Hakikat Profesi
Public Trust atau kepercayaan masyarakat (Bigs dan Blocher, 1986 : 7). Kepercayaan
masyarakat yang menjadi penopang suatu profesi didasari oleh tiga perangkat keyakinan.
Pertama, kepercayaan masyarakat terjadi dengan adanya suatu persepsi tentang kompetensi.
Kedua, adanya persepsi masyarakat bahwa kelompok-kelompok profesional mengatur dirinya
dan lebih lanjut diatur oleh masyarakat berdasarkan minat dan kepentingan masyarakat.
Ketiga, persepsi yang melahirkan kepercayaan masyarakat itu ialah anggota-anggota suatu
profesi memiliki motivasi untuk memberikan layanan kepada orang-orang dengan siapa
mereka bekerja.
Oemar Hamalik (1984 : 2) sampai pada suatu kesimpulan bahwa hakikat profesi adalah suatu
pernyataan atau suatu janji yang terbuka. Suatu profesi mengandung unsur pengabdian
(Oemar Hamalik, 1984 : 3) menurutnya, suatu profesi bukanlah dimaksudkan untuk mencari
keuntungan materi belaka, melainkan untuk pengabdian kepada masyarakat. Pengabdian
seorang profesional menunjuk pada pengutamaan kepentingan orang banyak daripada
kepentingan diri sendiri.
1. Ciri-Ciri Profesi
c. A profession requires a lengthy periode of academic and practical Training (suatu profesi
memerlukan suatu pendidikan dan latihan dalam periode waktu yang cukup lama);
d. A profession has a light degree of autonomy (suatu profesi memiliki otonomi yang tinggi);
Menurut Sutan Zanti dan Syahmiar Syahrun (1992 : 133) suatu jabatan profesional harus
mempunyai beberapa ciri pokok yaitu : (a) pekerjaan itu dipersiapkan melalui proses
pendidikan dan latihan secara formal; (b) pekerjaan itu mendapat pengakuan dari masyarakat;
(c) adanya pengawasan dari suatu organisasi profesi seperti IDI, PGRI dan IPBI; (d)
mempunyai kode etik sebagai landasan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
profesi tersebut.
Dedi Supriadi 91998 : 96) mengemukakah lima ciri suatu profesi. Pertama, pekerjaan itu
mempunyai fungsi dan signifikansi sosial karena diperlukan mengabdi kaepada masyarakat.
Kedua, profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh lewat pendidikan dan latihan
yang “lama” dan intensif serta dilakukan dalam lembaga tertentu yang secara sosial dapat
dipertanggungjawabkan. Ketiga, profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu. Keempat, ada
kode etik yang menjadi pedoman perilaku anggotanya beserta sanksi yang jelas dan tegas
terhadap pelanggar kode etik. Kelima, sebagai konsekuensi profesi secara perorangan
ataupun kelompok memperoleh imbalan finansial atau materiil.
1. HAKIKAT PROFESI
Oemar Hamalik (1984 : 2) sampai pada suatu kesimpulan bahwa hakikat profesi adalah suatu
pernyataan atau suatu janji yang terbuka. Suatu profesi mengandung unsur pengabdian
(Oemar Hamalik, 1984 : 3) menurutnya, suatu profesi bukanlah dimaksudkan untuk mencari
keuntungan materi belaka, melainkan untuk pengabdian kepada masyarakat. Pengabdian
seorang profesional menunjuk pada pengutamaan kepentingan orang banyak daripada
kepentingan diri sendiri.
2. PENGERTIAN PROFESI
Profesi berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar
dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan “apa
saja” dan “siapa saja” untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian
tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan
keahlian tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan
baik.
Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang
memerlukan keterampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari
manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian
tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang
lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya
serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang
menyandang profesi tersebut.
Profesi merupakan bagian dari pekerjaan, namun tidak setiap pekerjaan adalah profesi.
Seorang petugas staf administrasi bisa berasal dari berbagai latar ilmu, namun tidak demikian
halnya dengan Akuntan, Pengacara, Dokter yang membutuhkan pendidikan khusus.
Profesi merupakan suatu pekerjaan yang mengandalkan keterampilan dan keahlian khusus
yang tidak didapatkan pada pekerjaan-pekerjaan sebelumnya.
Profesi merupakan suatu pekerjaan yang menuntut pengemban profesi tersebut untuk terus
memperbaharui keterampilannya sesuai perkembangan teknologi.
Belum ada kata sepakat mengenai pengertian profesi karena tidak ada standar pekerjaan/tugas
yang bagaimanakah yang bisa dikatakan sebagai profesi. Ada yang mengatakan bahwa
profesi adalah “jabatan seseorang walau profesi tersebut tidak bersifat komersial”.
Profesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka yang menyatakan
bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan karena orang
tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.
3. CIRI-CIRI PROFESI
c. A profession requires a lengthy periode of academic and practical Training : suatu profesi
memerlukan suatu pendidikan dan latihan dalam periode waktu yang cukup lama.
d. A profession has a light degree of autonomy : suatu profesi memiliki otonomi yang tinggi.
Menurut Sutan Zanti dan Syahmiar Syahrun (1992 : 133) suatu jabatan profesional harus
mempunyai beberapa ciri pokok yaitu :
a. Pekerjaan itu dipersiapkan melalui proses pendidikan dan latihan secara formal.
c. Adanya pengawasan dari suatu organisasi profesi seperti IDI, PGRI dan IPBI.
d. Mempunyai kode etik sebagai landasan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
profesi tersebut.
a. Pekerjaan itu mempunyai fungsi dan signifikansi sosial karena diperlukan mengabdi
kaepada masyarakat.
b. Profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh lewat pendidikan dan latihan yang
“lama” dan intensif serta dilakukan dalam lembaga tertentu yang secara sosial dapat
dipertanggungjawabkan.
d. Ada kode etik yang menjadi pedoman perilaku anggotanya beserta sanksi yang jelas dan
tegas terhadap pelanggar kode etik.
Jenis profesi dalam bidang pendidikan dibagi menjadi dua yaitu tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan. Macam-macam tenaga pendidik antara lain ada guru, dosen, tutor, konselor
dan ustadz.
Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen bab 1 pasal 1 ayat 1 menjelaskan
bahwa yang dimaksud Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
Agar semua tenaga pendidik memiliki kompetensi/kemampuan yang hebat, alangkah baiknya
jika semua tenaga kependidikan menambah wawasan, ilmu mereka untuk memajukan peserta
didik/anak didik guna memperbaiki SDM Indonesia. Peningkatan kompetensi tenaga
pendidik dapat melalui berbagai cara, diantaranya yaitu sertifikasi dan standarisasi sebagai
tenaga pendidik yang baik. Semua tenaga pendidik fokus dalam bidangnya masing-masing
sehingga tidak ada yang saling mengacaukan.
A. ETIKA, ETOS DAN LOYALITAS KERJA
1. Etika Kerja
Etika adalah suatu disiplin filosofis yang berkenaan dengan perilaku manusia dan perbuatan
bermoral (Surya dkk, 2000 : 4.55). Dengan adanya etika, manusia dapat memilih dan
memutuskan perilaku yang paling sesuai dan paling baik, sesuai dengan norma – norma
moral yang berlaku. Etika sebagai acuan pilihan perilaku bersumber pada norma moral,
seperti agama, filsafat hidup, budaya masyarakat, disiplin keilmuan dan profesi.
Dalam dunia kerja etika sangat diperlukan sebagai landasan perilaku kerja dari para pekerja.
Etika kerja biasanya dirumuskan atas kesepakatan para pendukung pekerjaan itu dengan
mengacu pada sumber – sumber nilai moral tersebut diatas. Rumusan etika kerja yang
disepakati bersama itu disebut sebagai kode etik.
2. Etos Kerja
Kata “Etos” bersumber dari pengertian yang sama dari etika, yaitu sumber - sumber nilai
yang dijadikan rujukan pemilihan dan keputusan perilaku (Surya dkk, Etos kerja lebih
merujuk kepada kualitas kepribadian pekerja yang tercermin dalam unjuk kerja secara utuh.
Etos kerja lebih merupakan kondisi internal yang mendorong dan mengendalikan perilaku
pekerja kearah terwujudnya kualitas kerja tertentu.
3. Loyalitas Kerja
Loyalitas kerja merupakan kondisi internal dalam bentuk komitmen dari pekerja untuk
mengikuti pihak yang mempekerjakannya. Dengan loyalitas ini pekerja hanya akan merujuk
bentuk dan kualitas perilaku unjuk kerjanya kepada majikan atau pihak yang
mempekerjakannya (Surya dkk, 200 : 4.58).
Secara etimologis, kode etik berarti pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Dengan kata lain, kode etik merupakan pola aturan
atau tata cara etis sebagai pedoman berperilaku. Etis berarti sesuai dengan nilai-nilai dan
norma yang dianut oleh sekelompok orang atau masyarakat tertentu (Abin Syamsudin,
Nandang Budiman, 2003 : 4.3).
Dalam konteks “Profesi Keguruan” makna kode etik dapat dirumuskan sebagai berikut. Kode
etik adalah ketentuan – ketentuan moral yang digunakan sebagai pedoman dalam
menjalankan tugas profesi.
Persatuan Guru Republik Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah suatu bidang
pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan Tanah Air, Kemanusiaan pada
umumnya dan Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
merasa turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita cita Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia 17 agustus 1945, maka guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan
karyanya sebagai guru dengan mempedomani dasar dasar sebagai berikut :
a. Guru menghormati hak individu, agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa dari anak didiknya masing – masing.
c. Guru menyadari bahwa intelegensi, moral dan jasmani adalah tujuan utama pendidikan.
d. Guru melatih anak didik memecahkan masalah-masalah dan membina daya kreasinya
agar dapat menunjang masyarakat yang sedang membangun
Kode Etik diatas menanamkan pengertian pada kita bahwa peserta didik harus dilihat
secara utuh. Sub etik a sampai e bermaksud menterjemahkan apa yang dimaksud dengan
seutuhnya itu. Sikap guru yang paling pertama sekali adalah melihat peserta didik sebagai
suatu keutuhan yang berdiri sendiri, bukan sebagai seorang yang tergantung dan
digantungkan pada orang lain. Karena ia kita lihat seutuhnya sebagai individu, secara etis
guru harus menghormati hak individunya, sebagai mana kita ingin dihormati hak individu
kita. Pilihan agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan salah satu
hak individu peserta didik yang harus kita hormati.
Pada Sub etik b, memberi tekanan pada kepribadian peserta didik dan upaya
pembimbingannya. Menghargai hak individu, berarti menghargai kepribadian pesertadidik
karena kepribadian merupakan penampilan yang bulat (seutuhnya) dari seorang individu.
Kepribadian itu tumbuh dan berkembang melalui perpaduan dari berbagai hal yang dibawa
sejak lahir, pengalaman dan pendidikan. Dalam perkembangan itulah peserta didik
membutuhkan bantuan kepribadian. Sub etik c, mengemukakan beberapa aspek penting dari
peserta didik, yaitu intelegensi(kecerdasan), moral dan jasmani.
a. Guru menghargai dan memperhatikan perbedaan dan kebutuhan anak didiknya masing
masing.
c. Guru memberi pelajaran didalam dan diluar sekolah berdasarkan kurikulum dan
berlaku secara baik tanpa membedakan jenis dan posisi sosial orang tua murid.
Etika ini memberi arah secara umum bahwa guru harus memiliki kejujuran profesional yaitu
jujur melihat profesinya sebagai guru. Bertitik tolak dari kejujuran profesional, apa yang
mesti dilakukan guru terhadap peserta didik, sehubungan dengan kurikulum. Kurikulum itu
bersifat umum , sedangkan peserta didik berbeda beda, berbeda kemampuannya juga berbeda
kebutuhannya. Jika kita jujur, maka kita akui bahwa peserta didiklah yang pokok , dan bila
kita jujur, maka kita akui bahwa kurikulum itu harus disesuaikan dengan kemampuan dan
kebutuhan tiap-tiap peserta didik, karena peserta didiklah substansinya, bukan guru atau
kurikulum. Guru dan kurikulum itu ada karena ada peserta didik. Jika peserta didik itu tidak
ada, maka guru dan kurikulum tidak akan ada. Sub etik c memperingatkan kita pada
kejujuran profesional dalam memperlakukan pesertadidik secara adil. Terlalu sering kita
dipengaruhi oleh kenyataan duniawi. Status sosial ekonomi orang tua, ras, suku dan agama
dapat membiaskan perlakuan adil guru terhadap peserta didik.
Profesi guru menuntut untuk tidak menghiraukan perbedaan perbedaan tersebut. Guru harus
melihat dan memperlakukan tiap peserta didik sama dengan tidak memihak kepada kenyataan
kenyataan tersebut.
a. Komunikasi guru dan anak didik didalam dan diluar sekolah dilandaskan pada rasa
kasih sayang.
b. Untuk berhasilnya pendidikan , guru harus mengetahui kepribadian anak dan latar
belakang keluarganya. Komunikasi hanya diadakan semat-mata untuk kepentingan
pendidikan anak didik.
Jabatan guru memang jabatan yang melibatkan komunikasi, komunikasi dengan peserta
didik, orang tua siswa dan masyarakat sekitar sekolah. tujuannya adalah memperoleh
informasi tentang pesertadidik. Informasi yang kita peroleh merupakan rahasia peserta didik.
Karena itu, kita sebagai guru harus menghormati dan menjaga kerahasiannya serta
menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan. Pencarian informasi itu semata mata
untuk menolong pesertadidik itu sendiri, agar kita dapat memperlakukan mereka sesuai
dengan kepentingannya. Informasi itu dapat berupa keterangan tentang jati diri, latar
belakang keluarga, riwayat pendidikan, minat, bakat, cita-cita dan lain lain.
Sub etik a menyatakan bahwa komunikasi guru – siswa , didalam dan diluar sekolah
dilandaskan pada rasa kasih sayang. Secara pribadi saya lebih suka menggunakan istilah
“cinta”karena makna “cinta” lebih dalam dari kasih sayang. Guru mesti memiliki rasa cinta
pada peserta didiknya, sabab kalau tidak, apa yang terjadi sudah dapat diramalkan. Ibarat
orang yang sedang bekerja tetapi tidak mencintai pekerjaannya. Dapat ia bekerja dengan
baik? Kecintaan guru terhadap peserta didik identik dengan kecintaan dokter pada pasiennya.
Kalau dokter memberikan obat, memberikan harapan pada pasien, semata mata supaya
pasiennya itu cepat sembuh. Begitu juga guru, upaya apapun yang dilakukan, semata mata
demi perkembangan optimal peserta didiknya.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang
tua murid dengan sebaik baiknya bagi kepentingan anak didiknya.
a. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah sehingga anak didik betah berada dan
belajar di sekolah.
b. Guru menciptakan hubungan baik dengan orang tua sehingga terjalin pertukaran
informasi timbal balik untuk kepentingan anak didik.
Etik yang ke 4 ini mengingatkan guru pada penerapan kompetensi sosial. Guru wajib
menciptakan iklim sekolah yang kondusif sehingga peserta didik tidak ada keinginan untuk
pulang sebelum waktunya.
Peserta didik merasa aman dan nyaman disekolah. Untuk maksud ini, guru mesti bersikap
akrab dan hangat terhadap peserta didik. Pemberian penguatan kepada peserta didik perlu
diperbanyak dan berusaha menghindari pemberian hukuman. Sikap akrab dan hangat itu tidak
saja terhadap siswa, tetapi juga erhadap sejawat dan orang tua siswa.
