ABSTRACT
CAHYO EDI NUGROHO. Groundwater Exploration with Resistiviy Method
using Progress V. 3.0 Software at Nagrak, Bogor, West Java. Supervised by ROH
SANTOSO BUDI WASPODO.
Along with the rapid population growth in Indonesia, especially in big cities,
the needs of drink water are also increasing. Research about water availability at
soil surface or subsurface should be done, to identify the arrangement of earth
layers so it can be known the position, the thickness, and the depth of the aquifer.
This research aim to determine the lithology characteristics, position and
thickness of the aquifers, and also distribution and patterns of groundwater flow in
Nagrak, Bogor Regency, West Java using geoelectrical method and Progress V.
3.0 Software. Based on the research result, aquifers layer were found on soil with
lithological characteristic of sand or sandy rocks. The unconfined aquifers are
located at depth range from 2 – 6 m below ground level with the thickness of 2 – 3
m. Confined aquifers is not detected until 50 – 75 m below the soil surface.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus :
i
PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT atas karunia-Nya sehingga
skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan dari Maret 2015
hingga Juli 2015 ini berjudul Eksplorasi Airtanah dengan Metode Tahanan Jenis
menggunakan Software Progress V. 3.0 di Desa Nagrak, Kabupaten Bogor.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1 Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo M.T, sebagai dosen pembimbing
akademik yang telah memberikan bimbingan yang bermanfaat dalam
penyusunan laporan ini.
2. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan, baik dukungan
moral hingga dukungan material, sehingga penulis dapat melaksanakan
kegiatan penelitian dengan baik.
3. Dr. Ir. Nora Herdiana Pandjaitan, DEA. dan Dr. Ir. Chusnul Arif, STP.
sebagai dosen penguji dalam tugas akhir yang telah memberikan banyak
masukan yang bermanfaat dalam penyusunan tugas akhir.
4. Pengki Irawan S.T, M.T dan Dimas Ardi P., S.T yang telah membantu
penulis dalam penyusunan laporan ini.
5. Bangun Parinata, Cindo Riskina E.S., Ardilla Ayu dan M. Mauldy Bhagya,
selaku teman seperjuangan selama menjalani penelitian dan selalu
memberikan bantuan dan semangat dalam penyusunan laporan ini.
6. Wilona Kaulika dan seluruh teman-teman SIL angkatan 48 atas segala
kebersamaannya.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
oleh karena itu penulis sangat menghargai saran dan kritik demi perbaikan di
masa yang akan datang.
PRAKATA i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN iii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
Airtanah 3
Geolistrik 4
METODOLOGI PENELITIAN 6
Lokasi dan Waktu Penelitian 6
Alat dan Bahan 6
Metode Penelitian 6
Pengolahan Data 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 15
Keadaan Umum Lokasi Penelitian 15
Data Pengukuran 16
Perkiraan Lapisan Tanah, Letak dan Sebaran Akuifer 17
Pola Aliran Airtanah 21
SIMPULAN DAN SARAN 21
Simpulan 21
Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23
LAMPIRAN 24
RIWAYAT HIDUP 35
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah kebutuhan terhadap air bersih yang
semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk di Kota maupun
Kabupaten Bogor, sehingga terjadi peningkatkan penggunaan airtanah. Eksplorasi
airtanah dilakukan sebagai langkah awal pencarian airtanah. Masalah tersebut
dapat dirumuskan dalam beberapa hal, yaitu :
1. Bagaimana litologi lapisan tanah di lokasi penelitian?
2. Pada kedalaman berapa di lokasi penelitian lapisan akuifer dapat
ditemukan?
3. Berapa ketebalan lapisan akuifer di lokasi penelitian?
4. Bagaimana pola aliran airtanah di lokasi penelitian?
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Melalui data-data yang akurat dari hasil penelitian ini, penelitian ini
diharapkan dapat menjadi acuan serta memberikan masukan dalam kegiatan
pengelolaan airtanah di Desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat.
TINJAUAN PUSTAKA
Airtanah
Airtanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat di dalam
ruang antar butirbutir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung
membentuk lapisan tanah yang disebut akuifer. Lapisan yang mudah dilalui oleh
airtanah disebut lapisan permeabel, seperti lapisan yang terdapat pada pasir atau
kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui airtanah disebut lapisan impermeabel,
seperti lapisan lempung atau geluh. Lapisan impermeabel terdiri dari dua jenis
yakni lapisan kedap air dan lapisan kebal air. Lapisan yang menahan air seperti
lapisan batuan (rock) disebut lapisan kebal air (aquifuge), sedangkan lapisan yang
sulit dilalui airtanah seperti lapisan lempung disebut lapisan kedap air (aquiclude)
(Todd, 1995).
Pola aliran air bawah permukaan secara ideal, dimana air mengalir di atas
lapisan yang bersifat impermeabel (kedap). Lapisan air tersebut adalah kondisi
untuk akuifer ideal. Ilustrasi lapisan akuifer di dalam tanah ditunjukkan pada
Gambar 1.
Geolistrik
Dengan asumsi bahwa kedalaman lapisan batuan yang bisa ditembus oleh
arus listrik ini sama dengan separuh dari jarak AB yang biasa disebut AB/2 (bila
digunakan arus listrik DC murni), maka diperkirakan pengaruh dari injeksi aliran
arus listrik ini berbentuk setengah bola dengan jari-jari AB/2. Umumnya metode
geolistrik yang sering digunakan adalah yang menggunakan 4 buah elektroda
yang terletak dalam satu garis lurus serta simetris terhadap titik tengah, yaitu 2
buah elektroda arus (AB) di bagian luar dan 2 buah elektroda tegangan (MN) di
bagian dalam. Kombinasi dari jarak AB/2, jarak MN/2, besarnya arus listrik yang
dialirkan serta tegangan listrik yang terjadi akan didapat suatu harga tahanan jenis
semu (apparent resistivity). Disebut tahanan jenis semu karena tahanan jenis yang
terhitung tersebut merupakan gabungan dari banyak lapisan batuan di bawah
permukaan yang dilalui arus listrik (Patra dan Nath, 1999).
Bila satu set hasil pengukuran tahanan jenis semu dari jarak AB terpendek
sampai yang terpanjang tersebut digambarkan pada grafik logaritma ganda dengan
jarak AB/2 sebagai sumbu X dan tahanan jenis semu sebagai sumbu Y, maka akan
didapat suatu bentuk kurva data geolistrik. Dari kurva data tersebut bisa dihitung
dan diduga sifat lapisan batuan di bawah permukaan (Mutowal, 2008).
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penelitian
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer yang
merupakan data hasil dari pengukuran menggunakan metode geolistrik dengan
seperangkat perlengkapannya, serta data sekunder berupa informasi-informasi
yang terdapat pada peta topografi, geologi, dan hidrogeologi. Pengumuplan data
dimulai dengan melakukan pengukuran geolistrik di sejumlah titik di lokasi
penelitian. Kemudian dilakukan pengumpulan data melalui studi literatur baik
melalui buku-buku, laporan-laporan hasil penelitian sebelumnya serta melalui
internet untuk melakukan pembahasan. Pengukuran menggunakan geolistrik
7
a
k ........................................................ (1)
2
k 1 1 1 1 .................................................. (2)
- -
B B
(L l) L-l
k 0 785 .............................................. (3)
l
L merupakan jarak dari titik tengah pengukuran ke salah satu elektroda A atau B,
jarak L untuk elektroda A dan B harus sama. Sedangkan l merupakan jarak dari
titik tengah pengukuran ke elektroda M atau N.
Berdasarkan parameter yang telah didapatkan tersebut, dapat dihitung nilai
resistivitas semu a yang memiliki satuan Ωm. Nilai resistivitas yang dihitung
bukanlah nilai resistivitas bawah permukaan yang sebenarnya, namun merupakan
nilai semu (apparent) yang merupakan resistivitas dari bumi yang dianggap
homogen yang memberikan nilai resistansi yang sama untuk susunan elektroda
yang sama (Van Nostrand dan Cook, 1966). Untuk menentukan nilai resistivitas
bawah permukaan yang sebenarnya diperlukan proses perhitungan secara inversi
maupun forward dengan menggunakan bantuan komputer (software Progress V.
3.0).
Pengolahan data pada software Progress V. 3.0 dimulai dengan input data
interval jarak bentangan elektroda (AB/2) dan nilai resistivitas yang terbaca pada
alat geolistrik. Dari kedua nilai tersebut, software akan menghitung faktor
geometri (k) tiap-tiap data dengan persamaan (1), kemudian menghitung kembali
resistivitas a) dengan nilai k yang baru, proses ini disebut forward modelling.
ilai resistivitas a hasil perhitungan menggunakan nilai k yang baru ini bersifat
semu (apparent resistivity). Kemudian nilai a diplotkan pada grafik sebagai
sumbu y, dan nilai AB/2 sebagai sumbu x. Grafik tersebut merupakan grafik
logaritmik yang mengurutkan hasil terendah hingga tertinggi yang didapatkan.
