Anda di halaman 1dari 11

1

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH DEBIT AIR DAN SUHU MASUK


AIR PADA SILINDER PENDINGIN TERHADAP KINERJA MESIN
STIRLING TIPE GAMMA

Juventus Eggy Sibero1, Prof. Dr. Ir. Farel H. Napitupulu, D.E.A2

Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

eggy7735@gmail.com

Abstract

The purpose of this research is to improve thermal efficiency on stirling engines through water
discharge. Thermal efficiency is a parameter that can be used to determine the performance of a
stirling engine. The object of this experimental research is a cool cylindrical gamma type stirling
machine with variations in water discharge, where variations in water discharge include 0.3 l /
minute, 0.6 l / minute and 0.9 l / minute. Data retrieval is obtained by measuring the compression
temperature, water exit temperature and rotation speed by using thermocouple and tachometer. The
data obtained is then analyzed descriptively, namely data retrieval from a measuring instrument,
measurement results entered in a table, and displayed in graphical form. The results obtained the
highest thermal efficiency at 0.9 l / minute, which is equal to 61.29% with a cooling cylinder
effectiveness of 44.6933% and obtained the lowest thermal efficiency at 0.3 l / minute water
discharge that is equal to 58.97% with cylinder effectiveness cooling by 44.221%. Thus it can be
concluded that the higher the water discharge, the performance of the stirling engine increases
Keywords : Stirling engine gamma type, thermal efficiency, water discharge

Abstrak

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah meningkatkan efisiensi thermal pada mesin stirling
melalui debit air. Efisiensi thermal adalah parameter yang dapat digunakan untuk mengetahui
kinerja mesin stirling. Objek penelitian eksperimen ini adalah mesin stirling tipe gamma bersilinder
pendingin dengan variasi debit air, dimana variasi debit air antara lain 0,3 l/menit, 0,6 l/menit dan
0,9 l/menit. Pengambilan data didapatkan dengan mengukur temperatur kompresi, temperatur
keluar air dan kecepatan putaran dengan menggunakan thermocouple dan tachometer. Data yang
diperoleh kemudian dianalisa secara deskriptif yaitu pengambilan data dari alat ukur, hasil
pengukuran dimasukkan dalam tabel, dan ditampilkan dalam bentuk grafik. Hasil penelitian
diperoleh efisiensi thermal tertinggi pada debit 0,9 l/menit yaitu sebesar 61,29 % dengan efektifitas
silinder pendingin sebesar 44,6633 % dan diperoleh efisiensi thermal terendah pada debit air 0,3
2

l/menit yaitu sebesar 58,97 % dengan efektifitas silinder pendingin sebesar 44,221 % . Dengan
demikian dapat disimpulkan semakin tinggi debit air maka kinerja mesin stirling semakin meningkat

Kata Kunci: Mesin stirling tipe gamma, debit air, efisiensi thermal

1. Pendahuluan

Konversi energi adalah salah satu bidang yang diajarkan di Departemen Teknik Mesin di seluruh
Indonesia. Hal itu sangat penting karena manusia di era modern ini tidak terlepas dengan energi
listrik. Energi listrik adalah energi yang dihasilkan melalui proses yang panjang dan dibutuhkan ide-
ide yang bagus untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi. Untuk menghasilkan energi listrik
dibutuhkan bahan bakar yang berfungsi untuk menghasilkan energi dasar untuk dikonversikan
menjadi energi listrik. Seperti energi uap dari batubara , energi gerak dari air terjun dan angin ,energi
nuklir dan salah satunya adalah energi panas yang digunakan di dalam penelitian ini.Energi panas
adalah salah satu energi yang digunakan oleh manusia untuk menghasilkan energi listrik yang kita
gunakan. Untuk mengkonversi energi panas menjadi energi gerak dibutuhkan mesin thermal yang
mempunyai efisiensi yang tinggi , hemat bahan bakar dan ramah lingkungan. Macam-macam mesin
thermal antara lain mesin uap , mesin kendaraan, mesin stirling dan lain sebagainya. Di penelitian
ini akan dibahas salah satu mesin thermal diatas yaitu mesin stirling.Mesin Stirling adalah mesin
pembakaran luar yang menggunakan udara panas sebagai energi untuk menggerakkan kedua piston.
Heater adalah media pemanas yang berhubungan langsung dengan proses pembakaran dan Cooler
adalah fluida pendingin yang digunakan untuk mengontrol panas yang dihasilkan dari proses
pembakaran. Pertukaran panas yang terjadi diantara Heater dan Cooler ini disebut dengan Heat
Exchanger ( Pertukaran Kalor ). Ada berbagai macam mesin stirling yang pernah digunakan oleh
peneliti-peneliti sebelumnya yaitu mesin stirling tipe alpa, mesin stirling tipe beta, mesin stirling
tipe gamma.Setiap tipe mempunyai prinsip kerja yang sama tetapi mempunyai cara bekerja yang
berbeda.

Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan efisiensi thermal mesin stirling tipe gamma
melaui variasi debit air dan suhu masuk air pada silinder pendingin. Batasan masalah yang
digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah kondisi ideal pada mesin stirling dan tekanan
konstan.
3

2. Metode

2.1. Konsep penelitian

Gambar 1. Skema Penelitian

2.2. Prinsip Kerja


Mesin stirling bekerja karena adanya ekspansi gas ketika dipanaskan dan diikuti kompresi gas
ketika didinginkan. Mesin itu berisi sejumlah gas yang dipindahkan antara sisi dingin dan panas
terus-menerus. Perpindahan gas ini dimungkinkan karena adanya piston displacer yang
memindahkan gas antara dua sisi dan piston power mengubah volume internal karena ekspansi dan
kontraksi gas. Piston yang berpindah disebut sebagai regenerator yang dapat membangkitkan
kembali udara.
Prinsip kerja mesin stirling adalah memanfaatkan adanya perubahan tekanan dan volume pada
gas dalam system tertutup. Gas pada sistem dikontakan pada reservoir panas sehingga system
menyerap panas. Panas yang dihasilkan disimpan di dalam sebuah regenerator. Akibat adanya panas
4

ini menyebabkan volume gas bertambah. Karena system dalam keadaan tertutup maka tidak ada gas
yang keluar sehingga pertambahan volume gas karena pemanasan menimbulkan perubahan tekanan
yang cukup besar. Tekanan yang dihasilkan ini kemudian digunakan untuk menggerakan piston.
Sementara itu gas penggerak menyusup ke ruangan yang dingin, dengan melepas panas pada saat
bersamaan. Karena penurunan suhu ini volume gas berkurang dan sisitem menerima kerja kompresi
yang menyebabkan volume gas kembali ke keadaan awal. Keadaan tersebut terjadi berulang secara
periodik sehingga terjadi gerakan piston yang dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik dengan
menghubungkannya ke generator.

Gambar 2. Siklus Ideal Mesin Stirling Pada PV Diagram

Siklus mesin stirling terdapat empat tahap termodinamika yaitu :


 Poin 1-2 Isothermal
Udara berekspansi secara isotermal, pada temperatur konstan dari V1 ke V2. Kalor yang
diberikan sumber eksternal diserap selama proses.
 Poin 2-3 Isokhorik
Udara lewat melalui regenerator dan didinginkan pada volume konstan ke temperatur
T3. Pada proses ini kalor dibuang ke generator.
 Poin 3-4 Isothermal Kompresi
Udara di kompresi secara isotermal di dalam tabung dari V3 ke V4. Lagi kalor dibuang oleh
udara.
 Poin 4-1 Isokhorik
Udara dipanaskan pada volume konstan ke temperatur T 1 dengan melewatkan udara ke
regenerator dalam arah yang berlawanan dengan proses 2-3. Pada proses ini kalor diserap oleh udara
dari regenerator.

