Anda di halaman 1dari 9

Penalaran dan Bahasa

a. Pengertian Bahasa
Bahasa ialah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para
anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerjasama, berkomunikasi, dan
mengidentifikasi diri.(Kushartanti, Yuwono, & Lauder, 2007)
Bahasa merupakan sebuah sistem komunikasi lisan dan tulisan yang digunakan
pada masing-masing negara. Bahasa mempunyai peranan penting dalam berinteraksi,
dan hanya dimiliki oleh manusia.(Yendra, 2018)

Definisi tersebut perlu dijelaskan dan diuraikan sebagai berikut :


1. Bahasa adalah sistem, yang berarti bahasa bukanlah sejumlah unsur yang
terkumpul secara tak beraturan melainkan unsur yang membentuk pola berulang
sehingga bila ada salah satu unsur tidak tampak, maka dapat dibayangkan atau
diramalkan keseluruh ujarannya. Misal : berangkat ...... kantor, ibu tinggal ...........
desa
2. Bahasa adalah sistem tanda, setiap bagian bahasa tentulah mewakili sesuatu,
bermakna, dan berkaitan dengan segala aspek kehidupan dan alam sekitar
masyarakat yang memakainya.
3. Bahasa sistem bunyi, karena pada dasarnya bahasa itu berupa bunyi, manusia dapat
berbahasa tanpa mengenal tulisan. Beberapa jenis huruf bahkan merupakan turunan
dari bunyi.(Kushartanti et al., 2007) sistem bunyi merupakan rangkaian bunyi-
bunyi atau suara ujar yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang sifatnya
sistematis dan berulang-ulang.(Yendra, 2018)
4. Bahasa adalah kesepakatan, yang biasanya digunakan untuk bekerjasama dan
berkomunikasi.
5. Bahasa bersifat produktif, artinya bagi sistem yang unsur-unsur yang jumlahnya
terbatas bahasa dapat dipakai secara tidak terbatas oleh pemakainya.
6. Bahasa bersifat uni, artinya tiap bahasa mempunyai sistem yang khas yang tidak
harus ada dalam bahasa lain.
7. Bahasa mempunyai fungsi yang bergantung pada faktor-faktor siapa, apa, kepada
siapa, tentang siapa, dimana, bilamana, berapa lama, untuk apa, dan dengan apa
bahasa itu digunakan.(Kushartanti et al., 2007)

b. Pengertian Kata
Kata merupakan suatu unit dalam bahasa yang memiliki stabilitas intern dan
mobilitas posisional, yang berarti ia memiliki komposisi tertentu (fonologis atau
morfologis) dan secara relatif memiliki distribusi yang bebas.
Dalam kegiatan komunikasi, kata-kata dijalin-satukan dalam suatu konstruksi yang
lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis yang ada dalam suatu bahasa. Yang
paling penting dari rangkaian kata-kata tadi adalah pengertian yang tersirat dibalik kata
yang digunakan itu.
Pengertian yang tersirat dalam sebuah kata itu mengandung makna bahwa tiap kata
mengungkapkan sebuah gagasan atau sebuah ide. Kata-kata adalah alat penyalur
gagasan yang disampaikan kepada orang lain. Kata-kata ibarat “pakaian” yang dipakai
oleh pikiran kita. Tiap kata memiliki jiwa.
Semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula ide atau
gagasan yang dikuasainya dan yang sanggup diungkapkannya. (Keraf, 2007)

c. Pernyataan
Pernyataan adalah kalimat yang mempunyai nilai benar atau salah, tetapi tidak
sekaligus benar atau salah. Benar diartikan bila ada kesesuaian antara apa yang
dinyatakan dengan keadaan yang sebenarnya. Kalimat pernyataan secara khusus
memiliki fungsi sebagai pemberi informasi yang berupa peristiwa / berita/ kejadian
tertentu terhadap khalayak tanpa memerlukan respon atau tanggapan orang lain.
Kalimat pernyaatan bukanlah kalimat perintah yang meminta orang lain untuk
melakukan sesuatu hal dan juga bukan kalimat tanya yang mengharapkan seseorang
memberikan jawaban atas pertanyaan.(saqeef.com : 2018)
Ciri-ciri kalimat pernyataan :
1. Terdapat informasi yang berupa fakta atau opini
2. Pada akhir kalimat menggunakan tanda titik (.)
3. Kalimat penyataan ketika dilafalkan menggunakan intonasi datar atau netral
4. Kalimat diutarakan secara langsung tanpa dilebih-lebihkan dengan pertimbangan
efektivitas serta efisiensi kalimat

