Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.

MR DENGAN MASALAH
UTAMA HALUSINASI DENGAN DIAGNOSA MEDIS SKIZOFRENIA
PARANOID BERULANG DI RUANG SEJAHTERA
RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Disusun oleh :
Kelompok B1A, B1C & B1E

Roudhotul Jannah, S.Kep 131823143001


Zahrotul Fitria S.Kep 131823143036
Zulfa Suhailah, S.Kep 131823143004
Rambu Mema S.Kep 131823143069
Mohammad Dheni S.Kep 131823143008
Laily Bestari P, S.Kep 131823143009
Sofiyanti N. Banoet, S.Kep 131823143013
Vima Utya Cahyani S.Kep 131823143014
Wirahadi Saputra, S.Kep 131823143015

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Seminar Kasus Stase Keperawatan Jiwa


Di Ruang Jiwa Sejahtera RSUD Dr, Soetomo
Tanggal 15 - 27 Juli 2019

Surabaya, Juli 2019

Pembimbing Institusi Pembimbing Ruangan

Khoridatul Bahiyah, M. Kep.,Sp.Kep J Anis Ernawati, S.Kep.,Ns


NIP. 19870502 201504 2 002 NIP. 19800310 200801 2 019

Mengetahui,
Kepala Ruangan

Zulfian Kurniadi, S.Kep., Ns


NIP. 197511061997031004

2
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan seminar kasus Dasar Program Studi Pendidikan Profesi (P3N)


angkatan B-20 Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya di ruang
Sejahtera RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang dilaksanakan pada periode 15 – 26
Juli 2019 telah dilaksanakan sebagai laporan seminar kasus atas nama:
Roudhotul Jannah, S.Kep 131823143001
Zahrotul Fitria S.Kep 131823143036
Zulfa Suhailah, S.Kep 131823143004
Rambu Mema S.Kep 131823143069
Mohammad Dheni S.Kep 131823143008
Laily Bestari P, S.Kep 131823143009
Sofiyanti N. Banoet, S.Kep 131823143013
Vima Utya Cahyani S.Kep 131823143014
Wirahadi Saputra, S.Kep 131823143015

Surabaya, Juli 2019

Pembimbing Institusi Pembimbing Ruangan

Khoridatul Bahiyah, M. Kep.,Sp.Kep J Anis Ernawati, S.Kep.,Ns


NIP. 19870502 201504 2 002 NIP. 19800310 200801 2 019

Mengetahui,
Kepala Ruangan

Zulfian Kurniadi, S.Kep., Ns


NIP. 197511061997031004

3
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat
Nya, karena kami telah berhasil menyelesaikan makalah seminar yang berjudul
“Asuhan keperawatan pada klien dengan Halusinasi”. Dalam penyelesaian
makalah seminar ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada pembimbing akademik dan pembimbing klinik yang telah memberikan
masukan demi kelancaran penyusunan makalah.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan
terimakasih kepada:
1. Ibu Khoridatul Bahiyah, S.Kep., M.Kep., Ns., Sp.Kep.J selaku
Pembimbing Akademik
2. Bapak Dr.Ah Yusuf S.Kp., M.Kes selaku Pembimbing Akademik.
3. Bapak Zulfian, S.Kep., Ns selaku Kepala Ruangan Sejahtera RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.
4. Ibu Anis Ernawati, S.Kep.,Ns selaku Pembimbing Klinik di Ruangan
Sejahtera RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
5. Teman-teman yang telah bekerja sama dalam penyelesaian makalah ini.

Kami sangat menyadari, bahwa didalam makalah seminar ini masih jauh
dari kesempurnaan sehingga dalam kesempatan ini pula kami mengharapkan
kesediaan pembaca untuk memberikan saran yang bersifat perbaikan, yang dapat
menyempurnakan isi makalah seminar ini dan dapat bermanfaat dimasa yang akan
datang. Akhir kata, semoga makalah seminar ini dapat menambah wawasan,
khususya bagi kami dan umumnya bagi para pembaca yang budiman.

Surabaya, Juli 2019

(Kelompok B1A,B1C & B1E)

4
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Dalam............................................................................... i


Halaman Persetujuan.................................................................................... ii
Halaman Pengesahan.................................................................................... iii
Kata Pengantar.............................................................................................. iv
Daftar Isi....................................................................................................... v
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................
1.3 Tujuan .....................................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus.....................................................................................
Bab 2 Landasan Teori
2.1 Definisi ...................................................................................................
2.2 Klasifikasi ...............................................................................................
2.3 Etiologi ...................................................................................................
2.4 Tanda dan Gejala ....................................................................................
2.5 Penatalaksanaan ......................................................................................
2.6 Rentang Respon Neurobiologi ...............................................................
2.7 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ......................................................
2.7.1 Pengkajian...........................................................................................
2.7.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................
2.7.3 Rencana Keperawatan.........................................................................
Bab 3 Gambaran Kasus
3.1 Pengkajian.............................................................................................
3.2 Masalah Keperawatan...........................................................................
3.3 Pohon Masalah dan Prioritas Diagnosa Keperawatan ...........................
3.3 Rencana Intervensi Keperawatan..........................................................
3.4 Implementasi........................................................................................
3.5 Evaluasi................................................................................................
Bab 4 Pembahasan

5
4.1 Pembahasan .........................................................................................
Bab 5 Simpulan dan Saran
5.1 Simpulan..............................................................................................
5.2 Saran....................................................................................................
Daftar Pustaka...............................................................................................

6
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesehatan jiwa atau mental didefinisikan sebagai keadaan baik di mana setiap
individu menyadari potensi dirinya sendiri, dapat mengatasi tekanan hidup yang
normal, dapat bekerja secara produktif dan bermanfaat, serta dapat memberikan
kontribusi untuk dirinya atau masyarakatnya (WHO, 2016).
Pada tahun 2012, hasil survey World Health Organization (WHO) menunjukkan
bahwa sekitar 450 jiwa penduduk di seluruh dunia mengalami gangguan kesehatan
jiwa, hal ini berarti bahwa jumlah penduduk dunia 10% nya mengalami gangguan
kesehatan jiwa. Kenyataan serupa ditunjukkan dengan adanya laporan dari hasil riset
bank dunia dan hasil survei Badan Pusat Statistik yang melaporkan bahwa penyakit
yang merupakan akibat masalah kesehatan jiwa mencapai angka 8,1 % yang
merupakan angka tertinggi dibanding presentasi penyakit lain (Anindita, 2012).
Gangguan skizoafektif merupakan kelainan mental yang rancu yang ditandai
dengan adanya gejala gangguan afektif. Gangguan skizoafektif adalah penyakit
dengan gejala psikotik yang persisten, seperti halusinasi atau delusi, terjadi bersama-
sama dengan masalah suasana (mood disorder) seperti depresi, manik, atau episode
campuran. Statistik umum gangguan ini yaitu kira-kira 0,2% di Amerika Serikat dari
populasi umum dan sampai sebanyak 9% orang dirawat di rumah sakit karena
gangguan ini. Gangguan skizoafektif diperkirakan terjadi lebih sering daripada
gangguan bipolar (Rades, Wulan, 2016).
Gejala-gejala afektif diantaranya yaitu afek depresif, kehilangan minat dan
kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah (rasa lelah yang nyata sesuadah kerja sedikit saja), dan menurunnya aktivitas.
Gejala lainnya yaitu konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan
diri berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan masa
depan yang suram dan pesimistik, gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau
bunuh diri, tidur terganggu, dan nafsu makan berkurang. Gejala skizofrenia juga
harus ada antara lain merasa pikirannya disiarkan atau diganggu, ada kekuatan yang
sedang berusaha mengendalikannya, mendengar suara-suara yang beraneka ragam
(Hawari, 2006).