Menurut Teori Schmidt [1] efisiensi thermal mesin stirling sebagai berikut.
𝑇𝐸
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑇ℎ𝑒𝑟𝑚𝑎𝑙 = 1 − (1)
𝑇𝐶
5

Dimana 𝑇𝐸 adalah temperatur sisi ekspansi dan 𝑇𝐶 adalah temperatur sisi kompresi.
Persamaan efisiensi thermal diatas sama dengan persamaan efisiensi carnot yang merupakan
efisiensi tertinggi diantara mesin thermal lainnya.

2.3 Analisa Thermal


Untuk mencari koefisien perpindahan panas pada mesin stirling (W⁄m2 K) dapat dicari
dengan persamaan berikut.
Nu𝑖 k
hi = (2)
Dhyd pipa

Dimana k adalah konduktivitas thermal fluida yang bekerja (udara panas) pada mesin
stirling (W⁄mK) pada temperatur rata – rata antara sisi ekspansi dan sisi kompresi, Nui adalah
bilangan nusselt pada fluida mesin stirling dan Dhyd pipa adalah diameter basah pada pipa mesin
stirling.
Untuk mencari bilangan nusselt fluida mesin stirling dapat dicari dengan korelasi Tang dan
Cheng (1993) [2] berikut.
Aω 2
Nui = −0,494 + 0,0777 ( ) Re0,7 − 0,00162Re0,4 (Reω )0,8 (3)
1+Aω

Beberapa parameter yang menentukan nilai bilangan nusselt fluida mesin stirling seperti
Reω , Aω dan Re dapat dicari dengan persamaan berikut.
ρω Dhyd pipa 2
Reω = (4)
μ
Dhyd pipa Re
Aω = ( ) (5)
L Reω
2
Re = Remax (6)
π
ṁu max Dhyd pipa
Remax = (7)
μAf

Dimana Reω adalah bilangan reynold kinetic, Aω adalah bilangan amplitudo osilasi, Re
adalah bilangan reynold, Remax adalah bilangan reynold maximal, 𝜌 adalah kerapatan massa fluida
kg
yang bekerja pada mesin stirling ( ⁄m3 ), 𝜇 adalah viskositas dinamic fluida yang bekerja pada
kg
mesin stirling ( ⁄ms), ω adalah kecepatan putaran (rps), L adalah panjang pipa (m), Af adalah
luas cross sectional pada pipa. Syarat untuk korelasi Tang dan Cheng (1993) adalah 7 < Re <
7000 , 7 < Reω < 180 , 0,06 < Aω < 2,21.
Menurut Filippo de Monte (1996) [3] kecepatan massa maximum dan kecepatan massa
rata-rata fluida (kg/s) yang bekerja pada mesin stirling dapat dicari dengan persamaan berikut.
x ω 1
ṁu max = ρ( c ⁄4)[Ap 2 − 2Ap (2Ad − Ar )r cosφ + (2Ad − Ar )2 r 2 ] ⁄2 (8)
2
ṁu = ṁu max (9)
π
6

Dimana XC adalah panjang stroke sisi kompresi (m), Ap adalah luas cross sectional power
piston (m2 ), Ad adalah luas cross sectional displacer piston (m2 ), Ar adalah luas cross sectional
X
rod (m2 ), r adalah rasio panjang stroke sisi ekspansi dan sisi kompresi ( E ), 𝜑 adalah sudut fasa.
XC

Untuk mencari koefisien perpindahan panas pada silinder pendingin (W⁄m2 K) dapat dicari
dengan persamaan berikut.
Nu𝑜 k
ho = (10)
Dh

Dimana k adalah konduktivitas thermal fluida yang bekerja (air) pada silinder
pendingin(W⁄mK) pada temperatur rata – rata antara air masuk dan air keluar silinder pendingin,
Nuo adalah bilangan nusselt pada fluida silinder pendingin dan Dh adalah diameter basah pada
pipa silinder pendingin.
Pada buku Cengel [4] bilangan reynold adalah parameter yang digunakan untuk
menentukan jenis aliran fluida dan dapat dicari dengan persamaan berikut.
ρ.u .Dh
Re = (11)
μ

