Anda di halaman 1dari 7

SUMBER DANA BANK

Nama : Haqiqi Nabila

Nim : 51143077

Fakultas/Jurusan : FEBI/Ekonomi Perbankan Syariah

SEMESTER/LOKAL : VII/EPS – C

Mata Kuliah : Aspek Hukum Bank Syariah

A. PENDAHULUAN

Bagi bank yang merupakan bisnis keuangan, kegiatan membeli barang dan menjual
barang juga terjadi, hanya bedanya dalam bisnis bank yang dijula dan dibeli adalah jasa
keuangan. Sebelum dilakukan penjualan jasa keuangan, bank haruslah terlebih dahulu
membeli jasa keuangan yang tersedia di masyarakat dan membeli jasa keuangan dapat
diperoleh dari berbagai sumber dana yang ada, terutama sumber dana dari masyarakat luas.

Yang paling penting bagi bank adalah bagaimana memilih dan mengelola sumberdana
yang tersedia. Bagi bank pengelolaan sumber dana bagi masyarakat luas, terutama dalam
bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito adalah sangat penting. Dalam pengelolaan
sumber dana dimulai dari perencanaan akan kebutuhan dana, kemudian pelaksanaan
pencarian sumber dana dan pengendalian terhadap sumber – sumber dana yang tersedia.
Maka dari itu penulis akan membahas sumber dana Bank Syariah.

B. PEMBAHASAN
1. Sumber Dana Bank Konvensional
Sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat.
Perolehan dana ini tergantung dari bank itu sendiri, apakah dari simpanan masyarakat atau
dari lembaga lainnya. Kemudian untuk membiayai operasinya, dana dapat pula diperoleh dari
modal sendiri, yaitu dengan mengeluarkan atau menjual saham. Perolehan dana disesuaikan
pula dengan tujuan dari penggunaan dana tersebut. Pemilihan sumber dana akan menentukan

1
besar kecilnya biaya yang di tanggung. Oleh karena itu, pemilihan sumber dana harus
dilakukan secara tepat.
Jika tujuan perolehan dana untuk kegiatan sehari hari, jelas berbeda sumbernya, jika
bank hendak melakukan investasi baru atau untuk melakukan perluasan suau usaha
kebutuhan dana untuk kegiatan utama bank diperoleh dalam berbagai simpanan, sedangkan
jika kebutuhan dana digunakan untuk investasi baru atau perluasan usaha, maka diperoleh
dari modal sendiri.
Yang paling penting bagi bank adalah bagaimana memilih dan mengelola sumber
dana yang tersedia. Bagi bank pengolahan sumber dana dari masyarakat luas, terutama dalam
bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito adalah sangat penting. Dalam pengelolaan
sumber dana dimulai dari perencanaan akan kebutuhan dana, kemudian pelaksanaan
pencarian sumber dana dan pengendalian terhadap sumber – sumber dana yang tersedia.
Pengelolaan sumber dana ini kita kenal dengan nama manajemen dana bank.1
Dalam rangka memobilisasi dan menghimpun dana dari masyarakat tersebut sudah
tentu bank harus sedemikian rupa mengenal sumber-sumber dana yang terdapat di dalam
berbagai lapisan masyarakat dengan bentuk yang berbeda pula.
Menurut Thomas Suyatno secara garis besar sumber dana bagi sebuah bank di bagi
menjadi tiga macam, yaaitu:
a) Dana yang bersumber dari bank sendiri
Dana yang bersumber dari bank itu sendiri adalah dana berbentuk modal setor yang
berasal dari para pemegang saham dan cadangan-cadangan serta keuntunan bank yang belum
dibagikan kepada para pemegang saham. Dana ini adalah dana murni dimiliki oleh bank yang
telah ada sejak bank tersebut memulai kegiatan usahanya, bahkan sejak bank tersebut
memperoleh izin usaha dari bank indonesia.
b) Dana yang berasal dari masyarakat luas
Dana yang berasal dari masyarakat luas adalah dana yang berhasil dihimpun dari
masyarakat dalam bentuk simpanan yang diwujudkan dalam berbagai bentuk seperti giro,
deposito, dan tabungan.
c) Dana yang berasal dari lembaga keuangan, baik berbentuk bank maupun nonbank.
Dana yang berasal dari lembaga – lembaga keuangan pada umumnya diperoleh bank
dalam bentuk pinjaman baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang sesuai
dengan kebutuhan dari bank yang membutuhkan dana tersebut.

1 Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), hal.50-51.

