Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MATERNITAS BAYI BARU LAHIR

DI PUSKESMAS KECAMATAN SETIABUDI

JAKARTA SELATAN

DISUSUN OLEH:

NAMA : IRMINA ENDAH SETIYORINI


NPM : 18180000069

PROGAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
2019
LAPORAN PENDAHULUAN BAYI BARU LAHIR

A. DEFINISI
BBL Normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu – 42 minggu
dengan berat badan 2500-4000 gram. (Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga,
2008).
BBL Normal adalah bayi yang dikeluarkan dari hasil konsepsi melalui jalan lahir
dan dapat hidup diluar dengan berat 2,5 – 4 kg, dengan usia Kehamilan 36 – 42 minggu,
menangis spontan dan bernafas spontan, teratur dan tonus otot baik. (Asuhan Persalinan
Normal, 2011)
BBL Normal adalah Adaptasi fisiologi adalah sangat berguna bagi bayi untuk
menjaga kelangsungan hidupnya diluar uterus, artinya nantinya bayi harus dapat
melakukan sendiri segala kegiatan untuk mempertahankan hidupnya (Perawatan Ibu
bersalin, Fitramaya 2010)
BBL Normal adalah Bayi yang lahir dari kehamilan 2500 – 4000 gram. (Depkes,
RI 2009, hal. 93)

B. CIRI – CIRI BBL NORMAL


1. Berat badan : 2500 – 4000 gram
2. Panjang badan : 48 – 52 cm
3. Lingkar dada : 30 – 35 cm
4. Lingkar kepala : 33 – 35 cm
5. Detak jantung menit – menit pertama kira – kira 180 x/menit, kemudian menurun
120 - 140 x/menit.
6. Pernafasan pada menit pertama 80 x/menit, menurun kira – kira 46 x/menit
7. Warna kulit kemerahan dan licin, karena jaringan subcutan terbatas dan diliputi
verniks caseosa.
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.
9. Kuku agak panjang dan lemas
10. Pada genetalia wanita labia mayora sudah menutup
11. Reflek – reflek pada bayi normal
12. Untuk pengeluaran urin dan meconium akan keluar 24 jam pertama warna meconium
coklat kehitaman.
C. PERUBAHAN FISIOLOGIS BBL NORMAL
Menurut Pusdiknakes (2009) perubahan fisiologis pada bayi baru lahir adalah :
 Adaptasi pernapasan
 Adaptasi kardiovaskuler
 Adaptasi termoregulasi dan metabolic
 Adaptasi gastrointestinal
 Adaptasi system imun
D. Adaptasi perubahan sistim pernapasan / respirasi
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru – paru.

1. Perkembangan Paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang dan
kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini
terus berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolusnya
akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas
sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi
kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan
tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
2. Awal adanya napas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :
- Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak.
- Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara
mekanis.
- Penimbunan karbondioksida (CO2)

Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang
pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi
sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan
pernapasan janin.
- Perubahan suhu
Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
- Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
- Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
- Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin
/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru – paru. Produksi surfaktan
dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru
matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk
mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding
alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.Tidak adanya surfaktan
menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang menyebabkan
sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak
oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang
sebelumnya sudah terganggu.
- Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati
jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-
paru. Seorang bayi yang dilahirkan secara sectio sesaria kehilangan keuntungan
dari kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka
waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara
memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan
dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
- Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam
alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang
perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.
E. Adaptasi Perubahan pada sistem peredaran darah/kardiovaskuler
Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan
besar :
- Penutupan foramen ovale pada atrium jantung.
- Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem
pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara
mengurangi /meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.
Dua peristiwa yang merubah tekanan dalam system pembuluh darah
- Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan
atrium kanan menurun, tekanan atrium menurun karena berkurangnya aliran darah ke
atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium
kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen
sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
- Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah paru-paru dan
meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen pada pernafasan ini menimbulkan
relaksasi dan terbukanya system pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-
paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan
dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri,
foramen kanan ini dan penusuran pada atrium kiri, foramen ovali secara fungsional
akan menutup.
- Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara
fungsional dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem.
Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan.
Perbedaan Sirkulasi Darah Fetus dan Bayi
- sirkulasi darah fetus
- Struktur tambahan pada sirkulasi fetus :
- Vena umbulicalis : membawa darah yang telah mengalami deoksigenasi dari plasenta
ke permukaan dalam hepar.
- Ductus venosus : meninggalkan vena umbilicalis sebelum mencapai hepar dan
mengalirkan sebagian besar darah baru yang mengalami oksigenasi ke dalam vena
cava inferior.
- Foramen ovale : merupakan lubang yang memungkinkan darah lewat atrium dextra
ke dalam ventriculus sinistra.
- Ductus arteriosus : merupakan bypass yang terbentang dari venrtriculuc dexter dan
aorta desendens.
- Arteri hypogastrica : dua pembuluh darah yang mengembalikan darah dari fetus ke
plasenta. Pada feniculus umbulicalis, arteri ini dikenal sebagai ateri umbilicalis. Di
dalam tubuh fetus arteri tersebut dikenal sebagai arteri hypogastica.
- Sistem sirkulasi fetus:
- Vena umbilicalis : membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta ke permukaan
dalam hepar. Vena hepatica meninggalkan hepar dan mengembalikan darah ke vena
cava inferior
- Ductus venosus : adalah cabang – cabang dari vena umbilicalis dan mengalirkan
sejumlah besar darah yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
- Vena cava inferior : telah mengalirkan darah yang telah beredar dalam ekstremitas
inferior dan badan fetus, menerima darah dari vena hepatica dan ductus venosus dan
membawanya ke atrium dextrum.
- Foramen ovale : memungkinkan lewatnya sebagian besar darah yang mengalami
oksigenasi dalam ventriculus dextra untuk menuju ke atrium sinistra, dari sini darah
melewati valvula mitralis ke ventriculuc sinister dan kemudian melalui aorta masuk
kedalam cabang ascendensnya untuk memasok darah bagi kepala dan ekstremitas
superior. Dengan demikian hepar, jantung dan serebrum menerima darah baru yang
mengalami oksigenasi.
- Vena cava superior : mengembalikan darah dari kepala dan ekstremitas superior ke
atrium dextrum. Darah ini bersama sisa aliran yang dibawa oleh vena cava inferior
melewati valvula tricuspidallis masuk ke dalam ventriculus dexter.
- Arteria pulmonalis : mengalirkan darah campuran ke paru - paru yang nonfungsional,
yang hanya memerlukan nutrien sedikit
- Ductus arteriosus : mengalirkan sebagian besar darah dari vena ventriculus dexter ke
dalam aorta descendens untuk memasok darah bagi abdomen, pelvis dan ekstremitas
inferior
- Arteria hypogastrica : merupakan lanjutan dari arteria illiaca interna, membawa darah
kembali ke plasenta dengan mengandung leih banyak oksigen dan nutrien yang
dipasok dari peredaran darah maternal
- Perubahan pada saat lahir
 Penghentian pasokan darah dari plasenta
 Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru
 Penutupan foramen ovale
 Fibrosis
 Vena umbilicalis
 Ductus venosus
 Arteriae hypogastrica
 Ductus arteriosus
F. Adaptasi Pengaturan Suhu / termoregulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami
stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar
yang suhunya lebih rendah. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat
kulit, pada lingkungan yang dingin , pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil
merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk
produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu
meningkatkan panas tubuh sampai 100%.Untuk membakar lemak coklat, sering bayi
harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak
menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan
lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin
lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang bayi
kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis.Sehingga
upaya pncegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban
untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBL.
Metabolisme Glukosa dan metabolik
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan
penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai
mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa
darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).Koreksi penurunan kadar gula
darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
 melalui penggunaan ASI
 melalui penggunaan cadangan glikogen
 melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan
membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi).Hal ini hanya terjadi jika bayi
mempunyai persediaan glikogen yang cukup.Bayi yang sehat akan menyimpan
glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam
rahim. Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan
hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran.
Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran
pada bayi cukup bulan. Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama,
maka otak dalam keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat
bulan (post matur), bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan
stres janin merpakan risiko utama, karena simpanan energi berkurang (digunakan
sebelum lahir).Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas,meliputi; kejang-
kejang halus, sianosis,, apneu, tangis lemah, letargi,lunglai dan menolak makanan.
Hipoglikemi juga dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang
hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di seluruh di sel-sel otak.