7
Pengobatan pada skizoafektif terdiri dari pengobatan secara psikofarmaka dan
psikoterapi. Pengobatan untuk dengan gangguan skizoafektif merespon baik terhadap
pengobatan dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat mood
stabilizer atau pengobatan dengan antipsikotik saja. Karena pengobatan yang
konsisten penting untuk hasil terbaik, psiko‐edukasi pada penderita dan keluarga,
serta menggunakan obat long acting bisa menjadi bagian penting dari pengobatan
pada gangguan skizoafektif. Farmakoterapi yang digunakan adalah risperidon 2x4
mg, fluoxetin 1x10 mg. Pengobatan harus sesuai dengan tipe atau episode skizoafektif
yang terjadi. Karena episode skizoafektif sangat membedakan pemberian obat yang
akan diberikan. Pada keadaan manik akan obat antimanik dan pada saat depresif akan
diberikan antidepresif, tetapi terapi skizofrenia pun tetap harus diberikan(Rades,
Wulan, 2016).

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang kami rumuskan dari proposal seminar kasus ini
adalah sebagai berikut:
1. Apa definisidari halusinasi?
2. Apaklasifikasi halusinasi?
3. Apa penyebab halusinasi?
4. Apa Tanda dan gejala halusinasi?
5. Bagaimanakah penatalaksaan pasien dengan halusinasi?
6. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan pasien dengan gangguan
persepsisensori: halusinasi?

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk memahami bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan persepsisensori: halusinasi secara komprehensif
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan definisi dari halusinasi?
2. Menjelaskan klasifikasi halusinasi?
3. Menjelaskan penyebab halusinasi?
4. Menjelaskan Tanda dan gejala halusinasi?

8
5. Menjelaskan penatalaksaan pasien dengan halusinasi?
6. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pasien dengan ganggua
persepsisensori: halusinasi?

9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KASUS (MASALAH UTAMA)


Menarik diri
2.2. PROSES TERJADINYA MASALAH
2.2.1 Definisi
Halusinasi adalah persepsi salah yang diterima panca indera dan berasal dari
stimulus eksternal yang biasanya tidak diinterpretasikan ke dalam pengalaman.
Beberapa halusinasi dapat dipicu, misalnya, seorang remaja lelaki yang
mendengar seoang polisi berbiara dengan dirinya saat ia mendengarkan musik.
Halusinasi dapat terjadi pada indera apa pun. Pada dasarnya, halusinasi tidak
selalu berarti penyakit kejiwaan. Sebagai contoh, halusinasi singkat cukup umum
terjadi setelah peristiwa kematian (orang yang mengalami halusinasi seolah
melihat atau mendengar orang yang meninggal. Halusinasi dapat sangat invasif,
sering muncul, dan menyerang hampir semua fungsi normal (Brooker, 2008).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Menurut Yosep (2009), halusinasi
didefinisikan sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak
terdapat stimulus. Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang
salah (Stuart, 2007).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan halusinasi
adalah gangguan persepsi sensori dimana klien mempersepsikan sesuatu melalui
panca indera tanpa ada stimulus eksternal. Halusinasi berbeda dengan ilusi,
dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi
pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi, stimulusi
internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata ada oleh klien.
2.2.2 Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia (2001) faktor predisposisi yang menyebabkan

10
klien gangguan jiwa mengalami halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu.
Namun demikian, kromosom ke berapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini
sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Anak kembar identik memiliki
kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
skizofrenia, sementara jika dizigote, peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang
salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami
skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya
menjadi 35%.
2. Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak yang
abnormal. Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal, khususnya dopamin,
serotonin, dan glutamat.
3. Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan
neurotransmitter. Dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotonin.
4. Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat menjadi faktor
predisposisi skizofrenia.
5. Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi skizofrenia
antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang pencemas, terlalu melindungi,
dingin, dan tak berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan
anaknya.
2 Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi adalah stimulasi yang dipersepsikan oleh individu
sebagai tantangan, ancaman/tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk
koping yaitu meningkatkan stress dan kecemasan. Secara umum klien dengan
gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan,
tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian

11
individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan
kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006). Menurut Stuart dan Laraia (2001)
faktor presipitasi yang menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami halusinasi
adalah sebagai berikut :
a. Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
b. Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
c. Kondisi kesehatan, meliputi: nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan
irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat system syaraf pusat, kurangnya
latihan, hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
d. Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di rumah
tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola
aktivitas sehari-hari, kesukaran dalam hubungan dengan orang lain, isolasi
social, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, kurang ketrampilan dalam
bekerja, stigmatisasi, kemiskinan, ketidakmampuan mendapat
pekerjaan.
e. Sikap atau perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah, putus
asa,tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri, merasa
punyakekuatan berlebihan, merasa malang, bertindak tidak seperti orang lain
darisegi usia maupun kebudayaan, rendahnya kernampuan sosialisasi,
perilaku agresif, ketidakadekuatan pengobatan, ketidakadekuatan penanganan
gejala.
2.2.3 Tanda dan gejala
Klien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk
terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara
sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan
gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari klien sendiri
tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan).
Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi (Budi Anna Keliat,
1999).
1) Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan. Gejala klinis:
a) Menyeringai/tertawa tidak sesuai

12
b) Menggerakkan bibir tanpa bicara
c) Gerakan mata cepat
d) Bicara lambat
e) Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
2) Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan. Gejala klinis:
a) Cemas
b) Konsentrasi menurun
c) Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
3) Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan. Gejala klinis:
a) Cenderung mengikuti halusinasi
b) Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c) Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
d) Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti
petunjuk)
4) Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan Gejala klinis:
a) Klien mengikuti halusinasi
b) Tidak mampu mengendalikan diri
c) Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
d) Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

2.2.4 Jenis-jenis halusinasi


Jenis-jenis halusinasi menurut Yosep, 2009 :
1. Halusinasi Pendengaran (Auditory), paling sering dijumpai dengan gejala
mendengar suara-suara yang menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya, mendengar suara atau bunyi, mendengar suara yang mengajak
bercakap-cakap, mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang
lain atau suara lain yang membahayakan.
2. Halusinasi Penglihatan (Visual), ditandai dengan melihat seseorang yang
sudah meninggal atau makhluk halus tertentu, melihat bayangan hantu,
atau sesuatu yang menakutkan.
3. Halusinasi Penciuman (Olfaktory), Halusinasi ini biasanya berupa
penciuman bau tertentu yang dirasakan tidak enak seperti bau mayat,