kg
Dimana 𝜌 adalah kerapatan massa fluida yang bekerja pada silinder pendingin ( ⁄m3 ), 𝜇
kg
adalah viskositas dinamic fluida yang bekerja pada silinder pendingin ( ⁄ms), u adalah kecepatan
aliran air (m/s).Jika Re > 4000 maka fluida bealiran turbulen dan jika Re ≤ 4000 maka fluida
beraliran laminar. Fluida aliran turbulen bilangan nusselt dapat dicari dengan korelasi Dittus
Boelter (1930) berikut.
Nuo = 0,023 Re0,8 Pr 0,4 (12)
Menurut Kays dan Perkins (Tabel 13.3 pada buku cengel) bilangan nusselt beraliran laminar
pada penelitian ini sebesar 4,7.
Kecepatan massa fluida silinder pendingin dapat dicari dengan persamaan berikut.
ṁ a = ρQ (13)
Dimana Q adalah debit air.
Untuk mencari tahanan panas total pada mesin stirling dan silinder pendingin digunakan
persamaan berikut.
D
1 ln( o⁄D ) 1
i
R = R total = R i + R dinding + R o = + + (14)
hi Ai 2πkL ho Ao

Rfi Rfo
R, = R total + + (15)
Ai Ao

Dimana Ai adalah luas permukaan pipa mesin stirling (m2 ), Ao adalah luas permukaan
aliran air silinder pendingin (m2 ), L adalah panjang silinder pendingin (m), k adalah konduktivitas
bahan silinder pendingin, D𝑜 adalah diameter dalam dinding antara fluida panas (udara) dan fluida
dingin (air)(m), Di adalah diameter luar dinding antara fluida panas (udara) dan fluida dingin
2
(air)(m), Rfi adalah faktor pengotoran mesin stirling (m ℃⁄W), Rfo adalah faktor pengotoran
2
silinder pendingin ( m ℃⁄W).
7

Menurut Kays dan London [5] metode NTU dan efektifitas yang digunakan adalah sebagai
berikut.
UAs
NTU = (16)
Cmin

ε = 1 − exp(−NTU) (17)
𝑈𝐴𝑠 = 1⁄𝑅, (18)

Dimana U adalah koefisien perpindahan panas menyeluruh (W⁄m2 K), As adalah luas

permukaan total (m2 ), Cmin adalah kapasitas panas minimum.


Menurut Filippo de Monte (1996) dua alasan metode NTU dan efektifitas diatas digunakan
𝐶𝑚𝑖𝑛
adalah rasio kapasitas panas yang terlalu kecil dianggap nol ( ⁄𝐶 = 0) dan tidak
𝑚𝑎𝑥

mempertimbangkan distribusi aliran seperti aliran sejajar, aliran berlawanan, aliran menyilang
bercampur dan aliran menyilang tidak bercampur.

2.4 Spesifikasi mesin stirling dan silinder pendingin serta skema percobaan
Berikut spesifikasi mesin stirling tipe gamma dan silinder pendingin yang digunakan.
Tabel 1. Spesifikasi mesin stirling tipe gamma
Diameter silinder displacer piston 0,05 m
Diameter displacer piston 0,47 m
Panjang stroke displacer piston (xe ) 0,08 m
Diameter silinder power piston 0,05 m
Diameter power piston 0,05 m
Panjang stroke power piston (xc ) 0,04 m
Diameter rod 0,008 m
Panjang pipa 0,45 m
Diameter hidrolik pipa (Dhyd pipa ) 0,008 m
Jumlah pipa 2 buah
Sudut fasa (φ) 90 derajat
Konduktivitas thermal (k) 15,1 W/m K
Material mesin stirling Stainless Steel
Tabel 2. Spesifikasi silinder pendingin
Panjang silinder pendingin 0,9 m
Diameter hidrolik (Dh ) 0,005 m
Diameter dalam (Di ) 0,056 m
Diameter luar (Do ) 0,061 m
Ketebalan 0,003 m
Konduktivitas thermal (k) 237 W/m K
Material silinder pendingin Aluminium
8

Berikut skema percobaan yang dilakukan pada penelitian ini.