G. Adaptasi Perubahan Sistem Gastrointestinal


Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek gumoh dan
reflek batuk yang matang sudah terbentuk baik pada saat lahir.Kemampuan bayi baru
lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas.
Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang
mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus, kapasitas lambung masih
terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan
bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan
makanan yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya memberi ASI on demand.

H. Adaptasi Sistem kekebalan tubuh/ imun


Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus
rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan
memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur
pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh
kekebalan alami: perlindungan oleh kulit membran mukosa,fungsi jaringan saluran napas,
pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus,perlindungan kimia oleh lingkungan
asam lambung.Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah
yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing.

I. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan antara lain :
1. Menilai APGAR
Nilai APGAR merupakan suatu metode penilaian cepat untuk menilai keadaan
klinis bayi baru lahir pada usia 1 menit dan 5 menit. dr.Virginia Apgar mendesain
sebuah metode penilaian cepat untuk menilai keadaan klinis bayi baru lahir. Nilai
Apgar dapat digunakan untuk mengetahui keadaan bayi baru lahir dan respon
terhadap resusitasi. Perlu kita ketahui nilai Apgar suatu ekspresi keadaan fisiologis
bayi baru lahir dan dibatasi oleh waktu. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
nilai Apgar, antara lain pengaruh obat-obatan, trauma lahir, kelainan bawaan, infeksi,
hipoksia, hipovolemia dan kelahiran prematur. Nilai Apgar dapat juga digunakan
untuk menilai respon resusitasi.
CARA MENENTUKAN NILAI APGAR:

Tanda 0 1 2

Warna kulit Kemerahan Kemerahan Semua kemerahan


ekstermitas biru
>100
Denyut jantung Tidak ada <100 Baik (menangis kuat)
upaya Tidak ada
bernafas

Tonus otot
Lemah tidak teratur Gerakan aktif
Reflek (kateter
di lubang Tidak beraksi fleksi pada Batuk, bersin
hidung) ekstermitas
meringis

Pada pemeriksaan mulut perhatikan apakah terdapat labio-palatoskisis harus


diperhatikan juga apakah 2. Mencari Kelainan Kongenital

Pemeriksaan di kamar bersalin juga menentukan adanya kelainan kongenital pada


bayi terutama yang memerlukan penanganan segera pada anamnesis perlu ditanyakan
apakah ibu menggunakan obat-obat teratogenik, terkena radiasi atau infeksi virus
pada trimester pertama. Juga ditanyakan adakah kelainan bawaan keluarga
disamping itu perlu diketahui apakah ibu menderita penyakit yang dapat menggangu
pertumbuhan janin seperti diabetes mellitus, asma broinkial dan sebagainya.

2. Memeriksa cairan amnion

Pada pemeriksaan cairan amnion perlu diukur volume. Hidramnion ( volume > 2000
ml ) sering dihubungkan dengan obstruksi traktus intestinal bagian atas, ibu dengan
diabetes atau eklamsi. Sedangkan oligohidramnion (volume < 500 ml) dihubungkan
dengan agenesis ginjal bilateral. Selain itu perlu diperhatikan adanya konsekuensi
oligohidramnion seperti kontraktur sendi dan hipoplasi paru.
3. Memeriksa tali pusat

Pada pemeriksaan tali pusat perlu diperhatikan kesegaranya, ada tidaknya simpul dan
apakah terdapat dua arteri dan satu vena. Kurang lebih 1 % dari bayi baru lahir hanya
mempunyai satu arteri umbilikalis dan 15 % dari pada mempunyai satu atau lebih
kelainan konginetal terutama pada sistem pencernaan, urogenital, respiratorik atau
kardiovaskuler.

4. Memeriksa plasenta

Pada pemeriksaan plasenta, plasenta perlu ditimbang dan perhatikan apakah ada
perkapuran, nekrosis dan sebagainya. Pada bayi kembar harus diteliti apakah terdapat
satu atau dua korion (untuk menentukan kembar identik atau tidak). Juga perlu
diperhatikan adanya anastomosis vascular antara kedua amnion, bila ada perlu
dipikirkan kemungkinan terjadi tranfusi feto-fetal.

Pemeriksaaan bayi secara cepat dan menyeluruh:

1) Menimbang berat badan dan membandingkan dengan masa gestasi.

Kejadian kelainan congenital pada bayi kurang bulan 2 kali lebih banyak
dibanding bayi cukup bulan, sedangkan pada bayi kecil untuk masa kehamilan
kejadian tersebut sampai 10 kali lebih besar.

2) Pemeriksaan mulut

terdapat hipersalivasi yang mungkin disebabkan oleh adanya atresia esofagus.


Pemeriksaan patensi esophagus dilakukan dengan cara memasukkan kateter ke
dalam lambung, setelah kateter di dalam lambung, masukkan 5 - 10 ml udara dan
dengan stetoskop akan terdengar bunyi udara masuk ke dalam lambung. Dengan
demikian akan tersingkir atresia esophagus, kemudian cairan amnion di dalam
lambung diaspirasi. Bila terdapat cairan melebihi 30 ml pikirkan kemungkinan
atresia usus bagian atas. Pemeriksaan patensi esophagus dianjurkan pada setiap
bayi yang kecil untuk masa kehamilan, ateri umbulikalis hanya satu,
polihidramnion atau hipersalivasi.