13
darah, atau bau masakan serta bau parfum yang menyenangkan.
4. Halusinasi Perabaan (Taktil), yaitu merasakan ada sesuatu yang
menggerayangi tubuh seperti tangan, binatang kecil, makhluk halus,
merasakan sesuatu dipermukaan kulit, merasakan sangat panas atau dingin,
dan merasakan tersengat aliran listrik.
5. Halusinasi Pengecapan (gustatorik), yaitu seperti merasakan makanan
tertentu atau mengunyah sesuatu.
6. Halusinasi Hipnagogik, yaitu persepsi sensori yang salah terjadi pada saat
tertidur, biasanya dianggap sebagai fenomena yang non patologis
7. Halusinasi Hipnopompik, yaitu persepsi palsu yang salah saat terbangun
dari tidur biasanya tidak patologis
8. Halusinasi yang sejalan dengan mood (mood congruent hallucination),
yaitu dimana halusinasi konsisten dengan mood yang tertekan atau panik.
9. Halusinasi tidak sejalan dengan mood (mood incongruentn hallucination),
yaitu dimana isi halusinasi tidak konsisten dengan mood yang tertekan
atau panik.
10. Halusinasi kinestetik, yaitu mengatakan bahwa fungsi tubuhnya tidak
dapat terdeteksi misalnya tidak adanya denyutan diotak, atau perasaan
tubuhnya melayang-layang diatas bumi.
11. Halusinasi Viseral, yaitu badannya dianggap berubah bentuk dan tidak
normal seperti biasanya.
12. Halusionis, yang paling sering adalah halusinasi dengar yang berhubungan
dengan penyalahgunaan alcohol dan terjadi dalam sensorium yang jernih,
berbeda dengan delitirum tremens (Dts), yaitu halusinasi terjadi dalam
konteks sensorium yang berkabut.
13. Trailing phenomenon, Kelainan persepsi yang berhubungan dengan obat-
obatan halusonogen dimana benda yang bergerak dilihat sebagai sederetan
citra yang terpisah dan tidak kontinyu.
14. Halusinasi Auditorik, dapat terjadi pada orang normal tetapi tidak
dianggap sebagai suatu hal yang patologis. Ada beberapa halusinasi
auditorik yang patologis yaitu; halusinasi auditorik non verbal, halusinasi

14
auditorik verbal, halusinasi auditorik orang ketiga, halusinasi auditorik
orang kedua.
2.2.5 Fase halusinasi
Ada beberapa tahapan-tahapan pada klien dengan halusinasi antara lain
(Yosep, 2009) yaitu :
1. Stage I : Sleep Disorder (fase awal seseorang sebelum muncul halusinasi)
Klien merasa banyak masalah, ingin menghindari dari lingkungan, takut
diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa sulit
karena berbagai stressor terakumulasi, misalnya kekasih hamil, terlibat narkoba,
dihianati kekasih, masalah dikampus, diPHK ditempat kerja, penyakit, utang,
nilai dikampus, drop out, dan sebagainya. Masalah terasa menekan karena
terakumulasi sedangkan support sistem kurang dan persepsi terhadap masalah
sangat buruk. Sulit tidur berlangsung terus-menerus sehingga terbiasa
menghayal. Klien menganggap lamunan-lamunan awal tersebut sebagai
pemecahan masalah.
2. Stage II : Comforting Moderate level of anxiety (halusinasi secara umum
diterima sebagai sesuatu yang alami)
Klien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya perasaan cemas,
kesepian, perasaan berdosa, ketakutan dan mencoba memusatkan pemikiran
pada timbulnya kecemasan. Ia beranggapan bahwa pengalaman pikiran dan
sensorinya dapat ia kontrol bila kecemasannya diatur, dalam tahap ini ada
kecenderungan klien merasa nyaman dengan halusinasinya.
3. Stage III : Condemning Severe level of anxiety (secara umum halusinasi
sering mendatangi klien)
Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalami bias. Klien
mulai merasa tidak mampu lagi mengontrolnya dan mulai berupayah menjaga
jarak antara dirinya dengan objek yang dipersepsikan klien mulai menarik diri
dari orang lain dengan intensitas waktu yang lama.
4. Stage IV : Controlling Severe level of anxiety (fungsi sensori menjadi tidak
relevan dengan kenyataan)
Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori abnormal yang datang.
Klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah dimulai

15
fase gangguan psikotik.

5. Stage V : Conquering Panic level of anxiety (klien mengalami gangguan


dalam menilai lingkungannya)
Pengalaman sensorinya terganggu, klien mulai merasa terancam dengan
datangnya suara-suara terutama bila klien tidak dapat menuruti ancaman atau
perintah yang di dengar dari halusinasinya. Halusinasi dapat berlangsung selama
minimal 4 jam atau seharian bila klien tidak mendapatkan komunikasi
terapeutik, akan terjadi gangguan psikotik berat.

2.2.6 Rentang respon


Rentang respon halusinasi berbeda-beda untuk setiap orang. Halusinasi
merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam rentang
respon neurobiologist (Stuart & Laraia, 2001). Ini merupakan respon persepsi
paling maladaptif. Jika individu yang sehat persepsinya akurat, mampu
mengidentifikasi dan menginterprestasikan stimulus berdasarkan informasi yang
diterima melalui panca indera (pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan,
dan perabaan), klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca
indera walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak ada.
Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena sesuatu
hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang
diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi jika interpretasi
yang dilakukannya terhadap stimulus panca indera tidak akurat sesuai stimulus
yang diterima.

16
Adapun rentang respon neurobiologis adalah sebagai berikut:
Tabel Rentang Respon Neuorobiologis (Sumber: Stuart,
2006)

Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma social
dan budaya secara umum yang berlaku didalam masyarakat, dimana individu
menyelesaikan masalah dalam batas normal yang meliputi:
1. Pikiran logis adalah segala sesuatu yang diucapkan dan dilaksanakan oleh
individu sesuai dengan kenyataan.
2. Persepsi akurat adalah penerimaan pesan yang disadari oleh indra perasaan,
dimana dapat membedakan objek yang satu dengan yang lain dan mengenai
kualitasnya menurut berbagai sensasi yang dihasilkan.
3. Emosi konsisten dengan pengalaman adalah respon yang diberikan individual
sesuai dengan stimulus yang datang.
4. Prilaku sesuai dengan cara berskap individu yang sesuai dengan perannya.
5. Hubungan sosial harmonis dimana individu dapat berinteraksi dan
berkomunkasi dengan orang lain tanpa adanya rasa curiga, bersalah dan tidak
senang.
Sedangkan maladaptif adalah suatu respon yang tidak dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan budaya secara umum yang berlaku dimasyarakat, dimana

17
individu dalam menyelesaikan masalah tidak berdasarkan norma yang sesuai
diantaranya :
1) Gangguan proses pikir / waham adalah ketidakmampuan otak untuk
memproses data secara akurat yang dapat menyebabkan gangguan proses
pikir, seperti ketakutan, merasa hebat, beriman, pikiran terkontrol, pikiran
yang terisi dan lain-lain.
2) Halusinasi adalah gangguan identifikasi stimulus berdasarkan informasi
yang diterima otak dari lima indra seperti suara, raba, bau, dan pengelihatan
3) Kerusakan proses emosi adalah respon yang diberikan Individu tidak sesuai
dengan stimulus yang datang.
4) Perilaku yang tidak terorganisir adalah cara bersikap individu yang tidak
sesuai dengan peran
5) Isolasi sosial adalah dimana individu yang mengisolasi dirinya dari
lingkungan atau tidak mau berinteraksi dengan lingkungan.

2.2.7 Mekanisme koping


Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi (Stuart
& Laraia 2005) meliputi:
1. Regresi
Menjadi malas beraktivitas sehari-hari.
2. Proyeksi
Mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung
jawab kepada orang lain atau sesuatu benda.
3. Menarik diri
Sulit mempercayai orang lain dan asik dengan stimulus internal. Keluarga
mengingkari masalah yang dialami klien.

