Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BAHASA INDONESIA

Oleh
ELFIRA RISULY S
NIM : P1337424419050

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT


atas segala rahmat dan hidayahnya serta nikmat sehat sampai saat ini, sehingga
dapat menyusun dan menyelesaikan tugas makalah ini.
Makalah ini berjudul “Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik dan
Bensar”. Yang dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Bahasa Indonesia.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis
memohon maaf bila didalam tulisan ini ada kekurangan dalam penulisan atau
sebagainya. Saran dan kritik membangun sangat diharapkan untuk perbaikan
penulisan kedepannya.
Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih. Semoga makalah ini
dapat memberikan inspirasi, masukan, dan manfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.

Semarang, 07 September 2019


Hormat saya,

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... 2


Daftar Isi ............................................................................................................. 3
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang ............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
C. Tujuan .......................................................................................................... 4

Bab II Tinjauan Pustaka


A. Pengertian Karakter ..................................................................................... 5
B. Budi Pekerti ................................................................................................ 6
C. Bidan yang bernilai karakter dan berbudi pekerti ...................................... 6

Bab III Penutup


A. Kesimpulan ............................................................................................... 9
B. Saran ......................................................................................................... 9

Daftar Pustaka ................................................................................................... 10

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah bahasa Indonesia yang baik telah dikenal oleh masyarakat
secara luas dalam kehidupan sehari-hari. Namun pengenalan istilah tidak
menjamin secara komperhensif konsep dan makna istilah bahasa Indonesia
yang baik itu. Hal ini terbukti bahwa masih banyak orang atau masyarakat
berpendapat bahwa bahasa Indonesia yang baik sama dengan bahasa
Indonesia yang baku atau bahasa Indonesia yang benar. Slogan
“pergunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar”, tampaknya mudah
diucapkan, namun maknanya tidak jelas. Slogan tersebut diartikan oleh
sebagian besar masyarakat bahwa di segala tempat kita harus menggunakan
bahasa Indonesia yang baku. Selain itu, masalah lain yang perlu kita soroti
adalah sebagian besar orang terkadang sulit untuk melakukan komunikasi
yang interaktif satu sama lain, bukan berarti karena mereka tidak bisa
berbahasa Indonesia yang baku dengan lancar. Bahasa Indonesia yang baku
dan bahasa indonesia yang benar belum tentu dapat menjamin
tersampaikannya maksud dan tujuan kepada lawan bicara. Sehingga
dibutuhkan susunan bahasa indonesia yang fleksibel yang artinya dapat
dengan mudah menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar ?
2. Bagaimana cara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
dalam kehidupan sehari-hari ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia yang baik
dan benar
2. Mengetahui cara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
dalam kehidupan sehari-hari

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar

Berbahasa Indonesia yang baik adalah berbahasa Indonesia yang


sesuai dengan tempat tempat terjadinya kontak berbahasa, sesuai dengan siapa
lawan bicara, dan sesuai dengan topic pembicaraan. Bahasa Indonesia
yang baik tidak selalu perlu beragam baku. Yang perlu diperhatikan dalam
berbahasa Indonesia yang baik adalah pemanfaatan ragam yang tepat dan
serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa. Orang
yang mahir menggunakan bahasanya sehingga maksud hatinya mencapai
sasarannya, apa pun jenisnya itu, dianggap berbahasa dengan efektif.
Pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis
pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik atau tepat. Bahasa
yang harus mengenai sasarannya tidak selalu perlu bergam baik (Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan,
1988, halaman 19). Jadi jika kita berbahasa benar belum tentu baik untuk
mencapai sasarannya, begitu juga sebaliknya, jika kita berbahasa baik belum
tentu harus benar, kata benar dalam hal ini mengacu kepada bahasa baku.
Contohnya jika kita melarang seorang anak kecil naik ke atas meja, “Hayo
adek, nggak boleh naik meja, nanti jatuh!” Akan terdengar lucu jika kita
menggunakan bahasa baku, “Adik tidak boleh naik ke atas meja, karena nanti
engkau bisa jatuh!”. Pemakaian bahasa Indonesia yang baik perlu
memperhatikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya
.(Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1988, halaman 20).