d. Teks dan Konteks


Teks merupakan seperangkat unit bahasa baik lisan maupun tulisan, makna
tertentu, serta tujuan tertentu. Teks bersifat sistematis dan memiliki struktur teratur
dengan elemen-elemen yang mana jika terjadi perubahan pada salah satu elemen maka
akan berdampak sistemik. Teks bisa berupa kata, kalimat, paragraf, atau wacana, yang
memiliki karakteristik tertentu yang secara konvensional diterima, secara kognitif
dipahami yang kemudian karakteristik teks itu senditi disebut tekstur.
Kridalaksana dalam kamus linguistiknya menyatakan bahwa teks adalah (1) satuan
bahasa terlengkap yang bersifat abstrak, (2) deretan kalimat, kata, dan sebagainya yang
berbentuk ujaran, (3) ujaran yang dihasilkan dalam interaksi manusia, sehingga dapat
disimpulkan bahwa teks adalah satuan bahasa yang dihasilkan melalui medium prantara
secara interaksi atau komunikasai baik berupa lisan maupun tulisan. (Kridalaksana,
2009)

Konteks adalah aspek-aspek internal teks dan segala sesuatu yang secara ekstrenal
melingkupi sebuah teks. Konteks wacana adalah aspek-aspek internal wacana dan
segala sesuatu yang secara eksternal melingkupi sebuah wacana. Berdasarkan
pengertian tersebut maka konteks wacana secara garis besar dapat dibedakan menjadi
dua kelompok, yaitu konteks bahasa dan konteks luar bahasa. Konteks bahasa disebut
ko-teks, sedangkan konteks luar bahasa (extra linguistic contect) disebut dengan
konteks situasi dan konteks budaya atau konteks saja. (Sumarlam, 2006)
Kridalaksana menyatakan bahwa konteks adalah (1) aspek-aspek lingkungan fisik
atau sosial yang kait mengait dengan ujaran tertentu, (2) pengetahuan yang sama-sama
memiliki pembicara dan pendengar sehingga pendengar paham apa yang dimaksud
pembicara. (Kridalaksana, 2009)
Simpulan dari di atas yaitu bahwa konteks adalah suatu ujaran yang berbentuk
uraian atau kalimat dengan maksud untuk mengetahui makna dari ujaran tersebut dalam
situasi yang ada hubungan dengan peristiwa itu.(Kridalaksana, 2009)
e. Kalimat
Kalimat adalah kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan
perasaan. Kalimat diartikan sebagai satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri,
mempunyai pola intonasi final dan terdiri atas klausa.

Intonasi final adalah ujaran yang berfungsi menghentikan atau mengakhiri suatu tutur.
Ada dua macam intonasi final, yaitu :
1. Perhentian antara : perhentian yang bersifat sementara dan berfungsi untuk
menunjukkan bahwa tutur masih akan dilanjutkan, biasanya dilambangkan dengan
tanda baca koma (,).
2. Perhentian akhir : perhentian yang menyatakan bahwa suatu tutur sudah mencapai
kebulatan, biasanya ditandai dengan tanda baca titik (.) atau titik koma (;)

Klausa yaitu satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, sekurang-kurangnya terdiri
atas subjek dan predikat yang berpotensi menjadi kalimat.