3) Pemeriksaan anus

Perhatikan adanya adanya anus imperforatus dengan memasukkan thermometer


ke dalam anus. Walaupun seringkali atresia yang tinggi tidak dapat dideteksi
dengan cara ini. Bila ada atresia perhatikan apakah ada fistula rekto-vaginal.

4) Pemeriksaan garis tengah tubuh

Perlu dicari kelainan pada garis tengah berupa spina bidifa, meningomielokel dan
lain-lain.

5) Pemeriksaan jenis kelamin

Biasanya orang tua ingin segera mengetahui jenis kelamin anaknya. Bila terdapat
keraguan misalnya pembesaran klitoris pada bayi perempuan atau terdapat
hipospadia atau epispadia pada bayi lelaki, sebaiknya pemberitahuan jenis
kelamin ditunda sampai dilakukan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan
kromosom.
J. Menjelaskan karakteristik bayi baru lahir
K. Menguraikan pengkajian fisik bayi baru lahir
L. Asuhan keperawatan bayi baru lahir yang berhubungan dengan masalah
keperawatan:
1) Pengkajian
2) Diagnosa Keperawatan

a. Tidak efektifnya pembersihan jalan nafas


b. Hipotermia
c. Resiko tinggi gangguan parenting
d. Tidak efektifnya breast feeding
3) Intervensi Keperawatan

Pada
b
ayi
b
aru
l
ahir
(BBL)
terjadi perubahan fungsi organ yang meliputi
:
1)
Sistem pernapasan
Selama dalam uterus
janin mendapat oksigen dari pertukaran melalui
plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru
-
paru (setelah tali
pusat dipotong). Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama
ialah akibat
adanya tekanan mekanis pada toraks sewaktu melalui jal
an lahir, penurunan
tekanan oksigen dan peningkatan karbondioksida merangsang
kemoreseptor pada
sinus karotis. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan
tekanan alveoli
adanya surfaktan adalah menarik nafas, mengeluarkan dengan
menjerit sehingga
oksigen
tertahan di dalam. Fungsi surfaktan untuk mempertahankan
ketegangan
alveoli.
Masa alveoli akan kolaps dan paru
-
paru kaku. Pernapasan pada neonatus
biasanya pernapasan diafragma dan abdominal.
Sedangkan respirasi beberapa saat
setelah kelahiran yaitu 30
-
60
x/menit.
2)
Sistem cardiovaskuler
Di dalam rahim darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi berasal
dari
plasenta masuk ke dalam tubuh janin melalui vena umbilikalis,
sebagian besar
masuk ke vena kava inferior melalui duktus dan vena sasaranti, darah
dari sel
-
sel
tubuh yang miskin oksigen serta penuh dengan sisa
-
sisa pembakaran dan sebagian
akan dialirkan ke plasenta melalui
arteri
umbilikalis, demikian seterusnya.
Ketika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis kuat,
dengan
demikian paru
-
paru akan
berkembang, tekanan paru
-
paru mengecil dan darah
mengalir ke paru
-
paru, dengan demikian
foramen ovale,
duktus arterious dan
duktus venosus menutup. Arteri umbilikalis, vena umbilikalis dan
arteri hepatika
menjadi ligamen.
3)
Sistem hematopoiesis
Volume darah
bayi baru lahir bervariasi dari 80
-
110 ml/kg selama hari
pertama dan meningkat dua kali lipat pada akhir tahun pertama.
Nilai rata
-
rata
hemoglobin dan sel darah merah lebih tinggi dari nilai normal orang
dewasa
.
Hb bayi baru lahir 14,5

