Pelaksanaan Pelatihan Teknik Manajemen Stres Kerja
pada Pegawai Instansi Pemerintahan Kabupaten/Kota
Dosen Pengampu: Kuswantoro RP, SKp. M.Kep.
Mata Kuliah: Kepemimpinan Dalam Keperawatan
Oleh:
Made Bayu Oka Widiarta NIM: I66070300111038
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
PEMINATAN KEPERAWATAN JIWA FAKULTAS KEDOTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 Pelaksanaan Pelatihan Teknik Manajemen Stres Kerja pada Pegawai Instansi Pemerintahan Kabupaten/Kota 1. Ide kreatif Salah satu aspek yang dapat dikembangkan menjadi aspek entrepreunership dalam keperawatan jiwa adalah pemberian pelatihan teknik manajemen stres kerja pada pegawai di lingkungan instansi Pemerintahan Kota/ Kabupaten. 2. Latar Belakang Tuntutan kerja yang profesional dan persaingan kerja yang makin tinggi memberikan efek semakin meningkatnya tekanan-tekanan yang dihadapi individu/pegawai dalam lingkungan kerja. Selain tekanan yang bersumber dari lingkunan kerja, tekanan dari lingkungan keluarga, sosial akan semakin menambah beban dari individu/pegawai. Kondisi seperti ini akan menimbulkan stres, baik stres yang positif ataupun negatif (Gaffar, 2012). Stres dapat bersifat negatif (distress) maupun positif (eustress) terhadap individu. Dalam menghadapi stressor (sumber stres) yang muncul, diperlukan mekanisme koping yang adaptif agar respon yang diberikan individu terhadap stressor tersebut bersifat positif seperti peningkatan prestasi kerja, begitu juga sebaliknya jika mekanisme koing yang diberikan maladaptif maka respon yang diberikan individu akan cenderung menjadi negatif seperti penurunan prestasi kerja (Roring, Soegoto, & Dotulong, 2014). Stres kerja adalah kondisi ketegangan yang dialami oleh pegawai karena adanya ketidakseimbangan antara tuntutan pekerjaan dengan kemampuan pegawai dalam menyelesaikan pekerjaannya. Sedangkan di sisi lain stress kerja dapat timbul karena penyesuaian karaywan dengan lingkungan yang baru. (Dewi, Bagia, Si, Susila, & SE, 2014). Stres kerja akan berhubungan erat dengan semangat kerja pegawai. Semangat kerja pegawai akan berhubungan erat dengan kinerja pegawai. Stres kerja yang adaptif akan memberikan pengaruh yang positif juga terhadap semangat kerja pegawai yang berdampak pada kinerja pegawai yang baik. Kinerja yang baik akan memberikan dampak yang positif terhadap kemajuan suatu organisasi/perusahaan (Nurhendar, 2007). Menurut (Aulya, 2015) dalam penelitiannya berjudul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada polisi lalu lintas di Polres Metro Jakarta Pusat Bulan April-Agustus Tahun 2013” menemukan bahwa sebanyak 52,3 % responden mengalami stress kerja ringan. Sedangkan (Rahmawati, 2009) menemukan bahwa pegawai Bank BRI persero cabang Bogor rata-rata mengalami stress sebanyak 2,44 %. Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh (Dewi et al., 2014) pada pegawai UD Surya Raditya di Singaraja, Bali menemukan bahwa stres kerja yang dialami oleh pegawai pada tenaga penjualan secara total berada dalam kategori tinggi. Stres kerja pegawai yang bersifat negatif jika tidak ditangani segera oleh suatu instansi ataupun perusahaan, akan dapat berdampak buruk terhadap perkembangan instansi/perusahaan tersebut, yaitu dapat menurunkan produktivitas dari pegawai (Gaffar, 2012). Diperlukan adanya penanganan dari stres kerja ini, salah satunya yaitu dengan teknik manajemen stres. Teknik manajemen stres yang dapat dilakukan antara lain seperti cognitive behavioral education component dan relaxation training. Dalam cognitive behavioral education component pegawai akan diberikan beberapa startegi dalam memanajemen stres seperti peningkatan pemahaman mengenai manajemen masalah, mekanisme koping, bersikap asertif , manajemen marah, serta identifikasi perubahan perilaku akibat stress kerja. Setelah diberikan cognitive training, selanjutnya pada relaxation training pegawai akan diberikan training mengenai progressive muscle relaxation, guide imagery, dan meditative relaxation. Pelaksanaan dari meditative relaxation ini yaitu mengkombinasikan muscle relaxation dengan peletakan posisi tubuh yang nyaman dengan pengkondisian lingkungan yang tenang dan nyaman (Jones, Tanigawa, & Weiss, 2003). Teknik manajemen stres dapat membantu menurunkan tingkat stress pada pekerja suatu instansi. Menurut (Jones et al., 2003) menyatakan bahwa dengan melakukan teknik manajemen stres relaxation training selama 6-10 minggu dapat mengurangi tingkat stres pegawai di tempat kerja. Pada study meta analysis yang dilakukan oleh (Van der Klink, Blonk, Schene, & Van Dijk, 2001), menemukan bahwa manajemen stres memiliki efek yang baik terhadap quality of work life karyawan. Melihat dari fenomena yang ada di atas maka saya tertarik untuk mengembangkan pelatihan teknik manajemen stres kerja pada pegawai, di lingkungan instansi pemerintahan Kabupaten maupun Kota ataupun instansi Kepolisian seperti Polsek ataupun Polres. 3. Dampak Pelaksanaan Ide Kreatif bagi Pelayanan Keperawatan Dengan ide kreatif ini terdapat beberapa dampak positif terhadap pelayanan keperawatan yaitu : a. Masyarakat lebih mengenal keperawatan sebagai profesi yang mampu memberikan pelayanan yang profesional, tidak hanya membantu mengatasi masalah kesehatan fisik pasien, tetapi juga masalah psikologis pasien. b. Dengan adanya pelatihan manajemen stres ini diharapkan masyarakat dalam hal ini diwakili oleh pegawai instansi pemerintahan sebagai peserta pelatihan, memiliki paradigma yang tepat mengenai stres dan cara yang adaptif untuk mengelola stres itu, karena stressor akan selalu ada dalam kehidupan manusia. c. Adanya hubungan yang saling menguntungkan antara perawat dengan pasien, dalam hal ini peserta pelatihan, dimana perawat dapat keuntungan dari imbalan jasa yang diberikan atas pelatihan yang dilaksanakan, sehingga mampu menambah income dari perawat itu sendiri di luar pekerjaan utama sebagai perawat, sedangkan peserta pelatihan mendapatkan manfaat baik fisik maupun psikologis dari manajemen stres yang diberikan. d. Selanjutnya kepada perawat pada khususnya, selama ini pengembangan pelayanan entrepreunership yang diberikan kepada pasien hanya beorientasi pada membantu kesehatan fisik pasien, dengan adanya ide kreatif ini diharapkan mampu memberikan inovasi baru dalam pengembangan entrepreunership dalam bidang pelayanan praktik mandiri keperawatan. e. Dengan adanya pelatihan manajemen stres ini dengan tidak langsung, perawat telah membantu dalam tindakan promosi kesehatan dan preventif terhadap dampak buruk dari stres yang berkepanjangan terhadap individu. Sehingga angka gangguan kejiwaan ataupun penyakit kronis akibat stres dapat dikurangi. 4. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Ide Kreatif Pendukung : a. Sumber daya manusia maupun alat yang digunakan relatif sedikit dan sederhana karena lebih menitik beratkan pada psikoedukasi dan exercise. b. Dapat diterapkan pada berbagai instansi pemerintahan. c. Karena sifatnya bukan merupakan tindakan invasive pada pasien jadi legal etik dari penerapan ide kreatif ini tidak terlalu menjadi kendala dalam penerapannya. d. Dengan dasar pendidikan perawatan secara formal, seorang perawat sudah dapat mengembangkan pelatihan ini sebagai entrepreuner. e. Karena persaingan market yang belum terlalu ketat serta tingginya angka kejadian stres yang dialami oleh pekerja, akan memberikan peluang besar untuk pengembangan ide kreatif ini. Penghambat : a. Diperlukan waktu khusus di sela-sela pekerjaan pegawai yang sibuk untuk melakukan pelatihan manajemen stres. b. Karena belum banyak dikenal mengenai kompetensi dan informasi manajemen stres ini di masyarakat, maka diperlukan promosi yang lebih untuk bisa memperoleh target market yang ingin dicapai. DAFTAR PUSTAKA Aulya, Diana. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada polisi lalu lintas di Polres Metro Jakarta Pusat Bulan April-Agustus Tahun 2013. Dewi, Chadek Novi Charisma, Bagia, I Wayan, Si, M, Susila, Gede Putu Agus Jana, & SE, MBA. (2014). Pengaruh Stres Kerja dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bagian Tenaga Penjualan UD Surya Raditya Negara. Jurnal Jurusan Manajemen, 2(1). Gaffar, Hulaifah. (2012). Pengaruh stres kerja terhadap kinerja karywan pada pt. Bank mandiri (persero) tbk kantor wilayah x makassar. Jones, Deborah L, Tanigawa, Takeshi, & Weiss, Stephen M. (2003). Stress management and workplace disability in the US, Europe and Japan. Journal of occupational health, 45(1), 1-7. Nurhendar, Siti. (2007). Pengaruh Stres Kerja dan Semangat Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Produksi (Studi Kasus Pada CV. Aneka Ilmu Semarang). Diponegoro University. Rahmawati, Siti. (2009). Analisis Stres Kerja Karyawan pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Bogor. Jurnal Manajemen, 1(1). Roring, Mikhael Yonatan, Soegoto, Agus Supandi, & Dotulong, Lucky. (2014). Stres kerja dan lingkungan kerja pengaruhnya terhadap prestasi pegawai pada biro umum setda provinsi sulawesi utara. Jurnal riset ekonomi, manajemen, bisnis dan akuntansi, 2(3). Van der Klink, JJ, Blonk, RW, Schene, Aart H, & Van Dijk, FJ. (2001). The benefits of interventions for work-related stress. American journal of public health, 91(2), 270.