18
2.3 POHON MASALAH
(EFEK) : Resiko Perilaku Kekerasan

(CP) : Halusinasi

(CAUSA) : Isolasi Sosial: Menarik Diri


2.4 MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

Masalah Data yang Perlu Dikaji


Keperawatan
Isolasi Sosial Subyetif:
Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa
data subyektif adalah menjawab pertanyaan dengan singkat,
seperti kata- kata “tidak”, “iya”, “tidak tau”
Obyektif:
1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul

2. Menghindar dari orang lain (menyendiri), klien


nampa memisahkan diri dari orang lain, misalnya pada saat
makan
3. Komunikasi kurang atau tidak ada. Klien tidak tampak
bercakap- cakap dengan klien lain/perawat
4. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk
Halusinasi Subyektif:
1. Mendengar suara-suara atau kegaduhan

2. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap

3. Mendengar sesuatu yang menyuruh melakukan sesuatu yang


berbahaya
Obyektif:
1. Bicara atau tertawa sendiri
2. Marah-marah tanpa sebab
3. Menutup telinga

19
Resiko Perilaku Subyektif:
Kekerasan Klien marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh,
ingin membakar, atau mengacak-acak lingkungan
Obyektif:
Klien mengamuk, merusak, dan melempar barang-barang,
melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya

2.5 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
2. Resiko perilaku kekerasan
3. Isolasi sosial; menarik diri
2.6 RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan Umum: Klien dapat berhenti berhalusinasi

Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengenali jenis halusinasinya
3. Klien dapat mengekspresikan respon terhadap halusinasi
4. Klien dapat mengetahui waktu terjadinya halusinasi
5. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
6. Klien dapat menghardik halusinasi
7. Klien dapat menggunakan dukungan sosial

20
2.6 IMPLEMENTASI

KLIEN KELUARGA
SP 1 SP 1
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi klien 1. Mendiskusikan maslah yang
2. Mengidentifikasi isi halusinasi klien dirasakan keluarga dalam merawat

3. Mengidentifikasi waktu halusinasi klien klien


2. Menjelaskan pengertian, tand gejala
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien
dan jenis halusinasi yang dialami
5. Mengidentifikasi situasi yang
klien beserta proses terjadinya
menimbulkan halusinasi
3. Menjelaskan cara-cara merawat
6. Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi
klien halusinasi
7. Mengajarkan klien menghardik halusinasi
8. Menganjurkan klien memasukkan cara
menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian
SP 2 SP 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien 1. Melatih keluarga mempraktikkan
2. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara merawat klien dengan
cara bercakap-cakap dengan oang lain halusinasi
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal 2. Melatih keluarga melakukan cara

kegiatan harian merawat langsung kepada klien


halusinasi
SP 3 SP 3
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien 1. Membantu keluarga membuat jadwal

2. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan aktivitas dirumah termasuk minum


melakukan kegiatan yang biasa dilakukan klien obat
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal 2. Menjelaskan follow up klien setelah

kegiatan harian pulang

21
SP 4
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien

2. Memberikan pendidikan kesehatan


tentang penggunaan obat secara teratut
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.

22
BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN
FORMULIR PENGKAJIAN
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNAIR

Ruangan Rawat : Sejahtera Tanggal Dirawat : 10-07-2019

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. “D” (L) Tanggal Pengkajian :15-07-2019
Umur : 22 Tahun RM No :12.7x.xx.xx
Informan : Pasien, ibu pasien
II. ALASAN MASUK
Klien dibawa ke IGD Dr. Soetomo pada tanggal 10-07-201 jam 23.55 WIB karena
melukai lehernya dengan pisau dan linggis. Pasien mengatakan mendengar suara-
suara yang mengatakan “kamu harus mati”. Munculnya suara tersebut setelah
klien putus cinta dengan pacarnya.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? ( )Ya ( √ )Tidak
2. Pengobatan sebelumnya? ( ) Berhasil ( ) Kurang berhasil ( ) Tidak
Berhasil
3.

Pelaku/usia Korban/usia Saksi/usia


Aniaya Fisik
Aniaya Seksual
Penolakan
Kekerasan dalam Keluarga
Tindakan criminal

Jelaskan no 1,2,3 : klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa


sebelumnya

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa: ( )Ya ( √ )


Tidak
Hubungan keluarga Gejala Riwayat pengobatan/perawatan
............................... ............................
......................................................
............................... ............................
......................................................
Jelaskan: tidak ada anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:


Tn. “D” sering mabuk-mabukan dengan temannya sehingga pacarnya tidak suka
dan akhirnya meninggalkannya sehingga Tn.”D” frustasi dan sering
menyendiri
Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial : Menarik Diri

23
IV. FISIK
1. Tanda vital : TD:110/80 mmHg Nadi: 83x/menit Suhu:36,8oC RR: 22x/menit
2. Ukur : TB: 65 kg BB : 165 cm
3. Keluhan fisik: ( ) Ya ( √ ) Tidak
Jelaskan : tidak ada keluhan
Masalah keperawatan: tidak ada masalah

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram:

Jelaskan : tidak ada riwayat keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa
seperti yang dialami klien
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : klien mengatakan bagian tubuh yang paling disuka
adalah rambut.
b. Identitas : klien dapat menyebutkan bahwa dia adalah seorang
laki-laki.
c. Peran : klien bekerja disebuah pabrik beras.
d. Ideal diri : klien mengatakan ingin segera sembuh dan ingin
memperbaiki diri dan ingin segera cepat bekerja lagi.
e. Harga diri : klien merasa malu dengan tetangga dan orang disekitar
tempat tinggalnya karena tindakan yang ia lakukan.
Masalah Keperawatan: Harga Diri Rendah

3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : ibu, ayah dan adiknya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: klien mengatakan
sering ikut latihan futsal dengan teman kerjanya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: tidak ada hambatan
dalam berhubungan dengan orang lain.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah

4. Spiritual:
a. Nilai dan keyakinan : klien mengatakan yakin bisa sembuh jika sering
beristigfhar saat mendengar suara-suara. Klien beragama islam.
b. Kegiatan ibadah : sebelum sakit klien rajin ibadah solat 5 waktu, saat
diruangan klien tetap solat 5 waktu.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan: ( ) Tidak rapi ( ) Penggunaan pakaian ( ) Cara
berpakaian Tidak sesuai tidak seperti Biasanya
Jelaskan: penampilan klien rapi

24
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah

2. Pembicaraan:
Cepat Keras Gagap Inkoheren
Apatis √ Lambat Membisu Tidak mampu
Memulai pembicaraan
Jelaskan: klien tampak berpikir terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan
perawat, jawaban klien sesuai dengan yang ditanyakan.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah

3. Aktivitas Motorik:
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
TIK Grimasen Tremor Kompulsif

Jelaskan : klien tenang


Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

4. Alam Perasaan:
Sedih Ketakutan Putus asa √ Khawatir Agitasi

Jelaskan : klien mengatakan merasa khawatir tidak bisa membahagiakan ibunya


jika terus seperti ini.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
5. Afek:
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai

Jelaskan : klien berekspresi sesuai dengan ceritanya


Masalah keperawatan : tidak ada masalah

6. Interaksi selama wawancara:


Bermusuhan Tidak Kooperatif Mudah tersinggung
Kontak mata kurang Defensif Curiga
Jelaskan : klien kooperatif
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah.
7. Persepsi
Halusinasi
√ Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
Jelaskan: klien mengatakan sering mendengar suara-suara “kamu harus mati”
saat dirinya berdiam diri dan tidak ada teman yang mengajak ngobrol.
Masalah keperawatan: gangguan persepsin sensori : halusinasi (pendengaran)
8. Proses pikir
Sirkumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi
Flight of Ideas Blocking Pengulangan pembicaraan/perseverasi
Jelaskan : arus pikir koheren
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
9. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran Magis
Waham:
Agama Somatik Kebesaran Curiga

25
Nihilistik Sisip Pikir Siar piker Kontrol pikir
Jelaskan : tidak ada masalah
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
10. Tingkat kesadaran
Bingung Sedasi Stupor Disorientasi
Waktu Tempat Orang

Jelaskan : keadaan umum baik, kesadaran compos mentis


Masalah keperawatan: tidak ada masalah.
11. Memori
Gg daya ingat jangka panjang Gg daya ingat jangka pendek
Gg daya ingat saat ini Konfabulasi

Jelaskan : klien mampu mengingat kejadian sebelum masuk rumah sakit


Masalah keperawatan: tidak ada masalah
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan: klien mampu berhitung, konsentrasi baik.