22,5 gr/dl, Ht 44

72%, SDM 5

7,5 juta/mm
3
dan
Leukosit sekitar 18000/mm
3
. Darah bayi baru lahir mengandung sekitar 80% Hb
janin. Presentasi Hb janin menurun sampai 55% pada minggu
kelima dan 5%
pada minggu
ke 20.
4)
Sistem Pencernaan
Pada kehamilan 4 bulan, pencernaan tel
ah cukup terbentuk dan janin telah
dapat menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak.
Absorpsi air
ketuban terjadi melalui mukosa seluruh saluran pencernaan, janin
minum air
ketuban dapat dibuktikan dengan adanya mekonium (zat yang
berwarna hitam
ke
hijauan). Mekonium merupakan tinja pertama yang biasanya dikeluarkan
dalam
24 jam pertama.
5)
Hepar
Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan dalam
metabolisme
hidrat arang, dan glikogen mulai disimpan di dalam hepar, setelah
bayi lahir
simpanan gl
ikogen cepat terpakai, vitamin A dan D juga sudah disimpan dalam
hepar.
Fungsi hepar janin dalam kandungan segera setelah lahir dalam
keadaan
imatur (belum matang). Hal ini dibuktikan dengan
ketidakseimbangan hepar
untuk meniadakan bekas penghancuran darah
dari peredaran darah. Enzim hepar
belum aktif benar pada neonatus, misalnya enzim UDPGT (Uridin
Disfosfat
Glukoronide Transferase) dan enzim GGFD (Glukosa 6 Fosfat
Dehidrogerase)
yang berfungsi dalam sintesis bilirubin sering kurang sehingga
neonatus
memp
erlihatkan gejala ikterus fisiologis.
6)
Metabolisme
Pada jam
-
jam pertama energi didapat dari pembakaran karbohidrat dan pada
hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak. Energi
tambahan yang
diperlukan neonatus pada jam
-
jam pertama sesudah lahir diambil
dari hasil
metabolisme lemak sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120
mg/100 ml
.
7)
Sistem termogenik
Pada neonatus apabila mengalami hipotermi, bayi mengadakan
penyesuaian
suhu terutama dengan NST (Non Sheviring Thermogenesis)
yaitu dengan
pembakaran
“Brown Fat” (lemak coklat) yang memberikan lebih banyak energi
daripada lemak biasa. Cara penghilangan tubuh dapat melalui
konveksi aliran
panas mengalir dari permukaan tubuh ke udara sekeliling yang
lebih dingin.
Radiasi yaitu kehilangan panas dari permuk
aan tubuh ke permukaan benda yang
lebih dingin tanpa kontak secara langsung. Evaporasi yaitu
perubahan cairan
menjadi uap seperti yang terjadi jika air keluar dari paru
-
paru dan kulit sebagai
uap dan konduksi yaitu kehilangan panas dari permukaan tubuh ke
permukaan
benda yang lebih dingin dengan kontak secara langsung.
8)
Kelenjar endokrin
Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada
waktu bayi
baru lahir kadang
-
kadang hormon tersebut masih berfungsi misalkan pengeluaran
darah dari vagina yang m
enyerupai haid perempuan. Kelenjar tiroid sudah
terbentuk sempurna sewaktu lahir dan mulai berfungsi sejak
beberapa bulan
sebelum lahir.
9)
Keseimbangan air dan ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar
natrium
relatif lebih besar d
aripada kalium. Hal ini menandakan bahwa ruangan
ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah
nefron matur
belum sebanyak orang dewasa dan ada ketidakseimbangan antara luas
permukaan
glomerulus dan volume tubulus proksimal, renal blood fl
ow (aliran darah ginjal)
pada neonatus relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.
10)
Susunan
saraf
Jika janin pada kehamilan sepuluh minggu dilahirkan hidup maka
dapat
dilihat bahwa janin tersebut dapat mengadakan gerakan
spontan. Gerakan
menelan p
ada janin baru terjadi pada kehamilan empat bulan. Sedangkan
gerakan menghisap baru terjadi pada kehamilan enam bulan.
Pada triwulan terakhir hubungan antara saraf dan fungsi otot
-
otot menjadi
lebih sempurna. Sehingga janin yang dilahirkan diatas 32 minggu
dapat hidup
diluar kandungan. Pada kehamilan 7 bulan maka janin amat
sensitif terhadap
cahaya.
11)
Sistem imunitas
Pada sistem imunologi Ig gamma A telah dapat dibentuk pada kehamilan
2
bulan dan baru banyak ditemukan segera sesudah bayi dilahirkan.
Khususny
a
pada traktus respiratoris kelenjar liur sesuai dengan bakteri
dapat alat
pencernaan, imunoglobolin G dibentuk banyak dalam bulan kedua
setelah bayi
dilahirkan. Ig A, Ig D dan Ig E diproduksi secara lebih bertahap
dan kadar
maksimum tidak dicapai sampai p
ada masa kanak
-
kanak dini. Bayi yang
menyusui mendapat kekebalan pasif dari kolostrum dan ASI.
12)
Sistem integumen
Stuktur kulit bayi sudah terbentuk dari sejak lahir, tetapi masih
belum
matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis.
Vernik
kaseosa juga berfungsi sebagai lapisan pelindung kulit. Kulit bayi sangat
sensitif
dan dapat rusak dengan mudah. Bayi baru lahir yang cukup bulan
memiliki kulit
kemerahan yang akan memucat menjadi normal beberapa jam setelah
kelahiran.
Kulit serin
g terlihat bercak terutama sekitar ektremitas. Tangan dan kaki
sedikit sianotik (Akrosianotik). Ini disebabkan oleh ketidakstabilan
vosomotor.
Stasis kapiler dan kadar hemoglobin yang tinggi. Keadaan ini
normal, bersifat
sementara dan bertahan selama 7
-
10
hari. Terutama jika terpajan pada udara
dingin.
13)
Sistem skelet
Arah pertumbuhan sefalokaudal terbukti pada pertumbuhan tubuh
secara
keseluruhan. Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat
panjang tubuh.
Lengan sedikit lebih panjang daripada tungkai. Wajah
relatif kecil terhadap
ukuran tengkorak yang jika dibandingkan lebih besar dan berat.
Ukuran dan
bentuk kranium dapat mengalami distorsi akibat molase.
Pada bayi baru lahir lutut saling berjauhan saat kaki diluruskan
dan tumit
disatukan sehingga tungkai b
awah terlihat agak melengkung. Saat baru lahir
tidak terlihat lengkungan pada telapak kaki. Ekstremitas harys simetris,
terdapat
kuku jari tangan dan kaki, garis
-
garis telapak tangan dan sudah terlihat pada bayi
cukup bulan.
14)
Sistem neuromuskuler
Reflek
b
ay
i
b
aru
l
ahir diantaranya :
a.
Reflek pada Mata

Berkedip atau Refleks korneal

Reflek Pupil

Mata boneka
b.
Reflek pada Hidung

Bersin

Glabela
: ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara dua
alis
mata)
m
enyebabkan mata menutup dengan rapat
.
c.
Ref
lek pada mulut dan Tenggorokkan

Menghisap

Muntah

Rooting
Menyentuh atau menekan dagu sepanjang sisi mulut akan
menyebabkan
bayi membalikan kepala ke arah sisi tersebut dan mulai menghadap:
harus
hilang kira
-
kira pada usia 3
-
4 bulan, tetapi dapat menetap selama 12 bulan.

Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan, bayi berespon dengan
mendorongnya
keluar: harus men
ghilang pada usia 4 bulan
.

Menguap

Batuk
d.
Reflek pada Ekstremitas

Menggenggam

Babinski

Klonus, Pergelangan kaki
: Dorsofleksi telapak kaki yang cepat ketika
menopang lutut pada posisi fleksi parsial mengakibatkan munculnya
satu
sampai dua gerakan oskil
asi (denyut). Akhirnya tidak boleh ada denyut
yang teraba.