Unsur-unsur kalimat
1. Subjek (pelaku atau penyebab suatu perbuatan, dengan ciri-ciri :
a. Subjek merupakan jawaban dari pertanyaan dengan kata tanya apa atau siapa.
b. Biasanya disertai dengan kata tunjuk itu.
c. Didahului kata bahwa.
d. Memiliki keterangan yang
e. Tidak didahului preposisi (dari, dalam, di, ke, kepada, daripada, pada)
f. Berupa nomina atau frasa nominal

2. Predikat (kalimat yang berfungsi sebagai penjelas unsur subjek, ciri-ciri:)


a. Merupakan jawaban dari pertanyaan dengan kata tanya mengapa atau
bagaimana
b. Berupa kata adalah
c. Dapat diingkarkan dengan kata tidak atau bukan
d. Disertai dengan kata aspek (telah, sudah, belum, akan, sedang)
e. Disertai dengan kata modalitas (ingin, hendak, mau)
3. Objek (unsur kalimat yang berfungsi sebagai sasaran yang dikenai pekerjaan) ciri-
cirinya :
a. Berada langsung di belakang unsur predikat
b. Dapat berubah menjadi unsur subjek dalam kalimat pasif
c. Tidak dapat didahului oleh kata depan / preposisi (di, ke, kepada, dari, dalam,
pada)

4. Pelengkap (berfungsi sama seperti objek, tetapi tidak dapat berubah menjadi unsur
subjek dalam kalimat pasif), ciri-cirinya :
a. Bersifat wajib, karena melengkapi makna pada verba predikat.
b. Berada di belakang unsur predikat.
c. Tidak didahului oleh kata depan / preposisi (di, ke, kepada, dari, dalam, pada)

5. Keterangan (unsur kalimat yang berfungsi sebagai unsur tambahan dan tidak
bersifat wajib), ciri-cirinya :
a. Bersifat manasuka
b. Kehadiran tidak mempengaruhi gramatikal kalimat(Prihantini, 2015)

f. Proposisi
Proposisi adalah pernyataan atau kalimat yang dipakai dalam logika. Perbedaan
antara kalimat dan proposisi yaitu, kalimat adalah kumpulan kata yang mempunyai arti
tertentu. Sedangkan proposisi adalah term-term (kata) yang digabungkan menjadi satu
sehingga memiliki nilai benar atau salah.
Proposisi itu dapat ditulis dengan kalimat biasa, tetapi bisa juga ditulis dengan
simbol huruf, misalnya : a, d, c, atau e, i, r dan seterusnya. Proposisi yang lengkap
biasanya mempunyai kata pembilang, subjek, predikat, dan mempunyai kopula
(penghubung). Objek tidak ada dalam proposisi, kalaupun ada biasanya sudah
tergabung dengan predikat.