Sub etik c menghendaki guru untuk menerima kritik yang membangun dari orang tua siswa /
masyarakat dengan dada lapang. Sebagai guru selain terbuka menerima kritik dari orang lain,
juga harus mau mengkritik diri sendiri, kekurangan kekurangan apa yang ada dalam dirinya,
kemudian berusaha mengatasi kekurangan kekurangan tersebut. Dengan begitu guru akan
memperoleh kemajuan dalam pelaksanaan tugasnya.
b. Guru menyebar dan merumuskan program – program pendidikan kepada dan dengan
masyarakat sekitarnya, sehingga sekolah tersebut berfungsi sebagai pusat pembinaan dan
pengembangan kebudayaan di tempai itu.
c. Guru harus berperan agar dirinya dan sekolahnya dapat berfungsi sebagai unsur
pembaharuan bagi kehidupan dan kemajuan daerahnya.
Etik ke 5 beserta sub sub etiknya merupakan rambu rambu dalam menjalin hubungan kerja
sama dengan masyarakat sekitar sekolah. Sekolah melibatkan masyarakat dalam
merumuskan program programnya, sebaliknya guru juga turut serta dalam kegiatan kegiatan
di masyarakat. Kerta sama itu bertujuan agar sekolah dapat berfungsi sebagai agen
pembaharuan. Sekolah menjadi tempat pembinaan dan pengembangan budaya masyarakat.
Masyarakat memperoleh kemajuan berkat adanya sekolah tersebut.
6. Guru secara sendiri sendiri dan atau bersama sama berusaha mengembangkan dan
meningkatkan mutu profesionalnya.
3. Mengikuti penataran
b. Guru selalu berbicara, bersikap dan bertindak sesuai dengan martabat profesinya.
Etik ini menghendaki guru memiliki sikap terbuka untuk peningkatan kemampuan
profesionalnya. Dunia pendidikan atau keguruan memiliki karakteristik bahwa ia
berkembang sesuai dengan tuntutan tuntutan baru. Coba Anda perhatikan, Hampir setiap 10
tahun kurikulumberubah mengikuti perkembangan zaman. Adanya tuntutan tuntutan baru,
persyaratan menjadi guru SD juga berubah, yang semula minimal SPG berubah menjadi D2
PGSD dan sekarang minimal S1 PGSD. Apa yang dianggap memadai untuk saat ini belum
tentu memadai di kelak kemudian hari.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik berdasarkan
lingkungan kerja maupun didalam hubungan keseluruhan.
a. Guru senantiasa saling bertukar informasi, pendapat, saling menasehati dan bantu
membantu satu sama lain baik dalam hubungan kepentingan pribadi maupun dalam hubungan
tugas profesi.
b. Guru tidak melakukan tindakan tindakan yang merugikan nama baik rekan - rekan
seprofesinya dan menunjang martabat guru baik secara pribadi maupun secara keseluruhan.
Etik ke 7 ini mengatur hubungan antara sesama anggota profesi atau hubungan antar teman
sekerja, baik hubungan kerja maupun hubungan yang bersifat pribadi. Hubungan kerja dan
hubungan pribadi ini, perlu dikembangkan kearah hubungan kekeluargaan, sehingga setiap
individu merasakan dirinya sebagai anggota sebuah keluarga. Jika ini dapat diwujudkan maka
pertukaran informasi, pendapat akan menjadi lancar. Begitu pila sikap bantu membantu,
nasehat menasehati akan terwujud dengan baik karena setiap anggota merasa teman sekerja
itu adalah saudaranya. Sebagai saudara tentu akan saling melindungi, saling menjaga nama
baik saudaranya, sehingga tidak akan terjadi tindakan tindakan yang merugikan sesamanya.
