan Pati serta menangkap dan membunuh para pejabat pemerintah RI, perwira TNI,
pemimpin-pemimpin partai, kaum alim ulama, dan golongan lainnya yang dianggap musuh
PKI.
• Pemerintah RI menanggap secara tegas aksi-aksi PKI dengan mengajak rakyat untuk
menentukan sikap untuk memilih Sukarno-Hatta atau Muso.
• Untuk menumpas pemberontakan tersebut pemerintah juga melancarkan Gerakan Operasi
militer I dan melakukan pembredelan terhadap beberapa surat kabar berhaluan komunis.
• Untuk mengatasi pemberontakan PKI Madiun, pemerintah RI menjadikan Jawa Timur
sebagai daerah istimewa dan Kolonel Sungkono diangkat sebagai Gubernur Militer Jawa
Timur. Dengan menggunakan kekuatan dua brigade cadangan umum Divisi III Siliwangi dan
Brigade Surachmad dari Jawa Timur serta kesatuan TNI lainnya, seluruh kekuatan
pemberontak akhirnya dapat ditumpas dan Kota Madiun dapat direbut pada 30 September
1948.
• Dalam operasi itu, Muso berhasil ditembak mati, sedangkan Amir Syarifuddin dan para tokoh
PKI/FDR lainnya dapat ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.
• Gagasan mendirikan Negara Islam Indonesia telah mulai dicanangkan sejak tahun
1942. Pada waktu itu, tokoh DI/TII Kartosuwiryo berencana mendirikan sebuah
negara Islam di Jawa Barat.
• Pada 14 Agustus 1947, Kartosuwiryo menyatakan perang suci melawan Belanda
dan menolak isi perjanjian Renville.
• Dalam sebuah pertemuan di Cisayong pada Februari 1948 Kartosuwiryo
memutuskan untuk mengubah gerakan kepartaian Masyumi Jawa Barat menjadi
bentuk negara serta membekukan partai Masyumi Jawa Barat.
• Selanjutnya, Kartosuwiryo diangkat sebagai Imam Negara Islam Indonesia. Selain
itu, dibentuk angkatan perang Tentara Islam Indonesia yang ditempatkan di daerah
pegunungan sekitar Jawa Barat.
• Untuk menumpas gerakan DI/TII di Jawa Barat, pemerintah telah melakukan
berbagai upaya seperti pendekatan musyawarah oleh M. Natsir, namun tidak
berhasil. Pemerintah RI terpaksa menerapkan operasi militer yang disebut operasi
Pagar Betis dan Operasi Baratayudha
• Operasi Pagar Betis dilakukan dengan melibatkan rakyat untuk mengepung tempat
persembunyian gerombolan DI/TII. Operasi Baratayudha dilakukan untuk
menyerang basis-basis kekuatan gerombolan DI/TII. Upaya ini berhasil ketika pada
4 Juni 1962, Kartosuwiryo berhasil ditangkap.
• Tidak lama setelah Kartosuwiryo memproklamasikan
gerakan DI/TII Jawa Barat, di daerah Kalimantan
Selatan, Ibnu Hajar memproklamasikan berdirinya
gerakan DI/TII di Kalimantan Selatan.
• Di Kalimantan Selatan, Ibnu Hajar bersama dengan
pasukannya yang diberi nama Kesatuan Rakyat yang
Tertindas, melakukan berbagai aksi penyerangan
terhadap pos-pos TNI.
• Selanjutnya, karena Ibnu Hajar tidak mau menyerah
maka pemerintah terpaksa mengambil tindakan tegas
guna menumpas gerombolan Ibnu Hajar.
• Pada 1959, gerombolan tersebut berhasil dihancurkan
dan Ibnu Hajar ditangkap.
• Pada 23 Agustus 1949 diproklamasikan berdirinya Negara
Islam Indonesia dan Tentara Islam Indonesia oleh Amir Fatah
di Desa Pangarasan, Tegal, Jawa Tengah.
• Selanjutnya, di Tegal ia memproklamasikan berdirinya DI/TII
Jawa Tengah sebagai bagian dari DI/TII Jawa Barat.
• Guna menumpas gerakan DI/TII Jawa Tengah, pemerintah
mengadakan Operasi Gerakan Banteng Negara oleh Divisi
Diponegoro.
• Dalam perkembangannya gerakan DI/TII Jawa Tengah
diperkuat oleh dukungan pasukan Batalyon 426.
• Pada 1957 gerakan DI/TII Jawa Tengah berhasil dilumpuhkan.