Kalo kita cermati kutipan-kutipan di atas tentang apa itu bahasa Indonesia
yang baik, erat sekali hubungannya dengan ragam bahasa. Berarti untuk lebih
memahaminya kita juga perlu tahu apa saja ragam bahasa yang ada

5
di dalam bahasa Indonesia. Sepertinya perlu pembahasan tersendiri mengenai hal itu.
Jadi yang penting dalam masalah “yang baik dan benar” kali ini adalah kita tetap
berbahasa sesuai keadaan, situasi, dengan siapa kita berbicara, dan untuk tujuan apa
kita berbahasa.

Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Hal itu
berarti bahwa kita harus memperhatikan sasaran bahasa kita. Kita harus
memperhatikan kepada siapa kita akan menyampaikan bahasa kita. Oleh sebab itu,
unsur umur, pendidikan, agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut
pandang khalayak sasaran kita tidak boleh kita abaikan. Cara kita berbahasa kepada
anak kecil dengan cara kita berbahasa kepada orang dewasa tentu berbeda.
Penggunaan bahasa untuk lingkungan yang berpendidikan tinggi dan berpendidikan
rendah tentu tidak dapat disamakan. Kita tidak dapat menyampaikan pengertian
mengenai jembatan, misalnya, dengan bahasa yang sama kepada seorang anak SD
dan kepada orang dewasa. Selain umur yang berbeda, daya serap seorang anak dengan
orang dewasa tentu saja berbeda. Lebih lanjut lagi, karena berkaitan dengan aspek
komunikasi, maka unsur-unsur komunikasi menjadi penting, yakni pengirim
pesan, isi pesan, media penyampaian pesan, dan penerima pesan. Mengirim pesan
adalah orang yang akan menyampaikan suatu gagasan kepada penerima pesan, yaitu
pendengar atau pembacanya, bergantung pada media yang digunakannya. Jika
pengirim pesan menggunakan telepon, media yang digunakan adalah media lisan.
Jika ia menggunakan surat, media yang digunakan adalah media tulis. Isi pesan adalah
gagasan yang ingin disampaikan kepada penerima pesan.

Marilah kita gunakan contoh sebuah majalah atau buku. Pengirim pesan dapat
berupa penulis artikel atau penulis cerita, baik komik, dongeng, atau narasi. Isi
pesan adalah permasalahan atau cerita yang ingin disampaikan atau dijelaskan. Media
pesan merupakan majalah, komik, atau buku cerita. Semua bentuk tertulis itu
disampaikan kepada pembaca yang dituju. Cara artikel atau cerita itu
disampaikan tentu disesuaikan dengan pembaca yang dituju. Berarti, dalam
pembuatan tulisan itu akan diperhatikan jenis permasalahan, jenis cerita, dan
kepada siapa tulisan atau cerita itu ditujukan.

6
B. Menggunakan Bahasa Indonesia Dalam Kehidupan Sehari-hari
Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar harus dalam kehidupan
sehari-hari harus sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya
dalam situasi nonformal seperti di warung, di pasar, di rumah dan lain- lain
hendaknya menggunakan bahasa Indonesia yang tidak terlalu terikat. Contohnya, “
Berapa nih, Bu, ikannya ? “.

Sedangkan pada situasi formal seperti kuliah, seminar, rapat dan lain- lain,
menggunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal serta memperhatikan kaidah
bahasa Indonesia yang berlaku, seperti kaidah ejaan, kaidah pembentukan kata,
kaidah penyusunan kalimat dan kaidah penataan penalaran. Jika kaidah – kaidah
bahasa kurang ditaati, maka pemakaian bahasa Indonesia tersebut tidak benar atau
tidak baku. Jadi, berbahasa Indonesia yang baik dan benar adalah pemakaian ragam
bahasa yang serasi dengan sasarannya dan juga mengikuti kaidah bahasa yang
benar. Agar penggunaan bahasa Indonesia dapat digunakan dalam berkomunikasi
di lingkungan masyarakat, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan antara lain
sebagai berikut :

1. Isi atau makna, yaitu berhubungan dengan pikiran, gagasan atau perasaan
yang disampaikan
2. Keadaan pemakaian bahasa, yaitu yang berhubungan dengan suasana tempat,
atau waktu bahasa
3. Khalayak/sasaran, yaitu yang berkenaan dengan usia, kelamin,
pendidikan, pekerjaan dan kedudukan.
4. Sarana saluran yang digunakan, umpamanya melalui telepon, radio, televisi
5. Cara berhubungan langsung atau tidak langsung, misalnya melalui forum
rapat, televisi, radio, dan surat

Untuk itu ada baiknya kita tetap harus selalu berbahasa Indonesia yang baik
dan benar yang berarti pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan
di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang benar. Ungkapan bahasa Indonesia
yang baik dan benar sebaliknya mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi
persyaratan kebaikan dan kebenaran.