2
Adapun dana yang termasuk berasal dari lembaga keuangan tersebut antara
lain adalah sebagai berikut:
a. Pinjaman antar bank
Menganai pinjaman uang antar bank yang sering terjadi adalah pemberian pinjaman
dari bank yang kuat ke bank yang relatif lemah, misalnya pemberian pinjaman oleh bank
pemerintah kepada Bank Swasta Nasional, atau pemberian pinjaman dari Bank Asing kepada
Bank Swata Nasional.
b. Call Money
Call Money adalah dana talangan atau tambahan yang bersumber dari lembaga
keuangan bank.
c. Pinjaman Dana dari Luar Negeri
Pinjaman ddana dari luar negeri adalah keseluruhan dana yang diperoleh dari
pinjaman luar negeri baik yang berasal dari lembaga keuangan bank atau lembaga keuangan
bukan banka yang menimbulkan kewajiban bagi bank penerima pinjaman untuk
mengembalikan dana pinjaman tersebut kepada pihak pemberi pinjaman dalam jangka waktu
tertentu.2

2. Sumber Dana Bank Syari’ah

Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai,
atau aktiva lain yang dapat diubah menjadi uang tunai. Uang tunai yang dimiliki atau
dikuasai oleh bank tidak hanya berasal dari pemilik bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari
titipan atau penyertaan dana orang lain atau pihak lain yang sewaktu-waktu atau pada saat
tertentu akan ditarik kembali, baik secara sekaligus atau berangsur-angsur. Dalam pandangan
syari’ah uang bukanlah merupakan suatu komoditi melaikan hanya merupakan alat untuk
mencapai pertambahan nilai ekonomis (economic added value). Hal ini berbeda dengan
perbankan berbasis bunga di mana “uang mengembangbiakkan uang”, tidak peduli apakah
uang itu dipakai dalam kegiatan produktif atau tidak. Dana bank syari’ah berasal dari tiga
sumber yaitu modal inti (core capital), kuasi ekuitas (Mudharabah account), dan
titipan (wadi’ah) atau simpanan tanpa imbalan (non remunerated deposit).3

2 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group,2011), hal.45-54.
3 Ismail, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PrenadaMedia Group, 2010), hal.40-41.

3
a. Modal Inti (Core capital)
Modal inti adalah dana modal sendiri, yaitu dana yang berasal dari para pemegang
saham, yakni pemilik bank. Pada umumnya dana modal inti terdiri dari:
b. Kuasi Ekuitas (Mudharabah Account)
Bank menghimpun dana bagi hasil atas prinsip mudharabah, yaitu akad kerja sama
antara pemilik dana (shabibhul malal) dengan pengusaha (mudharib) untuk melakukan usaha
bersama, dan pemilik dana pemilik dana tidak boleh mencampuri pengolahan bisnis sehari-
hari. Keuntungan yang diperoleh dibagi antara keduanya dengan perbandingan (nisbah) yang
telah disepakati sebelumnya.
c. Dana Titipan (Wadi’ah/Non Remunerated Deposit)
Dana titipan (wadi’ah) adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang
umumnya berupa giro atau tabungan. Pada umumnya motivasi orang menitipkan dana kepada
bank adalah untuk keamanan dana mereka dan memperoleh keleluasaan untuk menarik
kembali dananya sewaktu-waktu.
· Rekening giro wadi’ah, bank islam dapat memberikan jasa simpanan giro dalam
bentuk rekening wadi’ah. Dalam hal ini bank menggunakan prinsip Wadi’ah yad dhamanah.
Dengan prinsip ini bank sebagai custodian harus menjamin pembayaran kembali nominal
simpanan wadi’ah.
· Rekening tabungan wadi’ah, prinsip wadi’ah yad dhamanah ini juga dipergunakan
oleh bank dalam mengelolah jasa tabungan, yaitu simpanan dari nasabah yang memerlukan
jasa penitipan dana dengan tingkat keleluasaan tertentu untuk menariknya kembali. Bank
memperoleh izin dari nasabah menggunakan dana tersebut selama mengendap di bank.
3. Penggunaan Dana Bank Syari’ah
Tampak jelas bahwa keberadaan lembaga keuangan dalam islam sangatlah vital
karena kegiatan bisnis dan roda ekonomi tidak akan berjalan tampanya. Dalam bank syariah
terdapat bagaimana cara bank mengelola dan menggunakan dana, yaitu:
a. Earning Asets
· Mudharabah, bank dapat menyediakan pembiayaan modal investasi atau modal kerja,
hingga 100%, sedangkan nasabah menyediakan usaha dan manajemennya. Bagi hasil
keuntungan melalui perjanjian yeng sesuai dengan porsinya atau disebut Nisbah.
· Salam, pembiayaan kepada nasabah untuk membuat barang tertentu atau pesanan
pihak-pihak lain atau pembeli. Bank memberikan dana pembiayaannya di awal untuk
membuat barang tersebut setelah adanya kesepakatan tentang harga jual kepada pembeli.