• Tanggal 7 Agustus 1953, Kahar Muzakar
memproklamasikan gerakan Tentara Islam Indonesia
sebagai bagian dari gerakan DI/TII Kartosuwiryo.
• Lahirnya gerakan Kahar Muzakar ini berawal dari timbulnya
rasa kecewa karena permintaannya agar Komando Gerilya
Sulawesi Selatan yang dipimpinnya tidak dibubarkan,
namun dimasukkan ke Brigade Hasanuddin yang akan ia
pimpin ditolak pemerintah.
• Untuk menumpas gerakan DI/TII di Sulawesi Selatan
pemerintah mengadakan serangkaian operasi militer.
Akhirnya pada 3 Februari 1965, Kahar Muzakar ditembak
mati oleh aparat TNI.
• Pada 20 September 1953 tokoh Aceh bernama Daud Beureueh
memproklamasikan berdirinya Negara Islam Aceh sebagai bagian dari Negara
Islam Indonesia Kartosuwiryo.
• Karena Daud Beureueh adalah tokoh berpengaruh dan pernah jadi gubernur
militer Daerah Istimewa Aceh maka gerakannya mudah mendapat dukungan
pengikut.
• Selanjutnya, diadakan gerakan menguasai kota-kota Aceh dan
mengupayakan propaganda yang bertujuan untuk mendiskreditkan
pemerintah RI.
• Untuk menyelesaikan persoalan tersebut, selain mengadakan musyawarah
pemerintah juga mengambil tindakan berupa operasi militer.
• Penyelesaian masalah gerakan DI/TII Aceh dilakukan pada 17 Desember 1962
dengan diadakannya Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh. Dengan
selesainya masalah DI/TII Aceh maka situasi keamanan di Aceh dapat
dipulihkan.
• Gerakan APRA yang dipimpin oleh Westerling merupakan gerakan separatisme pertama yang
muncul selama masa Republik Indonesia Serikat (RIS).
• Gerakan APRA didalangi oleh golongan kolonialis Belanda yang ingin mengamankan
kepentingan-kepentingan ekonominya di Indonesia.
• Gerakan APRA pertama kali meletus di Bandung. Sebelumnya gerakan APRA mengajukan
sebuah ultimatum kepada pemerintah RIS dan Negara Pasundan yang berisi agar APRA
diakui sebagai Tentara Pasundan dan menolak dibubarkannya Negara Pasundan, namun
tidak ditanggapi oleh pemerintah.
• Selanjutnya, gerombolan APRA berhasil menduduki markas staf Divisi Siliwangi dan berhasil
membunuh seluruh regu jaga yang hanya berjumlah 15 orang.
• Dalam gerakan APRA tanggal 23 Januari 1950, 79 anggota APRIS tewas dan banyak
penduduk sipil yang menjadi korban gerakan APRA.
• Untuk menumpas APRA maka pemerintah mengirimkan bala bantuan militer ke Bandung.
Selain itu, PM Hatta juga mengadakan perundingan dengan komisaris tentara Belanda di
Bandung, Mayor Jendral Engels. Berdasarkan perundingan tersebut maka gerombolan APRA
berhasil dipaksa mundur ke luar kota Bandung. Meskipun telah mundur dari Kota Bandung,
TNI tetap mengejar sisa-sisa kekuatan APRA untuk dilumpuhkan.
• Selain di Bandung, Gerakan APRA juga terjadi di Jakarta yang
bekerja sama dengan Sultan Hamid II dari Pontianak dengan
menyerbu gedung sidang kabinet untuk menculik semua
menteri pertahanan dan membunuh Menteri Pertahanan Sri
Sultan Hamengku Buwana IX, Sekretaris Jenderal Kementerian
Pertahanan Mr. Ali Budiarjo, dan Pejabat Kepala Staf
Angkatan Perang Kolonel T. B. Simatupang.
• Namun, rencana kudeta APRA dapat digagalkan oleh pihak
intelijen dan pelakunya seperti Sultan Hamid II berhasil
ditangkap dan diadili.
• Pada 22 Februari 1950 Westerling meloloskan diri ke
Singapura dengan memakai pesawat Catalina milik AL
Belanda.
• Kapten Andi Azis adalah perwira KNIL berpangkat letnan dua yang bertugas sebagai ajudan Wali
Negara Indonesia Timur.
• Pada 30 Maret 1950, ia beserta satu kompi pasukan bekas KNIL diterima sebagai anggota APRIS.
Pada saat itu di Makassar terjadi demonstrasi.
• Berita kedatangan APRIS ke Makassar menimbulkan kekhawatiran dari kalangan pasukan bekas
KNIL. Oleh karena itu, mereka segera bergabung dalam Pasukan Bebas TNI di Makassar di
bawah pimpinan Kapten Andi Azis. Selanjutnya, mereka menyerang markas TNI di Makassar.