Masalah keperawatan : tidak ada masalah
13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan Gangguan bermakna

Jelaskan: klien lebih memilih solat dulu baru makan siang, agar tidak terburu-
buru saat makan.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
14. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang diderita Menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan: klien menyadari tindakan yang ia lakukan salah


Masalah keperawatan: tidak ada masalah

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi/menyediakan kebutuhan
Ybisa Titidak Ybisa Titidak
Makanan √ Pakaian √

Keamanan √ Transportasi √

Tempat tinggal √ Uang √

Perawatan kesehatan √
Jelaskan: klien masih tinggal satu rumah dengan orang tuanya
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
2. Kegiatan sehari-hari
a. Perawatan diri
Bantuan minimal Bantuan Total
Mandi √
BAB/BAK √
Kebersihan √
Ganti Pakaian √

26
Makan √

Jelaskan: klien melakukannya secara mandiri


Masalah keperawatan : tidak ada masalah
b. Nutrisi
Apakah klien puas dengan pola makan klien √ Ya Tidak
Apakah klien memisahkan diri Ya Tidak

Jika ya, jelaskan alasannya: ...........................................................................
Frekuensi makan perhari : 3 kali
Frekuensi kudapan perhari : 3 kali
Nafsu makan : ada nafsu makan, baik
Diet khusus : diit TKTP
Jelaskan : klien mengatakan selalu menghabiskan makanan yang diberikan
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
c. Tidur
Ya Tidak

Apakah ada masalah √


Apakah klien merasa segar setelah bangun tidur √
Apakah ada kebiasaan tidur siang √
Apa yang membantu klien untuk tidur
Waktu tidur malam, jam: 21.00, Waktu bangun, jam: 09.00
Beri tanda “V” sesuai dengan keadaan klien:
Sulit untuk tidur Terbangun saat tidur
Bangun terlalu pagi Gelisah saat tidur
Somnabulisme Berbicara dalam tidur

Jelaskan: klien tidak ada gangguan saat tidur


Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
3. Kemampuan klien dalam
Ya Tidak
Mengantisipasi kebutuhan sendiri √
Membuat keputusan berdasar keinginan sendiri √
Mengatur penggunaan obat

Melakukan pemeriksaan kesehatan (follow up)
Jelaskan: klien melakukan ADL secara mandiri
Pengambilan keputusan dilakukan oleh ayahnya, penggunaan obat diatur oleh
perawat
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah

4. Klien memiliki sistim pendukung

27
Ya Tidak Ya Tidak
Keluarga √ Teman sejawat √
Profesional/terapis Kelompok sosial √

Jelaskan: klien dekat dengan ibu, bapak dan adiknya


Masalah keperawatan: tidak ada masalah
5. Apakah klien menikmati saat bekerja kegiatan yang Ya Tidak
menghasilkan atau hobi √

Jelaskan: sebelum MRS klien bekerja dipabrik dan suka main futsal
Masalah keperawatan: tidak ada masalah

VIII. MEKANISME KOPING


Adaptif
√ Bicara dengan orang lain
Mampu menyelesaikan masalah
Teknik reloksasi
Aktifitas konstruktif
Olahraga
Lainnya

Maladaptif
Minum alkohol
Reaksi lambat/berlebih
Bekerja berlebihan
menghindar
Mencederai diri
Lainnya
Jelaskan: klien mau berbicara dengan orang lain
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : tidak ada masalah
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : klien merasa malu dengan tetangga dan
orang disekitarnya karena tindakan yang ia lakukan.
Masalah dengan pendidikan, spesifik : klien tidak selesai pendidikannya, klien tidak tamat
SMA.
Masalah dengan pekerjaan, spesifik : tidak ada masalah
Masalah dengan perumahan, spesifik : tidak ada masalah
Masalah dengan ekonomi, spesifik :tidak ada masalah
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : tidak ada masalah
Masalah lainnya, spesifik : tidak ada masalah
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah

28
X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
Penyakit jiwa √ Sistem pendukung
Faktor presipitasi Penyakit fisik √
Koping Obat-obatan √
Lainnya.........................................................................................................
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
XI. DATA LAIN-LAIN
Tidak ada
XII. ASPEK MEDIS
Diagnosa medis: Gangguan Psikotik Lir Skizofrenia Akut
Terapi medis:
- Asam mefenamat 500 mg tiap 8 jam 1 tablet per oral (bila nyeri kepala)
- Risperidon 2 mg tablet tiap 12 jam (1/2 tablet tiap pagi dan malam) per oral
- Clozapine 12,5 mg tablet (1 tablet tiap 24 jam, malam hari per oral)

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
2. Risiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
3. Isolasi sosial : menarik diri
4. ..........................................................................
5. ..........................................................................
6. ..........................................................................
7. ..........................................................................
8. ..........................................................................
9. ..........................................................................
10. ..........................................................................

Senin , 15 Juli 2019

Ttd
3.2 ANALISA DATA

DATA-DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN TTD


DS : Gangguan persepsi Gangguan persepsi sensori :
- klien mengatakan sensori : halusinasi halusinasi
mendengar suara-
suara yang
mengatakan “ kamu Isolasi sosial :
harus mati” menarik diri

DO :
-
DS : Risiko menciderai Risiko menciderai diri sendiri,
- klien mengatakan diri sendiri, orang orang lain dan lingkungannya
sebelum MRS lain dan
melukai leherna lingkungannya
dengan pisau dan
linggis
-klien mengatakan halusinasi
juga melukai
ayahnya

DO :
-terdapat bekas luka
dileher klien
DS : Isolasi sosial : Isolasi sosial : menarik diri
- klien mengatakan menarik diri
sering menyendiri
sejak ditinggal oleh
pacarnya Gangguan konsep
-klien mengatakan diri : harga diri
merasa sedih rendah
-ibu klien
mengatakan bahwa
klien sering
mengurung diri
dikamar sejak
ditinggal pacarnya
DO :
-
3.3 POHON MASALAH

(Effect ) risiko menciderai diri,orang lain dan lingkungan

Core problem (CP) gangguan persepsi sensori : halusinasi

Causa isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Koping individu tidak efektif

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1.Gangguan persepsi sensori : halusinasi
2.Risiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
3.Isolasi sosial : menarik diri
3.4 RENCANA KEPERAWATAN JIWA

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNAIR
RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Inisial Pasien : Tn. MR Ruangan : Sejahtera


