Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Kesehatan Kusuma Husada – Juli 2019

PENETAPAN MUTU RUMAH SAKIT BERDASARKAN INDIKATOR


RAWAT INAP

Riska Rosita1), Amrita Ramadhani Tanastasya 2)


1,2
Program Studi RMIK, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Duta Bangsa
riska_rosita@udb.ac.id

ABSTRAK

Indikator rawat inap merupakan salah satu penentu mutu rumah sakit baik
secara aspek medis, ekonomi, dan manajemen. Dalam memberikan informasi tentang
produktivitas pelayanan rawat inap dapat dilihat dari indikator nilai BOR, aLOS, TOI,
BTO, GDR dan NDR. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mutu pelayanan di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta berdasarkan indikator rawat inap perbulan
tahun 2018. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif,
dengan metode observasi dan wawancara, melalui pendekatan retrospektif. Sampel
dalam penelitian ini sama halnya dengan populasi yaitu berupa rekapitulasi sensus
harian rawat inap tahun 2018. Hasil Penelitian ini menunjukan pada tahun 2018 nilai
BOR tertinggi pada bulan Maret (80,70%) dan terendah pada bulan Juni (64,61%). Nilai
aLOS tertinggi pada bulan April (3,88 hari) dan terendah pada bulan Desember (3,43
hari). Nilai TOI per tertinggi pada bulan Juni (1,56 hari) dan TOI terendah pada bulan
Maret (0,70 hari). Nilai BTO tertinggi pada Maret (8,61 kali) dan BTO terendah terjadi
pada bulan Juni (6,80 kali). Nilai GDR tertinggi pada bulan Juni (29,21‰) dan terendah
terjadi pada bulan September (16,44‰). Nilai NDR tertinggi pada bulan Agustus
20,38‰, dan terendah pada bulan Desember (12,29‰). Kesimpulan dari penelitian ini
yaitu masih terdapat nilai indikator aLOS dan TOI yang belum ideal. Maka penulis
menyarankan supaya rumah sakit PKU Muhammadiyah Surakarta perlu adanya
peningkatan fasilitas kesehatan, serta menerapkan perhitungan indikator rawat inap
menggunakan standar Depkes RI sebagai bahan evaluasi dan perencanaan mutu
pelayanan kesehatan.
Kata kunci: Indikator rawat inap, Statistik kesehatan, Manajemen mutu rumah sakit

ABSTRACT
Inpatient indicator is one of the determinants of hospital quality both in medical,
economic and management aspects. In providing information about the productivity of
inpatient services, it can be known from the value of BOR, AOS, TOI, BTO, GDR and
NDR. The purpose of this study was to determine service quality at PKU Muhammadiyah
Surakarta Hospital based on monthly inpatient indicators in 2018. The type of research
used in this study is descriptive, with methods of observation and interviews, through a
retrospective approach. The sample in this study is the same as the population, in the
form of inpatient census daily recapitulation in 2018. The results of this study showed the
highest BOR value in March (80.70%) and the lowest in June (64.61%). The highest
ALOS value in April (3.88 days) and the lowest in December (3.43 days). The highest TOI
value was in June (1.56 days) and the lowest TOI was in March (0.70 days). The highest
BTO value in March (8.61times) and the lowest BTO in June (6.80 times). The highest
GDR value was in June (29.21 ‰) and the lowest was in September (16.44 ‰). The
highest NDR value in August was 20.38 ‰, and the lowest was in December (12.29 ‰).
Conclusion of this study is that there are still value of aLOS and TOI that are not yet

166
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada – Juli 2019

ideal. So the authors suggest that PKU Muhammadiyah Surakarta Hospital need to
improve health facilities, and apply the calculation of inpatient indicators using the
DEPKES RI standard as an evaluation and quality planning for health services.

Keywords: Inpatient Indicator, DEPKES RI Standard, Hospital quality management

1. PENDAHULUAN setiap 1000 penderita keluar. Net


Statistik kesehatan merupakan Death Rate (NDR) angka kematian
salah satu indikator yang menunjang 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap
terselenggaranya professional mutu 1000 penderita keluar (Rustiyanto,
pelayanan dan informasi kesehatan di 2010).
rumah sakit. Menurut Sudra (2010) Informasi mengenai nilai BOR,
statistik rumah sakit yaitu statistik aLOS, TOI, BTO, GDR, dan NDR
yang menggunakan dan mengolah tiap periodenya dapat digunakan
sumber data dari pelayanan kesehatan untuk memperkirakan target efisiensi
di rumah sakit untuk menghasilkan yang harus dicapai oleh rumah sakit,
informasi, fakta, dan pengetahuan dan apakah kebijakan yang sudah ada
berkaitan dengan pelayanan telah efektif atau belum. Perhitungan
kesehatan di rumah sakit. Informasi per bulan dapat membantu
dari statistik rumah sakit digunakan mengevaluasi nilai indikator setiap
untuk berbagai kepentingan antara bulanya. Selain itu dapat digunakan
lain: (a) perencanaan, pemantauan, untuk mengetahui nilai indikator
pedapatan dan pengeluaran dari rawat inap berdasarkan standar
pasien oleh pihak manajemen rumah Departemen Kesehatan Republik
sakit; (b) pemantauan kinerja medis, Indonesia (Depkes RI, 2006).
dan; dan (c) pemantauan kinerja non Selama ini rumah sakit PKU
medis. Muhammadiyah Surakarta belum
Jenis pelayanan kesehatan di melakukan perhitungan BOR, aLOS,
rumah sakit meliputi pelayanan rawat TOI, BTO, GDR dan NDR per bulan
jalan, rawat inap, dan gawat darurat. dengan menggunakan standar
Dalam memberikan informasi Departemen Kesehatan Republik
tentang produktivitas rawat inap Indonesia (Depkes RI,2016). Melalui
dapat dilihat dari nilai indikator Bed standar Depkes RI ini maka
Occupancy Rate (BOR) merupakan diharapkan menjadi pedoman bagi
presentase pemakaian tempat tidur pimpinan rumah sakit, komite atau
pada periode tertentu, Average Leng panitia rekam medis serta semua
Of Stay (aLOS) yaitu rata-rata jumlah petugas yang kaitanya dengan rekam
hari pasien rawat inap yang tinggal di medis dalam tata cara pelaksanaan
rumah sakit, tidak termasuk bayi baru penyelenggaraan rekam medis di
lahir. Turn Over Interval (TOI) yaitu rumah sakit. Karena dengan
digunakan untuk menentukan memenuhi standar tersebut maka
lamanya rata-rata tempat tidur penggunaan tempat tidur dan aturan
tersedia pada periode tertentu yang standar manajemen di rumah sakit
tidak terisi antara pasien keluar atau PKU Muhammadiyah Surakarta akan
mati sampai dengan pasien masuk lebih efektif dan efisien.
lagi. Bed Turn Over (BTO) adalah Berdasarkan uraian di atas maka
berapa kali tempat tidur tersedia penelitian ini bertujuan untuk
dipakai oleh pasien dalam periode mengetahui mutu pelayanan rawat
tertentu. Gross Death Rate (GDR) inap di Rumah Sakit PKU
adalah angka kematian umum untuk Muhammadiyah Surakarta

167
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada – Juli 2019

berdasarkan analisis indikator rawat a. Jumlah hari perawatan (HP) per


inap perbulan tahun 2018. bulan pada tahun 2018
b. Jumlah periode waktu (T) per bulan
2. PELAKSANAAN pada tahun 2018
a. Lokasi dan Waktu Penelitian c. Jumlah tempat tidur tersedia (A)
Penelitian ini dilakukan di Rumah per bulan pada tahun 2018
Sakit PKU Muhammadiyah d. Jumlah pasien keluar hidup dan
Surakarta pada bulan Februari-Mei mati (D) per bulan pada tahun 2018
2019. e. Jumlah lama dirawat (LD) per
b. Populasi dan Sampel Penelitian bulan pada tahun 2018
Populasi dalam penelitian ini berupa f. Jumlah pasien meninggal >48 jam
rekapitulasi Sensus Harian Rawat per bulan pada tahun 2018
Inap (SHRI) per bulan di rumah sakit g. Jumlah pasien meninggal <48 jam
PKU Muhammadiyah Surakarta pada per bulan pada tahun 2018
tahun 2018. Melaui teknik h. BOR (Bed Occupancy Rate) per
pengambilan sampel jenuh maka bulan pada tahun 2018
sampel yang digunakan sama halnya i. aLOS (Average Length Of Stay) per
dengan populasi. bulan pada tahun 2018
j. TOI (Turn Over Interval) per
3. METODE PENELITIAN bulan pada tahun 2018
Jenis rancangan penelitian ini k. BTO (Bed Turn Over) per bulan
adalah penelitian deskriptif dengan pada tahun 2018
pendekatan cross sectional. l. NDR (Net Dead Rate) per bulan
Pengumpulan data dilakukan dengan pada tahun 2018
cara observasi pada rekapitulasi m. GDR (Gross Dead Rate) pada
sensus harian rawat inap per bulan tahun 2018
2018. Selain itu juga dengan
wawancara bebas terpimpin dengan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
petugas pelaporan dan kepala Berdasarkan proses perhitungan
rekam medis di PKU dalam penelitian ini maka diperoleh
Muhammadiyah Surakarta. hasil sebagai berikut:
Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:

Tabel 1. Data Pelayanan Rawat Inap Per Bulan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Surakarta Tahun 2018
No Bulan Pasien Pasien
HP T A D LD meninggal meninggal
<48 jam >48 jam
1 Januari 7060 31 305 2440 8952 24 32
2 Februari 6521 28 305 2343 8446 20 35
3 Maret 7605 31 304 2616 9899 22 36
4 April 7228 30 304 2430 9417 19 41
5 Mei 7030 31 302 2429 8854 25 35
6 Juni 5854 30 302 2054 7307 25 35
7 Juli 6759 31 321 2308 8859 10 40
8 Agustus 6757 31 321 2306 8755 10 47
9 September 6888 30 308 2311 8454 9 29
10 Oktober 6855 31 308 2452 8698 16 39
11 November 6712 30 308 2389 8660 21 37
12 Desember 6628 31 316 2604 8942 17 32

168
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada – Juli 2019

Berdasarkan data dari tabel 1. Maret pihak manejemen sudah


dapat dilihat bahwa jumlah pasien menemukan formulasi bagaimana
keluar hidup dan mati, jumlah hari cara untuk menggait pelanggan agar
perawatan, jumlah lama dirawat berobat ke rumah sakit. Oleh sebab
tertinggi terjadi pada bulan Maret. itu trend pasien bulan Maret cukup
Hal ini disebabkan pada tipa awal tinggi. Sedangkan trend pasien pada
tahun pihak manajemen rumah sakit bulan Juni paling rendah karena
harus menyusun RAB (Rencana jumlah pasien yang sedikit,
Anggaran Bisnis) agar bisa bertepatan dengan lebaran dan
mencapai target, sehingga bulan liburan sekolah.

Tabel 2. Hasil Perhitungan BOR, aLOS, TOI, BTO, GDR, dan NDR
perbulan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta
BOR Ket aLOS Ket TOI Ket BTO GDR Ket NDR Ket
No Bulan 60% - 6-9 1-3 40-50 ≤ ≤
85% Hari Hari /tahun
45 25
1 Jan 74,67 Ideal 3,67 Tidak 0,98 Tidak 8 22,95 Ideal 13,11 Ideal
Ideal Ideal
2 Feb 76,36 Ideal 3,60 Tidak 0,86 Tidak 7,68 23,47 Ideal 14,94 Ideal
Ideal Ideal
3 Mar 80,70 Ideal 3,78 Tidak 0,70 Tidak 8,61 22,17 Ideal 13,76 Ideal
Ideal Ideal
4 April 79,25 Ideal 3,88 Tidak 0,78 Tidak 7,99 24,69 Ideal 16,87 Ideal
Ideal Ideal
5 Mei 75,09 Ideal 3,65 Tidak 0,96 Tidak 8,04 24,70 Ideal 14,41 Ideal
Ideal Ideal
6 Juni 64,61 Ideal 3,56 Tidak 1,56 Ideal 6,80 29,21 Ideal 17,04 Ideal
Ideal
7 Juli 67,92 Ideal 3,84 Tidak 1,38 Ideal 7,19 21,66 Ideal 17,33 Ideal
Ideal
8 Agus 67,90 Ideal 3,80 Tidak 1,39 Ideal 7,18 24,72 Ideal 20,38 Ideal
Ideal
9 Sept 74,55 Ideal 3,66 Tidak 1,02 Ideal 7,50 16,44 Ideal 12,55 Ideal
Ideal
10 Okt 71,80 Ideal 3,55 Tidak 1,10 Ideal 7,96 22,43 Ideal 15,91 Ideal
Ideal
11 Nov 72,64 Ideal 3,62 Tidak 1,06 Ideal 7,76 24,28 Ideal 15,49 Ideal
Ideal
12 Des 67,66 Ideal 3,43 Tidak 1,22 Ideal 8,24 18,82 Ideal 12,29 Ideal
Ideal

Berdasarkan tabel di atas dapat masing-masing indikator rawat inap di


diketahui bahwa nilai aLOS dan TOI Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
belum ideal seperti yang diharapkan. Surakarta.
Berikut adalah penjelasan untuk

169
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada – Juli 2019

Perhitungan BOR Per Bulan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta


Tahun 2018
100%
80%
60%
40%
20%
0%
Jan

Mar

Mei
Feb

Apr

Sept
Agu

Okt

Nov

Des
Juni

Juli
Gambar 1. Bed Occupancy Rate (BOR) per Bulan tahun 2018

Nilai BOR setiap bulannya pada lain kunjungan yang tinggi tidak
tahun 2018 masih memasuki nilai sebanding dengan tempat tidur
efisien sesuai dengan Sudra (2010) tersedia. Menurut penelitian yang
yang menyatakan bahwa standar dilakukan oleh Indriani dan Sugiarti
BOR dari Depkes RI mempunyai (2014) yang menyatakan bahwa
nilai ideal yaitu 60%-85%. Hal secara statistik tinggi nilai BOR
tersebut menandakan bahwa berarti semakin tinggi pula
pendayagunaan tempat tidur sudah penggunaan TT yang ada untuk
mencapai efisien dari segi ekonomi perawatan pasien, namun semakin
menghasilkan pemasukan bagi rumah banyak pasien yang dilayani berarti
sakit. Secara statistik semakin tinggi semakin sibuk dan semakin berat
nilai BOR maka semakin tinggi pula pula beban kerja petugas kesehatan di
penggunaan tempat tidur yang ruang perawatan.
tersedia untuk perawatan pasien. Menurut penelitian yang
Semakin rendah BOR berarti dilakukan oleh Mardian, dkk (2015)
semakin sedikit tempat tidur yang yang menyatakan bahwa perbedaan
digunakan untuk merawat pasien nilai BOR dikarenakan jumlah
dibandingkan dengan tempat tidur dokter yang kurang, promosi
yang telah disediakan. Dengan kata kesehatan yang minim disekitar
lain, jumlah pasien yang sedikit ini lingkup rumah sakit, alat kesehatan
bisa menimbulkan kesulitan yang mendukung rumah sakit, sarana
pendapatan ekonomi bagi pihak prasarana yang kurang memadai dan
rumah sakit. sedang berlangsungnya renovasi di
Tinggi rendahnya nilai BOR dalam rumah sakit. Nilai BOR yang
berhubungan langsung dengan rendah memicu rendahnya
program pembiayaan kesehatan gratis pendapatan.
yaitu Jaminan Kesehatan Masyarakat Menurut penelitian yang
Miskin (Jamkesmas) dari dilakukan oleh Nababan (2012)
Departemen Kesehatan (Arsyad, tinggi rendahnya angka pencapaian
2010). BOR satu rumah sakit atau ruang
Pernyataan tersebut diperkuat rawat inap sangat dipengerahui oleh
dengan penelitian yang dilakukan banyak faktor baik dari internal
oleh Rinjani dan Triyanti (2016) maupun faktor eksternal. faktor-
yang menyatakan bahwa faktor yang faktor yang mempengaruhi nilai BOR
menyebabkan tingginya BOR antara sangatlah banyak dan komplek, tetapi