Jenis-jenis proposisi :
1. Proposisi tunggal (sederhana / atomik), adalah proposisi yang mengandung suatu
pernyataan, contoh : si Amir orang Indonesia (p).
2. Proposisi majemuk (molekuler), proposisi ini terdiri dari beberapa proposisi
sederhana. Misalnya : si Amir orang Indonesia dan seorang sastrawan (p.q).
3. Proposisi kategoris yaitu proposisi yang paling bersahaja, (yang terdiri dari subjek
dan predikat). Contoh proposisi yang hubungannya saling membenarkan ; celeng
adalah babi hutan.
Contoh proposisi yang hubungannya saling mengingkari : kuda bukan anjing.
Contoh proposisi yang hubungannya menyatakan mempunyai sifat tertentu : rusa
bertanduk indah
Contoh proposisi yang menunjukkan sesuatu termasuk dalam himpunan tertentu :
mahasiswi termasuk himpunan wanita berpendidikan.
4. Proposisi affirmatif adalah proposisi yang mengakui hubungan subjek dengan
predikat, contoh : Sokrates adalah ahli pikir.
5. Proposisi negatif : yaitu proposisi kategoris yang menyatakan tidak ada hubungan
antara subjek dengan predikat, contoh : Tak seekor pun semut adalah harimau.
6. Proposisi disjungtif yaitu proposisi majemuk yang berisi pernyataan alternatif,
contoh : Si Kadir seorang yang rajin atau pemalas.
7. Proposisi kondisional yaitu proposisi majemuk yang menyatakan hubungan antara
subjek dan predikat bersyarat, contoh : Kalau hari hujan hawa terasa sejuk.
Apabila ditulis dengan simbol menjadi p>q, (p disebut anteseden dan q
disebut konsekuen).
8. Proposisi aposteriori, yaitu pernyataan yang berdasarkan pengamatan atau
pengalaman.
9. Proposisi apriori berlawanan dengan proposisi aposteriori, yaitu proposisi yang
diperoleh dari pertimbangan pikiran saja, tidak berdasar pengamatan atau
pengalaman.
10. Proposisi analitis, proposisi yang menyatakan sifat khusus dari subjeknya, contoh
: Garis bagi sebuah sudut membagi sudut itu sama besar.
11. Proposisi Konjunktif, proposisi majemuk yang terdiri dari beberapa proposisi
tunggal yang dihubungkan dengan kata dan.
12. Proposisi Universal : proposisi yang memakai kata pembilang semua atau tak
satupun.
13. Proposisi problematis, proposisi yang tidak mengandung nilai besar atau salah,
tetapi menunjukan adanya kemungkinan begini atau begitu.
Contoh : A mungkin adalah B
14. Proposisi Necessary, proposisi yang tidak mengandung nilai benar atau salah,
tetapi menjelaskan suatu kemestian.
Contoh : orang yang miskin mesti sengsara.
15. Proposisi Realasi, proposisi yang mengakui atau mengingkari hubungan dua hal
atau lebih.
Contoh : Pak Achmad adalah ayah Amir.
16. Proposisi Eksklusif, proposisi yang mengandung kata hanya, semata-mata.
Contoh : Hanya sedikit yang dapat membaca huruf kuno itu. (Dr. XS. Oesman
Arif, 2012)

g. Kalimat Ambigu
Kalimat ambigu adalah kalimat yang mempunyai kemungkinan arti lebih dari satu.
Kalimat ambigu dapat menghambat kelancaran komunikasi, karena pihak penerima
dapat menafsirkan arti yang berbeda dengan arti yang dimaksud oleh pembicara atau
penulis. (Wiyanto, 2012)
Jenis-jenis kalimat ambigu :
1. Ambiguitas Fonetik
Jenis keambiguan ini terjadi akibat persamaan bunyi yang diucapkan. Karena
keambiguan ini terjadi saat percakapan, maka jenis ini sering terjadi dalam dialog
sehari-hari.
Contoh : Putri datang ke sini memberi tahu

2. Ambiguitas Gramatikal
Terjadi karena proses pembentukan ketatabahasaannya. Akan tetapi, kata-kata
yang mengalami ambiguitas ini akan hilang jika sudah masuk dalam konteks
kalimat.
Contoh : Orangtua

3. Ambiguitas Leksikal
Disebabkan oleh faktor kata itu sendiri.
Contoh : (1) Anton berlari sangat kencang ketika lomba maraton.
(2) Anton lari dari kenyataan hidup yang pahit (dosenbahasa.com)
h. Kalimat Subjektif dan Kalimat Non Subjektif
Kalimat subjektif adalah kalimat yang didasarkan pada pendapat pribadi, interpretasi,
sudut pandang, emosi dan penilaian.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. XS. Oesman Arif, M. P. (2012). Membangun Logika Baru dan pemikiran Modern (1st
ed.; M. H. Dr. Kundharu Saddhono, ed.). Klaten: Penaloza Publisher.

Keraf, G. (2007). Diksi dan Gaya Bahasa (17th ed.). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, H. (2009). KAmus Linguistik (4th ed.). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kushartanti, Yuwono, U., & Lauder, M. R. (2007). Pesona Bahasa. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

Prihantini, A. (2015). Master Bahasa Indonesia (1st ed.). Yogyakarta: B First.

Sumarlam. (2006). Analisis Wacana Tekstual dan Kontekstual. Surakarta: UNS Press.

Wiyanto, A. (2012). Kitab Bahasa Indonesia (1st ed.). Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher.

Yendra. (2018). Mengenal Ilmu Bahasa (1st ed.; I. Candrawinata, ed.). Yogyakarta:
Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai