Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Republik Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari 13667 pulau
dengan 5 pulau besar. Penduduk yang beragam suku dan bahasanya serta agama terdapat di
wilayah Indonesia yang diperkirakan 300 kelompok etnik (suku bangsa). Ratusan bahasa
lisan (daerah) di jumpai di Indonesia, sedangkan bahasa resmi adalah bahasa Indonesia.
Beragam seni dan budaya yang dimiliki oleh berbagai kelompok etnik tersebut. Berdasarkan
kondisi geografis tersebut dan kehidupan sejak jaman kerajaan, maka urutan potensi
pemanfaatan sumberdaya wilayah meliputi:
1. Pertanian
2. Perkebunan
3. Kehutanan
4. Perikanan
5. Peternakan
6. Pariwisata
7. Pertambangan
8. Industri dan jasa
9. Perdagangan
Sektor pertanian menduduki peringkat pertama dikarenakan memiliki peran penting
dalam pembangunan nasional. Sektor pertanian menyerap banyak tenaga kerja sehingga
menjadi pendorong bergeraknya sektor ekonomi riil. Meskipun mempunyai peran yang
sangat strategis, sektor pertanian mempunyai banyak kendala, salah satunya yang paling
penting adalah kebutuhan akan modal. Kebutuhan akan modal akan meningkat dimasa
mendatang seiring melonjaknya harga-harga input pertanian, seperti pupuk, obat-obatan, dan
upah buruh. Kendala ini akan menjadi potensi yang besar bagi lembaga keuangan seperti
perbankan swasta maupun negeri. Salah satu peran lembaga keuangan antara lain menejer
investasi, mereka menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dalam bentuk
pinjaman atau pembiayaan. Namun kenyataanya, perbankan tidak tertarik untuk ‘menggarap’
sektor pertanian. Karakteristik usaha yang mengandung banyak resiko yang menyebabkan
minat lembaga keuangan dalam memberi pembiayaan sangat minim. Hal ini dapat dilihat
sampai dengan akhir tahun 2010, penyaluran kredit kepada sektor pertanian sebesar Rp91

1
triliun atau 5,15% dari total kredit perbankan. Di antara kredit tersebut, sebesar Rp1,76 triliun
atau 1,9% merupakan pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah.
Di sisi lain, masyarakat indonesia, khususnya yang bergerak di bidang pertanian
merupakan masyarakat menengah kebawah, sehingga mereka belum sepenuhnya paham
bagaimana cara mendapatkan suntikan modal untuk memenuhi kebutuhan input produksi dan
meningkatkan hasil pertanian tersebut yang secara tidak langsung meningkatkan pendapatan
per kapita para petani. Apalagi sektor pertaniaan sangat rentan dengan faktor eksternalitas,
seperti cuaca.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
makalah ini yaitu :
1. Bagaimana potret lembaga pembiayaan sektor pertanian ?
2. Bagaimana sistem kredit pertanian ?
3. Apa kendala kredit kendala pertanian ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui potret lembaga pembiayaan sektor pertanian
2. Untuk mengetahui sistem kredit pertanian
3. Untuk mengetahui kendala kredit kendala pertanian

2
BAB II
PEMBAHASAN

Kondisi Pembiayaan Pertanian


Melihat luasnya daerah pertanian, karakter, serta potensi yang ada, hampir tidak
mungkin mengabaikan peran lembaga pembiayaan sektor pertanian. Karena mayoritas
pembiayaan berasal dari lembaga ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa lembaga pembiayaan
berperan segabai pelumas bagi kesuksesan sektor pertanian.
Sejarah perkreditan di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak dahulu, tapi pada tahun
1960 baru ada program pembiayaan khusus di sektor pertanian. Dan pada tahun 1965
program pembiayaan pertanian semakin di mantapkan oleh munculnya program bimas.
Program itu semakin lama semakin mengalami perubahan operasional seperti besaran
penyaluran kredit, bentuk kredit, besaran bunga dan jangka waktu pengembalian. Secara
umum, kredit yang disalurkan untuk sektor pertanian berbunga kecil dengan alasan agar
meningkatkan produksi sektor pertanian.
Dalam kenyataannya, praktek sistem bunga yang selama ini digunakan, dapat
menimbulkan kekhawatiran di benak nasabah pembiayaan khususnya sektor pertanian.
Ketika petani membutuhkan suntikan modal untuk meningkatkan produktifitasnya dengan
sistem bunga, maka dapat merugikan petani itu sendiri. Karena hasil yang didapat petani
belum tentu tetap, sedangkan beban bunga yang harus dibayar tetap. Apalagi pertanian
merupakan sektor yang sangat besar dan mempunyai resiko yang sangat besar pula
dikarenakan bergantung pada keadaan cuaca. Apabila keadaan seperti ini tetap dibiarkan, bisa
jadi dalam jangka panjang berdampak pada kondisi ekonomi secara makro, karena sektor
pertanian menyerap banyak tenaga kerja sehingga menjadi pendorong bergeraknya sektor
ekonomi riil.
Terkait dengan pembiayaan sektor pertanian oleh perbankan, memang untuk
subsistem agribisnis hulu (down stream) dan hilir (up stream) serta subsektor tertentu
(misalnya perkebunan dan peternakan) telah mampu menarik beberapa bank untuk
mengucurkan kreditnya. Namun demikian, jika dibandingkan dengan total kebutuhan
pembiayaan serta potensi yang sangat besar di sektor pertanian nilai kredit tersebut masih
jauh dari memadai. Sebenarnya, ada beberapa alasan kenapa para banker masih terlihat
berhati-hati untuk menyalurkan dana ke sektor pertanian, hal ini karena menyangkut

3
pertimbangan kepentingan bisnis. Risiko pembiayaan yang tinggi, persyaratan yang ketat
dalam pengajuan kredit, kelemahan manajemen usaha pertanian yang umumnya berskala
mikro-kecil, serta keterbatasan kompetensi perbankan di bidang pertanian, merupakan alasan
minimnya perbankan nasional dalam pembiayaan di sektor pertanian.
Belum optimalnya dukungan perbankan dalam alokasi kredit ke sektor pertanian
merupakan tantangan bagi pemerintah, pelaku usaha pertanian dan pihak perbankan untuk
dicari solusinya. Pemerintah sebagai pihak yang memiliki kewenangan dalam regulasi
seyogyanya memiliki keberanian untuk membuat terobosan kebijakan di sektor perbankan
yang lebih pro-pertanian dan usaha mikro kecil di pedesaan.

Kredit dalam Pertanian


Macam kredit yang pernah diberikan pemerintah :
1. Bimas
2. KIK (Kredit investrasi kecil)
3. KMKP (Kredit Modal Kerja Permanen)
4. Kredit Usaha Tani
5. Proyek Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani Nelayan Kecil (P4K)

Masalah perkreditan dalam infestasi


Masalah dalam kredit pertanian yaitu:
a. Pemberian kredit usaha tani dengan bunga yang ringan perlu untuk memungkinkan
petani melakukan inovasi-inovasi dalam usaha taninya.
b. Kredit itu harus bersifat dinamis yaitu mendorong petani untuk menggunakan secara
produktif dengan bimbingan dan pengawasan yang teliti.
c. Kredit yang diberikan selain bantuan modal juga merupakan
perangsang untuk menerima petunjuk-petunjuk dan bersedia berpartisipasi dalam
program peningkatan produksi.
d. Kredit pertanian yang diberikan kepada petani tidak perlu hanya terbatas pada kredit
usaha tani saja yang langsung diberikan bagi produksi pertanian tetapi harus pula
mencakup kredit-kredit untuk kebutuhan rumah tangga (kredit konsumsi).

4
Kredit produksi dan kredit konsumsi
Untuk membedakan antara kredit produksi dan kredit konsumsi pada usaha tani
subsisten sulit dibedakan, sehingga pernah diusulkan hanya dinamakan kredit tani saja.
Syarat bisa dilaksanakannya kredit konsumsi antara lain :
a. Barang-barang atau jasa yang akan diperoleh dengan kredit itu memang sungguh
diperlukan sekali.
b. Tidak ada jalan lain yang lebih baik dan tidak dapat menunggu hingga penghasilan
naik.
c. Petani dapat mengambalikan kredit tersebut dengan cara yang tidak mengakibatkan
kemerosotan taraf hidupnya.

