Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

I. KONSEP DASAR TEORI


1.1 Definisi Isolasi Sosial
Isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam bagi
dirinya. Isolasi sosial merupakan keadaan dimana individu atau kelompok
mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan
keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak
(Yoseph, 2009).
Isolasi sosial/penarikan diri adalah suatu tindakan pelepasan diri baik dari
perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi
diri). Penarikan diri sebagai pola tingkah laku.Menarik diri merupakan hambatan
sosial yang berhubungan dengan situasi yang menyebabkan hubungan baik antar
personal tidak adekuat, terlalu halus perasaan (peka) terhadap kritikan, penolakan
dan rasa malu (Keliat, 2009).

1.2 Etiologi
1.2.1 Faktor Predisposisi
1. Perkembangan
Sentuhan, perhatian, kehangatan, dari keluarga yang menyebabkan individu
menyendiri, kemampuan berhubungan dengan klien tidak adekuat yang
berakhir dengan menarik diri.
2. Komunikasi dalam keluarga
Klien sering mengalami kecemasan dalam berhubungan dengan anggota
keluarga : sering menjadi kambing hitam, sikap keluarga yang tidak konsisten
(kadang boleh, kadang tidak boleh). Situasi ini membuat klien enggan
berkomunikasi dengan orang lain.

1
3. Sosial budaya
Dikota besar, masing-masing individu sibuk memperjuangkan hidup,
sehingga tidak ada waktu bersosialisasi, situasi ini mendukung perilaku
menarik diri.
1.2.2 Faktor Presipitasi
1. Stressor sosiokultur
Menurunnya stabilitas unit keluarga. Berpisah dengan orang yang berarti
dalam kehidupannya, missal karena dirawat di rumah sakit.
2. Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasi. Sehingga memunculkan stress.

1.3 Rentang respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

- Solitude - Kesepian - Manipulasi


- Otonomi - Menarik diri - Impulsif
- Kebersamaan - Ketergantungan - Narkisme
- Saling ketergantungan
Gambar 1. Rentang respon Sosial
(Stuart, 2010)
1.3.1 Rentang Respon Adaptif
1. Menyendiri ( Solitute)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan seseorang
untuk merenungkan apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan
suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.
2. Otonomi
Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-
ide, pikiran perasaan dalam hubungan sosial.
3. Kebersamaan
Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut
mampu untuk saling memberi dan menerima.

2
4. Saling ketergantungan
Merupakan kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam
membina hubungan interpersonal.
1.3.2 Rentang respon antara adaptif dan maladaptif
1. Kesepian
Merupakan kondisi klien yang sendiri tanpa teman.
2. Menarik diri
Merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam
membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
3. Ketergantungan
Terjadi apabila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri atau
kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
1.3.3 Rentang respon maladaftip
1. Manipulasi
Merupakan gangguan hubungan social yang terdapat pada individu yang
menganggap orang lain sebagai objek, hubungan terpusat pada pengendalian
dan individu berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi
pada orang lain.
2. Impulsif
Yaitu suatu keadaan dimana klien tidak mampu merencanakan suatu, tidak
mampu belajar dari pengalaman, penilaian yang buruk dan tak dapat
diandalkan.
3. Narkisme
Merupakan suatu keadaan dimana harga diri klien rapuh, secara terus menerus
berusaha mendapatkan penghargaan pujian, sikap egosentris, pencemburu dan
marah jika orang tidak mendukung.

