Anda di halaman 1dari 9

RUANG LINGKUP EPIDEMIOLOGI PADA KASUS

FILARISASIS

(Untuk memenuhi tugas mata kuliah epidemiologi)

Dosen Pengampu : Dewi Andang Prastika, S.SiT, M.Kes

Oleh :

ELFIRA RISULY S

NIM : P1337424419050

KELAS NON REGULER A

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN SEMARANG

JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2019
14 Warga Penderita Kaki Gajah
Meninggal, Dinkes Gencarkan
Program Filariasis
Penulis : admin
2 Oktober 2019 | 11:18 wib
96

Petu
gas Dinas Kesehatan Brebes memberikan obat Kaki Gajah pada Anak-anak. FOTO:RATEG

UNGARANNEWS.COM. BREBES- Sebanyak 61 warga di Kabupaten


Brebes menderita penyakit kaki gajah. Bahkan dari data Dinas
Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Brebes, 14 dari 61 orang penderita
kaki gajah hingga September 2019 lalu meninggal dunia.

”Di Kabupaten Brebes sendiri per September lalu ada 61 kasus


penderita kaki gajah. Dan 14 di antaranya meninggal dunia,” kata
Kepala Dinkes Kabupaten Brebes Sartono, melalui Pengelola
Program Filariasis Agus Riyanto, kemarin.
Penyebaran penyakit kaki gajah tersebut tersebar di 24 puskesmas
yang ada di 17 kecamatan se Kabupaten Brebes. Dari 24 puskesmas
tersebut, Puskesmas Jatibarang merupakan wilayah yang paling
banyak temuan penderitaan penyakit tersebut. Yakni dengan
jumlah temuan sebanyak sembilan kasus.

”Selain Jatibarang, Puskesmas Ketanggungan dan Cikeusal Kidul


merupakan wilayah yang paling banyak kedua dan ketiga dari
penemuan kasus penyakit kaki gajah. Masing-masing temuan yakni
enam dan lima kasus,” ujarnya.

Sementara itu, di puskesmas lainnya, temuan penyakit kaki gajah


rata-rata hanya satu, dua dan tiga kasus. Misalnya di Puskesmas
Bantarkawung ada tiga kasus, Puskesmas Larangan tiga kasus,
Puskesmas Sitanggal dua kasus, dan Puskemas Sirampog satu
kasus.

Upaya pencegahan terjadinya penyakit kaki gajah, pihaknya terus


melakukan berbagai upaya. Di antaranya melakukan program
filariasis. Dimana, capaian minum obat pada 2018 lalu mencapai
84,97 persen atau sebanyak 1.359.933 dari jumlah penduduk yang
mencapai 1.879.460 jiwa mulai dari usia 2-70 tahun.

”Dan masih banyak warga yang belum minum obat yakni mencapai
240.622 jiwa. Dan di tahun ini, sedikitnya lima kasus kita temukan,”
tuturnya. (rateg/abi/tm)
500 Kasus Kaki Gajah di Jateng, Terbesar di
Brebes

Launching pemberian obat massal filiarosis penyakit gajah oleh Bupati Brebes Idza Priyantibdi Islamic Center

BREBESNEWS.co – Bupati Brebes Idza Priyanti mengajak masyarakat untuk bersama-


sama minum obat filariasis untuk mencegah terjangkitnya penyakit kaki gajah.

Kesadaran minum obat tersebut, akan mengeliminir atau menghilangkan


terserangnya penyakit kaki gajah.

Untuk itu, seluruh elemen masyarakat harus mengkampanyekan dan


mensosialisasikan mengenai penyakit kaki gajah.

“Mari kita mulai dari lingkungan keluarga, saudara, tetangga, sekolah, dan tempat
yang lainnya seperti saat ini di pasar ahad saporete,” ajak Idza saat melaunching
Pemberian dan Minum Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis penyakit kaki
gajah di Islamic Centre Brebes, Minggu (30/9/2018).

Penyebaran penyakit kaki gajah harus kita hentikan bersama dengan melakukan
minum obat bersama-sama.

“Rumah dan lingkungan kita juga harus bersih dan sehat, agar terhindar dari gigitan
nyamuk filariasis, dan mandi secara teratur,” tambahnya.