4
Barang yang akan dibeli berada dalam tanggungan nasabah dengan ciri-ciri yang telah
ditentukan.
· Istisna’, pembiayaan kepada nasabah yang terlebih dahulu memesan barang kepada
bank atau produsen lain dengan kriteria tertentu , kemudian nasabah dan bank membuat
perjanjian yank mengikat tentang harga jual dan cara pembayarannya.
· Murabahah, pembiayaan barang local ataupun internasional. Pembelian ini dapat
diaplikasikan untuk modal kerja dan pembiayaan investasi baik jangka panjang maupun
jangka pendek. Bank mendapat keuntungan dari harga barang yang dinaikan.
· Musyarakah, pembiayaan sebagian dari modal usaha keseluruhan, dimana pihak bank
akan dilibatkan dalam proses manajemen dan pembagian pembagian keuntungan berdasarkan
kesepakatan.
b. Non Earning Assets
· Aktiva dalam Bentuk Tunai (Cash Assets)
Aktiva dalam bentuk tunai (cash assets), yaitu terdiri dari uang tunai
dalam vault, cadangan likuiditas (primary reserve) yang harus dipelihara pada bank
sentral, giro pada bank dan item-item tunai lain yang masih dalam proses penagihan.
Dari cash assets ini bank tidak memperoleh penghasilan, dan kalaupun ada sangat kecil dan
tidak berarti. Namun demikian, investasi pada cash assets adalah penting untuk mendukung
fungsi simpanan dalam bank, dan dalam beberapa hal juga diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan layanan dari bank koresponden yang berkaitan dengan pembiayaan investasi.4
4. Sumber dan Alokasi Pendapatan
Dana yang telah diperoleh bank akan dialokasikan untuk menghasilkan pendapatan.
Dari pendapatan tersebut, kemudian didistribusikan kepada para nasabah penyimpan. Dalam
hal ini perlu dipertimbangkan sumber-sumber pendapatan yang diperoleh bank syariah.
a. Sumber pendapatan bank syariah
Sesuai dengan akad-akad penyaluran pembiayaan di bank syariah, maka hasil
penyaluran dana tersebut dapat memberikan pendapatan bank. Hal ini dikatakan sebagai
sumber-sumber pendapatan bank syariah. Dengan demikian, sumber pendapatan bank syariah
dapat diperoleh dari:
· Bagi hasil atas kontrak mudharabah dan kontrakmusyarakah;
· Keuntungan atas kontrak jual-beli (al bai’);
· Hasil sewa atas kontrak ijarah dan ijarah wa iqtina; dan

4 Admin, manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2010), hal.162.

5
Fee dan biaya administrasi atas jasa-jasa lainnya.
b. Pembagian keuntungan (profit distribution)
Pendapatan-pendapatan yang dihasilkan dari kontrak pembiayaan, setelah dikurangi
dengan biaya-biaya operasional, harus dibagi atau didistribusikan antara bank dengan para
penyandang dana, yaitu nasabah investasi, para penabung, dan para pemegang saham sesuai
dengan nisbah bagi-hasilyang diperjanjikan. Tahap kelima bank mendistribusikan bagi hasil
untuk setiap pemegang rekening menurut tipe simpanannya sebanding dengan jumlah
simpanannya.5

C. PENUTUP

Manajemen dana bank syari’ah adalah upaya yang dilakukan oleh lembaga bank
syari’ah dalam mengelola atau mengatur posisi dana yang diterima dari
aktifitas Funding untuk disalurkan kapada aktifitas Financing, dengan harapan bank yang
bersangkutan tetap mampu memenuhi kriteria-kriteria likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas.
Dalam menjalankan aktivitas tersebut bank syaria’ah harus menjalankan sesuai dengan
pengumpulan dan penyaluran dana berdasarkan prinsip islam.
Batasan dan pengukuran dana bank syari’ah dapat dilihat dari strukur modal,
pemeliharaan likuiditas dan aktiva produktif (pembiayaan). Modal merupakan faktor yang
sangat penting bagi perkembangan dan kemajuan bank sekaliguus bersfungsi sebagai penjaga
kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu modal juga harus dapat digunakan untuk menjaga
kemungkinan terjadi resiko, terutama dana-dana pihak ketiga atau masyarakat. Secara umum
likuiditas adalah kemampuan untuk merubah seluruh asset menjadi bentuk tunai (cash).
Sedangkan pembiayaan adalah fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-
pihak yang berupakan deficit unit.
Dana bank syari’ah bersumber dari modal inti (core capital), yaitu dana yang berasal
dari para pemegang saham, yakni modal yang disetor oleh para pemegang saham, cadangan,
dan laba ditahan. Lalu dana bank juga bersumber dari kuasi ekuitas yaitu akad kerja sama
antara pemilik dana (shabibhul malal) dengan pengusaha (mudharib) untuk melakukan usaha
bersama, dan pemilik dana pemilik dana tidak boleh mencampuri pengolahan bisnis sehari-
hari. Selanjutnya dana bank bersumber dari dana titipan nasabah yaitu berupa rekening giro
wadi’ah dan rekening tabungan tabungan wadi’ah.

5 Arifin, Dasar-dasar manajemen bank syariah, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), hal.107.

6
7

Anda mungkin juga menyukai