Refleks pada Massa/Moro

Startle : Suara keras yang tiba
-
tiba menyebabkan abduksi lengan dengan
fleksi siku: tangan tetap tergenggam: harus hilang pada usia 4 bulan.
2)
Pernapasan dan
p
eredaran
d
arah
Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk menilai
status
kesehatan bayi dalam kaitannya dengan pernapasan dan peredaran
darah dapat
digunakan metode APGAR Score. Namun secara praktis dapat
dilihat dari
frekuensi denyut jantung
dan pernapasan serta wajah, ekstremitas dan seluruh
tubuh, frekwensi denyut jantung bayi normal berkisar antara 120
-
140 kali/menit
(12 jam pertama setelah kelahiran), dapat berfluktuasi dari 70
-
100 kali/menit
(tidur) sampai 180 kali/menit (menangis).
Pern
apasan bayi normal berkisar antara 30
-
60 kali/menit warna ekstremitas,
wajah dan seluruh tubuh bayi adalah kemerahan. Tekanan darah
sistolik bayi
baru lahir 78 dan tekanan diastolik rata
-
rata 42, tekanan darah berbeda dari hari
ke hari selama bulan pertama
kelahiran. Tekanan darah sistolik bayi sering
menurun (sekitar 15 mmHg) selama satu jam pertama setelah
lahir. Menangis
dan bergerak biasanya menyebabkan peningkatan tekanan darah
sistolik.
3)
Suhu Tubuh
Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,5
0
C
-
3
7
0
C. Pengukuran
suhu tubuh dapat dilakukan pada aksila atau pada rektal.
4)
Kulit
Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan padat
dengan
sedikit pengelupasan, terutama pada telapak tangan, kaki dan
selangkangan.
Kulit biasanya dilapisi dengan
zat lemak berwara putih kekuningan terutama di
d
aerah lipatan dan bahu yang disebut verniks kaseosa.
5)
Keadaan dan Kelengkapan Ekstremitas
Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan bentuk, kelainan
jumlah
atau tidak sama sekali pada semua anggota
tubuh dari ujung rambut sampai
ujung kaki juga lubang anus (rektal) dan jenis kelamin.
6)
Tali Pusat
Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena umbilikalis. Keadaan
tali
pusat harus kering, tidak ada per
darahan, tidak ada kemerahan di
sekitarnya.
7)
Refleks
Beberapa refleks yang terdapat pada bayi :
a.
Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang
mengagetkan
akan terjadi refleks lengan dan tangan terbuka.
b.
Refleks menggenggam (palmer graps). Bila telapak tangan dirangsang
akan
memberi rea
ksi seperti menggenggam. Plantar graps, bila telapak kaki
dirangsang akan memberi reaksi.
c.
Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada bidang
datang
atau diangkat akan bergerak seperti berjalan.
d.
Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disent
uh akan menoleh kepalanya
ke sisi yang disentuh itu mencari puting susu.
e.
Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke dalam mulut
bayi
akan membuat gerakan menghisap.
8)
Berat Badan
Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan fisiologis.
Namun
harus waspada jangan sampai melampaui 10% dari berat badan
lahir. Berat
badan lahir normal adalah 2500 sampai 4000 gram.
9)
Mekonium
Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna
gelap
hitam kehijauan dan lengket. Mekonium akan mulai kelu
ar dalam 24 jam
pertama.
10)
Antropometri
Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan
atas
dan panjang badan dengan menggunakan pita pengukur. Lingkar kepala
fronto
-
occipitalis 34cm, suboksipito
-
bregmantika 32cm, mento occipitalis 35cm.
L
ingkar dada normal 32
-
34 cm. Lingkar lengan atas normal 10
-
11 cm. Panjang
badan normal 48
-
50 cm.
11)
Seksualitas
Genetalia wanita ;
Labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda
vagina/himen dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma) atau rabas
berdarah
sedikit mungkin ada. Genetalia pria ; Testis turun, skrotum tertutup
dengan
rugae, fimosis biasa terjadi.
2.
Diagnosa
k
eperawatan
yang
sering muncul
1)
Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan refleks hisap tidak adekuat.
2)
Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi
dengan
lingkungan
luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
3)
Resiko tinggi
terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan
tali pusat)
,
tali pusat masih basah.
4)
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
hilangnya air
(IWL), keterbatasan masukan cairan.
5)
Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan deng
an kurang terpaparnya
informasi.
3.
Intervensi k
eperawatan
1)
Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan refleks hisap tidak adekuat.
Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
perubahan
nutrisi
tidak terjadi
.
Kriteria hasil
:

Penurunan BB tidak lebih dari 10% BB lahir.

Intake dan output makanan seimbang.

Tidak ada tanda
-
tanda hipoglikemi.
Rencana tindakan
:
1.
Pantau intake dan out put cairan
2.
Kaji payudara ibu tentang kondisi putting
3.
Lakukan breast care pada ibu secara teratur
4.
Lakukan pemberian makan oral awal dengan 5
-
15 ml air steril kemudian
dextrosa dan PASI
5.
Intruksikan ibu cara dan posisi menyusui yang tepat secara mandiri
6.
Instruksikan pada ibu agar mengkonsumsi susu ibu menyus
ui
7.
Pantau warna, konsentrasi, dan frekuensi berkemih
Rasional :
1.
Pada janin cukup bulan mengandung (80
-
100 ml). Masukan cairan adekuat
untuk metabolisme tubuh yang tinggi
2.
Kondisi puting ibu sangat menentukan dalam proses menyusui,
kondisi
puting inverted menggangu proses laktasi
3.
Perawatan breast care untuk melancarkan dan merangsang
produksi air
susu pada ibu menyusui
4.
Pemberian makan awal membantu memenuhi kebutuhan kalor
i dan cairan,
khususnya pada bayi yang menggunakan 100
-
120 kal/kg dari BB setiap 24
jam
5.
Cara dan posisi ibu dalam menyusui sangat mempengaruhi proses
laktasi,
sehingga proses laktasi harus dilakukan dengan benar
6.
Untuk meningkatkan produksi susu ibu sehin
gga proses laktasi menjadi
adekuat
7.
Kehilangan cairan dan kurangnya masukan oral dengan cepat
menghabiskan
cairan ekstraseluler dan mengakibatkan penurunan haluaran urin
2)
Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi
dengan
lingkungan luar
rahim, keterbatasan jumlah lemak.
Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
perubahan
suhu
tubuh
tidak terjadi.
Kriteria
hasil
:

Suhu tubuh normal 36
-
37
0
C.

Bebas dari tanda
-
tanda strees, dingin, tidak ada tremor, sianosis dan pucat.
Rencana tindakan
:
1.
Pertahankan suhu lingkungan dalam zona termoneural yang
ditetapkan
dengan mempertimbangkan berat badan neonatus, usia gestasi
2.
Pantau aksila bayi kulit, suhu timpatik dan lingkungan sedikitnya setiap
30
-
60 mnt
3.
Kaji frekuensi pernapasan
perhatikan takipnea (frekuensi > 60/mnt)
4.
Tunda mandi pertama sampai suhu 36,5
0
C
5.
Mandikan bayi dengan cepat untuk menjaga agar bayi tidak kedinginan
6.
Perhatikan tanda
-
tanda dehidrasi (turgor kulit buruk, pelambatan berkemih,
membrane mukosa kering )
7.
Lakuka
n pemberian makn oral dini
Rasional :
1.
Dalam respon terhadap suhu lingkungan yag rendah, bayi cukup
bulan
meningkatkan suhu tubuhnya dengan menangis atau meningkatkan
aktivitas
motorik karena banyak mengkonsumsi oksigen
2.
Stabilisasi suhu mungkin tidak terjad
i sampai 8
-
12 jam setelah lahir
kecepatan konsumsi oksigen dan metabolisme minimal bila suhu
kulit
dipertahankan diatas 36,5
0
C
3.
Bayi menjadi takipnea dalam respon terhadap peningkatan
kebutuhan
oksigen yang dihubungkan dengan stres dingin
4.
Membantu
mencegah kehilangan panas lanjut karena evaporasi
5.
Mengurangi kemingkinan kehilangan panas melalui evaporasi dan
konveksi
dan membantu menghemat energi
6.
Hilangnya panas terjadi melalui vasodilatasi perifer dan melalui
augmentasi
pendinginan dengan evaporasi
dan penigkatan kehilangan air kast mata
7.
Untuk peningkatan 1
0
C (1,8 F) suhu tubuh, metabolisme dan kebutuhan
cairan meningkat kira
-
kira 10%. Kegagalan menggantikan kehilangan
cairan selanjutnya memperberat status dehidrasi
3)
Resiko tinggi terjadi infeksi b
erhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan
tali pusat) tali pusat masih basah.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam infeksi pada
tali pusat tidak terjadi.
Kriteria hasil
:

Bebas dari tanda
-
tanda infeksi.