Bulan Eliminasi Penyakit Kaki Gajah (BELKAGA) yang dilaksanakan setiap Oktober,
merupakan bulan dimana setiap penduduk yang tinggal di kabupaten/kota endemis
penyakit Kaki Gajah di seluruh wilayah Indonesia secara serentak minum obat
pencegahan penyakit kaki gajah.

“Kegiatan minum obat ini disebut. Belkaga merupakan langkah akselerasi untuk
mewujudkan Indonesia Bebas Kaki Gajah tahun 2021,” tandas Idza.

500 kasus kaki gajah

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah yang diwakili oleh Kabid P2 dokter
Tatik menyampaikan sedikitnya ada 500 kasus yang terjadi sekarang ini, sebagian
besar ada di Kabupaten Brebes.

Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) harus dilakukan secara maksimal.


Kalau kurang dari 85 % tidak efektif dan akan menjadi sumber penularan.

“Harapannya dalam 5 tahun Kabupaten Brebes dapat terhindar dari penyakit kaki
gajah,” ujar Tatik.

58 Kasus di Brebes

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes dr Sri Gunadi menjelaskan,
di Provinsi Jawa Tengah ada 9 daerah endemis Filariasis penyakit kaki gajah
antaranya di Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kabupaten Pati, Kabupaten
Blora, Kabupaten Demak, Kabupaten Grobogan, dan Kabupaten Brebes dengan
jumlah kasus di Jawa Tengah sebanyak 227 kasus.

“Untuk jumlah kasus di Kabupaten Brebes sendiri sampai dengan sekarang sejumlah
58 kasus Filariasis,” ungkap Sri Gunadi.

Program Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) kaki gajah di Kabupaten


Brebes telah dimulai sejak tahun 2017, dan menetapkan Bulan Oktober sebagai
Bulan Eliminasi Kaki Gajah, dengan capaian minum obat 87,20 %.

Pada tahun ini memasuki tahun kedua program tersebut.

Untuk menghentikan siklus hidup cacing filariasis secara permanen, pemberian obat
pencegahan secara massal tersebut harus dilaksanakan sekali setiap tahun selama
minimal 5 tahun berturut-turut di seluruh wilayah Kabupaten Brebes.

“Sasaran POPM ini adalah penduduk usia 2 sampai dengan 70 tahun yaitu sekitar
1.700.000 orang, dengan target cakupan minimal 85 %,” tambah Gunadi.

Hadir dalam kesempatan tersebut, Wakil Bupati Narjo beserta OPD, jajaran
Forkopimda, jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, Kader Posyandu, serta
anak-anak sekolah dan masyarakat. (AFiF.A).
A. ETIOLOGI

Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang


disebabkan oleh cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah
bening. Penyakit ini dapat merusak sistim limfe, menimbulkan pembengkakan
pada tangan, kaki, glandula, mammae, dan scrotum, menimbulkan cacat seumur
hidup serta stigma sosial bagi penderita dan keluarganya (Ipa, E.P, J, Y, & A,
2016). Cacing penyebab penyakit ini dari kelompok nematoda, yaitu Wucheraria
bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Ketiga jenis cacing tersebut
menyebabkan penyakit kaki gajah dengan cara penularan dan gejala klinis, serta
pengobatan yang sama. Cacing betina akan menghasilkan (melahirkan) larva,
disebut mikrofilaria, yang akan bermigrasi ke dalam sistim peredaran darah
(Soedarto, 2011)
Selain nyamuk yang berperan sebagai vektor utama dalam penularan
filariasis, peran reservoir / hewan peliharaan juga merupakan faktor potensial
untuk terjadinya penularan ke manusia. Sampai saat ini penyakit tular vektor
termasuk filariasis masih menjadi permasalahan kesehatan di Indonesia karena
penyakit ini endemis dan sering kali menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB),
terutama di pedesaan dan dapat menyerang semua golongan umur baik anak-
anak maupun dewasa, laki-laki dan perempuan.