1.4 Tanda dan gejala


Tanda-tanda pasien mengalami isolasi sosial, diantaranya :
1. Kurang spontan, apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
2. Menghindar dari orang lain
3. Komunikasi kurang atau tidak ada
4. Tidak ada kontak mata
5. Menolak berhubungan
6. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari
3
Batasan karakteristik lainnya seperti :
1. Menyendiri dalam ruangan
2. Tidak berkomunikasi, menarik diri
3. Tidak melakukan kontak mata
4. Meringkuk ditempat tidur dengan punggung menghadap ke pintu
5. Menyatakan secara verbal atau memperlihatkan ketidaknyamanan dalam
situasi-situasi sosial
6. Disfungsi interaksi dengan teman sebaya, keluarga, atau orang lain
7. Terkadang mendekati perawat untuk berinteraksi, namun kemudian
menolak untuk berespon terhadap penerimaan perawat terhadap dirinya

1.5 Penatalaksanaan
1.5.1 Farmakologi
1. Haloperidol (HPD)
1) Indikasi
Berdaya berat dalam kemampuan, menilai realitas dalam fungsi internal
serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
2) Mekanisme kerja
Obat anti psikosi dalam memblokade dopamine pada reseptor pasca
sinoptik neuron di otak khususnya system limbik dan system ekstra
piramidal.
3) Efek samping
Sedasi gangguan otonomik, gangguan endokrin.
4) Kontra indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, dan kelainan jantung.
2. Trihexipenidyl (THP)
1) IndikasiSegala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca encephalitis dan
idiopatik
2) Mekanisme kerja. Sinergis dengan kinidine, obat anti depresi dan anti
kolinergik lainnya.
3) Efek samping. Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah,
binggung, takikardi, retensi urine.
4) Kontra indikasi. Hipersensitif terhadap trihexipenidyl, psikosis berat,
psikoneurosis, dan obstruksi saluran cerna.

4
3. Risperidone
1) Indikasi untuk skizofreniaakut dan kronik, keadaan psikotik lain dengan
gejala (halusinasi, delusi, curiga, gangguan emosi) atau mengurangi gejala
afektif berhubungan dengan skizofrenia.
2) Efek samping. Insomnia, agitasi, cemas, sakit kepala, somnolen, lelah,
takikardi.
3) Kontra indikasi. Hipotensi, penyakit ginjal, lanjut usia, Parkinson,
epilepsi.
1.5.2 Terapi somatic
Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan
jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku
adaptif dengan melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik klien.
Walaupun yang diberikan perlakuan fisik adalah fisik klien, tetapi target terapi
adalah perlakuan klien. Jenis terapi somatik adalah meliputi pengikatan, ECT,
isolasi, dan fototerapi
1.5.3 Pengikatan
Pengikatan adalah terapi menggunakan alat mekanik atau manual untuk
membatasi mobilitas fisik klien yang bertujuan untuk melindungi cedera fisik
pada klien sendiri atau orang lain.
1.5.4 Terapi Kejang Listrik/Elektro Convulsive Therapy (ECT)
Adalah bentuk terapi kepada klien dengan menimbulkan kejang (Grandmal)
dengan mengalirkan arus listrik kekuatan rendah (2-3 joule) melalui electrode
yang ditempelkan di bebrapa titik pada pelipis kiri/kanan (lobus frontalis)
klien.
1.5.5 Isolasi
Isolasi adalah bentuk terapi dengan menempatkan klien sendiri di ruangan
tersendiri untuk mengendalikan perilakunya dan melindungi klien, orang lain,
dan lingkungan dari bahaya potensial yang mungkin terjadi.
1.5.6 Fototerapi
Fototerapi adalah terapi yang diberikan dengan memaparkan klien pada sinar
terang 5-10 x lebih terang daripada sinar ruangan dengan posisi klien duduk,
mata terbuka, pada jarak 1,5 meter di depan klien diletakkan lampu setinggi
mata.

5
1.5.7 Terapi Modalitas
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Tetapi ini
diberikan dalam upaya mengubah perilaku klien dari perilaku yang maladaptif
menjadi perilaku adaptif. Jenis-jenis terapi modalitas antara lain:
1. Aktifitas Kelompok
Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) adalah suatu bentuk terapi yang
didasarkan pada pembelajaran hubungan interpersonal.Fokus terapi
aktifitas kelompok adalah membuat sadar diri (self-awereness),
peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya.
2. Terapi keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberi perawatan
langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) klien. Perawat membantu
keluarga agar mampu melakukan lima tugas kesehatan yaitu mengenal
masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan,
memberiperawatan pada anggota keluarga yang sehat, menciptakan
lingkungan yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada dalam
masyarakat.
3. Terapi Rehabilitasi
Program rehabilitasi dapat digunakan sejalan dengan terapi modalitas lain
atau berdiri sendiri, seperti Terapi okupasi, rekreasi, gerak, dan musik.
4. Terapi Psikodrama
Psikodrama menggunakan struktur masalah emosi atau pengalaman klien
dalam suatu drama. Drama ini memberi kesempatan pada klien untuk
menyadari perasaan, pikiran, dan perilakunya yang mempengaruhi orang
lain.
5. Terapi Lingkungan
Terapi lingkunagan adalah suatu tindakan penyembuhan penderita dengan
gangguan jiwa melalui manipulasi unsur yang ada di lingkungan dan
berpengaruh terhadap proses penyembuhan. Upaya terapi harus bersifat
komprehensif, holistik, dan multidisipliner.

6
1.6 Pohon Masalah
Risiko tinggi perubahan sensori persepsi :halusinasi

Isolasi sosial : Menarik Diri Devisit Perawatan Diri

Mekanisme Koping Tidak Efektif

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

(Rasmun, 2009)

1.7 Akibat Yang Di Timbulkan


Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya perubahan
persepsi sensori halusinasi. Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah persepsi
sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang
tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti melihat bayangan atau
mendengarkan suara-suara yang sebenarnya tidak ada.
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca
indera, di mana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat
disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organik atau histerik.Halusinasi
merupakan pengalaman mempersepsikan yang terjadi tanpa adanya stimulus
sensori eksternal yang meliputi lima perasaan (pengelihatan, pendengaran,
pengecapan, penciuman, perabaan), akan tetapi yang paling umum adalah
halusinasi pendengaran.

7
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
2.1.1 Data subyektif:
1. Pasien mengatakan malas berinteraksi
2. Pasien mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya.
3. Pasien mengatakan curiga dengan orang lain.
4. Pasien mengatakan mendengar suara-suara/melihat bayangan.
5. Pasien mengatakan orang lain tidak selevel
6. Pasien mengatakan merasa tak berguna.
2.1.2 Data obyektif:
1. Pasien tampak menyendiri.
2. Pasien tampak mengurung diri.
3. Pasien tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain.
4. Pasien tampak mematung.
5. Pasien tampak mondar mandir tanpa arah.

2.2 Diagnosa keperawatan


1. Isolasi sosial : menarik diri ( Prioritas )
2. Risiko tinggi perubahan sensori persepsi : halusinasi
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
(Herdman, 2015)

2.3 Rencana Keperawatan


Hari/ Diagnosa keperawatan P a s i e n K e l u a r g a
tgl
Gangguan Isolasi sosial S P 1 S P 1
1. I d e n t i f i k a s i p e n y e b a b1. D i s k u s i k a n m a s a l a h y a n g
isolasi sosial klien: dirasakan keluarga dalam
s i a p a ya n g s e r u m a h , m e r a w a t k l i e n
siapa yang dekat, 2. J e l a s k a n p e n g e r t i a n ,
yang tidak dekat, dan tanda dan gejala, dan
apa sebabnya. proses terjadinya isolasi
2. Diskusikan dengan klien s o c i a l .
keuntungan berinteraksi 3. Jelaskan cara merawat klien

8
dengan orang lain dengan isolasi sosial.
3. Di skusi kan dengan kl i e 4.
n Latih 2 cara merawat
kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain. berkenalan dan berbicara
4. Ajarkan klien berkenala n saat melakukan kegiatan
dengan satu orang atau h a r i a n .
dengan anggota keluarga. 5. Anjurkan membantu pasien
5. Anjurkan klien memasukan sesuai jadwal dan memberikan
jadwal berbincang dengan p u j i a n
orang lain ke dalam
jadwal kegiatan harian.
S P 2 S P 2
1. E v a l u a s i k e g i a t a n1. Evaluasi kegiatan keluarga
berkenalan (berapa orang), dalam merawat/ melatih klien
b e r i p u j i a n . berkenalan dan berbicara saat
2. L a t i h c a r a b e r b i c a r a melakukan kegiatan harian.
saat melakukan kegiatan B e r i p u j i a n .
harian (latih 2 kegiatan) 2. J e l a s k a n k e g i a t a n r u m a h
3. Masukan ke dalam jadwal tangga yang dapat
untuk latihan berkenalan melibatkan klien berbicara
2-3 orang, berbicara saat (makan, sembahyang
m el akukan kegi at an b e r s a m a )
h a r i a n . 3. L a t i h c a r a m e m b i m b i n g
klien berbicara dan memberi
p u j i a n .
4. A n j u r k a n m e m b a n t u k l i e n
sesuai jadwal dan beri pujian.

S P 3 S P 3
1. Evaluasi kegiatan berkenalan (berapa orang) dan berbicara saat melakukan dua kegiatan harian, beri puj1.ian. E v a l u a s i k e g i a t a n k e l u a r g a
2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (2 kegiatan baru) dalam merawat/ melatih klien
3. Masukan ke dalam jadwal untuk latihan berkenalan 4-5 orang, berbicara saat melakukan 4 kegiatan harian. berkenalan, berbicara saat
melakukan kegiatan harian dan
RT. Beri pujian.
2. Jel askan cara m el at ih kli en

9
melakukan kegiatan sosial
seperti berbelanja, meminta
s e s u a t u , d l l
3. Latih keluarga mengajak klien
b e r b e l a n j a
4. A n j u r k a n m e m b a n t u k l i e n
sesuai jadwal dan beri pujian.
S P 4 S P 4
1. Evaluasi kegiatan latihan
1. Evaluasi kegiatan keluarga
berkenalan (berapa orang) dalam merawat/ melatih klien
berbicara saat melakukan berkenalan, berbicara saat
empat kegiatan harian , melakukan kegiatan harian/ RT, berbelanja. Beri pujian.
b e r i p u j i a n . 2. Jelaskan follow up ke PKM ,
2. Latih cara berbicara sosial:
3. tanda kambuh, rujukan.
belanja ke warung, 4. A n j u r k a n m e m b a n t u k l i e n
meminta sesuatu, menjawab pertanyaan. sesuai jadwal dan beri pujian
3. Masukan ke dalam jadwal
untuk latihan berkenalan
>5 orang, berbicara saat
melakukan kegiatan harian dan bersosialisasi.