• Dalam waktu singkat, Kota Makassar berhasil direbut oleh para pemberontak. Selain berhasil
menyerang markas TNI, pasukan Andi Azis berhasil menduduki lapangan terbang, kantor
telekomunikasi, pos-pos militer, dan menawan Panglima Tentara Kolonel A. J. Mokoginta.
• Untuk mengatasi pemberontakan, pemerintah mengeluarkan ultimatum pada 8 April 1950 yang
meminta agar dalam waktu 4 x 24 jam Andi Azis harus datang ke Jakarta untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya dan menarik mundur pasukannya, menyerahkan
senjata dan melepaskan semua tawanan.
• Karena Andi Azis terlambat melaporkan diri ke Jakarta, ia ditangkap dan diadili pada April 1950.
• Untuk membersihkan gerakan Andi Azis, pemerintah mengadakan operasi militer di bawah
pimpinan Mayor H. V. Worang dan Kolonel A. E. Kawilarang.
• RMS didirikan oleh Dr. Soumokil pada 25 April 1950 karena tidak puas dengan
terjadinya prsoes kembali ke NKRI pasca KMB.
• Untuk menyelesaikan pemberontakan RMS, pemerintah berupaya
menyelesaikan secara damai. Akan tetapi, upaya tersebut gagal sehingga
pemerintah mengirim pasukan ekspedisi militer di bawah pimpinan Kolonel A.
E. Kawilarang.
• Pada 14 Juli 1950, pasukan APRIS berhasil mendarat di Laha, Pulau Buru. Pulau
Buru berhasil dikuasai sehingga RMS bergerak menuju Pulau Seram, Kepulauan
Tanimbar, Kei, dan Aru.
• Setelah berhasil menduduki Seram, pada November 1950 pasukan APRIS
berhasil menguasai Ambon. Akan tetapi, Letnan Kolonel Slamet Riyadi
tertembak dan gugur. Dengan jatuhnya Ambon maka perlawanan RMS berhasil
dipatahkan.
• Dr. Soumokil akhirnya berhasil ditangkap pada 2 Desember 1963 dan pada 21
April 1964 dijatuhi hukuman mati oleh Mahkamah Militer Luar Biasa.
• Pada 2 Maret 1957 Letkol Ventje Samuel
memproklamasikan Piagam Perjuangan Rakyat
Semesta (Permesta). Wilayahnya meliputi Sulawesi,
Nusa Tenggara, dan Maluku. Gerakan di Sulawesi
lebih dikenal dengan Gerakan Piagam Perjuangan
Rakyat Semesta. Piagam Perjuangan Rakyat
Permesta ditandatangani oleh 51 tokoh masyarakat
Indonesia bagian timur yang berasal dari Sulawesi,
Kepulauan Nusa Tenggara, dan Maluku.
• Karena merasa kecewa terhadap berbagai kebijakan
pemerintah pusat maka pada 25 Februari 1958,
ketua Dewan Banteng Achmad Hussein
memproklamasikan berdirinya Pemerintahan
Revolusioner Republik Indonesia dengan
Syarifuddin Prawiranegara sebagai perdana
menterinya.
• Pembentukan PRRI di Sumatera segera mendapat
sambutan di Indonesia bagian timur. Pada 17
Februari 1958, Letkol D. J. Somba menyatakan
mendukung sepenuhnya gerakan PRRI.
• Untuk menumpas pemberontakan PRRI pemerintah mempersiapkan
operasi militer gabungan yang terdiri atas TNI AD, TNI AL, dan TNI AU.
Operasi gabungan ini dinamakan Operasi 17 Agustus dan dipimpin langsung
oleh Kolonel Ahmad Yani.
• Gerakan pasukan TNI pertama kali ditujukan ke Pekanbaru untuk
mengamankan sumber-sumber minyak. Setelah berhasil menguasai
Pekanbaru, Operasi 17 Agustus dilanjutkan untuk menguasai pusat basis
pemberontak di Bukittinggi dan pada 4 Mei 1958 daerah Bukittinggi daerah
Bukittinggi berhasil dikuasai pasukan TNI.
• Karena semakin terjepit ruang gerak PRRI, maka banyak tokoh-tokoh PRRI
yang menyerahkan diri seperti Achmad Hussein.
• Untuk menumpas pemberontakan Permesta, pemerintah melancarkan
Operasi Merdeka pada April 1958. Operasi penumpasan Permesta
menghadapi perlawanan yang lebih berat karena situasi daerah yang
menguntungkan para pemberontak dan persenjataannya lebih kuat.