B. EFIKASI
Intervensi yang dilakukan pemerintah Kabupaten Brebes sudah tepat yaitu
dengan pembentukan tim pelaksana eliminasi (TPE) untuk melakukan
penyelidikan kasus atau KLB filariasis di daerah endemis, survey darah jari
(SDJ), penyuluhan tentang PHBS dan pentingnya minum obat pencegahan
massal filariasis, serta mengadakan program BELKAGA (Bulan Eliminasi
Penyakit Kaki Gajah) yang dilaksanakan setiap bulan Oktober dengan mengajak
seluruh warga di daerah endemis tersebut untuk minum obat pencegahan
filariasis secara bersama-sama (Santoso, 2016).
C. EFEKTIVITAS
Kegiatan eliminasi filariasis mencakup dua aspek yaitu memutuskan mata
rantai penularan filariasis dan perawatan terhadap kecacatan pada penderita
filariasis. Pemutusan rantai penularan filariasis dilaksanakan dengan cara
pemberian obat pencegahan masal (POPM) dan pengendalian vektor. Untuk
menghentikan siklus hidup cacing filariasis secara permanen, pemberian obat
pencegahan secara massal tersebut harus dilaksanakan sekali setiap tahun selama
minimal 5 tahun berturut-turut di seluruh wilayah Kabupaten Brebes.
Intervensi yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Brebes sudah tepat,
dengan melakukan kegiatan Bulan Eliminasi Penyakit Kaki Gajah (BELKAGA)
yang dilaksanakan setiap Oktober, merupakan bulan dimana setiap penduduk
yang tinggal di kabupaten/kota endemis penyakit Kaki Gajah di seluruh wilayah
Indonesia secara serentak minum obat pencegahan penyakit kaki gajah. Selain
itu, pengendalian vektor secara terpadu telah dilakukan dengan menghimbau
warga untuk menjaga kebersihan lingkungan dan berperilaku hidup bersih dan
sehat.

D. EFISIENSI
Kabupaten yang melaporkan adanya kasus atau penderita filariasis
diwajibkan untuk melakukan survey darah jari di daerah yang memiliki kasus
kronis sebagai dasar untuk penentuan endemisitas filariasis di kabupaten
tersebut. Bila jumlah penduduk yang positif mikrofilia 1% atau lebih, maka
dalam satu wilayah kabupaten tersebut harus dilakukan pengobatan massal
selama 5 tahun berturut-turut.
Dalam hal ini, keterbatasan anggaran kegiatan POPM dan petugas dalam
mendistribusikan obat, kepatuhan penduduk untuk minum obat selama 5 tahun
menjadi kendala. Efek samping obat yang berupa pusing, mual, muntah dan
pingsan mengakibatkan masyarakat tidak meminum obat yang telah diberikan.
Oleh karena itu pencegahan dan pengobatan yang dicanangkan oleh
pemerintah untuk mencegah kasus filariasis. Untuk sementara ini, penyuluhan
tentang pentingnya menjaga kebersihan dan berperilaku hidup bersih dan sehat
dirasa lebih efisien untuk mencegah terjadinya kasus ini.

E. EVALUASI
Tindakan promotif yang dilakukan oleh Kabupaten Brebes sudah sesuai dan
berhasil, warga dapat menjaga kebersihan lingkungan dan berperilaku hidup
bersih dan sehat. Selain itu, kesadaran warga untuk meminum obat pencegahan
massal (POPM) filariasis meningkat setelah dilakukan penyuluhan tentang
pentingnya meminum obat tersebut. Namun, hal ini mungkin akan menjadi
kendala pemerintah setempat, karena warga masih harus meminum obat
pencegahan massal selama 5 tahun. Selain itu, efek samping obat yang dapat
membuat warga merasa enggan, ketersediaan petugas untuk mendistribusikan
obat dan keterbatasan anggaran untuk penyediaan obat pencegahan selama 5
tahun menjadi masalah yang harus dipikirkan pemerintah. Sebaiknya pemerintah
mencari alternatif yang lebih efisien untuk mencegah filariasis pada KLB atau
daerah endemis dan pengendalian vektor yang intensif untuk mengurangi
kepadatan nyamuk vektor serta penanganan terhadap hewan zoonosis yang
bertindak sebagai reservoir filariasis.

F. EDUKASI
Peningkatan pengetahuan yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Brebes
sudah tepat yaitu dengan mempromosikan untuk melakukan PHBS dan
penyuluhan tentang pentingnya meminum obat pencegahan massal filariasis
(POPM), menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah berkembangbiaknya
nyamuk sebagai vektor penyebaran penyakit filariasis dan mengadakan
BELKAGA (Bulan Eliminasi Penyakit Kaki Gajah) yang dilaksanakan setiap
Oktober dengan mengajak seluruh warga untuk meminum obat pencegahan
massal filariasis.

Anda mungkin juga menyukai