7
Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat kita menggunakan
bahasa Indonesia yaitu :

1. Tata bunyi (fonologi), fonologi pada umumnya dibagi atas dua bagian yang
meliputi :

a. Fonetik, adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran


yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-
bunyi tersebut dengan alat ucap manusia.
b. Fonemik, adalah ilmu yang mempelajari bunyi atau ujaran yang dalam
fungsinya sebagai pembeda arti.

Kalau dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat dihasilkan
oleh alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam
fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinan- kemungkinan, bunyi-
bunyi yang dapat mempunyi fungsi untuk membedakan arti.

2. Tata bahasa (kalimat),


Masalah definisi atau batasan kalimat tidak perlu dipersoalkan karena
sudah terlalu banyak definisi kalimat yang telah dibicarakan oleh ahli bahasa. Yang
lebih penting untuk diperhatikan ialah apakah kalimat-kalimat yang klita hasilkan
dapat memenuhi syarat sebagai kalimat yang benar (gramatikal). Selain itu,
apakah kita dapat mengenali kalimat-kalimat gramatikal yang dihasilkan orang lain.
Dengan kata lain, kita dituntut untuk memiliki wawasan bahasa Indonesia dengan
baik agar kita dapat menghasilkan kalimat-kalimat yang gramatikal dalam
komunikasi baik lisan maupun tulis, dan kita dapat mengenali kalimat-kalimat yang
dihasilkan orang lain apakah gramatikal atau tidak. Suatu pernyataan merupakan
kalimat jika di dalam pernyataan itu terdapat predikat dan subjek. Jika dituliskan,
kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru,
atau tanda tanya. Pernyataan tersebut adalah pengertian kalimat dilihat dari segi
kalengkapan gramatikal kalimat ataupun makna untuk kalimat yang dapat mandiri,
kalimat yang tidak terikat pada unsure lain dalam pemakaian bahasa. Dalam
kenyataan pemakaian bahasa sehari-hari terutama ragam lisan terdapat tuturan yang
hanya terdiri dari atas unsur subjek saja, predikat saja, objek saja, atau keterangan
saja .
8
3. Kosakata,
Dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita dituntut untuk
memilih dan menggunakan kosa kata bahasa yang benar. Kita harus bisa
membedakan antara ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku, baik
tulis maupun lisan. Ragam bahasa dipengaruhi oleh sikap penutur terhadap kawan
bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembaca (jika dituliskan). Sikap itu
antara lain resmi, akrab, dingin, dan santai. Perbedaan-perbedaan itu tampak dalam
pilihan kata dan penerapan kaidah tata bahasa. Sering pula raga mini disebut
gaya. Pada dasarnya setiap penutur bahasa mempunyai kemampuan
memakai bermacam ragam bahasa itu. Namun, keterampilan menggunakan
bermacam ragam bahasa itu bukan merupakan warisan melainkan diperoleh
melalui proses belajar, baik melalui pelatihan maupun pengalaman. Keterbatasan
penguasaan ragam/gaya menimbulkan kesan bahwa penutur itu kurang luas
pergaulannya. Jika terdapat jarak antara penutur dengan kawan bicara (jika lisan)
atau penulis dengan pembaca (jika ditulis), akan digunakan ragam bahasa resmi
atau apa yang dikenal bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara,
akan makin resmi dan berarti makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang
digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula
tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.

4. Ejaan,

Dalam bahasa tulis kita menemukan adanya bermacam-macam tanda


yang digunakan untuk membedakan arti sekaligus sebagai pelukisan atas
bahasa lisan. Segala macam tanda tersebut untuk menggambarkan perhentian
antara , perhentian akhir, tekanan, tanda Tanya dan lain-lain. Tanda-tanda tersebut
dinamakan tanda baca. Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan
bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan
tanda-tanda baca dan sebagainya, tetapi juga meliputi hal-hal seperti: bagaimana
memotong-motong suku kata, bagaimana menggabungkan kata-kata, baik dengan
imbuhan-imbuhan maupun antara kata dengan kata. Pemotongan itu harus berguna
terutama bagaimana kita harus memisahkan huruf-huruf itu pada akhir suatu baris,
bila baris itu tidak memungkinkan kita menuliskan seluruh kata di sana. Kecuali
itu, penggunaan huruf kapital juga merupakan unsur penting yang harus
9
diperhatikan dalam penulisan dengan ejaan yang tepat. Dari uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan
lambing-lambang bunyi-ujaran dan bagaimana inter-relasi antara lambang-
lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa disebut ejaan.