8. Guru secara bersama sama memelihara , membina dan meningkatkan organisasi guru
profesional sebagai sarana pengabdiannya.
a. Guru menjadi anggota dan membantu organisasi guru yang bermaksud membina
profesi dan pendidikan pada umumnya.
c. Guru senantiasa berusaha agar menghindarkan diri dari sikap sikap, ucapan ucapan dan
tindakan tindakan yang merugikan organisasi.
Pokok etik ke 8 ini berkisar pada masalah organisasi profesional keguruan. Kiranya semua
sependapat bahwa organisasi profesional bermaksud meningkatkan profesi anggota
anggotanya. Dengan adanya organisasi profesi, anggota anggota dapat dipelihara sehingga
keseluruhan korps dapat terjaga mutu serta peningkatannya.
Sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil) guru adalah aparat pemerintah, karena itu sudah
selayaknya melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan Pemerintah dalam
bidang pendidikan.
Berikut ini rumusan kode Etik Guru Indonesia keputusan konggres PGRI ke XIII yang
berlangsung tanggal 21 – 25 Nopember 1973.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang
tua murid sebaik baiknya bagi kepentingan anak didik.
6. Guru secara sendiri sendiri dan / bersama sama berusaha mengembangkan dan
meningkatkan mutu profesinya.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik berdasarkan
lingkungan kerja maupun didalam hubungan keseluruhan.
a. Agar guru terhindar dari penyimpangan profesi, karena sudah adanya landasan yang
digunakan mereka sebagai acuan.
b. Untuk mengatur hubungan guru dengan peserta didik, teman sejawat / sekerja dan
masyarakat, jabatan profesi dan pemerintah.
c. Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung jawab
terhadap profesinya.
E. ADA TIGA HAL POKOK YANG MERUPAKAN FUNGSI DARI KODE ETIK
PROFESI :
1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan.Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi, pelaksana
profesimampu mengetahui suatu hal yang boleh dia lakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol social bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan.Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan kepada
masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga
memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalangan social).
3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang
hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para
pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri
pelaksanaan profesi di lain instansi atau perusahaan.
1. Hakikat Organisasi
Ada banyak pendapat yang mengemukakan pengertian dari organisasi. seperti berikut ini:
Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah
pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.
Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
Organisasi juga terbagi menjadi dua bagian yaitu organisasi formal dan organisasi non-
formal.
2. Hakikat Profesi
Sampai pada suatu kesimpulan bahwa hakikat profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji
yang terbuka.Suatu profesi mengandung unsur pengabdian menurut Oemar Hamalik, suatu
profesi bukanlah dimaksudkan untuk mencari keuntungan materi belaka, melainkan untuk
pengabdian kepada masyarakat.Pengabdian seorang profesional menunjuk pada pengutamaan
kepentingan orang banyak daripada kepentingan diri sendiri sehingga memiliki ciri tersendiri.
Sesuai dengan hakikat profesi dan ciri-cirinya, dapatlah diterima bahwa jabatan kependidikan
/ keguruan merupakan suatu profesi. Pekerjaan sebagai guru muncul dari kepercayaan
masyarakat dan mengabdikan diri pada masyarakat.
Pekerjaan itu menuntut keterampilan tertentu yang dipersiapkan melalui proses pendidikan
dan latihan yang relatif
Organisasi profesi kependidikan berfungsi sebagai pemersatu seluruh anggota profesi dalam
kiprahnya menjalankan tugas keprofesiannya, dan memiliki fungsi peningkatan kemampuan
profesional seperti :
Ø Fungsi Pemersatu
Yaitu dorongan yang menggerakkan para profesional untuk membentuk suatu organisasi
keprofesian.
Salah satu tujuan organisasi ini adalah mempertinggi kesadaran sikap, mutu dan kegiatan
profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan guru.
Organisasi profesi sebagaimana telah disebutkan dalam UU RI pasal 40 ayat 1 mempunyai
tujuan untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, wawasan pendidikan,
perlindungan profesi, kesejahteran, dan pengabdian dalam masyarakat.