No. RM : 12.7x.xx.xx
Diagnosis Rencana Tindakan Keperawatan Intervensi
Tujuan Jangka Tujuan Jangka
Panjang Pendek
Gangguan Klien dapat 1. Klien dapat 1. Beri salam
persepsi sensori mengendalikan membina hubungan 2. Perkenalkan diri dan
: Halusinasi halusinasi yang saling percaya sebutkan nama
Pendengaran dialaminya perawat
3. Menanyakan nama
klien
4. Jelaskan tujuan dari
hubungan interaksi
5. Jelaskan kontrak
yang akan dibuat
6. Dengarkan dengan
penuh perhatian
2. Klien dapat 1. Identifikasi jenis
mengenali halusinasi
halusinasinya 2. Tanyakan kepada
klien apa yang
didengar dari
halusinasinya
3. Tanyakan kepada
klien kapan
halusinasinya datang
4. Tanyakan kepada
klien situasi yang
menyebabkan
halusinasi
5. Identifikasi respon
klien terhadap
halusinasinya
3. Klien dapat 1. Jelaskan kepada
mengontrol klien cara
halusinasinya menghardik
dengan cara : halusinasi
Menghardik 2. Peragakan kepada
halusinasi klien cara
menghardik
halusinasi
3. Minta pasien untuk
memperagakan cara
menghardik
halusinasi
4. Pantau penerapan
cara ini, kuatkan
perilaku pasien
5. Anjurkan pasien
memasukkan cara
menghardik
halusinasi ke dalam
jadwal kegiatan
harian
4. Klien dapat 1. Evaluasi jadwal
mengontrol kegiatan harian
halusinasinya pasien
dengan cara : 2. Latih pasien
bercakap-cakap mengendalikan
dengan orang lain halusinasinya
dengan cara
bercakap-cakap
dengan orang lain
3. Anjurkan pasien
memasukkan
kegiatan bercakap-
cakap ke dalam
jadwal kegiatan
harian
5. Klien dapat 1. Evaluasi jadwal
mengontrol kegiatan harian
halusinasinya pasien
dengan cara : 2. Latih pasien
Melakukan mengendalikan
aktivitas yang halusinasinya
terjadwal dengan melakukan
kegiatan (kegiatan
yang biasa klien
lakukan di rumah)
3. Anjurkan pasien
memasukkan
kegiatan
mengendalikan
halusinasinya ke
dalam jadwal harian.
6. Klien dapat 1. Evaluasi jadwal
mengontrol kegiatan harian
halusinasinya pasien
dengan cara : Patuh 2. Jelaskan kegunaan
minum obat obat
3. Jelaskan akibat
putus obat
4. Jelaskan cara
mendapatkan obat
atau berobat
5. Jelaskan cara
menggunakan obat
dengan tepat dan
benar
6. Anjurkan pasien
memasukkan
aktivitas patuh
minum obat ke
dalam jadwal
kegiatan harian.

3.5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERSI Fkp UNAIR
RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Inisial Pasien : Tn. MR Ruangan:Sejahtera


No RM : 12.7x.xx.xx
Hari/ Tgl : Senin / 15 Juli 2019
Diagnosa/ IMPLEMENTASI EVALUASI TT
TUK
Gangguan 1. Memberi salam kepada pasien S:
Persepsi 2. Menyebutkan nama perawat klien menjawab salam, klien
Sensori : sambil menjabat tangan klien mengatakan senang ada teman
Halusinasi 3. Menanyakan nama klien ngobrol baru, klien
Pendengaran 4. Menjelaskan tujuan pertemuan mengatakan mau diajak
5. Mendengarkan klien dengan ngobrol esok hari.
- Klien dapat penuh perhatian O:
membina klien tampak tenang,
hubungan pandangan mata terkadang
saling kosong, bicara jelas, klien
percaya kooperatif
(BHSP). A:
Masalah BHSP teratasi
P:
Lanjutkan ke intervensi
mengenali halusinasi.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERSI Fkp UNAIR
RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Inisial Pasien : Tn. MR Ruangan : Sejahtera


No RM : 12.7x.xx.xx

Hari/ Tgl : Selasa / 16 Juli 2019


Diagnosa/ IMPLEMENTASI EVALUASI TT
TUK
Gangguan 1. Memberi salam kepada pasien S:
Persepsi 2. Menjelaskan tujuan Klien mengatakan mendengar
Sensori : 3. Mengadakan kontak sering suara laki-laki yang
Halusinasi dan singkat secara bertahap menyuruhnya untuk mati,
Pendengaran 4. Menanyakan apa yang klien mengatakan suara itu
didengar klien dari datang ketika klien melamun,
- Klien dapat halusinasinya klien mengatakan suara itu
mengenali 5. Menanyakan isi halusinasi akhir-akhir ini jarang
halusinasin yang didengar oleh klien terdengar tidak seperti
ya (isi, 6. Menanyakan kapan sebelumnya, klien mengatakan
waktu, halusinasinya atau suara- sering istighfar saat
situasi dan suara itu muncul mendengar suara itu muncul.
kondisi 7. Menanyakan situasi dan O:
yang kondisi yang menyebabkan Klien tampak agak cemas
menyebabk halusinasinya muncul karena suara itu terdengar lagi,
an 8. Mendiskusikan dengan klien klien kooperatif, pandangan
halusinasi) tentang apa yang dirasakan mata agak kosong, klien
saat terjadi halusinasi mampu menyebutkan isi,
waktu, dan situasi yang
menyebabkan halusinasi
A:
Masalah mengenali halusinasi
teratasi
P:
Lanjutkan ke intervensi SP 1
(mengendalikan halusinasi
dengan cara : menghardik
halusinasi)
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERSI Fkp UNAIR
RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Inisial Pasien : Tn. MR Ruangan : Sejahtera


No RM : 12.7x.xx.xx
Hari/ Tgl : Rabu / 17 Juli 2019
Diagnosa/ IMPLEMENTASI EVALUASI TT
TUK
Gangguan 1. Memberi salam kepada pasien S:
Persepsi 2. Menjelaskan tujuan Klien mengatakan masih
Sensori : 3. Menjelaskan cara menghardik mendengar suara-suara, klien
Halusinasi halusinasi mengatakan paham cara
Pendengaran 4. Memperagakan cara melakukan menghardik
menghardik halusinasi halusinasi dan paham kapan
- Klien dapat 5. Meminta klien untuk akan melakukan cara tersebut
mengontrol memperagakan ulang cara O:
halusinasi menghardik halusinasi Klien mampu mempraktikkan
dengan 6. Memantau penerapan cara cara menghardik halusinasi,
cara : menghardik halusinasi, klien mampu menjawab
Menghardi menguatkan perilaku klien dengan benar kapan harus
k 7. Memberikan pujian dan dilakukan cara mengendalikan
halusinasi motivasi pada klien karena halusinasi dengan cara
telah mampu memperagakan menghardik, klien menyetujui
cara menghardik halusinasi berlatih menghardik masuk
8. Menganjurkan klien untuk dalam kegiatan hariannya,
memasukkan kegiatan klien menyetujui kontrak
menghardik halusinasi dalam waktu yang akan datang
jadwal kegiatan harian A:
Masalah kontrol halusinasi
dengan cara menghardik
halusinasi teratasi
P:
Lanjutkan ke intervensi SP 2
(Mengendalikan halusinasi
dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain)
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERSI Fkp UNAIR
RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Inisial Pasien : Tn. MR Ruangan : Sejahtera