Pada tahap ini simpangan / error masih tinggi, sehingga proses invers perlu
dilakukan untuk mendapatkan selisih error yang besar. Dari kurva tersebut
dilakukan proses matching curve untuk selanjutnya diolah kembali dengan fungsi
invers. Pada proses matching curve, diambil nilai resistivitas dan AB/2 beberapa
titik pada kurva forward modelling.
Selanjutnya, dilakukan invers terhadap hasil perhitungan yang didapatkan
pada forward modelling. Software akan menghitung invers dari nilai faktor
geometri (k) yang telah didapatkan sebelumnya dengan persamaan (4).
( ) ........................................... (4)
Dari nilai k baru yang didapatkan, kemudian dihitung kembali nilai resistivitas
dengan persamaan (1), sehingga didapatkan kembali kurva antara nilai resistivitas
dengan AB/2. Tujuan dilakukan perhitungan invers pada nilai k adalah untuk
mengkoreksi nilai resistivitas a yang diapatkan pada dari hasil pengukuran
Jika simpangan / error pada proses inverse modelling ini jauh lebih kecil daripada
saat forward modelling, maka nilai resistivitas hasil pengukuran dilapangan telah
mendekati nilai yang sebenarnya (true resistivity).
Pengolahan Data
Data hasil pengukuran geolistrik di keempat titik yang tersebar di Desa Nagrak,
kemudian diolah menggunakan software Progress V.3.0. Pengolahan data
menggunakan software Progress V.3.0, terdiri dari empat tahapan, yaitu
pemasukan data (input data), estimasi model parameter (matching curve), iterasi
model parameter (inverse modelling), dan interpretasi data yang telah diiterasi
(interpretating data). Pada tahap akhir yaitu interpretasi data, akan didapatkan
perkiraan jenis dan kedalaman lapisan batuan pada titik pengukuran. Lapisan yang
mengandung air (akuifer) terdapat pada lapisan batuan yang mengandung pasir.
Pengolahan data dari keempat titik pengukuran (GL) dilakukan secara terpisah
9
antara satu dan lainnya, sehingga didapatkan perkiraan lapisan batuan dari tiap-
tiap titik pengukuran.
Pemasukan Data
Pada tahap awal ini, data yang dimasukkan ke dalam software Progress
V.3.0 adalah jarak bentangan elektroda arus AB dan nilai resistivitas dari tiap
masing-masing jarak bentangan. Kedua data tersebut dimasukkan ke dalam
lembar observed data yang terdapat pada software Progress V.3.0.
Pada Gambar 4 dapat dilihat grafik hubungan antara jarak bentangan AB/2
(spacing) dengan nilai resistivitas semu hasil perhitungan dengan nilai k baru.
Estimasi lapisan batuan dilakukan dengan mengisikan kedalaman batuan pada
kolom depth serta nilai tahanan jenisnya pada kolom resistivity. Proses inilah yang
disebut matching curve. Nilai kedalaman dan resistivitas dimasukkan sebanyak 6
sampai 12 titik yang diambil dari pendekatan titik-titik biru pada grafik. Setelah
data dimasukkan, tombol panah berwarna merah di bagian atas diklik dan
software akan memodelkan ulang nilai kedalaman dan nilai resistivitas, sehingga
grafik akan berubah. Nilai RMS (root mean square) pada tahap ini cukup besar,
sehingga dapat dikatakan masih jauh dari kondisi asli di lapangan.
Proses Iterasi
Proses iterasi dilakukan untuk mendpatkan nilai RMS atau error yang
sekecil mungkin. Proses ini dilakukan pada lembar invers modelling di dalam
Software Progress V.3.0. Invers modelling merupakan proses perhitungan
metematika yang digunakan untuk mencari hasil terbaik, dengan memulai dari
hasil awal yang didapatkan dengan perhitungan forward modelling, kemudian
menghitung penyebab dari hasil tersebut, sehingga didapatkan hasil yang sesuai
keadaan sebenarnya. Lembar invers modelling pada software Progress V.3.0 dapat
dilihat pada Gambar 5.