• Pada pertengahan 191 sisa-sisa kekuatan Permesta menyerahkan diri
sepenuhnya pada pemerintah pusat.
• Prinsip Nasakom yang diterapkan pada waktu itu memberi peluang
kepada PKI dan organisasi pendukungnya memperluas
pengaruhnya. Dalam memanfaatkan peluang tersebut PKI
menyatakan sebagai partai pejuang bagi perbaikan nasib rakyat.
• Kondisi politik dan ekonomi yang semakin tegang berdampak pada
sosial budaya masyarakat. PKI dan para pendukungnya yang
semakin mendapat pengaruh sering mengancam dan melakukan
tindak kekerasan lainnya. Tindakan PKI akhirnya juga dibalas oleh
para kelompok yang anti-PKI.
• Pengaruh PKI yang semakin besar dalam bidang politik berdampak
luas terhadap kebijakan pemerintah di semua bidang. Dalam
bidang sosial budaya semua organisasi yang anti-PKI dituduh
sebagai anti pemerintah. Para seniman yang tergabung dalam
kelompok Manifesto Kebudayaan dibubarkan oleh pemerintah
pada Mei 1964. Badan Pendukung Sukarno juga dibubarkan pada
Desember 1964 karena menentang PKI.
• Pengaruh PKI makin meluas di masyarakat disebabkan oleh hal-hal
berikut:
• Keputusan pemerintah membubarkan Masyumi dan Partai Sosialis
Indonesia (PSI) yang merupakan kekuatan politik pesaing PKI pada
Agustus 1960.
• Kondisi ekonomi yang makin menurun dimanfaatkan oleh PKI
untuk membangun simpati terutama di kalangan masyarakat
bawah.
• Keberhasilan PKI memobilisasi para buruh, petani, nelayan,
pedagang keci, dan pegawai rendahan dengan menjanjikan untuk
mendapatkan kenaikan pendapatan.
• Pada akhir tahun 1963 PKI melakukan aksi sepihak terutama di
Jawa, Bali, dan Sumatra Utara dengan mengambil alih tanah milik
petani kaya serta perkebunan milik pemerintah untuk dibagikan
kepada para petani pendukung PKI.
• Agitasi dan propaganda : PKI menggunakan unsur-unsur pers yang sudah
didominasi PKI seperti Kantor Berita Antara dan Persatuan Wartawan Indonesia
(PWI). Melalui tokoh-tokoh utamanya, PKI membangkitkan semangat progresif
revolusioner dengan melakukan pidato-pidato agitasi di forum pemerintahan
maupun non-pemerintahan.
• Isu Dewan Jenderal: Diciptakan oleh Biro Khusus PKI sebagai sarana perang urat
syaraf untuk menciptakan citra buruk terhadap pimpinan TNI AD di mata
masyarakat. Isu Dewan Jenderal disebarluaskan melalui anggota-anggota PKI yang
aktif. Agar isu tersebut memengaruhi Presiden Sukarno, anggota PKI di DPRGR
Sudjarwo Harjowasastro menyampaikan isu tersebut untuk sebagai informasi
intelijen. Di PKI sendiri, isu Dewan Jenderal juga disebarluaskan sebagai materi
agitasi politik bagi anggota-anggota PKI dengan tujuan menanamkan kebencian dan
sikap permusuhan terhadap TNI AD. Oleh PKI, diisukan bahwa Dewan Jenderal
terdiri atas sejumlah jenderal TNI AD seperti Jenderal TNI A.H. Nasution, Letnan
Jendral TNI A. Yani, dsb yang mempunyai sikap anti-PKI.
• Isu Dokumen Gilchrist: Pada 15 Mei 1965, Dr. Subandrio menerima surat- yang
seolah-olah dibuat oleh Duta Besar Inggris Gilchrist. Di dalam surat itu tertulis kata-
kata our local army friend, yang memberi kesan seolah-olah ada kerja sama antara
unsur-unsur TNI AD dengan Inggris.
• Pembentukan Angkatan Kelima: Cara pertama
ditempuh melalui parlemen saat PKI mengusulkan
agar dibentuk Angkatan Kelima yang beranggotakan
buruh dan tani yang dipersenjatai untuk membantu
ABRI dalam rangka kampanye Dwikora. Usul ini
ditentang oleh para perwira Angkatan Darat. Cara
kedua ditempuh melalui kudeta. Sejak 1964 sampai
menjelang meletusnya G30S telah beredar isu sakit
parahnya Bung Karno. Hal ini meningkatkan isu
perebutan kekuasaan apabila Bung Karno
meninggal dunia.