170
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada – Juli 2019

pada dasarnya dapat dikelompokkan kondisi pasien. Faktor input yang


menjadi dua yaitu faktor internal dan mempengaruhi BOR meliputi sarana
faktor eksternal rumah sakit. Didalam umum, sarana medis, sarana
faktor internal adalah : budaya rumah penunjang medis, tarif, ketersediaan
sakit, sistem nilai, kepemimpinan, pelayanan, tenaga medis, para medis
sistem manajemen, sistem informasi, perawatan. Faktor proses pelayanan
sarana prasarana, sumber daya yang mempengaruhi BOR meliputi
manusia, pemasaran, citra, dan lain- sikap dokter dalam memberikan
lain. Sedangkan yang termasuk faktor pelayanan, sikap perawat dalam
eksternal adalah letak geografis, memberikan pelayanan dan
keadaan sosial ekonomi konsumen, komunikasi pelayanan. Sikap perawat
budaya masyarakat, pemasok, yang memberikan pelayanan secara
pesaing, kebijakan pemerintah umum yaitu terdiri dari keramahan
daerah, peraturan, dan lain-lain. dalam memberikan pelayanan dan
Faktor-faktor yang mempengaruhi cara memberikan informasi juga
BOR meliputi faktor internal dan komunikasi. Sedangkan dari faktor
faktor eksternal rumah sakit. Namun, kondisi pasien meliputi sosial
faktor yang berperan signifikan ekonomi, jarak dan transportasi,
terhadap BOR adalah faktor internal motivasi dan prioritas terhadap
rumah sakit yang meliputi faktor rumah sakit dan perilaku terhadap
input dan faktor proses pelayanan, kesehatan.
sedangkan faktor eksternal yaitu

Perhitungan aLOS Per Bulan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta


Tahun 2018

10
9
Jumlah hari

8
7
6
5
4
3
2
1
0

Gambar 2. Average Length of stay (aLOS)


Berdasarkan Grafik diatas, nilai Nilai aLOS dikatakan efisien
aLOS di Rumah Sakit PKU menurut Sudra (2010) menyatakan
Muhammadiyah Surakarta mengalami bahwa standar aLOS dari Depkes RI
peningkatan dan penurunan setiap mempunyai nilai ideal yaitu 6-9 hari.
bulannya. Nilai aLOS tertinggi terjadi Dari aspek medis, semakin panjang nilai
pada bulan April yaitu mencapai angka aLOS maka bisa menunjukkan kinerja
3,88 hari dan aLOS terendah terjadi kualitas medis yang kurang baik, karena
pada bulan Desember yaitu mencapai pasien harus dirawat lebih lama.
angka 3,43 hari. Nilai aLOS pada bulan Sedangkan dari aspek ekonomis,
Januari sampai dengan bulan Desmber semakin panjang nilai aLOS berarti
tahun 2018 mengalami peningkatan dan semakin tinggi biaya yang nantinya
penurunan namun dalam hasil harus dibayar oleh pasien. Jadi perlu
perhitungan menujukan nilai tidak ideal.