No RM : 12.7x.xx.xx

Hari/ Tgl : Kamis / 18 Juli 2019


Diagnosa/ IMPLEMENTASI EVALUASI TT
TUK
Gangguan 1. Memberi salam kepada pasien S:
Persepsi 2. Menjelaskan tujuan dan Klien mengatakan masih
Sensori : kontrak waktu mendengar suara tersebut,
Halusinasi 3. Menanyakan kegiatan harian klien mengatakan paham cara
Pendengaran yang telah dilakukan meminta orang lain untuk
4. Menjelaskan cara kedua bercakap-cakap dengannya.
- Klien dapat untuk mengendalikan O:
mengontrol halusinasi yaitu dengan cara Klien mampu mempraktikkan
halusinasi bercakap-cakap dengan orang cara meminta orang lain untuk
dengan lain bercakap-cakap dengannya,
cara : 5. Memperagakan cara meminta klien menyetujui berlatih
Bercakap- kepada orang lain untuk bercakap-cakap dengan orang
cakap bercakap-cakap kepada klien lain masuk dalam jadwal
dengan 6. Meminta klien untuk kegiatan hariannya, klien
orang lain memperagakan ulang cara menyetujui kontrak waktu
meminta kepada orang lain yang akan datang
untuk bercakap-cakap dengan A:
klien Masalah kontrol halusinasi
7. Memberikan pujian dan dengan cara bercakap-cakap
motivasi pada klien karena dengan orang lain teratasi
telah mampu memperagakan P:
cara meminta orang lain Lanjutkan ke intervensi SP 3
untuk bercakap-cakap (Mengendalikan halusinasi
dengannya dengan cara melakukan
8. Menganjurkan klien untuk aktivitas yang terjadwal)
memasukkan kegiatan
bercakap-cakap dengan orang
lain dalam jadwal kegiatan
harian
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERSI Fkp UNAIR
RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Inisial Pasien : Tn. MR Ruangan : Sejahtera


No RM : 12.7x.xx.xx

Hari/ Tgl : Jumat / 19 Juli 2019


Diagnosa/ IMPLEMENTASI EVALUASI TT
TUK
Gangguan 1. Memberi salam kepada pasien S:
Persepsi 2. Menjelaskan tujuan dan Klien mengatakan hari ini
Sensori : kontrak waktu sudah tidak mendengarsuara,
Halusinasi 3. Menanyakan kegiatan harian klien mengatakan paham cara
Pendengaran yang telah dilakukan mengontrol halusinasi dengan
4. Menjelaskan cara ketiga cara melakukan aktivitas
- Klien dapat untuk mengendalikan sesuai jadwal
mengontrol halusinasi yaitu dengan cara O:
halusinasi melakukan aktivitas yang Klien mampu menyebutkan
dengan telah terjadwal aktivitas-aktivitas yang akan
cara : 5. Menjelaskan pentingnya dilakukan untuk
Melakukan aktivitas yang terartur untuk mengendalikan halusinasinya,
aktivitas mengatasi halusinasi klien menyusun jadwal
yang 6. Mendiskusikan aktivitas yang keseharian yang akan
terjadwal biasa dilakukan oleh klien dilakukan
7. Menyusun jadwal aktivitas A:
sehari-hari sesuai dengan Masalah kontrol halusinasi
aktivitas yang telah dengan cara melakukan
didiskusikan aktivitas terjadwal teratasi
8. Memantau pelaksanaan P:
jadwal kegiatan dan Lanjtkan ke intervensi SP 4
memberikan penguatan (Mengendalikan halusinasi
terhadap perilaku klien yang dengan cara patuh minum
positif obat)

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERSI Fkp UNAIR
RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Inisial Pasien : Tn. MR Ruangan : Sejahtera


No RM : 12.7x.xx.xx

Hari/ Tgl : Sabtu / 20 Juli 2019


Diagnosa/ IMPLEMENTASI EVALUASI TT
TUK
Gangguan 1. Memberi salam kepada pasien S:
Persepsi 2. Menjelaskan tujuan dan Klien mengatakan sudah tahu
Sensori : kontrak waktu akibat dari putus obat, klien
Halusinasi 3. Menanyakan kegiatan harian mengatakan sudah paham
Pendengaran yang telah dilakukan manfaat minum obat, klien
4. Menjelaskan kegunaan obat mengatakan akan minum obat
Klien dapat kepada klien secara teratur
mengontrol 5. Menjelaskan akibat putus obat O:
halusinasi kepada klien Klien minum obat secara
dengan cara : 6. Menjelaskan cara mendapat teratur
Patuh minum obat atau cara berobat A:
obat 7. Menjelaskan cara Masalah kontrol halusinasi
menggunakan obat dengan dengan cara patuh minum obat
prinsip 5 benar teratasi
8. Menganjurkan klien untuk P:
mengkonsumsi obat secara Lanjutkan intervensi
terartur menganjurkan klien untuk
tetap minum obat secara
teratur
BAB 4
PEMBAHASAN

Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien


mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Menurut Yosep (2009), halusinasi
didefinisikan sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak
terdapat stimulus.Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Yusuf et
al, 2015). Pada kasus Tn. D, klien mengalami halusinasi pendengaran dimana
Pasien mengatakan mendengar suara-suara yang mengatakan “kamu harus mati”
saat dirinya berdiam diri dan tidak ada teman yang mengajak ngobrol.Munculnya
suara tersebut setelah klien putus cinta dengan pacarnya.
Beberapa Gejala klinis skizofrenia menurut WHO (2003) adalah gangguan
pikiran, delusi, halusinasi, afek abnormal, gangguan kepribadian motor, dan
adopsi posisi bizar. Salah satu gejalaskizofrenia adalah halusinasi. Halusinasi
pendengaran adalah gejala positif skizofrenia dan memiliki dampak signifikan
pada kehidupan individu (Ng, Chun and Tsun, 2012).
Orang dengan halusinasi pendengaran membutuhkan bantuan yang cukup
besar dari para profesional kesehatan mental. Selain dari obat-obatan, mereka
mungkin menerapkan metode yang berbeda untuk mengatasi pendengaran suara
mereka. Berdasarkan Hasil dari wawancara kualitatif menunjukkan bahwa orang
dengan skizofrenia dalam konteks sosial budaya menghadapi halusinasi
pendengaran dengan berbagai cara, diantaranya mengubah kontak sosial,
memanipulasi suara, dan mengubah persepsi dan makna terhadap suara-suara
yang timbul
Pada Tn. D, klien tidak menutup diri dari orang-orang disekitarnya. Klien
kooperatif saat ditanya dan mampu menjawab dengan jelas seluruh pertanyan
yang diajukan. Mekanisme koping pada Tn. D pun mekanisme adaptif karena
klien sudah mampu mengabaikan halusinasi yang didengar dengan cara
beristighfar. Klien juga yakin akan sembuh bila kegiatan tersebut dilakukan secara
rutin saat mendengar suara-suara. Klien juga mau mengikuti kegiatan harian di
ruangan seperti mengikuti senam dan terapi okupasi.
Halusinasi yang tidak segera mendapatkan terapi atau penanganan akan
menimbulkan masalah-masalah yang lebih banyak dan lebih buruk. Dampak yang
dapat ditimbulkan oleh halusinasi pada klien skizofrenia adalah: perilaku
kekerasan baik ditujukan pada diri sendiri maupun orang lain, risiko tinggi
tindakan bunuh diri, gangguan interaksi sosial dan kerusakan komunikasi verbal
dan non verbal. Hal ini sesuai dengan perilaku Tn. D yaitu klien mengatakan
sebelum MRS mencederai lehernya dengan menggunakan linggis dan pisau yang
diperkuat dengan adanya bekas luka pada leher klien.
Pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi halusinasi dengar antara
lain dengan terapi psikofarmaka, terapi somatik (elektro convulsi therapy), terapi
lingkungan, terapi bermain, terapi okupasi dan terapi aktifitas kelompok yang
bertujuan untuk mengorientasikan klien pada realita. Orientasi pada realita akan
mengurangi persepsi sensorik yang salah dan meningkatkan rasa makna diri dan
keluhuran pribadi klien (Townsend, 1998). Pada Tn. D terapi psikofarmaka yang
diberikan yaitu Risperidon 2 mg tablet tiap 12 jam (1/2 tablet tiap pagi dan
malam) per oral , dan Clozapine 12,5 mg tablet (1 tablet tiap 24 jam, malam hari
per oral).
Obat-obatan tersebut merupakan obat antipsikotik dan obat penenang
dimana obat tersebut membantu untuk mengurangi gejala penyakit pada klien.
Risperidon merupakan derivat dari benzisoksazol yang diindikasikan untuk terapi
skizofrenia baik untuk gejala negatif maupun positif. Efek samping
ekstrapiramidal umumnya lebih ringan dibandingkan dengan antipsikosis tipikal
(Zahnia et al., 2013).
Halusinasi merupakan pengalaman manusia yang melintasi batas kategori
diagnostic dan menbuat perbedaan antara pengalaman psikopatologis dan
nonklinis (Flavie & Charles, 2017). Oleh karena itu, dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien dengan halusinasi diharapkan lebih optimal dan
komprehensif sehingga tidak menyebabkan permasalahan yang lebih serius.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada kasus seminar ini didapatkan pasien bernama Tuan D berusia 22
tahun yang sering mendengar suara yang mengatakan “kamu harus mati”
Munculnya suara tersebut setelah klien putus cinta dengan pacarnya.masalah
utama dalam seminar ini adalah persepsi sensori : halusinasi (halusinasi
pendengaran,implementasi yang sudah dilakukan pada pasie selama 6 hari selama
pasien dirawat diruang jiwa sejahtera ,masalah keperawatan yang muncul adalah
Gangguan persepsi sensori : halusinasi, Risiko menciderai diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan, Isolasi sosial : menarik diri
Penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan pada Tuan D yaitu
membina hubungan saling percaya, Klien dapat mengenali halusinasinya, Klien
dapat mengontrol halusinasinya dan kepatuhan terapi farmaakologi.
Halusinasi adalah persepsi salah yang diterima panca indera dan berasal dari
stimulus eksternal yang biasanya tidak diinterpretasikan ke dalam pengalaman.
Beberapa halusinasi dapat dipicu, misalnya, seorang remaja lelaki yang
mendengar seoang polisi berbiara dengan dirinya saat ia mendengarkan musik.
Halusinasi dapat terjadi pada indera apa pun. Pada dasarnya, halusinasi tidak
selalu berarti penyakit kejiwaan. Sebagai contoh, halusinasi singkat cukup umum
terjadi setelah peristiwa kematian (orang yang mengalami halusinasi seolah
melihat atau mendengar orang yang meninggal. Halusinasi dapat sangat invasif,
sering muncul, dan menyerang hampir semua fungsi normal (Brooker, 2008).
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh Halusinasi dapat ditimbulkan oleh
beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan,
demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam
waktu yang lama ( Rawlins dan Heacock, 1993). Hal ini sesuai dengan
pengalaman Tuan D yang suka mabuk-mabukan dan menggunakan obat-obatan
jadi kemungkinan penyebab halusinasinya karena intoksikasi alcohol, pada fase 3
sampai 6 Tn. D mulai mampu mengontrol halusinasinya.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Mahasiswa
Hendaknya mahasiswa dapat melakukan askep sesuai dengan tahapan-
tahapan dari protap dengan baik dan benar yang diperoleh selama masa
pendidikan baik diakademik maupun dilapangan praktek.
5.2.2 Bagi Keluarga Pasien
Agar keluarga selalu memberikan motivasi kepada klien dan juga
perawatan gangguan persepsi sensori ; Halusinasi
5.2.3 Bagi Ruang Rawat Inap
Meningkatkan perlatan dan pelayanan serta pemberian askep yang dapat
meningkatkan proses penyembuhan kllien.
5.2.4 Bagi Masyarakat
Diharapkan kepada para masyarakat, jika menjumpai seseorang yang
mengalami gangguan persepsi sensori: halusinasi agar memberikan
perhatian dan perawatan yang tepat kepada penderita sehingga
keberadaannya dapat diterima oleh masyarakat seperti sediakala.
DAFTAR PUSTAKA

Anindita, B. (2012). Pengaruh teknik relaksasi progresif terhadap tingkat


kecemasan pada klien skizofrenia paranoid di rsjd surakarta. Skripsi thesis,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Damaiyanti, M. dan Iskandar. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung:
PT.Refika Aditama.
Direja, A.H.S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi 1. Yogyakarta.
Nuha Medika.
Flavie & Charles, L. (2017). Hallucinations : A Systematic Review of Points of
Similarity and Difference Across Diagnostic Classes, 43(1), 32–43.
https://doi.org/10.1093/schbul/sbw132
Galea, S., & Vlahov, D. (2005) Urban Health: Evidence, Challenges, and
Directions. Annual Review of Public Health, 26, 341-365
Iskandar,Damaiyanti,M (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa . Bandung:PT Refika
Aditama
Keliat, B. A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CHMN
(Basic Course). Jakarta: EGC
Keliat, B.A, Akemat, Helena Novy, dan Nurhaeni Heni. 2014. Keperawatan
Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic Course). Jakarta :EGC
Kiran, C., & Chaudhury, S. (2009). Understanding delusions. Industrial
Psychiatry Journal, Vol. 18 issue 1 DOI: 10.4103/0972-6748.57851.
Kusumawati, F & Hartono, Y. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta.
Nuha Medika.
Mueser, K.T., & Gingerich, S. (2006). The complete family guide of
schizophrenia.
Nasir, Abdul. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa Pengantar dan Teori.
Salemba Medika: Jakarta
Ng, P., Chun, R. W. K., & Tsun, A. (2012). The cientific WorldJOURNAL
Recovering from Hallucinations : A Qualitative Study of Coping with Voices
Hearing of People with Schizophrenia in Hong Kong, 2012.
https://doi.org/10.1100/2012/232619
O'Brien, P., Kennedy, W., & Ballard, K. (2014). Keperawatan Kesehatan Jiwa
Psikiatrik. Jakarta: EGC.
Paolini, E., Moretti, P., & Compton, M. (2016). Delusions in First-Episode
Psychosis: Principal Component Analysis of Twelve Types of Delusions
and Demograpic and Clinical Coreelates of resulting domains.
PsychiatryResearch, 10.
Prabowo, E. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuh Medika
Riyadi, S., & Purwanto, T. (2009). Assuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta.
Graha Ilmu.
Rusdi Maslim. (2007). Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. Jakarta:
PT. Nuh Jaya
Stuart, G.W & Laraia, M.T. (2005). Principles and practice of psychiatric nursing
(8 Ed.). St.Louis: Mosby
Stuart, G.W. (2009). Principles and practice of psychiatric nursing (9th Ed.).
St.Louis: Mosby
Tandon, R., Gaebel, W., Barch, D., Bustillo, J., Gur, R., Heckers, S., Carpenter,
W. (2013). Definition and Description of Schizophrenia in DSM-
5.Schizophrenia Research, 8, http://dx.doi.org/10.1016/j.schres2013.05.028.
Townsend, M.C., (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri: pedoman
untuk pembuatan rencana perawatan, Jakarta: EGC, Hal. 156-157

World Health Organization. Schizophrenia and public health. Geneva: Division of


Mental Health and Prevention of Substance Abuse World Health
Organization; 2003
World Health Organization. (2012). Diambil kembali dari The World Helath
Report: 2012: Mental Health: New Understanding, New
Hope:http://www.who.int/whr/2012/en
World Health Organization. (2016). Retrieved from Schizophrenia: Fcat
Sheet:http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs397/en/
Yosep, I. (2010). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama.
Yusuf, A.H, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta.
Salemba Medika
Zahnia, S. et al. (2013) ‘Kajian Epidemiologis Skizofrenia Epidemiologic Study
of Schizophrenia’.

Anda mungkin juga menyukai