5. Makna
Pemakaian bahasa yang benar bertalian dengan ketepatan menggunakan kata
yang sesuai dengan tuntutan makna. Misalnya, dalam bahasa ilmu tidak tepat
digunakan kata-kata yang bermakna konotatif (kata kiasan tidak tepat digunakan
dalam ragam bahasa ilmu). Jadi, pemakaian bahasa yang benar adalah pemakaian
bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa. Kriteria pemakaian bahasa
yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahsa yang sesuai dengan
kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan topik apa yang
dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau lisan) atau
orang yang akan membaca (kalau tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itu,
bahasa yang baik itu bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan logis
dan sesuai dengan tata nilai masyarakat kita.

C. Manfaat Menggunakan Bahasa Indonesia


1. Mempermudah dalam komunikasi,
Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi
tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh
orang lain. Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua yang
pernah dicapai oleh nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang
yang sezaman dengan kita. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran
perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita
menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam
aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita
(Gorys Keraf, 1997 : 4). Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat
komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu, kita ingin dipahami oleh
orang lain, kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang
lain, kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita, kita ingin
mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil
10
pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran
menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan
kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita. Pada saat menggunakan
bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan apakah
bahasa yang kita gunakan mudah dipahami orang lain atau tidak. Oleh
karena itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”.
Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat
pendidikan tertentu. namun kata besar atau luas lebih mudah dimengerti oleh
masyarakat umum. Kata griya, misalnya, lebih sulit dipahami dibandingkan
kata rumah atau wisma. Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma,
dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata-kata
griya atau makro akan memberi nuansa lain pada bahasa kita, misalnya,
nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, nuansa tradisional.

2. Mempermudah kita untuk berintegrasi dan beradaptasi secara social, Bahasa


disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia
memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil
bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan
orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara
efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh
memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial
yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan
menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi
yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna
bagi tiap individu dengan masyarakatnya (Gorys Keraf, 1997 : 5). Cara
berbahasa tertentu selain berfungsi sebagai alat komunikasi, berfungsi pula
sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi kepada
lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan
bergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan
bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa
yang nonstandar di lingkungan teman-teman dan menggunakan bahasa standar
pada orang tua atau orang-orang yang kita hormati.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas kita dapat mengambil kesimpulan, yaitu :

1. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang


pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi dengan memperhatikan
pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya.

2. Cara menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari


adalah dengan menggunakan bahasa yang baku sesuai dengan kaidah
ejaan atau ejaan yang disempurnakan.

3. Manfaat yang kita peroleh dari penggunaan bahasa Indonesia yang


baik dan benar adalah mempermudah dalam berkomunikasi dan dapat
mempermudah dalam beradaptasi di lingkungan bermasyarakat.

B. Saran-Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, kita harus menggunakan bahasa


Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
menggunakan bahasa yang baku sesuai dengan kaidah ejaan atau ejaan yang
disempurnakan.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Alwi, Hasan. Dkk. 2003, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi-2. Jakarta:
Balai Pustaka
2. Arifin, Zaenal, 2006. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akapress
3. Badudu, J.S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar. Jakarta: Gramedia
4. Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Edisi
Revisi. Jakarta: Rineka Cipta
5. Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia Dengan Baik dan
Benar.Jakarta: Pustaka Jaya
6. Kartomihardjo, S. 1988. Bahasa Cermin Kehidupan Masyarakat. Jakarta:
P2LPTK
7. Moeliono, Anton. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
8. Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
9. Prihartini, Niniek. Ejaan Yang Disempurnakan. Surabaya: Mitra Jaya
Compugrafi
10. Sabariyanto, Dirgo. 1999. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam
Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya
11. Sugono, Dendy. 1989. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: Priastu
12. Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.
Bandung: Angka

13
14
15

Anda mungkin juga menyukai