171
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada – Juli 2019

adanya keseimbangan antara sudut sedini mungkin dan sembuh, atau pasien
pandang medis dan ekonomis. yang rawat inap terlalu banyak dan
Berdasarkan hasil wawancara ada kurang tempat tidurnya sehingga pasien
kaitan erat antara nilai aLOS dan Nilai dipulangkan cepat. Hal ini berkaitan
TOI, yaitu sebagai berikut : dengan mutu rumah sakit, jika mutu RS
bagus maka aLOS juga mungkin akan
“Bisa dihat nilai TOI nya pada
mengecil, hanya saja belum ada
setiap bulannya yang rata-rata nilai
TOI nya hanya kurang lebih satu penelitian yang mendukung hal tersebut,
hari saja itu akan mempengaruhi dan standar aLOS 6-9 hari. aLOS yang
nilai aLOS yang tidak ideal. Belum <6 hari bisa juga disebabkan jumlah
pasien yang keluar karena meninggal
ada satu hari atau satu hari lebih
sedikit kan tempat tidur sudah akibat penyakit kronis, atau dirujuk
dipakai lagi. Biasanya rata-rata tanpa pencatatan maupun pulang paksa.
pasien pulang 4 hari sudah pulang Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Mardian, dkk (2015) menyatakan
langsung.”
bahwa standar efisiensi dianjurkan
serendah mungkin tanpa mempengaruhi
Hal ini diperkuat dengan penelitian kualitas pelayanan perawatan.
yang dilakukan oleh Rinjani dan Umumnya nilai aLOS yang semakin
Triyanti (2016) yang menyatakan bahwa kecil makin baik dengan tetap
rendahnya nilai aLOS dapat diakibatkan memperhatikan kualitas pelayanan yang
oleh kurang baiknya perencanaan dalam diberikan, agar memperoleh nilai
pemberian pelayanan kepada pasien atau capaian aLOS yang ideal sehingga
kebijakan dibidang medis dan angka menimbulkan efisiensi pelayanan dapat
aLOS sangat dipengaruhi oleh jenis dilakukan melalui penetapan standar
penyakit yang diderita oleh pasien. pelayanan yang disepakati oleh dokter-
Hasil penelitian yang dilakukan oleh dokter yang bekerja di rumah sakit.
Dewi, dkk (2009) membuktikan bahwa Standar pelayanan ini mencakup
kecenderungan nilai aLOS indikasi perawatan rumah sakit,
mempengaruhi keuangan, kualitas dan prosedur dan proses pelayanan yang
efisiensi RS, diikuti kasus morbiditas, selayaknya harus dilaksanakan, serta
mortalitas, komplikasi serta pengobatan sistem pembiayaan yang diberlakukan
awal jika pasien terdiagnosa secara awal dalam memberikan jasa pelayanan
dari suatu penyakit. Terdapat hubungan kesehatan. Adanya indikasi perawatan
yang signifikan antara mutu rumah sakit rumah sakit yang jelas, akan mengurangi
dengan nilai aLOS, hal ini bisa jumlah perawatan rumah sakit yang
dikarenakan nilai aLOS tidak ada yang tidak perlu, sehingga pasien-pasien
memenuhi standar Depkes 6-9 hari. yang memerlukan perawatan rumah
Adapun kemungkinan penyebab aLOS sakit saja yang akan di rawat di rumah
yang kurang dari 6 hari disebabkan sakit. Hal ini untuk mengurangi
pendeteksian dini dari suatu penyakit, kecendurangan yang terjadi selama ini
baik itu karena ketepatan diagnosa dimana sering ditemukan perawatan
ataupun karena alat laboratorium yang rumah sakit yang tidak perlu (over
memadai sehingga penatalaksanaan utilization).

172
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada – Juli 2019

Perhitungan TOI Per Bulan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta


Tahun 2018

5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agu Sept Okt Nov Des
Gambar 3. Turn Over Interval (TOI) per bulan tahun 2018

Di rumah sakit PKU kosong yakni tidak digunakan oleh


Muhammadiyah Surakarta pada bulan pasien. Hal ini membuat tempat tidur
Januari sampai Mei tahun 2018 semakin tidak produktif, kondisi ini
memiliki nilai BOR yang tinggi namun tentu tidak menguntungkan dari segi
masih dalam kategori tingkat efisien ekonomi bagi pihak menajemen rumah
sesuai standar yang diperlukan, hal ini sakit. Semakin kecil angka TOI, berarti
mempengaruhi nilai TOI yang ada di semakin singkat saat tempat tidur akan
rumah sakit. Hal ini dibuktikan dengan digunakan pasien berikutnya. Hal ini
hasil wawancara sebagai berikut: menyebabkan tempat tidur sangat
produktif, sehingga bisa menguntungkan
“Bisa dilihat setiap bulanya BOR dari segi ekonomi bagi pihak
tinggi maka TOI pasti akan kecil manajemen rumah sakit, akan tetapi bisa
begitu sebaliknya. Biasanya itu juga merugikan pasien dikarenakan tempat
dipengaruhi adanya perubahan tidur belum disiapkan secara baik, serta
jumlah tempat tidur (TT).” meningkatkan infeksi nosokomial dan
perlu diadakannya sanitasi lingkungan.
Hal tersebut diperkuat dengan Menurut Mardian, dkk (2015)
penelitian yang dilakukan oleh Nanang, menyatakan bahwa terjadi perbedaan
dkk (2012) yang menyatakan bahwa antara kenyataan dengan standar.
nilai BOR yang memenui standar ideal Perbedaan tersebut dikarenakan alat
berpengaruh pada TOI, karena semakin kesehatan yang kurang memadai dan
besar nilai BOR maka nilai TOI akan jumlah pasien yang masih sedikit
rendah. Indriani dan Sugiarti (2014), dikarenakan promosi dari pihak
menyatakan bahwa idealnya nilai TOI manajemen yang masih minim.
ini juga dipengaruhi oleh penambahan Melakukan manajemen organisasi yang
fasilitas tempat tidur (TT). baik yakni dengan cara menyesuaikan
Hasil penelitian Rinjani dan Triyanti besarnya kegiatan dan beban kerja
(2016) membuktikan bahwa nilai TOI rumah sakit. Disamping itu, perlu
disebabkan oleh jumlah kunjungan yang membagi habis seluruh tugas dan fungsi
tinggi tidak sebanding dengan tempat rumah sakit dan melakukan promosi
tidur tersedia. Nilai TOI dikatakan kepada masyarakat agar jumlah
efisien menurut Sudra (2010) yang permintaan tempat tidur oleh konsumen
menyatakan bahwa standar TOI dari dapat ditingkatkan. Hal ini akan
Depkes RI mempunyai nilai ideal yaitu menyebabkan keuntungan bagi pihak
1-3 hari. Semakin besar nilai TOI berarti rumah sakit sehingga tercapainya nilai
semakin lama hari dimana tempat tidur TOI yang optimal.

173
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada – Juli 2019

Perhitungan BTO Per Bulan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah


Surakarta Tahun 2018

10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agu Sept Okt Nov Des

Gambar 4. Bed Turn Over (BTO) Per Bulan Tahun 2018

Standar yang ditetapkan Depkes RI menguntungkan bagi pihak rumah sakit


bahwa nilai ideal BTO yaitu 40- karena tempat tidur yang tersedia tidak
50/tahun. Nilai BTO tertinggi terjadi “menganggur” dan menghasilkan
pada bulan Maret yaitu mencapai angka pemasukan untuk pihak rumah sakit.
8,61 kali dan BTO terendah terjadi pada Namun bisa dibayangkan bila dalam
bulan Juni yaitu mencapai angka 6,80 satu bulan tempat tidur digunakan oleh
kali. 15 pasien, berarti rata-rata setiap pasien
Hatta (2013) menyatakan bahwa menempati tempat tidur tersebut selama
indikator BTO berguna untuk melihat 2 hari dan tidak ada hari dimana tempat
berapa kali tempat tidur rumah sakit tidur tersebut kosong. Ini berarti beban
digunakan. Beberapa formula kerja tim perawatan sangat tinggi dan
menggunakan rate dan tidak ada tempat tidur tidak sempat dibersihkan
persetujuan umum yang mengatakan karena terus digunakan pasien secara
bahwa indikator ini tepat untuk bergantian, kondisi ini mudah
mengukur utilitas rumah sakit, tetapi menimbulkan ketidakpuasan pasien, bisa
bagaimanapun administrator rumah sakit mengancam keselamatan pasien, bisa
masih menggunakan karena mereka menurunkan kinerja kualitas medis dan
ingin juga melihat keselarasan dari bisa meningkatkan kejadian infeksi
indikator lainnya yang terkait nosokomial karena tempat tidur tidak
seperti length of stay dan bed occupancy sempat dibersihkan atau disterilkan. Jadi
rate. Ketika bed occupany dibutuhkan angka BTO yang ideal dari
rate bertambah dan length of stay aspek medis, pasien, dan manajemen
memendek maka akan tampak efek dari rumah sakit.
perubahan atau bed turn over rate. Hasil penelitian Lestari dan
Nilai BTO yang rendah dapat Wulandari (2014) membuktikan bahwa
merugikan bagi pihak rumah sakit penyebab tingginya BTO adalah jenis
karena tidak sering digunakan dan akan penyakit, lama sakit dan lama perawatan
menimbulkan ketidak puasan bagi di instalasi rawat inap. Sebagai
pasien. Secara logika, semakin tinggi solusinya maka menurut Mardian, dkk
angka BTO berarti semakin banyak (2015) perlu dilakukan peningkatan
pasien yang menggunakan tempat tidur pengetahuan tentang sakit dan penyakit
yang tersedia secara bergantian. Hal ini yang dapat diatasi dengan
tentu merupakan kondisi yang mengefektifkan Promosi Kesehatan

174
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada – Juli 2019

Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) dan pelayanan kesehatan terhadap pasien,


program kunjungan rumah di daerah guna menekan pasien pulang atas
yang sudah ada, meningkatkan mutu permintaan sendiri.

Perhitungan GDR Per Bulan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta


Tahun 2018

45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agu Sept Okt Nov Des

Gambar 5. Gross Death Rate (GDR) Per Bulan Tahun 2018

Berdasarkan Grafik diatas, nilai seperti tersedianya tenaga medis dan


GDR tertinggi terjadi pada bulan Juni sarana prasarana yang ada di Rumah
yaitu mencapai angka 29,21‰, artinya Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta.
dari 1000 pasien keluar 29 diantaranya Angka GDR yang semakin menurun
pasien keluar dalam keadaan meninggal dan dibawah standar nasional GDR
dan GDR terendah terjadi pada bulan menggambarkan bahwa pelayanan yang
September yaitu mencapai angka diberikan kepada pasien selama rawat
16,44‰, artinya dari 1000 pasien keluar inap di rumah sakit sudah baik. Pasien
16 diantaranya pasien keluar dalam meninggal sebelum mendapatkan
keadaan meninggal. Dapat disimpulkan perawatan 48 jam diasumsikan datang
bahwa setiap bulannya angka kematian ke rumah sakit sudah dalam kondisi
kasar di Rumah Sakit PKU sakit berat sehingga sangat dimungkinan
Muhammadiyah Surakarta sudah baik meninggalnya pasien termasuk bukan
karena berada dalam standar ideal yaitu karena kurangnya mutu pelayanan
≤ 45‰. medis, tetapi karena kondisi pasien
Adapun faktor yang mempengaruhi sudah sakit berat (Rustiyanto, 2010).
nilai GDR menurut keterangan kepala Tingkat potensi meninggal pasien
rekam medis disebabkan oleh angka sangat dipengaruhi oleh penyakit yang
rujukan yang tidak terkendali. Rujukan derita. Menurut Lestari dan Wulandari
dari rumah sakit lain biasanya menelfon (2014) Pasien dengan penyakit akut
terlebih dahulu sebelum mengirim memiliki presentase sembuh lebih
pasiennya. Namun juga ada rumah sakit banyak dari pasien dengan penyakit
yang mengirim tanpa konfirmasi dulu kronik maupun akut-kronik. Pasien
sedangkan keadaan pasien sudah sangat dengan penyakit akut akan lebih banyak
drop akhirnya meninggal. sembuh ketika keluar dari rumah sakit.
Hal tersebut diperkuat dengan Pasien yang menderita penyakit akut-
penelitian yang dilakukan oleh Pratama kronik mempunyai jumlah yang paling
dan Karunia (2017) penurunan dan sedikit untuk sembuh. Penyakit akut dan
peningkatan angka GDR dipengaruhi kronik berhubungan dengan
oleh beberapa faktor diantaranya adalah meninggalnya pasien ketika keluar dari
pelayanan klinis di unit gawat darurat, rawat inap. Adanya hasil yang signifikan

175
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada – Juli 2019

antara diagnosis pasien terhadap dan baru dibawa ke pelayanan kesehatan


outcome yang didapatkan. Jenis memiliki Discharge Status yang kurang
penyakit pasien didapatkan dari baik. Orang sakit yang telat
diagnosis yang terdapat dalam rekam mendapatkan penanganan medis dapat
medis. Pasien dengan penyakit kronik memperparah penyakit yang diderita.
dan akut-kronik berhubungan dengan Kemungkinan muncul keluhan lain dan
Discharge Status yang cenderung jelek mendapatkan komplikasi sangat ada.
pada pasien. Pasien yang dibawa ke Pasien yang berasal dari IGD dengan
rumah sakit lebih cepat cenderung datang sendiri merupakan asal pasien
memiliki Discharge Status yang baik. terbanyak sebelum masuk rawat inap.
Pasien yang sudah sakit lama di rumah

Perhitungan NDR Per Bulan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah


Surakarta Tahun 2018

24
20
16
12
8
4
0
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agu Sept Okt Nov Des

Gambar 6. Net Death Rate (NDR)

Berdasarkan Grafik diatas, nilai peraturan harus konfirmasi dahulu


NDR di Rumah Sakit PKU sebelum menerima pasien rujukan. Pada
Muhammadiyah Surakarta tertinggi dasarnya semua pasien yang masuk
terjadi pada bulan Agustus yaitu IGD itu semua harus ditangani, setelah
mencapai angka 20,38‰, artinya dari diobservasi membaik maka bisa
1000 pasien keluar 20 diantaranya dipersilahkan pulang, jika keadaan
pasien keluar dalam keadaan meninggal masih butuh perawatan namun kamar
dan NDR terendah terjadi pada bulan penuh bisa ditawarkan rujukan ke
Desember yaitu mencapai angka rumah sakit lain, keterangan dari kepala
12,29‰, artinya dari 1000 pasien keluar rekam medis.
12 diantaranya pasien keluar dalam Hal yang harus diperhatikan
keadaan meninggal. Dapat disimpulkan penyebab pasien meninggal selama
bahwa setiap bulannya angka kematian masa perawatan adalah diagnosa
bersih di Rumah Sakit PKU penyakit terhadap pasien, menentukan
Muhammadiyah Surakarta sudah baik tindakan atau pengobatan yang akan
karena berada dalam standar ideal yaitu dilakukan, selain itu sarana dan
≤ 25‰. prasarana terutama dalam hal medis
Adapun faktor yang mempengaruhi sudah ditingkatkan untuk menunjang
nilai NDR menurut hasil wawancara pelayanan, serta tenaga kesehatan yang
akibat dari kondisi pasien dari rujukan trampil dan cekatan untuk menekankan
rumah sakit lain sudah sangat drop dan angka kematian (Rustiyanto, 2010).
akhirnya meninggal. Dengan demikian Pasien yang sembuh atau meninggal
rumah sakit memperketat adanya salah satunya dipengaruhi oleh penyakit

176
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada – Juli 2019

yang di derita. Lestari dan Wulandari mutu kinerja menjadi kurang


(2014) menerangkan bahwa asien baik, serta adanya keterbatasan
dengan penyakit akut memiliki fasilitas.
presentase sembuh lebih banyak dari b. Pada aspek ekonomi, semakin
pasien dengan penyakit kronik maupun tinggi nilai aLOS berarti semakin
akut-kronik. Pasien dengan penyakit tinggi biaya yang nantinya harus
akut akan lebih banyak sembuh ketika dibayar oleh pasien. Hal ini
keluar dari rumah sakit. Pasien yang menguntungkan rumah sakit
menderita penyakit akut-kronik namun merugikan pasien.
mempunyai jumlah yang paling sedikit c. Pada aspek medis, semakin kecil
untuk sembuh. Penyakit akut dan kronik angka TOI maka semakin singkat
berhubungan dengan meninggalnya saat tempat tidur akan digunakan
pasien ketika keluar dari rawat inap. pasien berikutnya. Hal ini bisa
Adanya hasil yang signifikan antara meningkatkan kejadian infeksi
diagnosis pasien terhadap outcome yang nosokomial.
didapatkan. Jenis penyakit pasien
didapatkan dari diagnosis yang terdapat
dalam rekam medis. Pasien dengan 6. SARAN
penyakit kronik dan akut-kronik a. Sebagai upaya agar nilai indikator
berhubungan dengan Discharge Status aLOS mencapai angka ideal maka
yang cenderung jelek pada pasien. perlu dilakukan penetapan standar
Pasien yang dibawa ke rumah sakit lebih pelayanan yang mencakup indikasi
cepat cenderung memiliki Discharge perawatan rumah sakit, prosedur,
Status yang baik. Pasien yang sudah proses pelayanan yang selayaknya
sakit lama di rumah dan baru dibawa ke harus dilaksanakan, serta sistem
pelayanan kesehatan memiliki pembiayaan yang diberlakukan
Discharge Status yang kurang baik. dalam memberikan jasa pelayanan
Orang sakit yang telat mendapatkan kesehatan. Dengan demikian akan
penanganan medis dapat memperparah mengurangi kecendurangan yang
penyakit yang diderita. Kemungkinan sering ditemukan tentang perawatan
muncul keluhan lain dan mendapatkan rumah sakit yang tidak perlu (over
komplikasi sangat ada. Pasien yang utilization).
berasal dari IGD dengan datang sendiri b. Nilai TOI yang kurang dari satu hari
merupakan asal pasien terbanyak (belum ideal) maka sebaiknya pihak
sebelum masuk rawat inap. rumah sakit harus memaksimalkan
sanitasi lingkungan ruang perawatan
agar pasien berikutnya terhindar dari
5. KESIMPULAN infeksi nosokomial.
Pada tahun 2018 seluruh indikator
rawat inap di Rumah Sakit PKU REFERENSI
Muhammadiyah Surakarta sudah Arsyad, ML. 2010. Tingkat
memenuhi standar ideal DEPKES RI, Pemanfaatan Tempat Tidur Pada
kecuali nilai indikator aLOS dan Rumah Sakit Umum Daerah. Jurnal
TOI. Akibatnya: Manajemen Pelayanan Kesehatan,
a. Pada aspek manajemen mutu, 13 (1), Desember 2010. Hal:220-
nilai aLOS yang melebihi standar 226.
mengakibatkan pasien harus Depkes RI. 2006. Pedoman
dirawat lebih lama. Hal ini Penyelenggaraan Dan Prosedur
menunjukkan beban kerja Rekam Medis Rumah Sakit di
petugas medis meningkat namun

177
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada – Juli 2019

Indonesia. Jakarta: Departemen Kalimantan Tengah. Jakarta:


Kesehatan Universitas Terbuka.
Dewi, dkk. Hubungan Mutu, Indikator Nanang, dkk. 2012. Analisis Efisiensi
Kinerja Kunci, dan Kinerja Penggunaan Tempat Tidur Di Unit
Pelayanan Rumah Sakit (Studi Pelayanan Penyakit Dalam di
Kasus Rumah Sakit Aumakes. Bangsal Cempaka 1 dan Cempaka 2
Yogyakarta: Universitas Berdasarkan Grafik Baber Johnson
Muhammadiyah Yogyakarta. Di RSUD Kabupaten Sukoharjo
Hatta, G.R. 2014. Pedoman Manajemen Tahun 2012. Jurnal Manajemen
Informasi Kesehatan di Sarana Informasi Kesehatan Indonesia, 8
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: (1), Maret 2012. Hal: 59-68
Universitas Indonesia. Pratama, B.A. dan Karunia, T.L. 2017.
Indriani, P. dan Sugiarti, I. 2016. Trend Gross Death Rate dan Net
Gambaran Efisiensi Penggunaan Death Rate Per Tahun di Rumah
Tempat Tidur Ruang Perawatan Sakit Pku Muhammadiyah Surakarta
Kelas III di Rumah Sakit Umum Tahun 2011–2015. Indonesian
Daerah Tasikmalaya 2011 dan 2012. Journal On Medical Science, 2 (4).
Jurnal Manajemen Inforrmasi Hal:196-201.
Kesehatan Indonesia, 2 (1), Maret Rinjani, V. dan Triyanti, E. 2016.
2014. Hal:68-73. Analisis Efisensi penggunaan
Lestari, N.R, dan Wulandari, R.D. 2014. Tempat Tidur Per Ruangan
Penyebab Bed Turn Over (Bto) Di Berdasarkan Indikator Depkes Dan
Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. M. Barber Johnson di Rumah Sakit
Soewandhie. Jurnal Administrasi Singaparna Medika Citra Utama
Kesehatan Indonesia, 2 (3) Juli- Kabupaten Tasikmalaya Triwulan I
September 2014. Hal:107-197. Tahun 2016. Jurnal Manajemen
Mardian, dkk. 2015. Analisis Efisiensi Inforrmasi Kesehatan Indonesia, 4
Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit (2), Oktober 2016. 38-45.
Daerah Balung Tahun 2015 Melalui Rustiyanto, E. 2010. Statistik Rumah
Pendekatan Barber-Johnson. Sakit Untuk Pengambilan
Artikel Ilmiah Hasil penelitian Keputusan. Cetakan Pertama.
mahasiswa. Jember: Universitas Yogyakarta: Graha Ilmu.
Jember Sudra, R.I. 2010. Statistik Rumah Sakit
Nababan. 2012. Analisis Hubungan dari Sensus Pasien dan Grafik
Pelayanan Kesehatan Dengan Bed Barber Johnson Hingga Statistic
Occupancy Red (BOR) di Rumah Kematian dan Otopsi. Yogyakarta:
Sakit Umum Daerah Sukamara Graha Ilmu.

178

Anda mungkin juga menyukai