TTV normal
:
S
: 36
-
37
0
C, N
:70
-
100x/menit, RR
: 40
-
60x/menit

Tali pusat
mongering
Rencana tindakan
:
1.
Observasi tanda
-
tanda infeksi
2.
Pertahankan teknik septic dan aseptic.
3.
Lakukan perawatan tali pusat setiap hari setelah mandi satu kali perhari.
4.
Observasi tali pusat dan area sek
itar kulit dari tanda
-
tanda infeksi.
Rasional :
1.
Mengetahui adanya indikasi infeksi
2.
Melindungi bayi dari resiko infeksi nosokomial
3.
Potensial entri organisme kedalam tubuh
4.
Deteksi dini terhadap penyebaran infeksi
4)
Resiko tinggi kekurangan volume cairan
berhubungan dengan hilangnya air
(IWL), keterbatasan masukan cairan.
Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2x24 jam
kekurangan
volume cairan tidak terjadi.
Kriteria hasil
:

Bayi tidak menunjukkan tanda
-
tanda dehidrasi yang ditandai dengan
output
kurang dari 1
-
3ml/kg/jam.

Membran mukosa normal.

Ubun
-
ubun tidak cekung.

Temperature dalam batas normal.
Rencana tindakan :
1.
Pertahankan intake sesuai jadwal
2.
Monitor intake dan output
3.
Berikan infuse sesuai program
4.
Kaji tanda
-
tanda dehidrasi, membran
mukosa, ubun
-
ubun, turgor kulit, mata
5.
Monitor temperatur setiap
2 jam
Rasional :
1.
Memantau keefektifan aturan terapeutik
2.
Mengidentifikasi keseimbangan antara perkiraan
pemasukan dan kebutuhan
cairan
3.
Ketentuan dukungan
cairan
didasarkan pada perkiraan kebutuhan bayi.
4.
Deteksi dini terhadap keadaan kekuranga cairan tubuh
5.
Peningkatan suhu tubuh merupakan faktor resiko meningkatnya
pengeluaran
cairan tubuh melalui mekanisme konveksi, radiasi dan evaporasi.
5)
Kurangnya pengetahuan
orangtua berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1x24 jam
orang tua
mengetahui perawatan pertumbuhan dan perkembangan bayi
.
Kriteria hasil
:

Orang tua m
engatakan memahami kondisi bayi

Oaring tua
berp
artisipasi dalam perawatan bayi
Rencana tindakan
:
1.
Tentukan tingkat pemahaman ibu atau orang tua tentang
kebutuhan
fisiologis bayi dan adaptasi terhadap kehidupan ekstrauterus
2.
Lakukan pemeriksaan fisik bayi saat orang tua ada. Berikan
informasi
tentang variasi normal dan karakteristik seperti :
pseudomentruasi,
pembesaran payudara
3.
Demonstrasikan dan awasi aktivitas perawatan bayi yang
berhubungan
dengan posisi menyusui dan menggendong
4.
Diskusikan kebutuhan nutrisi bayi, variabilitas napsu makan da
ri satu
pemberian makan ke berikutnya dan cara mengkaji keadekuatan
hidarasi
dan nutrisi
5.
Tekanan kebutuhan bayi baru lahir untuk tindak evaluasi degan
pemberi
pelayanan kesehatan
Rasional :
1.
Mengidentifikasi area permasalahan / kebutuhan yang
memerlukan
i
nformasi tambahan atau demonstrasi aktivitas perawatan
2.
Membantu orang tua mngenali variasi normal, dan dapat
menurunan
ansietas
3.
Meningkatkan pemahaman tentang prinsip
-
prinsip dan tekhnik perawatan
bayi baru lahir
4.
Menghilangkan kekhawatiran yang potensial terjadi bila masukan
bayi
bervariasi dari pemberian makan ke pemberian makan
selanjutnya.
Membantu menjamin persiapan dan pemberian formula yang tepat
5.
Evaluasi terus menerus penting untuk pemantauan pertumbuhan
da
n
perkembangan
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, Cristina, s.Dra, 1996, Perawatan kebidanan jilid II, Bratara,
Jakarta
Obstetri Fisiologi, Bandung, 1983, UNPAD
Suryana, Dra. Keperawatan Anak untuk Siswa SPK, 1996, Jakarta, EGC
Saifudin, Abdul Bahri,
Prof, Dr, SPOG, MPH, 2000, Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Jakarta, Yayasan bina Pustaka Sarwono
Syahlan, Dr. SKM, 1993. Asuhan Kebidanan pada anak dalam
konteks keluarga, Ja
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR (By Ny.W)

DIRUANG NIFAS DENGAN BBL NORMAL

1. PENGKAJIAN

Tanggal dan waktu pengkajian : 28 November 2016 pukul 09.10


WIB,Pengumpulan data dengan observasi secara langsung dan medical report bayi.

Identitas Bayi

Nama : By Ny. W

Tanggal lahir/jam lahir :27 November 2016/ 08.24WIB

Jenis kelamin : Perempuan

No RM : 355629

Identitas Orang Tua :

Nama ibu : Ny. W

Umur : 27 tahun

Alamat : Kedawung Rt 17 / 17 slendrogesi sragen

Pendidikan : SD

Kebangsaan :Indonesia

Pekerjaan : Swasta

Agama : islam

Nama Ayah : Tn. H

Umur : 32 tahun

Alamat : Kedawung Rt 17 / 17 slendrogesi sragen


Pendidikan :SD

Kebangsaan :Indonesia

Pekerjaan : Swasta

Agama : Islam

Riwayat kehamilan dan kelahiran

a) Prenatal

Jumlah Pemeriksaan ke bidan sebanyak 6x di bidan desa.Melakukan imunisasi TT


lengkap , HPMT : 22-2-2012,HPL 29-11-2012 kenaikan BB selama hamil 10kg

b) Intranatal

Bayi Ny.W lahir tanggal 7 November 2012 jam 08.24WIB masa gestasi 37
minggu status gestasi G3P2A0 bayi dilahirkan secara spontan dibantu oleh dokter
tempat melahirkan di RSUD SRAGEN

c) Post natal

APGAR score 7-9-10 jenis kelamin perempuan, BB= 2850 gr, PB = 45cm,
LK=32cm, LD=31cm air ketuban jernih, tali pusat masih basah dan rapuh.