11
Iterasi data dilakukan dengan mengklik tanda panah arah kiri berwarna
merah di sebelah jendela invers modelling. Jumlah proses iterasi diatur maksimal
10 kali, dengan cara mengklik tanda panah arah bawah di sebelah max iteration.
RMS cut off diset pada angka 0. Pada Gambar 5 terlihat grafik garis berwarna biru
muda yang merupakan hasil perhitungan invers menunjukkan bentuk yang
terbalik dengan garis berwarna kuning. RMS pada proses ini jauh lebih kecil
daripada saat forward modelling, sehingga dapat dikatakan nilai resistivitas telah
mendekati hasil pengukuran di lapangan.
Interprestasi Data
Interpretasi data merupakan tahap akhir pengolahan data menggunakan
Software Progress V.3.0. Setelah proses iterasi pada lembar Invers Modelling
dilakukan dan telah mencapai jumlah maksimal iterasi, lembar Interpreted Data
dapat langsung diklik untuk melihat hasil perhitungan nilai resistivitas dari
masing-masing kedalaman yang lebih mendekati kondisi asli di lapangan. Lembar
Interpretasi data pada Software Progress V.3.0 dapat dilihat pada Gambar 6.
Pada lembar Interpreted Data ini dapat dilihat table of interpreted data di
sebelah kiri yang menunjukkan nilai resistivitas hasil pengukuran di lapangan,
nilai resistivitas hasil perhitungan oleh software, serta error dari masing-masing
interval jarak elektroda AB. Resistivity log di sebelah kanan bawah merupakan
perkiraan nilai resistivitas lapisan penyusun batuan pada titik pengukuran, beserta
kedalaman tiap-tiap jenis tanahnya (depth). Nilai resistivitas yang muncul pada
resistivity log kemudian diterjemahkan menjadi jenis lapisan penyusun tanah
dengan melihat Tabel 1.
Gambar 6 Interpretasi data pada lembar interpeted data
13
Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian dari awal hingga berakhirnya penelitian ini disajikan
pada Gambar 7.
Gambar 7 Diagram alir penelitian
15
Sumber: wikimapia.com
Gambar 8 Letak dan luasan area Desa Nagrak
Data Pengukuran
Pada titik pengukuran 1 (GL 1), lapisan akuifer terletak pada kedalaman 0-
1.5 m di bawah muka tanah (bmt). Laspisan akuifer ini merupakan akuifer
dangkal dengan litologi berupa lapisan pasir atau batu pasir dengan nilai
resistivitas 19.46 Ωm. Pada kedalaman 1.6 - 15 Ωm nilai resistivitas kurang dari
10 sehingga merupakan lapisan kedap air dengan litologi lempung atau batu
gamping. Lapisan kedap air di titik GL 1 diperkirakan memiliki kedalaman lebih
dari 15 m di bawah muka tanah yang terletak di bawah lapisan akuifer dangkal.
Akuifer dalam tidak terdeteksi di titik GL 1.
Pada titik GL 2, lapisan penyusun tanah didominasi oleh lempung atau batu
pasir pada kedalaman 1 - 47 m. Terdapat lapisan yang diduga gamping pasiran di
kedalaman 0 – 0.8 m yang memiliki nilai resistivitas 83.67 Ωm, namun kedalaman
lapisan tersebut sangat kecil sehingga dapat dikatakan lapisan tersebut bukan
merupakan lapisan akuifer. Diperkirakan nilai resistivitas terpengaruh oleh air
permukaan, seperti genangan air yang berada di sekitar titik GL 2. Dengan
demikian dapat dikatakan pada titik GL 2 tidak terdeteksi adanya akuifer baik
dangkal maupun dalam.
Pada titik GL 3, pendugaan lapisan penyusun tanah terdiri dari pasir atau
batu pasir, lempung, batu gamping dan gabungan antara pasir dan lempung.
Lapisan pasir atau batu pasir terletak di kedalaman 0 – 2.5 m dan 4.6 – 6.7 m bmt.
Terdapat lapisan lempung atau batu gamping setebal 1.9 m diantara lapisan pasir
tersebut. Lapisan pasir atau batu pasir tersebut merupakan lapisan akuifer dangkal
dengan kedalaman 4.6 m jika digabungkan. Sedangkan pada kedalaman lebih dari
19
10 m bmt, lapisan yang terdeteksi adalah lempung atau batu gamping, sehingga
air tanah dalam tidak terdeteksi pada titik GL 3 ini.