Struktur Perkreditan Pertanian


Macam-macamn kredit perorangan :

1. Kredit dengan jaminan tanaman (ijon)


2. Kredit dengan jaminan tanah (gadai tanah)
3. Kredit uang atau barang yang dibayar kembali dengan uang atau
barang tanpa jaminan

Macam-macam lembaga perkreditan

1. Bank yang meliputi Bank Desa, Lumbung Desa dan BRI


2. Perusahaan Negara Pegadaian
3. Koperasi-koperasi dan Koperasi Pertanian (Koperta)

Kendala Pembiayaan Sektor Pertanian

Permasalahan klasik yang membelit skema pembiayaan pertanian belum dapat diurai
secara baik, beberapa persoalan penting itu antara lain :

1. Minimnya informasi dan buruknya komunikasi antara sektor pertanian dan lembaga
keuangan perbankan dan nonperbankan. Para pelaku bisnis sektor pertanian umumnya
kurang aktif untuk menyampaikan peluang bisnis dan prospektif usaha pertanian
kepada pelaku usaha di sektor lain, terutama kepada lembaga pembiayaan.
Akibatnya, sektor pertanian menjadi kurang atraktif bagi lembaga pembiayaan,
terutama sektor perbankan.

5
2. Sektor perbankan juga memiliki pemahaman yang tidak lengkap tentang prospek
sektor pertanian. Mereka hanya mengetahui dari persepsi atau literatur ekonomi
pembangunan kedaluwarsa-bahwa pertanian itu sebagai suatu sektor usaha sangat
berisiko (high risk), tergantung musim, jaminan harga yang tidak pasti, dan
sebagainya. Bahkan, pemahaman yang lebih ekstrim masih mendominasi, misalnya
petani atau pelaku usaha dengan tingkat kemiskinan tinggi, pendidikan rendah, mandi
keringat, terbenam dalam lumpur dan sebagainya.
3. Perhatian sektor perbankan masih terfokus pada agbribisnis modern dan perkebunan
besar.
4. Para bankir tidak jarang menganggap bahwa petani kecil itu tidak pintar-walau tidak
menganggapnya bodoh-karena terdapat prejudice bahwa mereka tidak menawarkan
margin keuntungan yang memadai bagi lembaga keuangan.

Pertanian dapat dilihat sebagai sesuatu yang sangat potensial dalam empat bentuk
konstribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional yaitu sebagai
berikut:
a. Pertumbuhan output dibidang pertanian sangat mempengaruhi sektor-sektor ekonomi
lainnya, baik dari sisi permintaan maupun penawaran sebagai sumber bahan baku bagi
keperluan produksi di sektor-sektor lain seperti industri manufaktur dan perdagangan.
b. Pertanian berperan sebagai sumber penting bagi pertumbuhan permintaan domestik
bagi produk-produk dari sektor-sektor lainnya.
c. Sebagai suatu model untuk investasi di sektor-sektor ekonomi lainnya.
d. Sebagai sumber penting bagi surplus perdagangan (sumber devisa).

Walaupun perannya sangat strategis, sektor pertanian dan pedesaan masih sering
menghadapi banyak permasalahan, diantaranya keterbatasan permodalan petani dan pelaku
usaha pertanian lain. Sebagai unsur esensial dalam meningkatkan produksi dan taraf hidup
masyarakat pedesaan, ketiadaan modal membatasi ruang gerak sektor ini. Kebutuhan modal
diperkirakan akan semakin meningkat di masa mendatang seiring dengan semakin
melonjaknya harga input pertanian. Baik pupuk, obat-obatan, maupun upah tenaga kerja.
Dengan kecenderungan seperti ini, maka lembaga keuangan swasta seharusnya akan
semakin signifikan. Terlalu mengandalkan pembiayaan sektor pertanian dari anggaran
pemerintah, sangatlah tidak memadai serta bukan pilihan yang bijaksana mengingat semakin

6
besar beban anggaran yang harus di tanggung pemerintah untuk membiayai pembangunan
keseluruhan sektor.
Keterbatasan ataupun kendala dalam pembiayaan pertanian di Indonesia secara umum
berasal dari dua sisi. Pertama, adanya keterbatasan dana APBN. Kedua, hambatan petani
dalam mengakses perbankan yang diakibatkan oleh tidak adanya jaminan ( collateral ),
kurang pemahaman atas administrasi perbankan, tingginya cost of transaction dan cara
pembayaran bulanan tidak sesuai dengan pendapatan petani yang bersifat musiman.
Secara teori, perbankan nasional memiliki potensi yang sangat besar sebagai salah
satu sumber pembiayaan sektor pertanian. Lembaga ini mampu menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya ke pelaku usaha dalam bentuk kredit atau pembiayaan.
Namun, fakta menunjukkan bahwa secara umum ada kecenderungan perbankan nasional
kurang antusias untuk menyalurkan kredit ke sektor pertanian.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara konseptual, keberadaan lembaga pembiayaan khusus sektor pertanian di