Gambar 3. Skema Percobaan

Pada percobaan ini menggunakan air sebagai fluida dingin dan gas LPG 3 kg untuk
melakukan pembakaran pada mesin stirling. Pemanasan yang dilakukan sebelum menjalankan
mesin yaitu 1 menit 30 detik. Data yang diambil dari thermocouple dan tachometer yaitu 5 menit
setelah mesin dijalankan.Percobaan yang dilakukan sebanyak 6 kali dengan menggunakan debit air
0,3 l/menit, 0,6 l/menit dan 0,9 l/menit beserta suhu sebesar 25 ℃ dan 30 ℃.

3. Hasil dan Pembahasan

Percobaan dilakukan selama 1,5 bulan dimulai dari tanggal 15 Februari 2019 sampai 2 April
2019 di Laboratorium Perpindahan Panas, Departemen Teknik Mesin, Universitas Sumatera Utara,
Medan.
9

Gambar 4. Mesin stirling tipe gamma

Dari 6 kali percobaan berikut hasil percobaan yang diperoleh serta pembahasannya dalam
bentuk grafik..

Tabel 3. Hasil Percobaan

Penguji Debit air Kecepatan TE (℃) TC (℃) Ta in Ta out ε Efisiensi


an (l/menit) putaran(rpm) (℃) (℃) Thermal
1 0,3 402 478,619 35,420 25,641 35,048 0,442210 0,5897
2 0,6 403 488,034 32,199 24,747 29,431 0,442234 0,5990
3 0,9 405 492,365 26,353 25,090 27,993 0,446396 0,6089
4 0,3 402 507,319 37,306 30,066 39,840 0,442671 0,6023
5 0,6 402 511,607 34,047 30,331 38,787 0,442674 0,6087
6 0,9 410 510,996 30,543 29,608 32,232 0,446633 0,6129

Gambar 5. Grafik debit air vs efektifitas silinder pendingin


10

Gambar 6. Grafik debit air vs efisiensi thermal

4. Kesimpulan

Efisiensi thermal mesin stirling dan efektivitas silinder pendingin tertinggi yang didapat
pada penelitian ini adalah pada suhu masuk 30 ℃ pada debit air 0,9 l/menit didapat efisiensi
thermal mesin stirling tertinggi sebesar 61,29 % dan efektifitas silinder pendingin sebesar 44,6633
%. Pada suhu masuk 25 ℃ pada debit air 0,9 l/menit didapatkan nilai efisiensi thermal tertinggi
yaitu sebesar 60,89 % dan efektifitas sebesar 44,6396 %. Efisiensi thermal mesin stirling dan
efektivitas silinder pendingin terendah yang didapat pada penelitian ini adalah pada suhu masuk 25
℃ pada debit air 0,3 l/menit didapat efisiensi thermal mesin stirling tertinggi sebesar 58,97 % dan
efektifitas silinder pendingin sebesar 44,221 %. Pada suhu masuk 30 ℃ pada debit air 0,3 l/menit
didapatkan nilai efisiensi thermal terendah yaitu sebesar 60,23 % dan efektifitas sebesar 44,6271
%.. Maka dapat disimpulkan kinerja mesin stirling yang paling optimal pada penelitian ini terjadi
pada debit air 0,9 l/menit dan suhu masuk air 30 ℃. Debit air, efektifitas, dan efisiensi thermal
berbanding lurus.

Referensi
[1] Koichi Hirata, “Schmidt Theory for Stirling Engines”.

[2] X.Tang dan P. Cheng (1993), “Correlation of the Cycled Averaged Nusselt in a Periodically
Pipe Flow”, International Communications in Heat and Mass Transfer,Volume 20.

[3] F.de.Monte, G.Galli, F.Marcotullio,” Analytical Oscilliating Flow Thermal Analysis of the
Heat Exchangers and Regenerator in Stirling Machines”.

[4] Yunus A. Cengel. HeatTransfer A Practical Apporoach Second Edition. Mc. Graw-Hill, Book
Company, Inc: Singapore

[5] Kays.W.M, A.London (1964), Compact Heat Exchangers, Second Edition, Mc Graw-Hill,
New York.
11

Anda mungkin juga menyukai