Pada titik GL 4, lapisan akuifer dangkal terdapat pada kedalaman 0 m – 6.5
m yang merupakan lapisan gamping pasiran setebal 1 m dan lapisan pasir setebal
5.3 m. Pada kedalaman dibawah 6.5 m bmt, lapisan penyusun berupa lempung
sebagai lapisan impermeabel. Lapisan lempung ini terdetaksi hingga kedalaman
lebih dari 10 m bmt, sehingga pada titik GL 4 juga tidak terdeteksi keberadaan
akuifer dalam.
Akurasi pendugaan geolistrik dalam penelitian ini dapat dikatakan cukup
akurat. Berdasarkan hasil wawancara singkat dengan beberapa penduduk desa
Nagrak tentang sumur - sumur yang mereka miliki, kedalaman sumur yang
mereka miliki tidak lebih dari 5 m dan tidak pernah kering. Hal tersebut sesuai
dengan hasil pendugaan geolistrik yang telah dilakukan dalam penilitan ini. Di
Desa Nagrak juga terdapat mata air yang keluar secara alami dari permukaan
tanah dengan debit yang cukup besar. Mata air ini telah dikelola secara kelompok
oleh warga Desa Nagrak, sehingga hanya sedikit warga yang memiliki sumur di
rumahnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa, di Desa Nagrak, Kecamatan
Sukaraja, Kabupaten Bogor memiliki kandungan air tanah yang melimpah.
Pendugaan hasil pengukuran geolistrik di Desa Nagrak ini juga diperkuat
dengan Peta Hidrogeologi Kota dan Kabupaten Bogor. Peta Hidrogeologi Kota
dan Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Gambar 10.
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Bisri M. 1991. Aliran Air Tanah. Malang (ID): Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya.
[BPTPTH] Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kab. Bogor.
2012. Stasiun Penelitian Nagrak [Internet]. [diunduh 2015 Sep 13]. Tersedia
pada: http://bptpbogor.litbang.dephut.go.id/index.php/pages/nagrak
Damtoro J. 2007. Metode Geofisika [Internet]. [diunduh 2015 Mar 4]. Tersedia
pada: http://www.bravo3x.com/Damtoro/Geofisik.htm.
Intining. 2012. Geoelectrical Data Interpretation for Determining Interface
Boundary Between Fresh and Brackish Groundwater in Dalen Area,
Drenthe Province, The Netherlands. J Lingkungan dan Bencana Geologi
Vol. 3 No.3. Bandung(ID): Badan Geologi.
Kashef AAI. 1987. Groundwater Engineering. Singapore (SG): Mc Graw-Hill
Book Co.
Mutowal W. 2008. Penentuan Sebaran Akuifer dan Pola Aliran Airtanah dengan
Metode Tahanan Jenis (Resisitivity Method) di Desa Cisalak, Kecamatan
Sukmajaya, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Van Nostrand RG, KL Cook. 1966. Interpretation of Resistivity Data: a
presentation of mathematical potential theory and practical field
application for the direct-current methods of electrical resistivity
prospecting. Washington (US): Goverment Printing Office.
Patra HP, SK Nath. 1999. Schulmberger Geoelectric Sounding in Ground Water.
Rotterdam (NL): A.A. Balkema.
Revil A. 1998. Nature of Surface Electrical Conductivity in Natural Sand,
Sandstones, and Clays. Geophysical Research, 25, Hlm. 691-694.
Sukobar. 2007. Identifikasi Potensi Sumber Daya Air Kabupaten Pasuruan. J
Aplikasi Vol.3 No.1. Surabaya (ID): Fakultas Teknik Sipil ITS
Telford WM, LP Geldart, and RE Sheriff. 1990. Applied Geophysics, Second
Edition. Cambridgeshire (UK): Cambridge University Press.
Todd DK. 1995. Groundwater Hydrology. Second Edition. Singapore (SG): John
Wiley & Sons.
Waspodo RSB. 2011. Eksplorasi Air Tanah di Jakarta. J Keteknikan Pertanian
Vol. 26, No. 1. Bogor (ID): Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
White PA. 1994. Electrode arrays for measuring groundwater flow direction and
velocity. Geophysics, 59, Hlm 192-201.
Williams RE, A Pulunggono. 1986. Formation Evaluation Conference, Indonesia.
Jakarta (ID): Ichtiar Bara van Hoeve.
LAMPIRAN