Refarat Resusitasi
Refarat Resusitasi
PENDAHULUAN
Sebagian besar kasus henti jantung pada anak disebabkan oleh hipoksia,
pada anak jarang dijumpai gangguan primer jantung yang dapat menyebabkan
henti jantung mendadak. Hal ini menyebabkan teknik A-B-C masih banyak
dikerjakan pada pasien anak, meskipun proses Airway-Breathing dilakukan dalam
waktu sesingkat mungkin. AHA menyatakan bahwa bila pijat jantung terlambat
dilakukan, angka keberhasilkan resusitasi menjadi lebih kecil. Ada penelitian
tentang perbandingan C-A-B dan A-B-C pada 170 tim resusitasi dengan hasil
bahwa teknik C-A-B membuat pengenalan dan intervensi henti jantung dan paru
lebih cepat secara bermakna.3
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Resusitasi jantung paru segera dan efektif berhubungan dengan kembalinya
sirkulasi spontan dan kesempurnaan pemulihan neurologi. Saat jantung berhenti
oksigenasi akan berhenti pula dan menyebabkan gangguan otak yang tidak
dapat diperbaiki walaupun terjadi dalam beberapa menit. Waktu merupakan hal
yang sangat penting saat kita menolong korban yang tidak sadar dan tidak
bernapas. 1
3
Gambar 1. Pediatric chain survival
Sebelum melakukan BLS yang harus diingat dalam menolong pasien adalah
3S (Safety, Stimulate dan Shout for assistance). Selalu pastikan tempat melakukan
resusitasi aman untuk anak dan penolong. Posisikan anak terlentang di atas alas
datar dan keras. Jika anak harus dipindahkan, pergerakan leher dan kepala harus
seminimal mungkin. Setelah itu stimulasi dilakukan dengan guncangan ringan dan
dengan teriakan keras untuk melihat respons anak dan jangan lupa teriak minta
pertolongan untuk bantuan melakukan RJP. 3
Penekanan dada yang efektif adalah aspek yang paling penting dari resusitasi
henti jantung, dimana RKP yang dilakukan dengan kompresi lebih dahulu akan
meningkatkan kemungkinan korban untuk bertahan hidup karena tersedianya
sirkulasi ke otak dan jantung. 5
4
Circulation
Pada anak yang tidak sadar, penilaian sirkulasi dilakukan dalam 10 detik
dengan meraba pulsasi arteri brakialis (pada bayi) dan arteri karotis dan femoralis
pada anak. Jika frekuensi nadi kurang dari 60 kali per menit dan pada anak terlihat
tanda perfusi kurang (pucat dan sianosis), kompresi dada dapat dimulai. Kompresi
dada dilakukan secara push hard and fast, dengan kedalaman sepertiga diameter
anteroposterior dada, harus kembali sempurna (complete recoil) setelah setiap
kompresi dengan interupsi minimal. Semua ini termasuk high quality CPR.
Kecepatan kompresi pada orang dewas yaitu 100-120 x/menit pada bayi dan anak.
Penggunaan feedback device direkomendasikan karena dapat membantu
penolong dalam mengoptimalkan kecepatan dan kedalaman kompressi dada. 3
Pada bayi < 1 tahun dapat dilakukan teknik kompresi di sternum dengan
dua jari (two-finger chest compression technique) yang diletakkan 1 jari di
bawah garis imajiner intermamae atau two thumb–encircling hands technique
yang direkomendasikan jika didapatkan dua penolong. Pada anak >1 tahun
kompresi jantung luar dilakukan dengan teknik kompresi pada pertengahan
bawah sternum dengan satu atau kedua telapak tangan tapi tidak menekan
prosesus xypoid ataupun sela iga.1
5
Jika penolong seorang diri, lakukan 30 kompresi dada diikuti pemberian 2
bantuan napas. Untuk 2 penolong, pemberian bantuan napas dan kompresi dada
dilakukan dengan perbandingan 15:2. Jangan melakukan bantuan napas dan
kompresi dada pada saat yang bersamaan. 3
6
Airway
Pada anak yang tidak sadar, lidah sering jatuh ke belakang dan dapat
menyebabkan sumbatan jalan napas. Penolong harus membuka jalan napas
dengan maneuver head tilt dan chin lift yang dapat dikerjakan baik pada pasien
trauma maupun nontrauma. Teknik Jaw thrust dilakukan bila terdapat kecurigaan
trauma servikal. 3
Breathing
Penilaian pernapasan sudah tidak mengguanakn metode listen, look and feel,
namun saat ini hanya melihat pegerakan dinding ada dan simultan dilakukan
dengan meraba nadi dalam 10 detik. Jika anak tidak bernapas atau gasping,
pertahankan jalan napas dan berikan 2 kali bantuan napas. Pada anak <1 tahun,
gunakan teknik mouth-to-mouth and nose, sedangkan pada anak >1 tahun dengan
menggunakan teknik mouth-to-mouth. Jika anak bernapas dan tidak ada riwayat
trauma sebelumnya. tempatkan pasien pada posisi stabil untuk menjaga jalan
napas dan menurunkan risiko aspirasi. 3
7
Gambar 4. Bantuan napas pada bayi
8
barbiturat atau dalam anestesia umum. Tidak adanya tanggapan jantung atau tidak
ada aktivitas listrik jantung terhadap tindakan resusitasi selama paling sedikit 30
menit walaupun dilakukan upaya RJP dan terapi obat optimal menandakan mati
jantung. Dalam keadaan darurat resusitasi dapat diakhiri jika ada salah satu
keadaan berikut ini:3
Algoritma RJP pada anak menurut AHA di bagi dua yaitu Algoritma untuk satu
penolong dan dua penolong dapat dilihat pada gambar 6 dan gambar 7. 4
9
Gambar 6. Algoritma Pediatric Basic Life Support
10
Gambar 7. Algoritma Pediatric Basic Life Support
11
Tabel 1. Ringkasan Komponen CPR untuk penyedia BLS
12
BAB III
KESIMPULAN
Resusitasi jantung dan paru pada anak merupakan hal yang harus diketahui
semua kalangan, terutama tenaga kesehatan, seorang dokter harus mengenali
adanya henti jantung paru, mengusahakan resusitasi dengan cepat dan tepat,
melakukan teknik yang mengacu pada high quality CPR sehingga ROSCH dapat
dicapai.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Peryoga, SU. Bantuan Hidup Dasar Dan Bantuan Hidup Lanjut Pada Anak.
Workshop FK UNS. Solo:Divisi Emergensi dan Rawat Intensif Anak
(ERIA).2017
2. Atkins DL, Berger stuarrt, Duff JP, Gonzales JC,et all. Pediatric bassic life
support and cardiopulmonary resuscitation quality 2015 American heart
association guidlnes update for cardiopulmonary resuscitation and emergancy
cardiovasculer care Pediatric. 2015;136 (2):S167-75.
3. Yuniar, Irene. Bantuan Hidup Dasar pada Anak. Continuing Medical
Education CDK -220/vol.41 No. 9. Jakarta: Divisi Pediatri Gawat Darurat,
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2014
4. Highlights of the 2015 American Heart Association idelines Update for CPR
and ECC.©2015 American Heart Association.
14