Nilai APGAR:

Tanda 0 1 2 1 menit 5 menit 10 menit


Bunyi Tidak ada Lambat Diatas 100 2 2 2
jantung (<100)
Tidak ada Tidak Menangis 2 2 2
Pernapasan teratur
Lemas Sedikit Pergerakan 1 1 2
Tonus otot fleksi aktif
Tidak ada Menangis 1 2 2
Reflek Menyeringai kuat
Biru pucat Seluruh 1 2 2
Warna Badan badan
merah merah
extermitas
biru
Jumlah 7 9 10

2. PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran : compos mentis

Keadaan umum : cukup baik

1. TTV

DJA : 144 x/mnt

Suhu : 37o C

Respirasi : 44 x/mnt

2. Kepala

Cepal hematoma : tidak ada

Cepal succedenium : tidak ada

Sutura : Belum menutup

Rambut :Hitam Halus

3. Mata

Kesimetrisan : Simetris antara mata kanan dan kiri

Sklera : Putih tidak ada ikhterus

Konjungtiva : Merah muda

4. Hidung
Lubang hidung : Ada dan kedua lubang hidung simetris

Cuping hidung : Ada

5. Mulut dan Lidah

Palatum : Normal

Warna palatum : Merah muda

Warna lidah : Merah muda

Refleks hisap dan menelan :

o moro: reflek kejutan dibagian extermitas atas atau bawah (ada respon)

o graspy: ada reflek genggam extermitas atas dan bawah (ada reflek)

o stepping: menunjukan reflek seperti berjalan(belum ada reflek berjalan)

o Rooting: menunjukan reflek seperti mencari putting susu(Ibu belum menyusui


bayi)

o sucking: menunjukan reflek hisap yang kuat(ada,namun masih belum


kuat,belum terlatih)

6. Telinga

Kesimetrisan : Simetris antara kiri dan kanan

Warna : Sama dengan kulit wajah

Daun telinga : ada

Lekuk telinga : ada

Cairan yang keluar : Tidak ada dan tidak ada lesi

7. Leher
Kelenjar Thyroid : Tidak ada pembesaran

JVP : Tidak ada peninggian

8. Dada

DJA : 144 x/mnt

Gerakan : Dapat mengembang dan mengempis

9. Mamae

Putting : ada

Areola : menyebar disekitar putting

10. Abdomen

Bentuk : Bulat lonjong

Bising usus : ada

Tali pusat : masih basah dan rapuh

11. Punggung,Pinggul,dan Bokong

Tonjolan punggung : Tidak ada

Lipatan bokong : Simetris

Warna kulit bokong : Merah

12. Genetalia

Kondisi :Labia mayora menutupi labia minora

Keluar cairan : tidak ada

13. Tangan
Pergerakan : Baik

Jari tangan kanan/kiri : Lengkap

Reflek menggenggam : ada

Warna :merah,sedikit kebiru-biruan

14. Kaki

Pergerakan : baik

Jari kaki kanan/kiri : Lengkap

Refleks babinski : belum

15. Badan

Aktivitas : Baik

Warna kulit : Merah,penurunan jumlah lemak subcutan

Lanugo : Ada

Cyanosis : pada ekstermitas

Tekstur : Halus

16. Anus : mempunyai lubang anus

DATA FOKUS

DS:

Bayi Ny.W lahir tanggal 7 November 2012 jam 08.24WIB masa gestasi 37 minggu status
gestasi G3P2A0 bayi dilahirkan secara spontan dibantu oleh dokter tempat melahirkan di RS.

DO:
APGAR score 7-9-10 jenis kelamin perempuan, BB= 2850 gr, PB = 45cm, LK=32cm,
LD=31cm air ketuban jernih, tali pusat masih basah dan rapuh. Kesadaran : compos
mentis,.Keadaan umum : cukup baik sucking: menunjukan reflek hisap yang kuat(ada,namun
masih belum kuat,belum terlatih),Ibu belum menyusui, DJA: 144 x/mnt,Suhu: 37
C,Respirasi: 44 x/mnt

ANALISIS DATA

No Data focus Problem Etiologi


1 DS= Bayi Ny.W lahir tanggal 7 Resiko Perubahan suhu BBL perbedaan suhu
November 2012 jam 08.24WIB tubuh: tubuh dalam perut ibu
masa gestasi 37 minggu status hipotermi/hypertermi dan lingkungan
gestasi G3P2A0 bayi dilahirkan luar®adanya factor
secara spontan dibantu oleh dokter kondisi,radiasi dan
tempat melahirkan di RSUD evaporasi Resiko terjadi
SRAGEN perubahan suhutubuh

DO=keadaaan compos mentis

TTV=TD=- S=37 C

R=44x/menit N=144x/menit

UK=37 minggu,penurunan lemak


subcutan dalam kulit

2 Ds= Bayi Ny.W lahir tanggal 7 Resiko pemenuhan nutrisi BBL refleks menghisap
November 2012 jam 08.24WIB kurang dari kebutuhan (+) belum terlatih dan
masa gestasi 37 minggu status tubuh imaturitas saluran cerna
gestasi G3P2A0 bayi dilahirkan intake dan output nutrisi
secara spontan dibantu oleh dokter Resiko terjadinya
tempat melahirkan di RSUD pemenuhan gangguan
SRAGEN nutrisi
Do=kesadaran compos mentis

BB=2850gram

PB=45cm LK=32cm

LD=31cm APGAR score7-9-10

Reflek hisap belum kuat dan


belum terlatih,Ibu belum
menyusui

3 Ds= Bayi Ny.W lahir tanggal 7 Resiko infeksi Faktor lingkungan dan
November 2012 jam 08.24WIB Tali pusat basah bakteri
masa gestasi 37 minggu status mudah menempel dan
gestasi G3P2A0 bayi dilahirkan berkembang biak Resiko
secara spontan dibantu oleh dokter terjadinya infeksi.
tempat melahirkan di RSUD
SRAGEN

Do= tali pusat masih basah dan


rapuh TTV= TD=- S=37C

R=44x/menit

N=144x/menit

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

No Diagnose keperawatan Tujuan dan KH Intervensi


1 Resiko Perubahan suhu tubuh: Setelah dilakukan Mengatur temperature
hipotermi/hypertermi yang berhubungan tindakan keperawatan :
dengan lingkungan yang baru (udara luar) selama 3X 24 jam
1.Monitor temperatur
dan penurunan jumlah lemak subcutan. diharapkan klien
klien sampai stabil
terhindar dari ketidak-
seimbangan suhu 2.Monitor nadi,
tubuh dengan KH : pernafasan

Termoregulasi 3. Monitor warna kult


Neonatus
4. Monitor tanda dan
- Suhu 36,5-37,5˚ C gejala hipotermi /
hipertermi
- RR : 30-60 X/menit
5. Perhatikan
- HR 120-140
keadekuatan intake
X/menit
cairan
- Warna kulit merah
6. Pertahankan panas
muda
suhu tubuh bayi
- Tidak ada distress (missal : segera ganti
respirasi pakaian jika basah)