• Pada 1 Oktober 1965 Letkol Untung bersama Syam, Pono, Brigjen TNI Suparjo, dan
Kolonel Latief tiba di Lubang Buaya. Ia memberikan perintah kepada semua
komandan pasukan agar segera berangkat menuju sasaran masing-masing yang
telah ditetapkan dan menetapkan Pondok Gede sebagai daerah Pemunduran.
• Untuk melaksanakan operasi maka dibentuklah beberapa pasukan, seperti:
• Pasukan Pasopati yang bertugas menculik para pimpinan TNI AD dan membawanya
ke Lubang Buaya.
• Pasukan Bima Sakti bertugas menguasai Jakarta yang telah dibagi menjadi enam
sektor.
• Pasukan Gatotkaca sebagai pasukan cadangan yang bertugas menampung tawanan
hasil penculikan dan melaksanakan pembunuhan serta penguburan korban-korban
penculikan.
• Tiga perwira tinggi, yaitu Letjen A. Yani, Mayjen Hartono M. T., dan Brigjen
Panjaitan dibunuh di rumahnya. Mayjen Suprapto, Mayjen S. Parman, Brigjen
Sutoyo, dan Lettu Pierre Tendean dibawa ke Lubang Buaya dan dibunuh.
• Jendral A.H. Nasution berhasil meloloskan diri dari pembunuhan. Namun, putri
beliau, Ade Irma Nasution tewas akibat tertembak.
• Selain menculik dan membunuh para perwira tinggi TNI AD di Jakarta, PKI juga
melakukan G30 S/PKI di Yogyakarta.
• Pada pukul 07.20 tanggal 1 Oktober 1965 Letkol Untung mengumumkan
dibentuknya Dewan Revolusi. Pada siang harinya Kabinet Dwikora
didemisionerkan. Pengumuman tersebut diulang lagi pada pukul 14.00 WIB, yang
isinya:
• Susunan Dewan Revolusi terdiri atas 45 orang yang diketuai Letkol Untung dengan
wakil ketua Brigjen Supardjo, Letkol Udara Heru Atmojo, Kolonel Laut Sunardi,
dan Ajun Komisaris Besar Polisi Anwas.
• Penghapusan pangkat jenderal dan pangkat tertinggi ABRI hanya Letkol. Bagi
anggota TNI yang berpangkat di atas Letkol harus menyatakan kesetiaannya
kepada Dewan Revolusi dan selanjutnya baru berhak memakai tanda pangkat
Letkol.
• Bagi para bintara dan tamtama ABRI yang ikut melaksanakan kudeta pangkatnya
dinaikkan satu tingkat dan yang ikut menumpas gerakan Dewan Jenderal
dinaikkan pangkatnya dua tingkat.
• Presiden Sukarno segera mengeluarkan perintah agar seluruh rakyat
Indonesia tetap tenang dan memelihara persatuan serta kesatuan bangsa.
• Mayor Jenderal Suharto selaku Panglima KOSTRAD mengambil alih
komando Angkatan Darat. Dengan menghimpun pasukan Divisi Siliwangi
dan Resimen Para Komando Angkatan Darat di bawah pimpinan Kolonel
Sarwo Edi Wibowo.
• Panglima Kostrad mulai memimpin operasi penumpasan terhadap
Gerakan 30 September dan diteruskan untuk mencari para korban
penculikan.
• Tanggal 4 Oktober 1965 jenazah para Pahlawan Revolusi korban G 30
S/PKI mulai diambil dan pada 5 Oktober 1965 jenazah para korban
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
• Para perwira yang menjadi korban G 30 S/PKI kemudian diangkat menjadi
Pahlawan Revolusi dan diberikan kenaikan pangkat secara anumerta.
• Dengan dipelopori oleh KAMI dan KAPPI yang
tergabung dalam Front Pancasila maka pada 12 Januari
1966 rakyat melancarkan aksi di halaman DPRGR dan
mengajukan tiga buah tuntutan yang disebut Tri
Tuntutan Rakyat (TRITURA), yang isinya:
• Pembubaran PKI
• Pembersihan kabinet dari unsur G 30 S/PKI
• Penurunan harga/perbaikan ekonomi
• Dalam aksi tersebut pada 24 Februari 1966, seorang
mahasiswa UI Arief Rahman Hakim gugur. Selanjutnya,
ia diangkat menjadi Pahlawan Ampera yang dikukuhkan
dalam Tap. MPRS No. XXIX/MPRS/1966.

Anda mungkin juga menyukai