Indonesia dapat dikategorikan sangat penting. Hal ini setidaknya dilandasi oleh beberapa
alasan yaitu:

1. Sektor pertanian memiliki peran yang sangat strategis dalam pembangunan nasional,
seperti dalam menyerap tenaga kerja, sumber pangan, pemasok bahan baku industri,
sumber devisa dll. Jika ada dukungan pendanaan yang memadai, seperti halnya bank
pertanian, maka peran sektor pertaniaan akan dapat lebih ditingkatkan.
2. Potensi pembiayaan yang sangat besar di sektor pertanian baik dari sisi SDM, SDA,
maupun peluang bisnisnya. Jumlah rumah tangga pertanian (RTP) menurut SP 2003
sekitar 25,6 juta yang bekerja di subsektor tanaman pangan, perkebunan, hortikultura,
dan peternakan. Bisnis pertanian juga terbuka luas dari subsistem penyediaan saprodi,
budidaya, panen/pasca panen, hingga pemasaran.
3. Masih minimnya alokasi kredit untuk sektor pertanian, sehingga masih terbuka
peluang usaha yang sangat besar untuk ekspansi pasar kredit pertanian karena belum
mengalami kejenuhan.

Sektor pertanian telah berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan


PDB, perolehan devisa, penyediaan pangan dan bahan baku industri, pengentasan
kemiskinan, penciptaan kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat.

Sasaran yang ingin dicapai oleh Pusat Pembiayaan Pertanian adalah membangkitkan
kinerja sektor pertanian yang cenderung menurun sebagai akibat kurangnya perhatian
pemerintah dalam mendorong peningkatan akses petani kepada sumber pembiayaan baik dari
perbankan maupun lembaga keuangan lainnya.

B. Saran

Pendidikan memainkan peranan yang penting dalam mengentaskan kemiskinan di


pedesaan melalui tiga saluran yakni dimana tingkat pendidikan berkaitan erat dengan
peningkatan produktivitas di sektor pertanian itu sendiri. Kemudian, pendidikan juga

8
berhubungan dengan semakin luasnya pilihan bagi petani untuk bisa bergerak di bidang usaha
di samping sektor pertanian itu sendiri yang pada gilirannya juga akan dapat meningkatkan
investasi di sektor pertanian. Terakhir, pendidikan juga berkontribusi terhadap migrasi
pedesaan – perkotaan. Namun demikian di India, Uganda, dan Ethipia migrasi terjadi antar
desa. Buruh tani yang berpendidikan di Bolivia dan Uganda lebih memiliki posisi tawar yang
tinggi dalam hal upah yang lebih baik.

Oleh karena itu pemerintah harus lebih memperhatikan pendidikan bagi masyarakat
pedesaan, khususnya bagi para petani agar produktivitas para petani meningkat. Karena
dengan pemahaman petani melalui pendidikan, maka petani akan lebih terbuka terhadap
dunia luar, teknologi dan perubahan positif yang akan berdampak pada peningkatan hasil
panen dan peningkatan kesejahteraan bagi kehidupan para petani.

9
DAFTAR PUSTAKA

Suhendra, E. Susy. 2005. Peranan Sektor Pertanian dalam Pertumbuhan Ekonomi di


Indonesia dengan Pendekatan Input-Output. http://www.docstoc.com . diakses pada
tanggal 17 Oktober 2011.
http://bhirawarendra.blogspot.com/2011/10/dampak-pembiayaan-sektor-pertanian-oleh.html

http://top-studies.blogspot.com/2014/11/kredit-investasi-kecil-dan-kredit-
modal.html#sthash.Cu7GW2Fi.dpuf

http://uthyyshining-fullmoon.blogspot.com/2011/12/makalah-bahasa-indonesia-potret-
kondisi.html

http://potretpertanian.blogspot.com/2013/01/5-masalah-yang-membelit-pembangunan.html

10

Anda mungkin juga menyukai