- Hidrasi adekuat 7. Bungkus bayi


dengan segera setelah
- Tidak menggigil
lahir untuk mencegah
- Bayi tidak letargi kehilangan panas

8. Jelaskan kepada
keluarga tanda dan
gejala hipotermi /
hipertermi

9 Letakkan bayi
setelah lahir di bawah
lampu sorot / sumber
panas

10. Jelaskan kepada


keluarga cara untuk
mencegah kehilangan
panas / mencegah
panas bayi berlebih

11 Tempatkan bayi di
atas kasur dan berikan
selimut dan ganti
popok bila basah

2 Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan Pemenuhan Nutrisi


kebutuhan tubuh berhubungan dengan tindakan keperawatan Bayi
ketidakmampuan tubuh dalam mencerna selama 3X 24 jam
1.Kaji kebutuhan
nutrisi (imaturitas saluran cerna). diharapkan
nutrisi Bayi
pemenuhan nutrisi
bayi dapat terpenuhi 2.Observasi intake
dan output.
Dengan KH:
3.Observasi reflek
-Reflek hisap dan
hisap dan menelan.
menelan baik
4.Beri minum sesuai
-Muntah (-)
program
-Kembung (-)
5.Monitor tanda-tanda
-BAB lancar intoleransi terhadap
nutrisi parenteral.
-Berat badan
meningkat 15 gr/hr 6.Kaji kesiapan ibu
untuk menyusui.
-Turgor elastis. 7.Timbang BB setiap
hari.

3 Resiko infeksi Setelah dilakukan Mengontrol Infeksi :


tindakan keperawatan
b/d kurangnya pertahanan imunologis, 1. Bersihkan box /
selama 3X 24 jam,
faktor lingkungan dan tali pusat masih incubator setelah
pasien diharapkan
basah dipakai bayi lain
terhindar dari tanda
dan gejala infeksi 2 Pertahankan teknik
dengan KH : isolasi bagi bayi ber-
penyakit menular
Status Imun :
3.Batasi pengunjung
- RR : 30-60X/menit
4. Instruksikan pada
- Irama napas teratur
pengunjung untuk
-Suhu 36-37˚ C cuci tangan sebelum
dan sesudah
- Integritas kulit baik
berkunjung
- Integritas nukosa
5.lakukan perawatan
baik
tali pusat secara rutin
Leukosit dalam batas dgn prinsip asertif
normal
6. Cuci tangan
sebelum dan sesudah
mela-kukan tindakan
keperawatan

7 Pakai sarung tangan


dan baju sebagai
pelindung

8. Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat

9. mengukur TTV

10. Tingkatkan intake


nutrisi

11.Kolaborasi: Beri
antibiotik.

Mencegah Infeksi

1. Monitor tanda dan


gejala infeksi sistemik
dan lokal

2 Batasi pengunjung

3 Pertahankan teknik
aseptik pada bayi
beresiko

4.Bila perlu
pertahankan teknik
isolas

5. Inspeksi kulit dan


membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, dan
drainase,perawtan tali
pusat secara berkala
6. Dorong masukan
nutrisi yang cukup

7 Kolaborasi:Berikan
antibiotik sesuai
program

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Tanggal Jam Tindakan Respon


1,3 07/11/16 09.10 Mengukur TTV DO: S=37C
R=44x/menit
N=144x/menit

DS:Bayi
menangis kuat

1
09.15 Meletakkan bayi di infarm warmer DO:Bayi terlihat
diam

1 Memantau hasil AGD bayi DS:-

DO:tampak AGD
pada bayi
71mgdl

DS:-
09.20
Memandikan bayi , melakukan tindakan
3 DO:bayi sudah
asertif dan melakukan perawatan tali
mulai bergerak
pusat
aktif,menangis
saat dimandikan

DS:-
1,3 Memberikan injeksi vitamin k 1mg dan
DO:bayi tampak
ampicillin 150mg/12jam
menangis
2,3 dengasn keras

Melakukan tindakan asertif sebelum DS:-


memegang bayi (memberikan minum
susu 40 cc),memberikan pengarahan kpd
keluarga pasien untuk melakukan DO:bayi masih
tindakan asertif sebelum meemegang bayi belum kuat
menyedot susu
3
dalam botol,ibu
Melakukan tindakan asertif sebelum
dan ayah bayi
memegang bayi
terlihat
mengangguk

DS:ibu dan ayah


3 bayi berkata
Menganti popok dan gedong dan memahami
memonitor tanda-tanda infeksi

DO:perawat
tampak sudah
2 melakukan
Memberikan minum susu (40 cc)
tindakan cuci
tangan

DS :-

DO: bayi
bergerak aktif
08/11/16 saat diganti
1,3 Mengukur TTV
popok dan
gedongnya,tidak
ada tanda-tanda
infeksi

DS:-

3 DO: bayi
membuka mata
Menganti popok dan baju bayi
dan mengedot
dengan kuat.

DS:-

DO:
2 09/11/16 N:14Ox/menit
Mengukur TTV
R:40x/menit

S: 37,1OC

DS:-

DO: bayi terlihat


1,3 menangis dan
BAK

DS:-

DO:tampak berat
badan bayi turun

Menimbang berat badan bayi menjadi 2800


gram

DS:-

DO:
N:140x/menit

R:40x/menit

S:37,10C

DS:-

EVALUASI KEPERAWATAN

Dx.1 (Resiko Perubahan suhu tubuh: hipotermi/hypertermi yang berhubungan dengan


lingkungan yang baru (udara luar) dan penurunan jumlah lemak subcutan.

S :-

O : Suhu tubuh bayi dalam batas normal tidak terdapat tanda-tanda hipotermi

N :140X/menit

S :37,10C

R:40x/menit

A : Masalah teratasi

P : hentikan intervensi

Dx . 2 (Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan tubuh dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna).

S :-
O : bayi mengalami penurunan , berat badan menjadi 2800 gram

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi

- Intake dan output makanan seimbang

Dx. 3 (Resiko infeksi b/d kurangnya pertahanan imunologis, faktor lingkungan dan tali pusat
masih basah .

S :-

O : Tidak ada tanda-tanda infeksi,tidak ada renbesan,flebitus,tidak ada oedema, tali pusat sudah
mulai mengering.

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

- Observasi kondisi bayi dan tanda-tanda vital

- pertahankan prosedur tindakan asertif

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Azizi Alimul.2009.Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta : EGC

Saifudin, Adbul Bari.2009.Buku Asuhan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal.Jakrta : JNPKKR– POGI
Varney, helen.2008.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2. Jakrta :EGC

Winjosastro, Hanifa. 2011. Ilmu Kebidanan : YBP - SP

Anda mungkin juga menyukai