2.4 Implementasi
P a s i e n K e l u a r g a

S P 1 S P 1
1. Mengidentifikasi penyebab isol asi1. M e n d i s k u s i k a n m a s a l a h y a n g
sosial klien: siapa yang serumah , dirasakan keluarga dalam merawat klien
siapa yang dekat, yang tidak dekat, 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
d a n a p a s e b a b n y a . gejala, dan proses terjadinya isolasi social.
2. M e n d i s k u s i k a n d e n g a n k l i e n3. Menjelaskan cara merawat klien
keuntungan berinteraksi dengan orang lain dengan isolasi sosial.
3. M e n d i s k u s i k a n d e n g a n k l i e n4. Melatih 2 caramerawat berkenalan
kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain. dan berbicara saat melakukan
4. M e n g a j a r k a n k l i e n b e r k e n a l a n k e g i a t a n h a r i a n .
dengan satu orang atau dengan anggota keluarga. 5. Menganjurkan membantu pasien
10
5. M e n g a n j u r k a n k l i e n m e m a s u k a n sesuai jadwal dan memberikan pujian
jadwal berbincang dengan orang lain
ke dalam jadwal kegiatan harian.
S P 2 S P 2
1. Mengevaluasi kegi at an berkenalan1. Mengevaluasi kegiatan keluarg a
(berapa orang), beri pujian. dalam merawat/ melatih klien
2. Melatih cara berbicara saat melakukan berkenalan dan berbicara saat
kegiatan harian (latih 2 kegiatan) m e l a k u k a n k e gi a t a n h a r i a n .
3. Memasukan ke dalam jadwal untuk B e r i p u j i a n .
latihan berkenalan 2-3 orang, berbicara 2. M e n j e l a s k a n k e g i a t a n r u m a h
saat melakukan kegiatan harian . tangga yang dapat melibatkan
klien berbicara (makan,
sembahyang bersama)
3. Mel at ih cara m embim bi ng kli e n
berbicara dan memberi pujian.
4. Menganj urkan m em bant u kl i en
sesuai jadwal dan beri pujian .
S P 3 S P 3
1. Menge val uasi ke gi at an berken al a n1. Mengevaluasi kegiatan keluarg a
(berapa orang) dan berbicara saat dalam merawat/ melatih klien
melakukan dua kegiatan harian, beri pujian. berkenalan, berbicara saat melakukan
2. Melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian dan RT. Beri pujian.
kegiatan harian (2 kegiatan baru ) 2. Me nj el ask a n c ar a m el at i h k l i e n
3. Memasukan ke dalam jadwal untuk melakukan kegiatan sosial seperti
latihan berkenalan 4-5 orang, berbelanja, meminta sesuatu, dll
berbicara saat melakukan 4 kegiatan 3. Melatih keluarga mengajak klien
h a r i a n . b e r b e l a n j a
4. Menga nj urkan m em bant u kl i en
sesuai jadwal dan beri pujian .
S P 4 S P 4
1. M e n g e v a l u a s i k e g i a t a n l a t i h a n1. Mengevaluasi kegiatan keluarga
berkenalan (berapa orang) dan berbicara saat melakukan empat kegiatan harian, beri pujian. dalam merawat/ melatih klien
2. Melatih cara berbicara sosial: belanja berkenalan, berbicara saat
ke warung, meminta sesuatu, melakukan kegiatan harian/ RT,

11
m e n j a w a b p e r t a n ya a n . berbelanja. Beri pujian.
3. Memasukan ke dalam jadwal untuk2. Menjelaskan follow up ke PKM,
latihan berkenalan >5 orang, berbicara tanda kambuh, rujukan.
saat melakukan kegiatan harian dan 3. M e n g a n j u r k a n m e m b a n t u k l i e n
b e r s o s i a l i s a s i . sesuai jadwal dan beri pujia n

2.5 Evaluasi
Evaluasi dalam proses ini dilakukan dengan format SOAP, yaitu:
S : - Pasien mengatakan merasa lebih baikan setelah dapat megungkapkan
Masalahnya
- Pasien mengatakan dapat berkenalan dengan orang lain
- Pasien mengatakan sudah memiliki teman
O : - Pasien mengungkapakan masalahanya
- Pasien dapat berkenalan dengan orang lain
- Kontak mata (+)
- Pasien mengetahui keuntungan berinteraksi dengan orang lain
- Jadwal kegiatan pasien terisi
A : Tujuan Teratasi
P : Pertahankan kondisi klien

12
DAFTAR PUSTAKA

Herdman,T.Heather. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan


:Definisi& Klasifikasi. 2015-2017. Jakarta. EGC.

Keliat, B.A. 2009. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta. EGC

Ramdhani, Dkk. 2016. Buku Saku Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta. Salemba
Medika.

Rasmun. 2009. Stres Koping dan Adaptasi dan Pohon Masalah Keperawatan.
Jakarta. CV Sagung Seto

Stuart, GW. 2010. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta. EGC.
Yoseph, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. (Edisi Revisi). Bandung. Revika Aditama.

13

Anda mungkin juga menyukai